UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 05 Februari 2020

Kumpulan Puisi Perempuan Puisi - PEREMPUAN DALAM PASUNGAN



PEREMPUAN DALAM PASUNGAN
Oleh : Perempuan Puisi


Ia tersedu dalam keheningan. Meluahkan sajak-sajak pilu dengan senyuman, berinai kristal bening. Kepalanya menunduk, mata terpejam, sepasang bibir keriput bergetar seiring tarian biji-biji tasbih di pinggang jemari. Entah, kidung apa yang ia senandungkan, iramanya terdengar pilu menyayat hati.
Tiba-tiba terdengar gumamnya lirih berbisik, "Ya Robb, aku pasrahkan atas apa yang terjadi, bila memang ini kehendak-Mu, kumohon cukup aku, jangan biarkan mutiara-mutiara hati mengalami semua ini, kepedihan yang terus melingkari hidupku, kedukaan yang tercatat oleh pena bernama cinta, namun menuang tinta luka tiada jeda."
Isak dan derai air mata menghentikan sejenak suara. Ia biarkan mengalir membasahi sajadah lusuh itu.
Kemudian kembali terdengar, suaranya teramat memelas, "Ya Allah, aku yakin Engkau telah mempersiapkan kebaikan untuk menjawab luka ini, keindahan terbaik bersama buah hati untuk menemani senja nanti, kumohon berikanlah kesabaran tiada batas, tanpa harus mengeluh dalam kesah tak berkesudahan."

Fajar telah memanggil dengan kumandang azan. Perempuan itu meneruskan dua fardhu rakaatnya. Senyumnya begitu tulus terpancar dari sepasang mata sembabnya. Setelah membangunkan anggota keluarga kecilnya untuk menjalankan kewajiaban sebagai umat muslim, ia melanjutkan rutinitas pagi. Perempuan itu sangat cekatan mempersiapkan keperluan orang-orang yang disayanginya, sebelum melakukan aktifitas. Sekilas tak akan ada yang mengetahui, bahwa ia sesungguhnya hidup dalam pasungan. Hatinya terluka teramat dalam, menyimpan memar melegam.

Tangerang, 29 Januari 2020




PAHITNYA MADU
Oleh: Perempuan Puisi


Telah berbotol-botol laki-laki itu menuangkan madu untuk perempuan yang tercatat dalam daftar kekasih halal. Senyum dan rangkaian bunga asmara tiada jeda dipersembahkan pada genggaman cinta. Sungguh menakjubkan. Seindah taman bunga dalam pandangan semesta. Apalagi saat dua kuntum bunga meranum, mengisi pelataran hati, sangat mempesona. Menghadirkan rasa iri tetangga pemilik taman tak berbunga.

Namun apakah mereka tahu, sepedih apa hati perempuan itu, tak ada yang memahami. Terlalu rapat ia menyimpan dalam tawa keseharian. Laki-laki nakhoda yang ia banggakan, selalu menuang madu pada cangkir hidangan. Tetapi terasa sangat pahit dalam tegukkan.

Rupanya laki-laki itu selalu menaburkan bisa kebohongan pada madu yang di suguhkan. Mau tak mau perempuan itu harus meminumnya, sebagai bukti kesetian. Hemm ... ataukah suatu kebodohan?
Entah, sulit dibedakan. Sejujurnya perempuan itu memberontak, tetapi selalu bertahan untuk sebuah keutuhan. Oooh, bukan. Tapi sebuah kebutuhan kasih sayang, agar dua kuntum bunganya tetap mekar tanpa tersobek helai demi helainya. Meski sesungguhnya tangkainya telah tercabik.

Taman bunga mereka tetap utuh, meski serangga berbisa terus membuat kisruh. Dan ... sari madunya tertelan sangat pahit.

Tangerang, 15 Pebruari 2020
#apresiasiuntukseseorang
#semogaberkenan





DURI TANPA MAWAR
Oleh: Perempuan Puisi


Perempuan itu menyemai benih mawar cinta pada lahan gembur nan subur. Setiap hari ia menyirami penuh kasih sayang, tak lupa memupuknya dengan untaian doa. Berharap bunga tumbuh mekar, indah dalam pandangan.

Sekian waktu berlalu, kuncup-kuncup mulai bermekaran, indah mewangi mewarnai lahan yang selama ini sepi. Tiba-tiba seekor kumbang menghisap semua madu, kemudian terbang meninggalkan bisa. Kuntum perlahan layu, helai demi helai kelopaknya luruh, terbang tak tentu arah, terbawa hembusan angin.

Betapa sedihnya ia, tetes demi tetes air bening mengalir di pipinya. Kemudian ia berjalan menghampiri tangkai-tangkai yang telah di tinggalkan bunganya. Tiba-tiba terdengar suara, "aduuuuhh." Dan ternyata, jari telunjuk perempuan itu mengucurkan darah karena tertusuk duri.
"bunga-bungaku, mengapa kau tinggalkan semua ini padaku, kenapa tak sekalian kau bawa pergi bersama kelopak-kelopak itu?" Suaranya berbisik lirih.
"aku tak membutuhkan duri tanpa mawar, karena hanya menyisakan kepedihan." Lanjutnya sambil berlalu.

Tangerang, 07 Pebruari 2020



Tidak ada komentar:

Posting Komentar