UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 02 Januari 2020

Kumpulan Puisi Ade Saputra Sunankaligandu - KUNANTI DI UJUNG SEPI



AKU INGIN PULANG
BY. Ade Saputra Sunankaligandu


Aku ingin pulang,...
Bercengkerama di taman nirwana
Melukis giris gerimis di ujung senja
Yang jatuh di atas tilam usang

Aku inginkan engkau,..
Yang menatapku tanpa berpaling
Yang berdiri sebagai pendamping
Yang membunuh semua benalu

Lihatlah, kita disekat perasangka
Hingga ragu membunuh logika
Lambungkan imaji tanpa henti
Nalar pun kelu, lalu mati

Aku ingin pulang,...
Pada istana cinta kita
Taburilah, jalanan nan telah gersang
Dengan aneka bunga

#DewaBumiRaflesia_28_12_19



KUNANTI DI UJUNG SEPI
By. AAde Saputra Sunankaligandu


Dik, bukan remang nan kuanyam
Pada jalanan senjamu nan sepi
Atau, kunikmati sebatas cawan kopi
Lalu sirna ditelan kelam

Dik, adamu beri arti
Bukan tentang mimpi malam tadi
Aku, hanya ingin satu warna
Dari berjuta ronamu, tanpa perantara

Dik, bangku ini sungguh sepi
Duduklah di sini, tanpa mimpi
Lalu genggam jemariku
Sambil kita hitung lembar ambigu

Lalu, kita udar satu satu
Agar tiada legenda pilu
Ketika kita ronce satu warna
Di atas tilam nirwana

#DewaBumiRaflesia_26_12_19



SETELAH ALENIA JEDA
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Aksara kita, menggurat di alenia baru
Ketika sejanak, tejeda tanpa cerita
Sedangkan rindu, kian membiru
Lalu pecah dikecupan mesra

Aku, tanpa paradigma di sahara
Meramu bisu dalam bejana cedera
Namun, aku tak punya ambigu
Tulusku, tak lekang oleh waktu

Kita, tanpa antara
Namun, disekat perantara
Pemisah warna pelangi
Penghuni ruang-ruang elegi

Kita di alenia baru
Satu ruang, di satu waktu
Pada degup tak menentu
Terkurung di rimbun benalu

#DewaBumiRaflesia_01_01_20



HITAM PUTIH CINTA
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Aku, hitam putih cinta,...
Terpana, hingga senja digulung gulita
Tatap, sayunya binar netra itu
Kecup mesra, ranumnya bibir itu

Aku, hitam putih cinta,...
Menggapaimu di balik jendela kaca
Pecahkan saja, kan kukutip serpihannya
Pun, kubalut guratan lukanya

Aku, hitam putih cinta,...
Menunggu usainya gerimis
Hingga terbit rona pelangi di ujung senja
Telah kusaji, aneka hidangan manis

Aku, hitam putih cinta,...
Yang alfa, luahkan kecupan di kening
Beri tanda, cinta bukan fatamorgana
Meski kita, terpasung dalam ruang

#DewaBumiRaflesia_03_01_20



Ini merupakan rangkuman cerita dari isi novel Gegas Meranggas
GEGAS MERANGGAS
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Gegas itu, aku,...

Yang mengejar bayang-bayang pada helai angin
Pusarakan raga renta, mengepak sayap angan ke awan
Mematri jeruji janji, lalu berlari berburu illusi
Mengakhiri setiap paragraf, dengan alibi basi

Aku, menakar samudera hanya dengan gelas kaca
Mengarunginya pun, hanya dengan rakit bambu
Seperti halnya tiada garis batas yang kuanggap tabu
Semua sama, tak akan kutanya neraca

Meranggas itu, pun aku,...

Berlari menggapai tepi, di luasnya sahara mimpi
Jatuh tersimpuh, lalu punah dari ranah
Sirna rupa, tiada arca tersisa pada legenda dinasti
Tak seperti ranting, masih kering meski telah patah

Lihatlah, ketika yang kulukis rona pelangi
Bunga-bunga bermekaran, pun kembang ilalang
Tak sama, ketika kanvasku terbang melayang
Lalat pun, tak ingin hinggap lagi

Aku, mati suri sedari pagi
Usah kau tanya renjana, meski hanya sebejana
Aku hanya pencinta yang tak punya cinta
Biarkan, aku mengecupmu, lalu pergi

#DewaBumiRaflesia_14_01_20



B I R A H I
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Kusetubuhi, rahim-rahim birahi
Yang terpajang, bertubuh telanjang
Liuk melenggang, jiwa pun terangsang
Paradigmaku, akan bait-bait puisi

Pongah, bila tak kusebut indah
Dungu, ketika aku hanya terpana
Sedangkan malam, molek tanpa busana
Menanti mata pena pujangga menjamah

Biarkan, sejenak kutanggalkan
Beribu benalu yang menyesak
Dari pohon yang bernama kebijakan
Hingga perdu rindu yang kian menyemak

Aku, hanya ingin sendiri
Nikmati mata pena yang birahi
Setubuhi tiap inci bait puisi
Di altar gulita malam sepi

#DewaBumiRaflesia_10_07_19



ARCA BERMASKARA
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Puan, aku sahaya sudra
Bertubuh lusuh, tanpa ruh
Pun, tanpa pusara
Namun, coba berdiri, meski tak tangguh

Puan, aku tersesat, di kota aksara para dewata
Kutip bebulir, aneka warna tinta
Lalu, kujadikan maskara, juga gincu
Rupaku.... entahlah, 'ku tak tahu

Puan, aku hanya tubuh tanpa ruh
Membaur, di antara parade pujangga
Sedangkan aku, cuma arca rapuh
Memakai gincu, juga maskara

#DewaBumiRaflesia_14_06_19



AKU TAK MENYANTUNI

Di gigil basah resah retina
Goyahkan langkah patah-patah
Sematkan tanda asa gulana
Meski sungging coba kau rekah

Aku, mengusap lembut helai rambutmu
Mengecup mesra halus keningmu
Dengan rasa buta tanpa warna
Dengan segenap asa renjana

Tidak karena warna iba
Tuk santuni nurani yang mati
Atau, memburu bayang ilusi
Yang lintasi garis ruang hampa

Aku mencinta, dengan hela napas sahaya
Dengan langkah papa nan pongah
Tuk mengukir raut rupa istana
Menyusun tiap keping yang patah

Aku tak menyantuni
Sebab hanya mati suri
Kan bangkit kembali
Menganyam temali hati

By. Ade Saputra Sunankaligandu
#DewaBumiRaflesia_22_04_19
ADE SAPUTRA
SUNANKALIGANDU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar