UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 06 Mei 2022

Kumpulan Puisi Romy Sastra - CINTAKU TAKZIM


CINTAKU TAKZIM

pada kekasih kutitip salam,
salam dititipkan ke dalam doa
mengiring cinta
cinta terhantar ke medan takwa
maka aku tawadhu'

pada kekasih kutitip salam,
kuulurkan sekujur jiwa penuh pasrah
membawa sukma ke singgasana cahaya
bersemayam mengitari rahsi
rahsi ilahi memandu rahsa sejati

pada kekasih kutitip salam,
kularungkan diam pada tatapan
melangkah ke savana rasa menatap cinta
terbuka kelambu kasih
tak lagi cahaya

pada kekasih kutitip salam,
hening tak bersuara, bising tak bernada
: la sami'an ilaallah
tiada yang mendengar kecuali pendengarnya

pada kekasih kutitip salam,
ucapan tak berlisan pujian penghayatan
cinta menyapa dan tak ada sahutan
dia berbisik
: la mutakalliman ilaallah
tiada pembicaraan kecuali dia yang berkata

pada kekasih kutitip salam,
menatap keindahan kekasih
tak kutemukan surgawi
yang ada tatapan tasbih
: la bashiran ilaallah
tiada yang melihat kecuali dia menatap

pada kekasih kutitip salam,
tenggelam memasuki ruang batin
ternyata tak ada kehidupan dan kematian
yang ada awas
: la hayatan ilaallah
tiada yang hidup abadi selain dia

lalu, siapa aku?
"la haula wala kuata illa billahil aliyil adzim"
dialah ia berkuasa pada yang ada dan tiada
salamku terkirim cintaku takzim

Romy Sastra
Jakarta, 1 Mei 2022



KEKASIH YANG PERGI DAN KEMBALI

kekasihku bertamu setahun yang lalu
dia datang di saat jiwa ini gersang
rindu bercumbu di malam-malam panjang
mengetuk pintu langit

di ujung pintu kau memanggilku
mari, mari, mari ...?!
sambut daku dengan senyuman sayang
akan kubawakan seribu satu berkah di jemariku: untukmu

kekasihku akan pulang sebentar lagi
setahun yang lalu sempat menghilang
mungkinkah kita bersua kembali di gerbang penantian?

kekasihku tersenyum
cinta yang dibawanya kubalas mesra
kusuguhkan rasa rindu bertanya malu
adakah amal yang dulu tercatat di majelis shaum?

kekasihku tertawa di mulut toa
anak-anak kecil berlari-lari di muka musala
pesta ibadah berlomba-lomba
pekik toa meraung-raung indahnya suasana
semacam pesta di rumah rasulullah

kekasihku kecewa
sebab pengabdian cinta kutawarkan
tak menghiburnya
pesta ramadan seharusnya mabuk kerinduan
kenapa tak bercinta sepenuh doa?
melainkan berpacu mencari gaun pengantin yang lain
meski kekasih selalu bersedih
kemuliaannya tetap dia beri
ya ramadan?
kuingin karam dalam impian
di lautan maha ampunan

Romy Sastra
Jakarta, 29 April 2022



AKU MENGUTUK YANG MABUK

kehidupan marjinal bertanya:
apakah jeritan itu masih meneriakkan kelaparan?
anak-anak putus sekolah bermain di jalanan

kepada kota yang bermega:
bising semakin buruk di mana-mana
mengapa istana begitu sepi?

hati nurani ditutupi materi
rumah nyonya tidak berdian
Pak dasi sibuk mencari kesenangan duniawi

dan aku heran mengutuk kesaksian
keindahan zaman diperkosa
: ibu berteriak
oi, perutku buncit terburai sansai
tikai mengusung keranda kematian
pesta terus berdansa tak kunjung usai
mereka mabuk

Romy Sastra
Jakarta, 28 April 2022




RESENSI FITRAH

perjalanan kekasih mengajarkan arti peduli tak serakah, melainkan menabur fitrah. mata menyimpan telaga nan tumpah setelah bait-bait doa mengetuk pintu langit memohon maghfirah. pada akhirnya, kekasih itu beringsut ke depan pintu dan berlalu setelah kembali satu bulan menitip pesan ilah. lalu menuju sunyi yang lesap seketika riuh tiba: takbir tahmid, tahlil, tasbih dibaca. semesta bersuka cita kenapa aku kembali lupa? sedangkan nun di sudut hati tak henti menyapa

Romy Sastra
Kubang Bayang, 13 Mei 2022



KESAKSIAN NISFU SYA'BAN

sunyi berkawan malam berdiam diri menatap dian, merenungi jejak-jejak hari yang pergi, hingga merenangi keringat seribu satu noda membayangi bersemayam di dada ini. tentang perjalanan malam ambiya menemui ar-rabbani turun ke langit dunia menebar kasih sayang serta ampunan. aku heningkan cipta mencari maha cinta

mahabbah di malam nisfu sya'ban catatan amal ditutup saldo amal diperlihatkan, setahun menyemai benih kebajikan. adakah sampai catatan itu ke langit, ataukah tertumpah di lautan?

perigiku diam tak lagi berkomat-kamit menghitung tasbih menunggu hadirnya kekasih. hadir pada hati yang bersih, dan dia menemani sepenuh kasih. aku tak risau pun tak bersedih. lalu kututup mata kubuka bil qolbi, purnama hadir adalah kesaksian sebentuk bejana. padahal sang raja sedari tak pernah menutup pintu rumahnya, bahkan dihamparkan sahara sutra sepenuh cinta. ruhku setiap lafaz bergegas menggapainya sepanjang hayat dan tubuhku sekarat.

Romy Sastra
Jakarta, 12,05,22



PURNAMA TIBA DI MUSIM HUJAN


kertas disetubuhi majas dilumat kias-kias rindu mengalun merdu, rentang temu pada cinta tak kunjung datang. kepastian noktah tak ada kata menjawab rasa, kenapa bisu?

kini purnama sudah tiba di musim hujan, tetesan embun berulangkali suburkan dedaunan, kenapa jawaban musim tak jua bibit berputik yang disemai sebelum hujan melanda? semestinya buah sudah ranum

ah, tentu saja aurora malam tak lagi bergelora. malam diselimuti dingin di batas penantian, senyum purnama yang diimpikan tak jadi kenyataan. apakah suratan azali tak berpihak pada takdir? ataukah catatan telah berpindah pada bayang-bayang kepalsuan?

ya, tak mungkin perjanjian angin mengubah haluan dingin. padahal purnama selalu tiba di garis rotasi, hanya kabus hitam tak memberikan arunika merupa cahaya di dada candra.

Romy Sastra
Ngawi, 7522




JIWAKU DAN TUAN GURU
Romy Sastra


Lembah-lembah diri kuselami
menurun mendaki melafal kalam Ilahi
jalan-jalan terjal kutelusuri
memasuki alam jiwa rongga rimba raya
aku dan nafsu itu
mengikuti jejak langkah iman diri tertatih
jerih payah tak lagi dirasai

Di aliran nan tenang itu cahaya bertapa bisu
di balik batu berkilau zamrud
seperti bercermin di telaga kaca rasa
ia Maha Jiwa kepada yang berjiwa
cahaya itu berbisik:

"Duhai yang menengadah ke langit jiwa
di tingkat makam yang tinggi itu
mahkota cinta bertakhta,
untuk apa engkau datang kemari?
yang hanya membawa jera
padamkan pelangi melingkari galaxi diri
biar tak tergoda ilusi"

"Duhai yang terlena payah,
jangan jauh-jauh mencari cinta
selami saja lautan terdalam
jangan takut tenggelam
di dasar jiwamu itu mutiara tersimpan"

"Wahai, tuan guru mursyid hakiki
aku datang kemari membawa cinta
izinkan aku bertanya tentang azali berdiri
ya tuan penunggu sagara alam diri?

"Baiklah ... coba kau pegang tongkat alif ini!
Jangan dilepaskan walau sesaat
dan jangan kau berdiri di kakimu meski penat
jangan pula kau duduk di tilam permadani!
Tetapi, berpijaklah di tempat rasamu bersembunyi
kau 'kan tahu rasa yang sejati
bersilalah pada embun-embun malam
pada ruang yang teramat sunyi
walau sesak menyeruak berdinding pekat
tak dapat melihat di dalam kelopak, abstrak
bercumbulah dengan lafaz tasbih berbisik,
'kan kau dapatkan khair-khair rahsi"

Di sana sabda itu dibisikkan
di pertemuan pintu ar-rabbani:
"La illaha illa ana, innani anaallah"
pengakuan suci

"Fa subhannallazi biyadihi...."
akhir kalam ayat berjanji

"Subhanna rabbika robbil izati...."
ia penutup segala doa pada asma suci

Sesungguhnya itulah sabda tuan guru
membuka jalan tajali mimpi
meminta petunjuk jalan azali
keakuan cinta terbukanya ilmi
dia nyata di setiap saksi tak terbantah
fana ....

Mursyid memanggil pulang,
kembalilah turun ke mayapada duhai jiwa kelana!
pegang nukilan tauhid Ilahi
jangan dilengahkan!
meski langit itu 'kan runtuh ke bumi.

Jakarta, 28 Mei 2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar