UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 02 Januari 2020

Kumpulan Puisi HR RoS - PERJALANAN ABADI



APALAGI YANG KISANAK MAU
Romy Sastra

panji yang dibawa tuanku adalah risalah langit dari bumi mekah, taklah pelita redup di tangga rumah. sejarah mengabarkan, tuanku berseru; apalagi yang kisanak mau? kita sudah diadu domba belanda. di mana kaum adat masih saja bertikai, pertempuran tak kunjung usai, tuanku dibuang jauh ke manado, lotta minahasa jadi saksi nisan pahlawan itu. perjuanganmu belumlah lansai tuan, di dada generasi sadar pembaharuan, ranah bonjol akhirnya berdamai. akidah dan adat seganding seiring zaman. minangkabau plakat panjang sejarah di tubuh bangsa.

Jakarta, 13 November 2019



AKU DAN TUAN GURU

lembah-lembah diri kuhadang melipat tengkuk membungkuk. menurun mendaki berpacu lafaz ilahi. jalan-jalan terjal ditelusuri, memasuki alam rongga rimba raya. aku dan nafsu mengikuti jejak langkah fana. mengintai di setiap tengadah memohon; mahabbah

aliran tenang mengalir di telaga kaca rasa,
bersabda penunggu kasta si tongkat alif di tingkat makam yang tinggi.

"untuk apa engkau datang kemari, hanya membawa ilusi?"

"tuan, aku datang kemari membawa cinta.
izinkan aku bertanya tentang azali berdiri
ya, tuan penunggu sagara alam diri."

"baiklah, jika satu langkah kaujelang. maka, pahami keluar masuk nafs memuji. jangan berdiri di kaki menapaki! jangan duduk di tilam permadani! berpijaklah di tempat rasamu bersembunyi! akan kau tahu rasa yang sejati."

diri bersila pada embun-embun malam di ruang yang teramat sunyi, di sana sabda itu dibisikkan;

"la ilaha illa ana, innani anaallah" pengakuan maha raja tertulis di dalam lembaran surat rahasia, alqurannul karim tersaksi di meja hakim

hu dzatullah, nur tercipta
pasubhannallazi biyadihi ...
subhanna rabbika robbil izati ...
akhir kalam ayat-ayat suci
alhamdulillahirrabilalamin
penutup segala doa untuk kekasih

sesungguhnya itulah sabdaku; keakuan azali, kesucian segala maha sadari sedari kini. jangan tersesat jalan menuju pulang, sedangkan godaan datang silih berganti
si tongkat alif bersabda kembali;

"kembalilah engkau turun ke mayapada
pegang nukilan tauhid dari mursyid penuh cinta, amanah jangan dilengahkan, meski sulit dan pahit. lidah jembatan sirothol mustaqim, saksikan kehadiran kekasih di setiap daim"

Romy Sastra
Jakarta, 251219



PESIMIS

kekhawatiran pada kemarau telah berlalu, siklus adalah pertanda musim yang dibawa angin, debu-debu berhamburan bersemayam di mata, aku buta sekejap dari bayangan. kaukah itu cinta yang menitip bunga, lalu mengatup?

kekhwatiran pada hujan terbukti dingin, yang semestinya kau hangatkan tubuhku oleh rindu, dan rasamu sudah hambar dengan sendirinya. itu kutahu, karena tarian angin tak lagi gemulai di pucuk perdu. cinta masa lalu telah beku, membuat jiwaku trauma akan kekasih yang berakhir jadi pilu. ah, kau mantan adalah kenangan.

kekhawatiran pada kekinian adalah langkah pesimis di rasa yang fatalis, dan aku kalah bertarung sebelum tiba di finish.

HR RoS
Jakarta, 23 Desember 2019



KELANA SUFI

memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
salam diucapkan, jari-jari disatukan
duduk yang khyusuk kaki dirapatkan
seperti pencinta kemaruk mencari tuhan

ketukan pertama berdiri;
pelita dibawa ke dalam sukma
membunuh anasir nafsu dengan cahaya
belajar mati, nawaitu diam
ajsam menyimpan permata di ruang rahasia
dan pintu terbuka
permata-permata di jalanan berkilauan

memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
pada ketukan ke-dua;
debar-debar tak karuan
sebab kematian diundang
berkutat melawan ketakutan
antara iman dan godaan

memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
ketukan ke-tiga; berkidung rindu
merayu tak membohongi laku
puji-pujian asyik di titik batin
meniti ihdinash shirathal mustaqiim

memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
ketukan ke-empat; menari mencari kekasih
menari, seperti tari-tarian kinciran angin
gemulai, memutari Ka'bah berharap sampai
memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
ketukan ke-lima; trai-tirai kehidupan terbuka
sedangkan alif sudah menunggu tamu sebelum khalifah tiba

memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
ketukan ke-enam; khalifah uluk salam
bersalaman di dalam ranah
'salamun qoulam mirrobbirrohim'
wahdah terang membuncah
satu tangga lagi menuju istana cinta
bendera kemerdekaan sudah di depan mata
tiada lagi memuja asma, yang ada fana

memasuki rumah kekasih melalui tujuh pintu
di ketukan ke-tujuh;
telah pasrah segala daya,
tiada daya dan upaya, lahaulawalaquata ....
laisa kamisilihi tersaksi, tiada lagi warna
kekasih telah menyelimuti segala yang ada.

dan cinta itu nyata, makrifatullah

Romy Sastra
Jakarta, 24-12-2019



DENDAM SILSILAH
Romy Sastra


awal bumi dihuni khalifah, keturunan adam menoreh tikai menjadi panji berdarah di garis silsilah purba. pembantaian sepanjang sejarah adalah dendam tak sudah. hitam putih sama-sama mencari posisi. nubuat berkhidmat pada risalah, suara daud tak mampu mendamaikan isi semesta, berbahagialah burung-burung menikmati merdunya. tuan-tuan tergoda moleknya khuldi? mesiu menjadi mantra-mantra di selangkangan peradaban. dunia di ambang kehancuran, perang diciptakan di sana-sini. konflik bermula, dan tak asing di meja politik bermain catur sangat cantik, tuan berpesta di dada ibu yang tabah, aku mengutukmu, biadab....!!

Jakarta, 10 Januari 2020. 22:02



PERJALANAN ABADI
Romy Sastra


mengintip rahasia sunyi menuju jalan kematian kembali hidup. telinga tak lagi berdenging wajah pucat pasi, jantung berhenti berdegup. mata memandang sedih mencintai duniawi, akhirat di ambang pintu. lidah kelu meminta seteguk air pada nafsu menjadi gugup

esok atau lusa, mungkin seribu tahun lagi perjalanan diri ditinggalkan ruh. entahlah, yang jelas el-maut tetap bertamu. tanah liat jadi selimut sunyi, kain kafan rapuh. bangkai-bangkai berdebu menunggu waktu kembali utuh

lalu, apa yang dibawa ke sana? yang jelas tak pasti amal dunia diterima. sebab, riya-riya ibadah membaju di dada. pastikan satu keyakinan diri, shiratal mustaqim tak runtuh, total bertakwa sampai ruh berlabuh

Jakarta, 11 Januari 2020



ISTANA RAJA SELALU TERBUKA

bukan matahari enggan menyinari. sebab, siklus musim membawa pesan kepada awan. setidaknya ada harapan setiap pagi, ayam jantan memanggil dari jauh, seduhan kasih yang dinanti. bukan rembulan tak sempurna menerangi malam, musim hujan titipkan kesuburan pada dedaunan, semesta beribadah. lalu, mataku mengatup berjalan ke arah sujud, mencari berkah di setiap tahajud, aku masuk dari segala pintu, di setiap langkah merindukan cahaya menatap sinaran cinta bermegah, dan aku menunduk sadar, ternyata istana raja selalu terbuka

Romy Sastra
Jkt, 9/1/20



KEMBANG MISTERI


melintasi titian senja menuju dermaga
tertatih langkah memandu laju, dan kubawa seciduk tirta tak tumpah menyirami taman-taman bunga hampir layu
berharap kembang senja mekar selalu

menyibak sehelai rambut jatuh di hidungku
padahal sedari tadi dagu bertanya pada dungu, oh; anggrek, mawar, ataukah anyelir cinta kupilih? semua tumbuh di beranda jiwa berwarna ungu, jawaban resah tak tahu

lalu, kupetik kembang melati kucium mewangi
janji terpukau pada jalinan ingin mengabdi
kupelihara kelopak melati tak koyak oleh benci, jaring-jaring kupasang lewat telik sandi
jika kelopak koyak, apakah senja telah pergi?

aku pungut doa-doa malam di sanubari
kirimkan ke langit menengadah tadah pada ilahi, berharap pintu langit terbuka
wajah yang dirindu merupa

ahh, melati di titik batin ternyata tak merupa
ia telah tiada pergi ke alam sunyi tanpa kabar kekasih putih dibungkus misteri
rinduku semu angan berlalu

sebait doa pasrah di nisan tanah merah
kisah menyunting kasih tak sampai
melati dan kemboja bersedih di titian senja
pendayungku rapuh hanyut tertinggal jauh

Romy Sastra
Jakarta, 6120



SAJADAH JIWA

memilah-milah benang ngengat
dipintal seikat jadikan renda terikat kuat
sajadahku sutra, cinta berhias di mata
aku sunyikan diri menghindari duniawi
yang seringkali kalah bertarung melawan nafsu
kubungkam hawa berperang di mata pedang
kubuka pintu kalbu menyemai kalimatulhaq;
laa ilaaha illallah....

jiwaku telah lama berjodoh pada bakti semenjak ar-rabbani menitipkan janji azali
roh menyanggupi, batin menyadari
aku tafakur menemui cinta di dalam jiwa
labirin rasa menguji perjalanan sabda
nadiku bergetar jantung bertasbih;
subhanallah....

menggapai cinta di singgasana;
tatapan bersyahadah hamparan bermegah
aku pulang mengucap salam diam-diam
di pergulatan yang hebat hendak jabat terjawab, ya rahman ya rahim;
salamun qoulam mirrobblirrohim....

sajadah jiwa tempat berdoa paling pinta
terkurung di terali diri
surga dan neraka nyata berwujud
mati dibolak-balik kekasih
aku bersujud

Romy Sastra
Jakarta, 15120



MENCARI MAHA KEKASIH

tapa diri, ning hening
lebur terkubur bermandi peluh
dalam zikir bersama ruh
mencari cinta sepanjang permana
memuji menempuh kematian di dalam hidup
bergulung ombak di telaga suci
beriak tak bertepi, mencari-Mu yang dirindui

bilangan napas di tubuh gemuruh
bertanya pada sami' lonceng berbunyi
membuka tabir bashir sepasukan kerlip bertamu,
telaga zam-zam membanjiri pipi
tatapan nafsu terpenjara lara
jubah jibril menyelimuti dunia gigil terpana
diri diam tak berucap pelita nyala
musyahadah masih berupa warna

rasa memburu bisu menyentuh kalam
bawalah daku mursyid ke langit tertinggi
palang pintu penjaga istana menyambut
kasta-kasta mewah ditempuh
pada tujuh pintu neraka ditutup
membuka tujuh pintu cahaya
terbuka tirai maha kerlip menyentuh segala sukma
tauhid itu ternyata berdiri di baitullah

salaamun qaulam mirrabir rahiim
salam sejahtera dariku untukmu wahai pendaki
di sini pintu rahmat maha raja bermula
daun-daun berguguran
netra dunia padam netra batin menikam

memang pendakian cinta
belumlah sampai jejak langkah didaki
ini masih alam cahaya
leburkan saja kerlip jingga itu
jangan bermain rona pada aurora
itu pun masih rupa nafsu
mematikan diri hingga fana
'kan ditemui yang dirindui
berjumpa kekasih tak ingin berpisah lagi

Jakarta 250219



BUNGA NOKTAH

cobalah berpikir sebelum langkahmu ditentukan takdir
bunga yang kau tawarkan masih segar kucium
harum bungamu menggetarkan sukmaku

berpikirlah sebelum terlambat
sebelum sandiwara rasa itu tamat
kesalah-pahaman tak memahami ikatan
selalu menimbulkan kesumat

berpikir jembatan kehidupan kau dan aku
sebelum di awal noktah bunga itu layu
berpikir itu lebih baik daripada beribadah seribu tahun lamanya
taklah cinta menjadi kisah semusim saja

HR RoS
Jakarta 25 Februari 2019



DEBU YANG TERSISIH


hujan di mata sendu, bunga dahaga layu
melihat taman-taman di bulan berseri
ilalang menantang matahari tak mati
terik cermin kaca, retak seribu cahaya

debu pasrah diterbangkan angin
tersisih di lantai permadani
lenyap disentuh air tak bersedih
debu tetap nirmala, meski terbuang jauh

sungging di bibir merupa nebula
sementara saja aurora bermain cahaya
kisah kasih jadi kenangan tak berdian
hujan terus turun kenangan padam
sejatinya cinta tak memandang kasta
ahh, kejora enggan kelipkan sinaran
bulan malu di balik cemara
debu-debu hilang entah ke mana

TIM Cikini 220219



CATATAN SENJA DI BALIK TIRAI DOA

bunga tidurku siang tadi
membawa diri hanyut pada ilusi
ilusi seribu bayangan kurcaci mengoda
mengajakku untuk terjun dari bulan;
merupa alien
di dalam mimpi menembus lorong galaxi
di ruang kosong berkuda ufo
anganku terikat bergantung tak bertali
pada impian kekasih yang tak lagi kumengerti

ahh, aku dungu pada ego diri yang telah kosong
dengan suasana lelap pada kunci makrifat
rasa cinta yang tak kupakai lagi
bodohnya aku
mutiara telah menjadi beling kaca
emas telah menjadi suasa
dada berdebu, onak berduri
aku membuka dada matahatiku buta

Pada goresan senja menyapa tinta
di langit biru memadah doa
tuhan, engkau kekasih yang kupuja
yang kupinta selalu kau beri
padahal dosaku telah menembus langit
engkau masih saja tersenyum penuh kasih

nyalanya sebuah pelita kau beri
sebuah realita di jalan ini kulalui
lurus memanjang tak bengkok lagi
meski lembah-lembah terjal membayangi
langkah kaki optimis memandu kemudi
walau semak belukar di taman onar,
duri-duri menikam telapak jejak kehidupan
aku tetap melangkah meniti senja bermuara dalam barisan sajadah
hingga malam tak lagi nampak
yang ada fana tak lagi mencumbui warna

Aku yang selalu memetik harap pada doa berjamaah
bersama kekasih menemui maha kekasih
di haribaan pertapaan samarah
sujud dalam cinta kepadanya, dengannya
ya, kepadanya

HR RoS
Jakarta 17219



KOTAKU


di ujung petang di awal senja
memulai langkah sedari pagi
tak kenal lelah berlari
memandu jalan pulang membungkus asa
seperti burung-burung pulang ke sarang
bertelur lagi

lambaian kota metropolitan
menjanjikan masa depan
seperti laju kereta api membawa penumpang
di setiap gerbang berbondong-bondong
kaki-kaki cekatan berjalan di lorong-lorong
di tengah keramaian bisnis berlalu-lalang
mencari rezeki

mimpi di siang hari menatap mentari
jalan gersang dilalui
ada panas ada hujan
ya, pergi pagi demi kasih
kembali senja demi cinta

ahh, kota ...

kugantungkan impian di kota ini
demi kau dan si buah hati
di sini ...
ya, di sini di kota ini
jakarta macet parah
aku kalah ....

Jakarta 02 Maret 2019



BETELNUT UBUD


mereka datang menyulang satu wisky di meja yang disoroti laser mirror ball
kepala berputar-putar pesta puisi akan digelar
bule-bule cantik elastis di tumit yang tipis
wisky dituangkan ke dalam gelas-gelas tinggi
tubuh bule-bule menjulang panjang
aku tertegun pada perempuan bermata coklat
di BetelNut

malam itu house musik bernada zig-zag
beraliran jazz klasik, ngerap, trance, techno

di cafe ubud rasa hanyut dan tenggelam
mirror ball menyinari mawar-mawar segar
alunan trance di pesta malam membuat mata nanar

dunia malam di ubud
musik jazz di tangan DJ membangunkan kumbang-kumbang malam mencari makan
di tongkrongan di setiap sudut-sudut cafe
gerombolan mawar itu merayu
membuat dompet lesu
asap berpendar ditikam sinaran mirror ball
dadaku kian bergetar

di BetelNut gadis finlandia itu kukenali,
dia berkata:
what is your name?

aku menjawab;
my name is romy

pertanyaan itu terus berlangsung,
tatapanku padam dalam dialog yang beda,
serba bingung
dia berhenti berkomat-kamit di hadapanku
sebab tak ada jawaban berarti yang dia tunggu
dialog terputus, bir di tangan tumpah
aku mau ngomong apa? hanya bisa ketawa
si mata biru finlandia tersenyum ramah
aku pindah meja darinya
dan aku kalah

Romy Sastra
Jkt 070319



JEJAK-JEJAK PELITA

sunrise di awal jiwa titipkan cahaya
semenjak hu dzatullah dalam sabda
alam berwarna-warni menjadi nafsu duniawi
bayangan diri disepoi mamiri menjauh

surya di atas kepala didih
ubun bertasbih
permana usia tak bisa diterka
hidup bermandi peluh
jejak tertinggal jauh bayangan luruh di tubuh
langkah berangsur dekat ke batu nisan
sekejap saja perjalanan terik menerangi
menunggu padam

sunset merupa keemasan di tepian senja
seperti buah yang ranum menunggu jatuh ke tanah, lalu mati
nama dan jasa jadi sejarah
di mana kawan abadi setia menemani?
belum jua didatangi

HR RoS
Jkt 5 Maret 2019



CARANO MINANGKABAU

tuanku titipkan tiga tungku perapian di tengah gelanggang
dendang menciptakan kasih sayang
tarian tak serampangan

carano tuah sakato;
mamak rang sumando,
anak daro ayah bundo
dihidangkan sebagai pembuka kata
sebelum tanak masak di beranda rumah

carano pembulat kata;
diisi gambir pinang dan sekapur sirih
dulamak penutup carano
dalam makna penutup rahasia di dalam rumah
simbol ukhuwah menuju musyawarah

tiga tungku perapian nyalakan masa depan
penghulu, cerdik pandai, alim ulama
pembimbing nagari penjaga norma
jangan padam dian ditantang globalisasi
kokoh seperti sabda kersani di tubuh adam
menancap ke bumi

lalu, tuanku titahkan kearifan adat yang tak lekang oleh panas, dan tak lapuk oleh hujan
dalam motto raja:
adat bersandi alur, alur bersandi patut
sabda raja dituruti

di tantangan zaman
tongkat penghulu dipegang
sebagai penunjuk jalan anak kemenakan
lestarikan adat jangan dijual-belikan
adat jangan diganti, sebab telah mufakat
akidah telah terpatri di nurani, ulama terangi!

sabda tersimpan di dada menyinari isi kepala
cinta tetaplah cinta tak berganti benci
budaya itu menjadi sejarah di setiap laku

HR RoS
Jakarta 5 Maret 2019
catatan kaki:
carano dalam makna wadah / tempat
mamak di minangkabau sebagai paman atau penghulu
rangsumando adalah ipar
dulamak berupa kain penutup carano




SASTRA GELISAH

kepada angin kukabarkan serat pasir putih
bahwa malam ini sunyi
aku pesankan tiupan rasa untuk kedasih
kepada riak nan mendebur riuh
buih-buih terhempas jadi bias
nyiur melambai damaikan camar bernyanyi

rindu jangan layu daun masih bisa kusentuh
batang tak dipatahkan bunga malu tumbuh
kumbang bermain peran adalah cabaran
sampai di mana kelopak bermekaran?

taklah sajak dan puisi jadi gersang
biarkan ranting-ranting jatuh ke bumi
meski madah ini gelisah malam berkabut
bulan malu di balik awan
jangan si pungguk merindukan angan

oh, bunga seroja nan ranum
di semenanjung pesisir laut cina Selatan
bait-bait sastra pernah dirangkai ke muka buku
aku ceritakan kisah rindu tak pernah sudah
pada siapa anganku melaju?
aku kedinginan sendirian
jalinan asmara di beranda senja tak lagi indah
tarian angin melahirkan tanda tanya

andaikan pelita redup kasih lilinkan di meja
bersenandunglah di dada noktah nan suci
kan didapatkan surgawi menjelma kasih
lengan arjuna memeluk erat srikandi
sudikah kita bersama?

kukirimkan syairku lewat maya
pada tarian hati nan bersahaja
bersemilah dikau gita cinta digores pena
sebait doa berbungkus sastra memandu rela
meski kita terpisah jarak gunung dan samudra
bisakah setia itu membaja?
ah, entahlah ....

HR RoS
Jkt 140319



KEHILANGAN

... rinai luruh di mata sendu
badai menyimpan dendam di awan
hujan akhirnya jatuh
tubuh berselimut kabut
gigil kedinginan
di mana payung diselipkan?
dada kehujanan ...

HR RoS
Jkt 13319



KUDA-KUDA YANG PATAH


telah kau nyalakan api di telunjukmu
membakari sayap-sayap garuda
sedangkan pelita kau ulurkan tak nyala
pundakku sudah berat ditindih perih
kau menyebarkan hoax dan kebencian
seperti jalanmu saja yang bercahaya

negeri ini selalu tersenyum
tak menyimpan dendam
di mana jasa para pahlawan disematkan?
mereka menumpahkan darah hingga nyawa
demi kemerdekaan dari penjajah
kita lupa,
prajurit itu mati diterjang peluru
akankah kau selalu membuat isu?
sejarah mari dikenang!

tikai di negeri jazirah
jangan kau impor kemari
kami sudah lama berdamai dengan sunah
negeri ini bukan thogut
azasnya pancasila, pun disusun ulama
budaya nusantara sudah menyimpan tauhid
tak percaya?
tanya saja candraloka!

ah, tengoklah selendang usang ibumu
menyimpan air mata kerinduan
sebagai sajadah panjang di kepalanya
alif dipegang penuntun jalan
buka dada!

rahman rahim bersemayam di jiwa ini
sedangkan tuhan tak benci pada keadaan
sadari!
kita yang membencii antar sesama
homo homini lupus jangan pelihara

tuhan memainkan peran
skenarionya berjalan di rahasia kehidupan
kau dan aku, serta mereka adalah cinta
maka, bersatulah!

Romy Sastra
Jkt, 12 Maret 2019



SAHABAT KESAYANGAN

menarik rentang tali temali
berjarak jauh dipintal mendekat ke dalam diri
nan terikat pada simpul pohon rimbun
akar pohon mencakar di ujung kuku
tak melukai dada ibu

pucuk melambai menyentuh arasy
sebagai saksi laju perjalanan kereta
nan acap kali singgah di berbagai platform
ketika perjalanan usai jejak terbengkalai
menempuh titian dunia di setiap langkah
hidup jangan dibuat sansai
padahal el-maut selalu mengintai

pada pengadilan maha adil
terpaku menunggu titah di meja maha hakim
di sana terjawab perkara rahasia batin
nan bersembunyi sunyi di lembaran dunia
akankah pesta mewah menjadi duka?
neraca sudah memberitahu bukti
kerugian tak ada ganti

memilih berkidmat dengan dua sahabat
bernama iman dan tauhid
napasnya setia berhias di setiap laku
tak melolong meminta tolong
berbicara diam bukan bisu
melainkan menutup aib
nafsu selalu berbuat malu

roda kereta berantai baja rel berbantal besi
pergi bermusyafir membawa diri
kasih terikat di dada si empu cinta
bermanja berkasih sayang tak terkira
jikalau tahu jalan musyahadah

dua sahabat kesayangan itu bersimpuh
di atas sajadah membentang kembali pulang
pada jejak-jejak santri siang malam merindui
menuju pintu dermaga abadi:
mata hati

HR RoS
Jakarta, 08 Maret 2019



FATAMORGANA


Juita, lama sudah pesanku terkirim, kenapa tak ada jawaban darimu? Dinginnya embun pagi, telah kembali pada senja, secercah bintang di langit titipkan temaram kian menyapa malam. Sedangkan rerumputan bergoyang bermain kelam.

Di sana, kuncup-kuncup putri malu mekar berseri, serabut kembang mewangi jatuh perlahan, ditingkah kupu-kupu menari lambaikan sayap berwarna-warni,

Di ufuk senja itu, tarian sriti menyilaukan pelangi yang akan tenggelam pada rintik hujan 'kan reda.
Siluet di kaki langit berhias orange
Camar kesepian dendangkan lagu kenangan,
tentang kereta senja tak pernah kembali lagi.

Oohh, kidung asmara kasih nan terkisah
Rindu semusim purnama sebentar lagi tiba
Rindu pada rona malam di langit kelap kelip
Datanglah!
Jangan bersembunyi di balik cemara

Juita, sang bidadari malam,
izinkan kukecup bibirmu lewat pesona sajak anganku.
Aku rindu serindu-rindunya,
Juita, aku bermimpi tentangmu.
Kau pesonakan rasaku pada bibirmu yang indah, aku terlena
Saat ini aku benar-benar resah
mengingati kisah tak pernah nyata
Ah, bercinta pada bayangan yang tak indah.

Kembalilah Juitaku ke alam nyata,
usah bermain mimpi lagi.
Berrcumbulah Juitaku di dalam tirai asmara, marilah menyemai benih menuai semi!
Apakah diksi ini hanya terhantar lewat hampa?
Tak mengapa, aku berkisah pada dendam rasa menyuburkan tinta saja.
Ya, aku berharap lukisan wajahmu nyata,
ternyata tak ada.
Kau Juita kekasih ada dan tiada.
Mimpiku terkisah dalam bayangan saja.
Aahh, rindu pada Juita hanya fatamorgana

HR-RoS
Jkt, 220319



CINTA TAK BERNISAN

aku pernah berlayar mengarungi lautan
jumpai dayita dalam renungan
dermaga rindu kutemui
ternyata sunyi

layaranku origami
tak mampu lagi datangi kerinduan
kisah sudah mainan bayangan diri
aku pasrah, karam dan mati

HR RoS
Jkt 24319




CATATAN SENJA 1

Masih seperti yang dulu
menunggumu sampai akhir hidupku,

masih ku rajut benang kasih
di tepian senja di taman ini..

Adakah kau menyapaku disini
duhai yang disana??

Sesungguhnya realitaku harmonis
pada kedewasaan
yang sama-sama di mengerti
antara kau dia mereka dan cinta.

<>

Dikala senja mulai menepi
pada dedaunan yang akan gugur
aku bertanya pada pelangi.

Pelangi,..??
parasmu indah
wajahmu cantik
tapi sayangnya,
raut pelangimu tergurat rona misteri.

Oh pelangi,
kaukah itu....
yang akan pergi di sulam malam
yang kian kelam.
malammu menari dengan kunang-kunang
yang akan menambah sunyi
aku di landa sepi yang kian sepi.

Bila masa disenja hari
aku mulai bertasbih
dermaga rasa berdoa diatas sajadah
di waktu maghrib menitip doa
aku menyapa dalam ibadah ya allah,
Mahabbahmu turunkanlah...

Dikala malam lena menyapa rasa
di pembaringanmu aku menitip kata cinta
pada suatu kekasih
sakitnya melilit menyayat hati
kau sulam nitis itu sendiri dalam sunyi
kau usap tangis tanpa suami.

Tuhan,
jangan ambil nyawanya.

bila masa-masa sunyi kau terperap
kau selimuti rasa sakit dalam lelap
ambillah penyakitnya tuhan,
izinkan ia sehat wal afiat.

Bangunkan ia di waktu pagi
dengan secerah mentari
biarkan kami hidup seribu tahun lagi
dalam harap tergurat obat
doakku kepada-Mu ya Rab
ampunilah kami.

Tuhan,
Mimpinya belum usai
gita cinta ini belum terurai
beban hidup dan amanah belum tertunai
Awan yang berarak
jikalau rinai membasahi jalan ini kan berlalu pergi..!
gantilah dengan warna pelangi
walau sekejap ia akan berarti untuk senja.

Tuhan,
di kemirisan puisi ini
aku menitip doa religi
sekali lagi, sehatkanlah ia kembali
dari rasa sakit yang selalu setia
menemani tubuhnya.
aku yang mencintai pelangi itu
di hujung negeri,
pada setangkai bunga yang akan gugur
di senja hari.

HR RoS
Jakarta 5-8-2015



CATATAN SENJA 2
Tegar Bersama Realita


Oohh,
ku sandarkan lelah diri di dinding senja
telah jauh tatapan ku pandu
selintas angan memetik bayangan
pada suatu yang ku rindu
yang tak lagi ku temui.

Dulu,
ranting berdaun subur bersemi
kini,
dedaunan itu jatuh gugur ke bumi.

Oh naluri,
tegarlah bersama realita cinta
paranoid mimpi berlalulah
hembusan bayu kau nafas surga itu
jangan kau pacu nafsu mengejar semu
yang akan mengkoyakkan istana yang ku bina.

Sayap-sayap merpatiku,
telah patah oleh limbubu cemburu
ku hela nafas panjang.
bahwa gita hari
telah menepi pada rona langit
yang menitip embun,
basahi gersangnya nokhta kasih sayang.

Disana,
kasih sayang yang ku bina
bersama malam selama ini,
sunyi sudah sebuah peraduan kasih
biarlah sunyi.

Bahwa bayang-bayang yang ku rindu
benar telah menghilang dari pandangan
tanpa ada pesan yang kau titipkan.

Di akhir kisah,
kepedihan ku balut sendiri,
meski rona-rona senja semakin meninggalkanku malam ini.

biarkanlah malam ku kelam
tanpa ada lagi
lilin-lilin kecil yang kau nyanyikan.
aahhh,
masih ada terik rembulan menyinari selimut malamku
pada sebuah kenyataan suratan takdir
titipan tuhan
di pundak ini.

HR RoS
Catatan Senja



CATATAN SENJA 3
Di Balik Tirai Mimpi


Bunga tidurku siang tadi
membawa diriku hanyut pada ilusi
ilusi seribu bayangan kurcaci mengoda,
mengajakku untuk terjun dari bulan.
ia merupa alien alam mimpi menembus lorong galaxi,
di ruang kosong berkuda ufo
anganku terikat bergantung tak bertali,
pada impian kekasih hati yang tak lagi di mengerti.

Aahh,
aku dungu pada ego diri,
yang telah kosong
dengan suasana lelap pada kunci makrifat cinta yang tak ku pakai lagi.

Pada goresan senja
yang menyapa tinta
di langit biru memadah.

cerahnya sebuah realita di jalan ini
lurus memanjang tak bengkok lagi
meski lembah-lembah terjal membayangi
langkah kaki optimis memandu senja.
walau semak belukar di taman onar,
bak onak duri menikam telapak jejak kehidupan.
aku tetap melangkah meniti senja, bermuara dalam barisan sajadah bersamanya.

Aku yang selalu memetik harap pada doa berjamaah
bersama kekasih menemui maha kekasih.
di haribaan pertapaan samarah
sujud dalam cinta kepada-Nya
bersamanya,
ya kepada-Nya.

HR RoS
Catatan Senja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar