UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 06 Februari 2020

Kumpulan Puisi Ayu Ashari - BERSEMBUNYI DI HATIMU

 
 


MUSAFIR

Pada senja yang semakin menua
Alunan rintik hujan mencecar rasa
memutar fragmen kefakiran iman
berlakon pada baitbait mengikuti dogma
Nyatanya semua keadaan biramakan tekanan
isyarat akan sebuah kerugian

Sejenak keheningan menggelora dan menyiksa
Setapak waktu yang biasa dilalui mulai menepi
Sesaat termenung meraba lingkaran yang mendiami pandangan
Ajaibnya hati tak lagi memberontak
mencoba beralibi menepis kezholiman pada diri

Mungkin sebuah tarikan nafas semburkan penolakan undang undang ego
Lenyap di antara kepusingan pola fikir dan terdiam
melarung jiwa yang teracak abstrak

Ah, sepintar apa akal ini memeluk duniawi
menawar akidah halalkan segala cara
Tuk sekedar menerjemahkan ambisi menjadi nyata
Sedetik menutup malu, mengaibkan gairah
lalu terhempas

O, riang dipeluk namun gundah yang menjelma meniti di setiap kabisat berlalu
Sesungguhnya lemah kabut yang mendiami kalbu
kerlingkan sisa takwa yang tertanam dalam darah

Pergilah mengadu
Berpadu menyusun bakti
Memaknai diri di atas sajadah

ayu Ashari medan 23012020



PAMIT
(sajak sunyi untuk Erik episode bersembunyi di hati)

Rik...
Setengah windu berlalu sudah
Dan selama itu aku tak pernah mengunjungi makam hatiku
Gairahku hanyut bersama arus ke dasar jurang pada hujan deras di pagi hari empat belas Januari dua ribu enam belas
Sejak saat itu, nabastala selalu berselimut mendung, guntur dan kilat saling membentur, megamega senantiasa membentuk raut wajahmu

Rik
Ketika malam kian merangkak menjemput fajar, khayalku membangun kehadiranmu mencumbu puncak inginku,
tapi Rik aku telah lelah bermain bersama bayangbayangmu,
Bayangbayang semu yang semakin menghempasku pada sunyi mengiris pilu.

Ah Riiiik...
Beranjaklah engkau dari gerbang hatiku, terbanglah bersama bintangbintang agar kelak kau dapat menyaksikan betapa ia telah mampu melukis pelangi di ronaku, selayakmu
atau kembali ke negaramu kunjungi castilmu yang megah

Kupinta padamu Rik
Izinkanlah peziarah menziarahi makam hatiku
Menaburkan kembang tujuh rupa
Menanam setangkai mawar merah
Dan menyirami tanahnya yang kering dengan seguci madu pada malam berpurnama,

Maafkan aku Rik
Bukankah " life must go on" seperti yang engkau katakan padaku empat musim gugur silam kala engkau bujuk agar aku meninggalkan rumah khayalku
dan membawaku ke rumah rengkuhmu.

Ah Rik
Terlalu panjang jika aku mempuisikan kembali tentang kita, bukannya aku ingin melupa cintamu yang tulus, aku hanya tak ingin sembunyi di hatimu terus menerus.
Maka Rik...
Hari ini aku mengunjungimu
Untuk pamit..
Percayalah Rik, rinduku akanmu tak pernah purna termakan masa, dan akan terus berlabuh pada buah yang engkau semai di rahimku

O, Rik
Andai takdir bisa berubah kemana kita akan pergi?
Tapi aku kira takkan pernah terjadi bukan?

Ayu Ashari hutan diklat Parapat 18012020

 

BERSEMBUNYI DI HATI
Part 1

Dari hutan tropis yang basah
Larik itu kita mulai
Pada pertemuan yang tak sengaja
Engkau sungguh memukauku
Diantara hari hari terkelamku
Engkau mampu mengusir nestapaku
Mengusir sakitku
Memgubur segalanya dalam rengkuhmu

Ketika senja mulai turun
Angin berhembus menggandeng embun
Dingin merajuk cemburu
Aku berbaring di sampingmu dalam hangat pelukmu
Saat langit semakin gelap
Kelap kelip kunang kunang menari
Di celah celah rimbun dedauanan
Diiringi riuh jangkrik dangdutan
Sedang bilik kita remang bercahaya dian
Suasana yang sangat romantis itu sungguh menenggelamkan kita pada agni asmara yang baranya tak mau padam meski arunika telah menerobos masuk melalui kisi jendela

Sudah terbiasa aku bangun lebih awal
Memandangi wajahmu yang membelakangi mentari pagi, membelai lembut wajahmu membangunkanmu
Tapi seperti hal sebelumnya,
Kau akan menghilang suatu hari nanti
Maka kan kuhabiskan waktuku tuk sembunyikan isi hatiku.

(bersambung BERSEMBUNYI DI HATI PART 2)
AYU ASHARI
Hutan diklat parapat, 14022020



BERSEMBUNYI DI HATIMU
part 2

Musim semi berlalu
Aku mengantarmu ke stasiun bus antar kota
Kau kecup bibirku penuh gairah lembut
"setialah padaku, aku pasti kembali untukmu! " bisikmu
Ketika bus mulai bergerak, kau melambaikan tangan, ku seka airmata yang mendesak keluar dari balik retina
"Beri aku senyum termanismu sayang, berjanjilah kau akan setia menunggu aku!" teriakmu
"ya, aku berjanji akan setia menunggumu kembali!" jawabku pada hati

Lalu aku pulang ke pencakar langitku, lampu neon dan kertas tunggu yang ku sebut rumah kayangan, dimana aku senantiasa melukis wajahmu, melukis semua yang terindah..

Seperti sebelumnya, suatu hari nanti
Entah esok atau lusa,
entah di musim semi atau musim lain
Aku akan terbangun dengan berat hati
Aku kembali lagi ke tempat aku memulai hujan pagi hari
Dan meskipun aku berharap kau ada di sini
Ku tau itu tak mungkin sebab aku tak tau di langit ke berapa kini kau berada
Atau kah masih di kedalaman jurang di dalam bus yang telah karatan
Entahlah

Yaa
Semua di mulai dari sini
Dari hutan diklat yang basah
Di beranda rumah panggung kayu sederhana
Tempat aku menyemedikan luka luka
Dahagamu mengawali jumpa kita
Di senja nan muram alam seolah memberi restu, pada legenda cinta kita yang rancu
dalam perbedaan usia yang terpaut jauh

Dan hari ini
Jalan yang sama juga membawaku ke sini memanggilku pulang
Dan apakah aku harus menghabiskan seumur hidupku untuk menyembunyikan dirimu di hatiku, lantaran gerimis musim semi belum juga ingin mengering..

Yang pasti, di sini aku mencium aroma tubuhmu
merasakan kehangatan sentuhanmu di setiap lekuk tubuhku.

SELESAI
Ayu Ashari
Hutan diklat parapat, 13012020



RUPAMU TAK SEELOK LALU

Tepian danau toba
Ketika musim demi musim
Di satu dasawarsa
Rupanya kian memudar

Hutan kehilangan pohon
Kawanan kera menengadahkan tangan
di pinggir pinggir jalan
harapkan belas kasihan

Ah danau tobaku
Langitmu tak sedingin waktu lalu
Bahkan volume airmu menyurut

Kemana...
Kemana wajah danauku
Aku kehilangan kemolekannya
Tangan tangan serakah merampasnya

Oh... rindu membuncah
Pada alamnya di masa silam
aku rindu kenakalan dinginmu
Yang gigilkan sekujur tubuh
Meski kubalut berlapis selimut

Ayu Ashari danau toba 11022020



SEBATAS BUIH

Segugus dusta bak sempadan dua mata pisau
yang siap menyayat sebongkah rasa dalam selaksa peristiwa
Kau mengibaratkan hati seperti gurun sahara yang luas,
samudra yang dalam,
gunung yang tinggi,
atau jumantara yang tak berbatas.

Kau merasakan cinta,
menghitung semua sajak yang tersisa,
Kau mengikat rindu,
pada rangkaian segala jamak yang berbusa.
Kau menyayang,
tanpa pernah mau mengerti bagaimana sebenarnya hati,
tanpa pernah tau makna suci
dan tanpa memahami arti sunyi

Cintamu hanya buih,
rindumu laksana istana pasir,
sayangmu hanya gulma yang terinjakpun mati
bagai angin yang tak menyejukkan
bagai hujan yang tak tertahan awan

Tutuplah matamu,
atau ku jengkal saja semua tentangmu
sampai ruh melepas diri
Maka berhentilah bersajak,
atau ku cegat sebelum menjejak

Ah, kau ada sebatas buih mengendarai ombak
menyapu pantai tinggalkan riak

O, Lesaplah segala harap sebelum ku cecap

Ayu Ashari medan 16022020



MELUKIS BAYANGAN SENJA

Kala mentari mencium fajar
kuntum melati mulai bersemi kembali
terbuai sentuhan embun semalaman
dan ketika senja beranjak menghampiri
segala harap ku titipkan
dengan ketulusan yang mendasar

Kepada langit aku bertanya
Akankah menyecap kebahagian setiap waktu
lalu bagaimana dengan kabar kepahitan
yang telah kau puisikan
Angin sepoi sedikit menggelitik
menerpa kelopak wajah serta membawa aromanya

Ah, Akankah kau yang pernah kucinta
kembali dan membawa rindu ?
Aku yakin dengan rasaku
Cinta yang terilhami dari kelembutanmu,
Ketulusanku, kekagumanku,
dan kebersamaan kita
sampai detik ini masih menjadi misteri
sebuah teka-teki saat manik mata kita saling menatap
Tidakkah engkau tahu bagaimana rasaku
wahai lelaki pujaan..?

O, lembayung menggantung di langit senja
nuansa jingga membawaku kembali ke masa lalu
namun kini ku sadari itu hanyalah khayalan
lukisan kenangan dari kisah cintaku
yang nyatanya bertepuk sebelah tangan.

Ayu Ashari medan 14022020



CINTA TERPASUNG MEMOAR RINDU

Langkah malam merangkak begitu senyap
Asaku hampir melesap
terkikis lalu lalang tangisan meratap
seakan menolak menjeda walau sekejap
dan di antara rintik rindu yang berayap
aku menggenggammu dalam rentak harap

Dan pada detak waktu yang menungkik cepat
Ku lihat kau dalam bayangan memucat
masih menetap pada ruang tengkorak
Meski sesekali mengawang awang dan bergejolak

Selimut langit telah terbentang rawan
mentari mengalah pada gugusan awan
menghadirkan jingga pada tepi cakrawala
mengantar resah doa doa kembali pada ranjang raya
segala kenang tetap terlelap di dalam jiwa

Sejuta rasa masih tertinggal pada tiap jengkal semesta
berputar dalam hingar bingar celoteh sang camar
bersama mega pengiring menujumu
lincah menyalip di tengah tengah biduk kasihku
meski terlihat samar menyampaikan bergumpal riuh tanya
Apakah kau akan kembali pada pelukku yang pernah menjadi rumah bagimu...?

Entahlah

Ah, cintaku terpasung dalam memoar rindu



SURAT

Malam terbuka
jadi kenangan
suara menjelma
jadi rintik hujan
oh, dapatkah kukirim surat
agar rinduku kepadamu
tak terkoyak karena sepi
semalaman.

Ayu Ashari mega park 06022020



PERAMAL
Oleh Ayu Ashari


Biarkan saja abstrak
seperti saxophone
kekehilangan nada
Dan ketika engkau bersumpah
untuk menulis sejarah,
kemudian merilisnya,
mungkin engkau baru pulang
dari pepustakaan.

Matamu kehilangan makna,
wajahmu serba telanjang
matahari sore terlempar jauh
mungkin kilau mu putus asa
dalam pelukan pelangi.

Apakah engkau cemas?
ketika gemetar menunjukan
sebuah kubur pelancong
dalam keharuan ratusan
jiwa pengrajin
Karena kau satu-satunya
maka tak ada bunga
seperti bunga itu
tumbuh di dalam taman
lalu hilang di halaman

Rilismu tak lagi riang
seperti lompatan bintang-bintang
letusan terputus golak didih tak henti
air mancur dahsyat di desak berkali-kali
kepingan besar melambung
bagai batu terpantul jatuh
di tempat liar paling suci.

Punah mempesona berbau narwastu
batu-batu merangkul perdu
cahaya bulan hilang sejenak
karena di kunjungi peramal
yang sulit untuk diterka.
di lima mil berkelok
dengan gerak berliku-liku.

Medan, 2407019
#karyasastradunia
#sastrawanindonesiadankaryanya
#puisisastraromantis
#sastrapuisiindonesia



Maybe

Mungkin pekat ini salah
Hayati tiap hisapan kedamaian
Engkau turut menatap lanskap sunyi bermanja denganku
Namun bisu telah menendangku jauh melintasi kepenatan
Menerabas segala tanya di belantara mega mega

Ayu Ashari medan jan 2020

AYU ASHARI

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar