UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Senin, 18 April 2022

Kumpulan Puisi Retno Rengganis : DI PANTAI SENJA YANG HITAM



DI PANTAI SENJA YANG HITAM

Dulu kita pernah menjadi kami dari satunya hati
Yang dinamakan kekasih
Sekarang hanya ada aku dan dia tanpa ada kata
Kami seperti dulu lagi
Aku mengerti bagaimana rasanya daun hatiku getas dan rapuh

Kupandang laut di kejauhan ada perahu kayu
milik nelayan berbaris cukup rapi
Ombak berdebur berkejaran ingin berlomba
menepi mencumbu pantai
Lumba-lumba enggan menarikan siripnya
Karena keruh akan buih menghitam
Seperti hitamnya nuansa jiwaku

" Aaahhhh..." Desahku makin menghimpit rasa
" Bagaimana caraku melupakan cinta ini ?"
Gejolak hati dalam seribu tanya
Problema
Menghantui langkah-langkah

Aku sungguh tidak tahu
Ternyata kami telah mengakhiri hubungan berkekasih
Aku hanya diam
Berpikir logis menyikapi hidup

Di dunia ini kita ditemukan dengan orang-orang
Yang membuat kita bahagia
Juga sebaliknya
Namun satu yang pasti,
Mereka dikirim kepada kita selalu dengan satu alasan
Agar kita belajar berkasih sayang
Belajar melupakan
Terbiasa
Meski kadang tak berhasil untuk itu semua

Aku kembali menatap senja di ujung cakrawala
Siluet indah tak lagi seperti pelangi
Sore berganti senja
Nuansa yang tadinya sedap dalam pandangan
Kini seakan menjadi hambar
Namun, aku belajar untuk tetap menikmatinya.

Cepu 16/3/2017
By Retno Rengganis.



CINTA PUTIH

Padamu cinta tak pernah habis
Meski sering dicuci dengan tangis
Aku memilih bertahan
Bukan karena takut kedinginan
Bagiku tetap bersamamu melebihi
Keinginan

Aku manusia yang butuh kasih
Atas dirimu
Karenanya engkau yang rela
Jatuh bangun membasuh sedu sedanku
Tanpa pernah aku pinta
Dan
Menjagaku tanpa pamrih dari seisi dada ini
Tak ada cinta yang sempurna
Kamu pun pernah membuat retak - retak
Di dada ini
Pula dengan diriku

Puja
Kita peluk segala harapan
Biar kita tiada sesat jalan menuju tujuan
Denganmu saja aku ingin menua
Memetik segala doa - doa di kala senja
Hingga sepasang kita hanya tinggal nama
Tetapi cinta tetap dikenang.

Cepu 20/3/2017
By RETNO RENGGANIS.



ROMANSA DI KAKI LAWU

Romansa di lereng Lawu
Kabut berarak mencumbu bukit
Berkejaran menyusuri lembah
Ketika sampai di labirin
Melepas penat lelah
Indahnya

Dari jauh kupandang edelweis
Bermandi tetes embun
Bagaikan kerlip mutiara di negri zamrut
Terpesona----aku

Telaga sarangan di kaki bukit
Indah penuh teriak tawa riang
Berjingkrak menikmati dingin
Serta melahap hidangan sate kelinci
Mantaaappppp.

CEPU :7/4/2017.
By RETNO RENGGANIS.



JERIT ANAK-ANAK JALANAN


" Semprol !"
Umpat para anak-anak dekil yang dibilang begajol
Di lorong jalanan menuju kampung kumuh gang kidol
Tanpa menghirau mata mendelik para polisi berpistol

Anak jalanan yang tersingkir dari rasa belas kasih sang penguasa
Bisanya cuma mengais asa di sisi orang-orang putus asa
Salahkah jika mereka menjadi perasa
Ketika kau hinakan dengan mencurigai gerak geriknya penuh sejuta dosa

Bah !
Kalian sungguh gegabah
Tanpa bisa memandang dari segi yang indah
Hanya karena mereka orang-orang susah

Anak negeri tercampakkan dari eliminasi
Hanya beda cara mencari sesuap nasi
Dekil badan kata clometan pendidikan rendah dan tidak berdasi
Lalu ke mana mata memandang kasih wahai kau negeri ?
Ini bukan sensasi

Pertanyaanku padamu mewakili anak-anak jalanan
Betapa susahnya mereka mencari pekerjaan
Hanya karena ditakdirkan menjadi manusia eretan
Persetan !
Dan pintaku wahai bangsa, tolong sedikit saja perhatikan.

Cepu .6/4/2017
By RETNO RENGGANIS.



MELODI CINTA ( NADA NADA KASIH )


Mungkin sudah hukum alam
Atau entah kebetulan
Orang jatuh cinta memang selalu begini
Menjadi orang yang tidak bisa diam
Tak bisa menutupi gejolak hati
Gemuruh jiwa mengaduk pikir
Mengusik tiap lamunan
Karenanya dikau seolah menggetarkan
Sebentuk daging di dadaku
( Jantung ---- kaleeee--owh..? )

Orang menyebutnya getar itu adalah rindu
Semakin hari laun makin menyiksa
Semua tentangmu kucatat kuronce
Pada diary jua jejaring sosial milikku
Andai bisa jadi yang goib,--( Jin---hiiii...).
Yang dengan memejamkan mata
Seketika bisa berada di sampingmu

Ach---pasti akan bahagia
Mungkin satu cara untuk menghilangkan sikapku
Adalah dengan menatap matamu
Pastinya
( Auw---Romantis bingiiittt )

Tetapi saat berada di dekatmu
Lidahku berasa kelu
Membisu
Hanya gerak tubuh yang gelisah resah
Mengatakan nyaman ada di sampingmu
Dan--- Inilah bahasa cinta
( Ouwh---Indahnya---Merah merona )

Cinta selalu mengubah seseorang
Seperti teracuni dan mabuk kepayang.
Namun tidak pernah memaksa untuk gila
( Tergila-gila---kaleeee----bukan sinting iih 😜 ).

Cepu 6/4/2017
By RETNO RENGGANIS.



CINTA SEBENING EMBUN

Malam senyap
Pada hening memainkan rasa
Antara kasih dan rindu

Kita ciptakan negeri cinta di ujung malam
Mengalir canda itu di sungai-sungai riang
Seperti hasrat yang tak henti
Mengetuk-ngetuk jendela hati

Mengalirlah kasih itu dengan irama kecipak
Menjadi laguan syahdu
Sedingin semilir angin
Membawa cinta sebening embun
Menuju sajakku.

Cepu 3/4/2017
By RETNO RENGGANIS .



MERINTIH HUJAN DAN BULAN ITU

Bulan menangis di gelap malam
Karena hujan memenjarakannya di kaki cakrawala
Rintih sengaunya lepas di pelataran basah
Yang menggenangi binar netranya.

Hujan tiada peduli akan kusamnya malam
Sebab riuh rintiknya adalah doa
Dari seorang musafir sekarat di padang tandus
peminta sakral

Dan bintang turut terluka
menjerit di balik pintu surga
Tanpa hidayah di mengerti dari pengorbanan sang rembulan

Hujan terus mendekap malam
Tak terhitung rahasia rindunya merintik luruh
Tanpa hiraukan sunyi di gelap dingin

Tak ada yang lebih arif hanya rembulan
Yang terhapuskan jejak-jejaknya di bentang langit
Tanpa bisa menyinari gelap bintang,
Gelap alam,
Gelap seluruh yang ada ---hingga jelang esok
Sebab terban hari pastilah ada waktu tersisa

Biarlah hanya bulan dan hujan yang merahasiakan kemauan alam
Malam ini tercatat
Mereka sama- sama merintih bertasbih.

Cepu 31/3/2017
By Retno Rengganis.



MERINTIH HUJAN DAN BULAN ITU


Bulan menangis di gelap malam
Karena hujan memenjarakannya di kaki cakrawala
Rintih sengaunya lepas di pelataran basah
Yang menggenangi binar netranya.

Hujan tiada peduli akan kusamnya malam
Sebab riuh rintiknya adalah doa
Dari seorang musafir sekarat di padang tandus
peminta sakral

Dan bintang turut terluka
menjerit di balik pintu surga
Tanpa hidayah di mengerti dari pengorbanan sang rembulan

Hujan terus mendekap malam
Tak terhitung rahasia rindunya merintik luruh
Tanpa hiraukan sunyi di gelap dingin

Tak ada yang lebih arif hanya rembulan
Yang terhapuskan jejak-jejaknya di bentang langit
Tanpa bisa menyinari gelap bintang,
Gelap alam,
Gelap seluruh yang ada ---hingga jelang esok
Sebab terban hari pastilah ada waktu tersisa

Biarlah hanya bulan dan hujan yang merahasiakan kemauan alam
Malam ini tercatat
Mereka sama- sama merintih bertasbih.

Cepu 31/3/2017
By Retno Rengganis.



KISAH LEDEK GUNUNG


Liuk gemulai memainkan selendang mayang
Senyumnya menghipnotis para lelaki belang
Ledek gunung tinggalkan murung
Ngeluruk lurung mengais receh
Mbambung

Usianya semakin menua
Pudar paras tertunduk lesu
Di gang desa menjajakan pilu
Ledek gunung jadi bulan semu
Membayang dan hilang ditelan waktu

Sendu.
Cepu 29/3/2017
By RETNO RENGGANIS.



KARENA BEDA DIMENSI

Usah kau paksa aku bersenggama di atas altar
Sebab birahiku telah kucincang
Dan kularungkan pada gelombang
Di balik karang hitam
Mengertilah?

Lihat peluh ini basin dan apek
Karena tubuh telah berlumur wangi tuak
Masihkah ingin tetap kau cumbui
Najis!
Taukah kamu?

Kini lihatlah
Gairahku kering kerontang
Sarinya teremas kekakuan ego diri
Bagai kembang cempaka kehilangan seroja
Asmaraku di ujung lidah naga.

Rentaka pusta genderang pati
Kuhancurkan mahkotaku di altar suci
Sebelum kau sentuh aku telah mati
Tinggalkan nama dan seonggok daging basi
Tak bisa kau miliki karena beda dimensi.

Cepu 29/3/2017
By RETNO RENGGANIS.



IBU MAAFKAN AKU

Aku diam sejenak
Kunikmati seraut wajah renta keriput
Dengan beribu beban di pundaknya
Seolah lelahnya mencekik merejam raga
Yang kian ringkih

Tetes bening di sudut netra enggan bergulir
Seakan menanti jerit lepas merintih
Kau tetap diam

Kosong akan ingin
Yang belum tuntas engkau sampaikan
Padaku.. pada dia..pada semuanya
Di sisi – sisimu

Menangislah ibu, menangislah
Aku akan menghapus peluh dan air mata itu
Dengan segenap rasaku
Akan nakalku padamu ibu
Sebagai pelebur dosa juga kasihku

Ibu maafkan
Ibu maafkan
Ibu maafkan aku.

Cepu : 27/2/2017.
By poem Retno Rengganis.



LUKA DI ATAS LUKA

Kelabu di ujung senja
Seakan berarak pulang
Remang membayang di sudut malam sunyi
Hingga bergayut menekan relung hati

Menanti di gelap sepi
Kuceritakan
Kusampaikan
Kepadamu
Bila hampaku semakin menindas
Seperti daun kering urih terhempas

Oohhh...Camar hitam
Katakanlah sepiku
Bilakah dia menuntas rindu
Penantian yang terjawab hanya duka
Dan terus meninggalkanku

Sementara aku hanya bisa terpaku
Menatap bintang di larut malam
Makin kelam
Dan lusuh sudah sebuah harapan

Sepiku telah tercampakkan
Aku lelah
Dalam sebuah problema tak bertuan
Angkuh
Konyol
Termunafikan
Benar-benar lelah di puncak lelahku
Lukaku di atas luka.

Cepu 26/3/2017.
RETNO RENGGANIS.



LAKI-LAKI TERPASUNG LUKA


Pada sepi relungnya tergadaikan di senyap
Betapa hasrat telah mati
Sempoyong akan disatukannya napas dengan tanah di dasar lembah

Siapa yang akan diserunya
Ketika dada terobek karena rentanya jiwa rapuh
Sedangkan hidupnya teremas malam pekat
Sekarat

Menapaklah selagi lambaian kasih menjadi jejakmu
Biarkan hasrat cintamu bersandar pada perempuan berkegelapan
Yang merindu bintang dalam redup

Begitu gaibnya doa-doa memuntahkan iklas
Akan inginmu menghancur pasung nyerimu
Lalu memeluk warna senja tentang cinta
Melepas pasung lukamu.

Cepu 26/3/2017.
By poem RETNO RENGGANIS.



HAKEKAT HIDUP BERSAHABAT

Aku masih ingat saat berceloteh denganmu
Tentang hakekat hidup
Walaupun dalam beribu canda
Namun aku mengerti pula memahami
Apa yang engkau utarakan malam itu

Terus dan terus aku lamunkan
Dalam sejuta angan yang kurangkai
Untuk kujadikan bentuk kalimat
Sebagai ulasan apa sesungguhnya
Yang dicari dalam kehidupan ini.
Kecuali kebahagiaan

Yaitu
Di mana ketika kita membagikan
Kebahagiaan pada orang lain
Kita akan menggandakan kebahagiaan kita sendiri
Katanya di sela gelap kamar bisu malam itu

Dan terlepas dari itu elang malam
Berbisik lagi
Bila apapun masalah yang kita hadapi saat ini
Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar
Selain membahagiakan orang lain

Elang kecil yang aku kagumi
Akan ketegaranmu aku belajar
Dari setiap makna yang kau ucap
Dari setiap langkah yang kau jalani

Cepu 26/3/2017
By RETNO RENGGANIS.
( Dalam memerankan tugas, drama
kehidupan itu indah sejuta kisah .Yg d
lihat blm tentu yg sesungguhnya ).




TIRAI PAGI

Pagi menyibak hari dengan pasti
Daun kemuning di sekitar rumahku
Berkilauan tertimpa cahaya matahari
Sementara kabut tipis
Sisa semalam
Masih membekas di sepanjang jalan berbatu

Dalam termenungku di sudut teras
Kurasa lembut semilir angin
Membelai colek manja--dingin sekali
Kudekap tubuhku sendiri
Ada hangat nyaman di hati

Lamunkan dirimu indah membayang
Pula pesonamu nampak samar
Seakan menghantui langkahku
Aku tergugu di persimpangan
Manakala sedetik kepahitan terlitas
Menikam dada

Sapa angin kembali terasa
Di balik cakrawala
Dan batas padangku
Kembali kuredam gelisah
Dalam bayang cuma angan
Dan surgaku hanya sepintas tanya

Sinar merayap menembus mega
Jatuh dari langit fatamorgana
Seakan pagi menguak nilai mayapada
Bersatu dalam hiruk pikuk masa
Menempuh jalan panjang berliku
Tetap berpegang pada iman dan taqwa
Pasti kembali pada serah takdir
Sebelum pada titik nadir

Cepu 25/3/2017
By RETNO RENGGANIS.



MEMORY BERKASIH LUKAKU DI BROMO ITU


Satu-satu kaki ini melangkah
Ingatanku kian membuncah
Diantara lereng-lereng dari bukit
Menuju labirin

Angin lembah bertiup kencang
berpuluh jurai cemara gugur menebari tanah perbukitan
Beratus daun hutan melayang memenuhi lereng-lereng pegunungan
sebentar lagi pasti tunasnya bersemi

Pucuk-pucuk daun menjadi hijau muda
Bakal tunas menguncup menjadi bunga beraneka warna
Semusim daun gugur

" Ah, lama sekali aku tak pernah menikmatinya " Ada kerinduan mengental
Ada debar menggetar
" berapa lama ? "
Rupanya aku hampir melupakannya damai
yang pernah aku nikmati

Tapi kini setelah aku datang bersama duka dan luka
aku hampir lupa warna kabut di antara pepohonan
Aku hampir tak bisa mengenangkan
bagaimana perbedaan langit merah antara fajar dan senja
Aku sama sekali tak ingat dan tak ingat
Dan biarlah

aku tak akan pernah lagi berusaha memikirkan semua itu
bahkan menatap bintang di tengah kota
aku tak mampu, pula tak mau lagi
karenanya mataku seperti tertutup lumpur
Kotor
Tanpa tahu bagaimana harus membasuhnya
Sebab lukaku di atas luka
Begitu dalam dan sekarat
Lereng Bromo memori berkasih kutinggalkan tanpa cumbuan .

Cepu 25/3/2017.
RETNO RENGGANIS.



HASRAT DAJJAL GERBANG KIAMAT

Durja yang meraja di pelataran hati
Bagai menjamur di setiap diri
Kamu membenamkan angkara pada rasa
Seakan menggelincang ingin cumbui jiwa

Bukan merupakan aib
Tetapi sebuah gubahan jaman menyesatkan
Jiwa kering akan pencerahan
Dari waktu ke waktu kau bertahta
Ketika sang takdir telah tertulis
Kau pun membuncahnya

Dulu segala yang tabu
Bagai tertutup kain sutra hitam
Tersimpan di lembah kelam
Namun kini, seakan membuka mata dunia
Kau Dajjal mengobrak-abrik di setiap sukma
Raja iblis memaklumat diri sebagai sang penguasa
Berwajah tampan mempesona
Padahal kemunafikanmu bermata satu
Di kolong jagat raya

Daku membisu bukan mati
Terpejam bukan tidur
Lalu bermimpi seperti pengantin
Bersenggama di malam awal
Aku dijegal bayang-bayang hina

Tetapi, kalian seperti terasuki rayuan binal
Menggoda hasratku
Yang mulai tertanam laknat
Menuju gerbang kiamat

Halilintar mencambuk guruh riuh
Hiruk pikuk napasku gamang
Mengadu pada alif otakku berbenah
Tongkat iman menuju rumah qulhu
Kugapai sang maha jiwa
Takut bergumulan dosa
Merajalela ke mana-mana

Kau Dajjal pecandu dosa
Melumat nikmat tak bermaruah
Manis sekejap birahi terlena
Dosaku kian bertambah
Dan kamu mau seperti goresanku yang hina
Janganlah memancing noda
Di kolam batinku yang suci ini

Cepu 10/4/2017
By RETNO RENGGANIS.
Catatan :
Rumah qulhu itu hati
Atau mesjid.




KUTUKAN UNTUK PERAMPAS SAJAK

( " Ketika kemunafikan ada di antara dua bibir,
Sang pecandu lukisan kosa tertikam di bawah langit hitam---
Menjerit di antara kerapuhan---
Atasmu pendurja yang merampas hak cipta ").


Kutulis sebuah murka
Tentang kebiadaban cakar - cakar palsu
Menimang hasta karya para pujangga dari sederet nama di dunia mimpi
Sungguh nista hasratmu
Penipu

Kepiawaian yang kau tenteng
Serta jerit lekak jiplakmu yang najis
Dengan sumpah kepalsuanmu
Di atas nama sang hiyang Jagat elakmu
Menutupi sejuta kebusukanmu
Beraninya kamu

Kini kutantang jemarimu menari kolaborasi pada altar magic sang pemimpi
Kita bersiteru gelegarkan auman
Menggelar kanvas imajinasi
Mencoretkan alunan syair mistik
Dengan darahku sebagai tinta

Aku awali tarian jemari lengoknya seperti ronggeng
Satu - satu mantraku ada pada sajakku
Yang akan menelusuri tiap desah nafasmu
Sangkala pati marunjak tikam belati
Dengan hancurnya kunyahan melati

Prasada maranda kumara durja
Rantapataka garincing pati
Dan murkaku menggebrak nistamu
Kutikam kau dengan seribu kutukan
Dari susunan bait-bait sajakku.

CEPU 9/4/2017
BY RETNO RENGGANIS.
Catatan :
Prasada maranda Kumara durja, Rantaka gerincing pati :
Para pendurja seantero jagat
Akan musnah ketika rentangan ucap melesat.



MATI

Belatung terbungkus kain kafan,
menunggu hisap di pelaminan,
diam membisu tanpa bisa berdoa untuk permohonan

Cepu 8/4/2017
By RETNO RENGGANIS.



RINDU KAMU

Rintik hujan di malam kelam
Kutanyakan rindumu kasih, pada sang angin
Ketika gelisahku akanmu mencolek relung
Di mana cinta kurasa begitu dalam di sudut hati

Entah derita apa yang bermain di balik dinding dadaku ini
Saat debarnya melantunkan irama gemuruh
Detak tiada beraturan
Sedikit menyesak dan fals
Ketika sepi ada di sini.

CEPU 8/4/2017
BY RETNO RENGGANIS.

RETNO RENGGANIS


Tidak ada komentar:

Posting Komentar