UCAPAN TERIMA KASIH
Oleh : Siamir Marulafau,dosen Fib USU
E-mail : siamirmarulafau7@gmail.com
Di celah-celalah acara khitaman putra Bpk.Dr. Suhaimi,SH ,M.Hum ini, Penyair Dalam Lingkaran Cinta mendapat pemberian buku antologi Cerpen bertajuk " PELUKAN TERAKHIR " Tsi Taura Dkk : Antologi Cerita Pendek Covid-19 Pilihan Kosambi.
Sebagai salah seorang anggota grup KOSAMBI, sangat tertegun dan merasa bahagia walaupun tak ada karya cerpen saya dalam antologi ini tetapi setelah saya lihat dan membaca dengan cermat maka saya katakan bahwa semua cerpen dkk adalah bagus-bagus tak lari dari tema yang ditentukan. Apalagi pada halaman 7 terlihat ulasan tentang maksud dan tujuan penulisan cerpen yang dibentangkan oleh pakar dari Balai Bahasa Sumatra Utara, Bpk. Suyadi San (Sastrawan) adalah sangat memuaskan hati pembaca.Mengapa dan ada apa dengan cerpen itu? Ulasan tersebut sangat tepat dalam berbagai pembicaraan terutama masalah tema , dan teori-teori yang dipaparkan.,dan segala aspek yang mendukung penulisan cerpen oleh 23 orang cerpenis.
Meskipun demikian, saya sebagai pembaca juga turut memberikan hal yang menggembirakan terutama dalam tema dan sistem penulisan bahwa tema sangat tepat dan penulisan serta penggunaan bahasa tidak menyimpang dari apa yang diharapkan. Walaupun ditulis dengan tema yang sama tapi judul berbeda-beda. Tapi entah mengapa mata saya melirik pada satu topik cerpen bertajuk" PELUKAN TERAKHIR" Oleh Tsi Taura. Rasanya hati saya terpesona. Mengapa Topik ini sangat menggugah hati saya karena penulis cerpen menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama Fatimah, yang menjadi salah seorang korban covid-19. Tapi walaupun demikian nasib seseorang akan berubah dan untung Janda itu diselamatkan oleh seorang tokoh bernama Ivo walaupun akhirnya Ivo juga dipanggil oleh Maha Pencipta.Waduh sedihnya dan membuat hati pembaca merasa IBA. Dari sistem penulisan, Penulis cerpen sangat pandai memainkan dan menggunakan kata-kata dengan menggunakan MAJAS. Jadi, cerpen terasa indah dibaca. Saya sebagai pembaca merasa heran sekali dengan kemampuan penulis cerpen ini.Mengapa dan ada apa? Karena latar belakang pendidikannya bukan dari sarjana sastra. Kok, seorang Advokat Jaksa bisa menulis karya sastra malahan lebih paten dari sarjana sastra. Maaf iya bukan saya puji dan jangan naik kuping Adikku, DR. Suhaimi, SH,M. Hum. Apa yang yang saya tulis ini adalah benar dan bukan mengada-ada. Jelas, terbukti. Coba kita bayangkan dan pikirkan banyak sarjana sastra baik dari bahasa Indonesia maupun dari jurusan sastra , bahasa Inggris tak bisa menulis karya sastra (Sebahagian dari mereka itu, dan tak banyak yang bisa ), betul apa tidak?
Merujuk pada topik cerpen yang ditulis di atas, topiknya sangat menarik dan saya juga menulis antologi kumpulan cerpen tentang covid-19 bertajuk " CIUMAN TERAKHIR". Waduh, dengan ulasan dan tajuk yang berbeda. Dengan penuh kerendahan hati membaca karya Bapak Dr Suhaimi di atas, saya sebagai pembaca dan penulis esei singkat ini memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan karena saya bukan malaikat dan masih HIJAU dalam ilmu sastra. Terima kasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Drs.Siamir Marulafau,M.Hum
Nip. 19580517 1985031003
BERBAGI KARYA
Oleh :Siamir Marulafau
Di celah-celah peresmian acara Khitaman salah seorang putra Bapak Dr.T. Suhaimi, SH; M.Hum /Tsi Taura, Penyair Dalam Lingkaran Cinta (Siamir Marulafau), dosen Fib USU, ini membagi sebuah antologi puisi bertajuk "TRI LOGI MERAH" karya Ibu Ni Putu Putri Suastini, seorang penyair dan sastrawan terkenal dari Provinsi Bali. Antologi puisi ini sangat bermanfaat dan memberi nilai kehidupan berazaskan keberanian dalam menelusuri kehidupan yang didasari pada alam semesta. Pembaca buku antologi puisi ini juga merasa karya Ibu Gubernur Bali ini sangat memberikan dampak positif kepada pemirsa di tanah air. Untuk ini, pembaca (Siamir Marulafau) merasa tidak salah langkah jika buku antologi ini berbagi pendapat dalam membaca dan membahas karya penyair kita ini yang telah banyak menulis , membaca puisi dan bergelimang dalam teater sebagai AKTRIS, pelaku pentas dalam pementasan drama. Hal ini sangat membuat hati pembaca tertegun.
Penerima buku ini tentu saja tak akan menolak pembagian ini karena Bapak Dr. T.Suhaimi, SH, M. Hum ini sangat dikenal sebagai penggemar seni dan penyair, serta Sastrawan Sumatra Utara, Nasional yang telah banyak menulis puisi, cerpen dan menerbitkan banyak buku antologi puisi dan cerpen. Beliau juga penggemar teater. walaupun Bpk ini adalah sebagai Jaksa di Jakarta tapi ternyata sangat berpotensial dalam penulisan karya sastra. Bpk Suhaimi seorang Pengawas KOSAMBI, yang mengawasi sebuah grup dalam penulisan karya sastra, puisi dan naskah teater, yang diketuai oleh Bpk.Drs. Suyadi San, M.Hum ( Penyair dan Sastrawan Nasional). Sebagai bukti ,kita dapat menyaksikan berbagai pertunjukkan teater yang pelaku dan aktornya adalah Agus Susilo , Bpk Idrus Pasaribu dirumah Bpk Suhaimi sendiri, yaitu : Jln. Palembang Nomor 16, Kota Binjai, Sumatra Utara, Indonesia.
Demikianlah ulasan yang dapat dibentangkan dalam upaya menambah wawasan dan cakrawala penulisan karya sastra dalam dunia penciptaan karya sastra di tanah air. Jika ada kesalahan dalam penyampaian, mohon dimaafkan. Terima kasih.
Wassalam,
Dtt
Associate Prof.Drs. Siamir Marulafau,M.Hum
Nip. 19580517 1985031003
MEMBACA "JAWABAN KEPADA TUHAN" Karya Faridah Jaafar
Oleh : Siamir Marulafau
"Jawaban Kepada Tuhan" adalah sebuah buku Antologi puisi yang merupakan kumpulan puisi yang terdiri dari 159 halaman ditulis oleh Faridah Jaafar, seorang pensarah di Fakultas Sosial Politik Kajian jarak jauh Universiti Sains Malaysia(USM) Penang. Dalam Antologi ini kelihatan banyak puisi yang ditulis dengan tajuk bervariasi dan bernadakan tentang kehidupan penulis dengan sang suami yang sangat dicintai.
Membaca beberapa puisi yang ditulis oleh sang penyair kelihatannya sangat menarik karena penyair menulis puisinya dengan penuh metaforik yang indah dan menyentuh hati. Maka dalam waktu yang sempit ini,Penyair Dalam Lingkaran Cinta sebagai pembaca juga sangat terharu dan merasa pilu dengan cakapan penyair menceritakan sebuah kisah perjalanan hidup yang pahit dalam menempuh gelombang laut yang amat besar sampai hanyut ke hamparan yang tak terjangkau dengan pandangan mata telanjang tapi namun demikian pembaca sangat berhati-hati mengamati apakah pincalan yang ditempuh dengan jarak jauh sampai ke titik akhir atau tidak,,,,,, dan tentu dalam buku bertajuk " Jawaban kepada Tuhan" akan terjawab,,,,bagaimana seorang wanita tertinggal di atas sebuah perahu dengan tak ada tempat mengadu lagi, dan tentu akan terombang ambing di tengah lautan tanpa ada pulau berbayang di semenanjung pulau kulalui setiap hari,,,,,.
Penyair Dalam Lingkaran Cinta sebagai pembaca juga turut hanyut dalam gelombang kehancuran karena Sang penyair adalah senapas dengan sang pembaca karena dia kebetulan juga sebagai PENYAIR.
Cetusan dan rintihan yang dialami sang penulis puisi sungguh memprihatinkan karena hampir semua puisi yang ditulis bernapaskan kesedihan akan kehilangan sang suami yang sangat dicintai seperti gelombang laut menerpa tepi pantai akan kembali hanyut di hamparan yang tak akan kembali lagi. Pengalaman pahit ini juga terdampar dalam dunia ditempuh oleh
Penyair Dalam Lingkaran Cinta yang membuat dia menjadi penyair karena sang istri dicintai telah sirna ditelan angin dan tak akan kembali lagi dan sebagai akibat dari kehilangan ini dia dijuluki
Penyair Dalam Lingkaran Cinta karena memulai menulis puisi dan menjadi PENYAIR di berbagai grup di face book dan beberapa media sosial. Dan tak heran lagi jika penulis puisi bertajuk "Jawaban Kepada Tuhan" ini menggambarkan isi hatinya dengan sepenuh hati mengungkapkan betapa sedih dan perih hatinya atas kehilangan sang suami, dan sesungguhnya Jawaban kepada Tuhan itu telah diselimuti dengan kehadiran sebuah Antologi puisi bertajuk "TAQWA Kepada Allah".
Saya sebagai pembaca puisi-puisi yang ditulis dalam Antologi bertajuk "Jawaban Kepada Tuhan " ini juga tersanjung atas tulisan yang sangat baik dalam bentuk literasi yang indah dengan pengungkapan kata-kata yang sesuai serta metaforik yang indah dan bagus dibaca dengan arti bahwa semua diksi yang digunakan sesuai dalam pengungkapan. Jika ditelusuri makna yang tersirat di balik tersurat , nampaknya sangat tepat jika dilihat dari sudut pandang sang penulis atas karya yang ditulis dalam pengungkapan rasa kesedihan karena kehilangan dan hal ini dapat dilihat dalam sebuah sebuah puisi bertajuk "BABAH".
" Aku rindu akan babah yang dulu
babah masa lalu
babah selalu punya waktu
babah sering tersenyum kepadaku
babah sabar meladeniku
babah setiap waktu meladeniku
babah setiap waktu menyantuniku
babah sering berlaku rindu
babah menyatu denganku
babah tidak menghakimi meluluh"(Faridah,2018:103)
Jika dianalisis bait- bait puisi pada bentuk puisi I, di atas kelihatan bahwa sang penulis puisi sangat merindukan sang suami yang telah sirna di dunia fana ini, dan semua larik-larik menggambarkan kerinduan pada masa lalu, dan hal ini telah terpatrik dalam hati penulis puisi yang tak bisa dilupakan seumur hidup.Ternyata pada bentuk puisi ke II, terungkap rasa kesal dan haru dengan penuh kesedihan atas penyakit yang diderita sang suami membuat penulis puisi putus harapan akan cinta dan kasih sang suami yang cintanya semakin memudar karena Suami akan bakal dipanggil oleh Allah SWT, dan di sinilah penulis puisi merasa kehilangan dan mencari cinta BABAH lagi, dan apakah ini mungkin?
Jika dianalisis bait- bait puisi pada bentuk puisi I, di atas kelihatan bahwa sang penulis puisi sangat merindukan sang suami yang telah sirna di dunia fana ini, dan semua larik-larik menggambarkan kerinduan pada masa lalu, dan hal ini telah terpatrik dalam hati penulis puisi yang tak bisa dilupakan seumur hidup.Ternyata pada bentuk puisi ke II, terungkap rasa kesal dan haru dengan penuh kesedihan atas penyakit yang diderita sang suami membuat penulis puisi putus harapan akan cinta dan kasih sang suami yang cintanya semakin memudar karena Suami akan bakal dipanggil oleh Allah SWT, dan di sinilah penulis puisi merasa kehilangan dan mencari cinta BABAH lagi, dan apakah ini mungkin?
Jika di analisis lebih lanjut lagi bahwa pada alinea ke III puisi ini, Penulis puisi diingatkan akan cinta dan kasihnya terbelenggu tapi namun demikian cinta itu tak akan luntur begitu saja dan sebagai buktinya, penulis puisi berhasil merebut kembali cinta dan kasih yang sekian lama terpendam meskipun cinta itu kadang dihiasi dengan amarah tapi itu kan merupakan bunga- bunga rumah tangga dalam bercinta. Penyair Dalam Lingkaran Cinta sebagai pembaca dan menganalisis serta memahami konteks puisi terditeksi bahwa Penulis puisi bertajuk "JAWABAN KEPADA TUHAN " adalah sebuah untaian Antologi yang sangat bagus dibaca tentang curahan hati yang sangat perih dan pedih akibat KEHILANGAN, hal ini lazim kadang dialami oleh insan di dunia fana ini sebagai COBAAN pada setiap hamban-Nya utuk lebih bersabar dan TAQWA kepada-Nya. Hal ini dapat dilihat pada bait-bait puisi di bawah ini :
"Faridah ada peringatan buatmu
mungkin bukan cinta babah yang berlalu
hanya kau terbelenggu daan keliru
hanya kau berterusan
bermelangkolia tentang cinta dulu
mungkin kau terlalu melulu,,,,,
menarik dan merebut kembali babah
dari pada pelukan sel kanser itu (Faridah,2018:104)
Hal yang serupa juga terdapat pada beberapa topik puisi seperti : "Jubah Cinta" , " Dia Yang Sempurna" ,"Kenyataan", "Pejuang Tabah"," Menyulam Mimpi", dll. Satu hal yang membuat saya kagum dan terinspirasi adalah Penulis yang bukan berasal dari jurusan Sastra tapi berasal dari jurusan Sosial Politik di USM,,,,,,.Kok menulis karya sastra jenis puisi lebih mantap dari orang-orang yang berasal dari jurusan Sastra,,,,,aneh,,,aneh dan sungguh luar biasa.
Saya sebagai pembaca bukan mengkritik tetapi hanya sekedar membaca dan memahami apa makna yang tersirat di balik yang tersurat dari beberapa puisi ditulis dengan tajuk " Jawaban Kepada Tuhan". Dan sungguh ini menjadi suatu kajian yang dapat dikaji dari berbagai unsur teori dalam ilmu Sastra, dan teori yang paling ampuh dalam menempuh makna puisi secara keseluruhan dalam Antologi ini adalah berdasarkan teori Rene Wellek dan Austin Warrent dalam ilmu sastra "The Theory of Lierature" merujuk pada Pendekatan Sosial Philosofis (Social Phylosopical Approach) dengan metoda DESKRIPTIF karena penulis puisi cenderung bercerita dan menggambarkan tentang isi hatinya melalui beberapa puisi yang ditulis dengan tajuk-tajuk yang berbeda.
sm/13/12/2018
NEGARA INI MILIK SIAPA?
Oleh : Siamir Marulafau
WAJIB DIKETAHUI OLEH SEGENAP RAKYAT INDONESIA BAHWA :
1.NEGARA RI INI ADALAH NEGARA YANG DIBENTUK BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945.
2. DALAM SALAH SATU SILA YANG KE LIMA ITU ADA SILA"KETUHANAN YANG MAHA ESA
3.WARGA NEGARA BEBAS MEMELUK AGAMANYA MASING-MASING
4.NEGARA INI BERAZASKAN "DEMOKRASI". MESKIPUN DEMIKIAN, SETIAP WARGA NEGARA WAJIB MENTAATI HUKUM DAN PERATURAN PEMERINTAH
5.NEGARA INI BUKAN NEGARA AGAMA TAPI NEGARA PANCASILA. OLEH KARENA ITU, JANGAN SETIAP PEMELUK AGAMA MERASA DIRINYA BENAR. DAN JANGAN AGAMA DIJADIKAN SEBAGAI SUMBER POLITIK UNTUK MENJADI GANGGUAN NKRI
6. MAKA SEMUA ORMAS ITU HARUS DI BAWAH NAUNGAN PEMERINTAH. SEMUA VISI DAN MISI ORMAS ITU HARUS DIKETAHUI PEMERINTAH , DAN IKUT ANDIL DALAM MEMBANTU PEMERINTAH DAN BUKAN MENJADI MUSUH PEMERINTAH.
7.JANGAN AGAMA BERKEDOK ORGANISASI SECARA DIAM-DIAM MEMBENTUK PASUKAN UNTUK MENENTANG DAN MENJADI MUSUH PEMERINTAH.
8. JIKA ORGANISASI BERDALIH AGAMA DAN TIDAK SESUAI DENGAN PANCASILA DAN UUD 1945 SEAKAN-AKAN MENCAMPURI URUSAN PEMERINTAH,SEBAIKNYA DIBUBARKAN KARENA AKAN MENGGANGGU STABILITAS NEGARA
9. MARILAH KITA MENJUNJUNG TINGGI KEDAULATAN KITA SEBAGAI RAKYAT UNTUK MEWUJUDKAN KEHIDUPAN BERNEGARA AMAN DAN MAKMUR
10. SAYA SEBAGAI WARGA NEGARA RI SANGAT CINTA KEPADA NEGARA DAN MENDUKUNG PEMERINTAH, POLRI DAN TNI DALAM MENGAMBIL TINDAKAN TEGAS TERHADAP GANGGUAN NKRI
11.KESIMPULAN : NEGARA INI MILIK SELURUH RAKYAT INDONESIA YANG DIPIMPIN OLEH PRESIDEN SEBAGAI KEPALA NEGARA DALAM SISTEM KEPEMERINTAHAN BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945.OLEH KARENA ITU, RAKYAT HARUS PATUH PADA KEPEMERINTAHAN DAN HUKUM YANG BERLAKU PADA NEGARA RI YANG TERPIMPIN.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Udstz Drs
Siamir Marulafau ,M.Hum
NIP.19580517 1985031003
TERIMA KASIHKU
diatas artikel ini mengulas dan menghurai apa yang ada di jiwaku.
SEPINTAS ANALISIS TENTANG LUKISAN
Mazlan Noor Along berjudul “Cintailah Bumi”
Oleh :
Prof. Siamir Marulafau
Bila kita melihat lukisan Bapak Mazlan Noor Along ini dengan teliti dan cermat atau manatapnya dengan sistem 3 dimensi disertai dengan perasaan yang sangat mendalam, maka bulu kuduk kita akan naik ke langit biru yang tak dapat di capai. Mengapa? Lukisan ini sangat membuat hati kita gementar dan terpesona memandangnya.
Dalam pandangan saya kombinasi dalam mencampur warna lukisan sangat tepat. Dengan pengertian bahwa setiap warna yang terurai dalam setiap blok berwarna melukiskan sesuatu yang bermakna, baik dalam warna daun, seperti hijau, kuning merah, atau kemarah-merahan dan warna biru menggambarkan warna-warna yang ada di bumi. Pelukis tentu saja memiliki inspirasi yang sangat tajam dalam mengekspresikan tema tertentu sesuai dengan apa yang tersirat dalam hati pelukis. Ini bukan hal yang gampang dibuat.
Pelukis memiliki kemampuan ilmu yang sangat peka dan memadai untuk melukis, terutama dalam menentukan MAKNA LUKISAN. Apa tujuan dan manfaat lukisan bagi pemirsa di seluruh penjuru dunia.
Setelah saya melihat dan memandang lukisan dengan sistem 3 dimensi, maka saya mengatakan bahwa pelukis cenderung menggambarkan serta memberi ilustrasi tentang BUMI. Bumi dalam yang diartikan dalam lukisan ini memiliki wajah yang cantik dan kecantikan itu harus dijaga oleh manusia yang punya akal sehat. Ini adalah merupakan salah satu kodrat Allah SWT memberikan keindahan kepada manusia bahwa bumi itu adalah tempat khusus untuk manusia. Dalam hal ini diberikan hak dan wewenang kepada Nabi Adam A.S. sebagai Khalifah untuk menjaga kelestarian alam.
Dalam lukisan ini, pelukis menghimbau pada seluruh insan di bumi supaya menjaga kelestarian laut, tumbuhan, pepohonan dan terutama sekali daratan dan ekosistem bumi supaya jangan runtuh. Jika pepohonan selalu ditebang maka yang akan terjadi adalah BANJIR BANDANG, dan jika laut tidak dijaga maka ikan-ikan akan mati dan yang merugi adalah manusia di bumi.
Merujuk pada lukisan ini, pelukis memberikan pesan bahwa bumi harus dijaga supaya bumi yang dipijak dan dihuni ini, jangan digetarkan oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat pada kombinasi warna tanah kekuning-kuningan dan terutama isi yang terkandung dalam bumi itu sendiri. Dalam hati pelukis tertanda bahwa semenjak bumi ini diciptakan Allah SWT, telah difikirkan apa sesungguhnya kebutuhan manusia di bumi beserta makhluk
lainnya…khususnya haiwan-haiwan akan membutuhkan daun-daun dan pepohonan untuk diperlukan manusia. Warna hijau mengaju pada lumut dan putih adalah karang dilantai lautan juga tergambar dalam lukisan ini, yang memberikan makna bahwa ikan-ikan di laut membutuhkan lumut berkarang di bawah atau di rimba laut. Maka dengan adanya lukisan yang luar biasa ini , manusia di bumi harus mensyukuri segala nikmat dari Allah SWT., supaya manusia jangan merusak dan selalu menjaga EKSISTENSI BUMI sebagai ciptaan maha hebat oleh Allah SWT.
Demikianlah sepintas apresiasi saya sebagai penglihat dan pembaca dalam diri tentang manifestasi lukisan Mazlan Noor yang sangat mengagumkan dan menawan hati para pemirsa di dunia ini. Tak heran jika Bapak Mazlan Noor Along ini seorang PUJANGGA DAN PELUKIS ternama di Malaysia atas kreatifitasnya dalam bidang seni lukis dan seni puisi. Jika ada kekhilafan dalam penglihatan dan pembahasan lukisan, saya mohon dimaafkan.
"sebuah karya memancar ribuan makna"
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Drs Siamir Marulafau, M. Hum
NIP.19580517 1985031003
SEKILAS TINJAUAN PUISI ADRI DARMADJI WOKO BERTAJUK " BERLAYAR TERBANG"
Oleh : Siamir Marulafau
I. PENDAHULUAN DAN ANALISIS
Rasa takjub saya semakin menghilang setelah saya memberanikan diri membuka paket yang dikirim semalam. Rupanya sebuah antologi puisi yang berisikan puisi 184 penyair. Ternyata, setelah saya membaca judul-judul puisi dengan cepat secara keseluruhan, terlintas satu judul puisi yang menarik karya Adri Darmadji Woko dalam sebuah buku antologi puisi bertajuk " RANTAU".
Jika judul puisi ini diamati dengan cermat, akan menggugah hati pembaca. Mengapa tidak? Dari tajuknya saja hati kita sudah melayang. Sungguh judul puisi ini menarik karena penyair menggunakan bahasa metaforik dengan gaya bahasa indah seperti PERSONIFIKASI. Jika kapalnya berlayar terbang,iya jelas kapalnya akan menggunakan sayap. Secara logika, apakah ini mungkin? Inilah gubahan sastra. Di sini penyair bebas menggunakan kata-kata merujuk pada makna sesungguhnya yang ada dalam benak si pengarang. Siapa lagi pengarangnya jika seorang penyair senior berpengalaman, yang disebut-sebut kelahiran Yokyakarta. Alumni Sekolah Tinggi Publistik dan Universitas Jakarta. Pengarang kita ini telah banyak menulis karya-karya sastra dan pantas jika penyair ini termasuk salah seorang dewan kurator di Negeri Poci.
Jika puisi penyair kita ini ditelusuri dan diamati dengan cermat, maka kita sebagai pembaca akan hanyut di hamparan lautan yang luas karena penulis puisi sangat ahli dalam menggunakan kata-kata merujuk pada makna dan tema puisi yang direncanakan. Sebagai bukti bahwa dalam baris-baris puisi di bawah ini akan terdapat metaforik bahasa indah seperti :
"Melaju kapal berlayar
sekoci bergegas lepas
dan waktu yang lekas
Merambat di muka samudra
ketika menyelidik tiada
Di manakah yang dicari
hambar dari pandangan mata
diseru-seru tiada menentu."
Selain penggunaan bahasa metaforik yang indah , makna puisi ini pun tidak akan sulit diketahui khususnya makna yang tersirat di balik tersurat. Penyair pada baris-baris yang terakhir mengungkapkan kepada pembaca bahwa ada " Sebuah cahaya benderang di gelap malam". Dalam ilmu sastra dikatakan bahwa "CAHAYA"itu merupakan simbol kekuatan jika dihubungkan kehidupan manusia. Ironisnya, jika cahaya ini semakin terang dan bebas hambatan maka kehidupan manusia pun semakin terang. Analogi makna puisi jika kita semakin dekat dengan maha PENCIPTA maka semakin terang hidup kita.Kemungkinan inilah kunci pengertian dan inti puisi penyair kita ini yang ditulis bebas dalam bentuk PUISI PROSA LIRIS. Bentuk puisi seperti ini termasuk puisi kontemporer, yaitu penyair bebas menggunakan kata-kata yang sesuai dengan tema dan tidak terikat pada rima ( Ryme).
Yang paling menari dalam puisi ini, yaitu penyair alat yang digunakan untuk mencari sesuatu itu adalah KAPAL dilayarkan sampai terbang shingga sekocinya pun terlepas karena cepat. Kemudian Kapalnya menukik ke lautan dalam. Inilah indikasi yang tepat disajikan pada pembaca bahwa penyair sangat serius mencari sesuatu yang membuat kehidupan terang di dunia ini dengan mengarungi lautan yang luas dan menyelam di dasar laut. Walaupun yang dicari itu semakin samar tapi semakin nampak, dan itu usaha manusia di bumi Tuhan. Dengan catatan bahwa dalam eksistensi kehidupan manusia tidak boleh berpangku lutut. Manusia harus berusaha mencari sesuatu yang ada dan mengadakan yang tidak ada, dan ini namanya melepaskan IKHTIAR. Dalam Al-Qur'an juga Allah (Tuhan) menginginkan manusia supaya manusia dalam perjalanan hidup di dunia harus berbuat dan mencari kehidupan karena perjalanan hidup manusia di dunia ini termasuk "KEHIDUPAN YANG MERANTAU".Tak salah lagi jika penulisan puisi ini menyangkut dan merujuk pada tema yang dirancang sebelumnya. Sebagai buktinya,mari kita lihat baris-baris puisi di bawah ini :
"Menukik ke lautan dalam
di hari-hari lepas
Pelan-pelan menyembul-selam
bayang-bayang di kejauhan
Semakin samar, semakin nampak
seperti ada kabut cahaya
di lautan maha kelam
bayang-bayang dikejauhan
Remuk redam di dasar samudra
Semakin terang bebas halangan
Sebuah cahaya benderang
di gelap malam
Semakin ke dalam, jauh melayang
Berlayar malam
Terbang kelam
Jauh nian !"
II. OPINI KRITIK DALAM SASTRA
Sebagai salah seorang pembaca puisi ini, saya mengatakan bahwa puisi sangat menyentuh hati karena maknanya yang tak simpang siur. Maknanya sangat tepat jika dikaitkan pada tema penulisan antologi sebelumnya. Penyair sangat lihai menggunakan diksi yang tepat walaupun ditulis dalam bahasa yang sederhana.
Jika dilihat dari sudut pandangan kritik sastra, puisi ini tidak menyimpang dari penulisan berdasarkan Struktur dan penyair tidak lupa akan susunan -susunan kalimat karena puisi itu adalah berdasarkan KATA dan disusun dalam kalimat membentuk puisi dengan bahasa puitis. Penyair selalu menggunakan bentuk kalimat INVERSI,yaitu kalimat yang predikat mendahului Subjek (Pokok kalimat). Contoh :
PREDIKAT (VERBA)------ SUBJEK/Pelengkap
Melaju kapal berlayar
Merambat /di muka samudra
Menukik /ke lautan dalam
Puisi ini dapat dianalisis dengan menggunakan teori Semiotika, dan juga teori-teori sastra lainnya yang merujuk pada teks dan konteks puisi. Meskipun demikian pembaca lebih cenderung menggunakan teori Rene Wellek & Austin Warrent dalam pendekatan teks ( Textual Approach) yang mengaju pada makna.
Demikianlah sekilas pembahasan puisi ini dibentangkan dan apabila ada kekhilafan dan kesalahan dalam pembahasan maka penulis mohon dimaafkan karena penulis bukan malaikat dan hanya orang biasa. Makasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof Drs.
Siamir Marulafau ,M.Hum
Nip.19580517 1985031003
SEPENGGAL ULASAN KRITIK SASTRA BERTAJUK " BIARLAH BULAN BERCAHAYA DALAM HIDUPKU" KARYA : Siamir Marulafau
,Dosen Fak. Ilmu Budaya(FibUSU) Medan
E-mail:penyairdcm2@gmail.com
I. PENDAHULUAN
Dalam naskah ini dibentangkan kepada kita bahwa satu karya sastra puisi bertajuk “ Cahaya Bulan” oleh seorang penyair,LK ARA dalam sebuah kumpulan puisinya bertajuk “ UCAPGEMERCIK” menunjukkan penulis puisi ini ialah penyair yang bergerak secara dinamis. Ia sangat berbeda dengan penyair Hamzah Fansuri. Ia juga dapat dibedakan dengan Nuruddin Ar-Raniri yang tak tegas bersikap dalam kemampanan kesufiannya (Naruddin dalam Ucap Gemercik, 2017 : 68)
LK Ara yang lahirdi Takengon ,Aceh 12 November 193.Pernah menjadi redaktur budaya Harian Mimbar Umum (Medan),Pegawai Sekretariat Negara, terakir bekerja di Balai Pustaka hingga pensiun (1963-1985)..
Lk Ara telah menerbitkan sekitar37 karya, baik buku antologi tunggal maupun bersama,dan telah melakukan perjalanan sebanyak 23 perjalanan baik secara nasional maupun internasional,seperti acara festival, seminar, dan pertemuan sastrawan.
Terakhir,ia mendapat penghargaan Hadiah Seni dari Pemda Aceh 92009) dan Pemda Kabupten Tangerang (2013).
Penyair LK ARA nampaknya bukan hanya menulis puisi merujuk pada kesufian saja tetapi juga menulis puisi tentang perihal cinta sesama manusia. Hal ini antara lain dapat ditemukan dalam puisi bertajuk Cahaya Bulan.
Capailah cahaya bulan dan matahari
Bawalah dalam genggaman
Bawa ke kampung halaman
Lalu sebarkan ke seluruh negeri
Itulah pesan ketika dirimu
Dulu akan meninggalkan kampung
Mencariilmu
Pesan yang diucapkan ibu- bapak
serta harapan orang sekampung
Harapan diam-diam dari menunasah tua
Kolam tempat mandi
Dan pancuran tempat berwudu
Bawalah cahaya bulan dalam genggaman
Bagikan juga ke gubuk yang bertebaran
Para petani kopi
Dan rumah di tenah persawahan
Terangi juga mereka yang redup
Dan sepi dilembah
Terangi jugamereka yang sayu
Di pucukbukit
Yang selalu disaput kabut
(LK Ara,2016)
II. KRITIK DAN PEMBAHASAN
Analisis dan kritik yang disampaikan pada puisi di atas cenderung menjadi bahan pemikiran kepada pembaca bahwa penulis puisi menggunakan bahasa yang sederhana tetapi di dalam puisi itu mengandung unsur cinta antara sesama manusia bila dibaca dan ditelaah dari keseluruhan kata-kata yang ditulis oleh penyair. Dari sudut penggunaan bahasa, LK Ara sangat cermat dan lihai dalam menggunakan kata-kata seperti pada larik ke 2 Puisi I, dan juga pada puisi ke II larik pertama.
“Bawalah dalam genggaman”(larik 2,Puisi I)
Dalam penggunaan kata –kata di atas ini, kelihatannya sangat tepat jika dilihatdari bait pertama “ Capailah cahaya bulan dan mtahari”, yang mendukung saran dari seorang penyair bahwa yang akan dibawa itu adalah ‘Cahaya bulan ‘ dengan pengertian cahaya itu akan memberikan penerang kepada manusia di bumi untuk bisa menempuh suatu jalan yang dilalui atau dituju. Penggunaan cahaya bulan juga memberikan dampak positif kepada pembaca bahwa cahaya itu sangat lembut ,terang benderang di malam hari yang tak sama dengan sinar matahari.
Jika dipikir secara logika, apakah manusia biasa membawa cahaya kemudian digenggam?Penggunaan kata ini membuat para pembaca berpikir bahwa penulis puisi tak lepas dari penggunaan majas untuk memperindah puisinya. Dalam penulisan puisi memang seharusnya menggunakan majas atau gaya bahasadengan tujuan untuk meperindah puisi yang dapat dibedakan dengan penggunaan bahasa umum. Hal seperti ini juga merujuk pada bahasa puitis. Bila dilihat pada kalimat ‘Capailah cahaya bulan dan matahari’ pada puisi di atas akan timbul pemikiran pada pembaca yaitu : Apakah “Matahari itu bercahaya atau bersinar?” Seharusnya penyair harus membedakan antara cahaya dengan sinar. Seharusnya bait puisi itu ditulis : “Capailah cahaya bulan di malam sunyi” atau “Capailah cahaya bulan di temaram malam”. Meskipun kata cahaya bulan dan sinar matahari memberi penerangan di bumi tetapi kedua kata itu memiliki sifat yang amat berbeda. Cahaya bulan memang menerang dan tak membakar. Sementara sinar matahari menerang dan bisa membakar sesuatu yang ada di bumi.
Seterusnya, jika dilihat dari penggunanaan kata seperti yang tertera dalam larik 2 puisi I, : ‘Bawalah dalam genggaman’. Penyair tidak menggunakan kata seperti jinjinglah, pikullah, gendonglah,dll, tapi penggunaan kata itu sangat tepat dengan pengertian bahwa menggenggam adalah menyimpan dalam hati dan pikiran akan sesuatu yang merujuk pada kekuatan berupa cahaya pada malamhari maupun sinar matahari pada siang hari.
Jika dibahas lebih mendalam ,ternyata penyair mengulanngi pemakaian kata “bawalah cahaya bulan dalam genggaman” ( larik 1 , puisi II). Hal ini menunjukkan bahwa Penyair lebih menekankan penggunaan kata yang sama sebagaimana yang ada pada larik 2 Puisi I. Penggunaan kata-kata seperti ini adalah bersifat “Repetisi”,yaitu mengulangi bahagian yang penting merujuk pada makna.
Dalam puisi di atas,penyair mengingatkan orang-orang berilmu untuk membagi keilmuan yang diperoleh karena ilmu itu adalah merupakan sumber kekuatan dalam diri manusia. Orang yang berilmu itu tidak boleh mementingkan diri sendiri . Penyair senang jika ada regenerasi penerus. Oleh karena itu, siapa pun yang meninggalkan kampung halamannya dan menuntut ilmu di negeri orang, harus menyebarluaskan ilmu itu setelah kembali ke kampung halamannya.
“ Bawa ke kampung halaman
lalu sebarkan ke seluruh negeri
Itulah pesan ketika dirimu
Dulu akan meninggalkan kampung
Mencari ilmu
Pesan yang diucapkan ibu- bapak”
(Lk Ara,2017 : 17)
Jika dipandang dari segi moral filosofis maka penyair sangat peka terhadap kehidupan para ilmuan yang telah berhasil meraih ilmu di negeri orang dengan istilah “MARSIPATURE HUTA NABE”dengan pengertian bahwan seseorang harus kembali ke negeri asalnya untuk membangun negerinya. Hal ini sangat menunjang kepariwisataan dalam sebuah daerah. Sebuah negeri dapat berubah dalambentuk fisik jika ada orang yang pandai dan cerdik serta berilmu.
Tak heran jika penyair lebih mengutamakan pembangunan fisik sesuatu daerah dengan keilmuan diperoleh oleh generasi penerus bangsa. Dengan harapan bahwa generasi penerus yang berilmu jangan melupakan orang tak berdaya ( orang miskin). Makanya penyair cenderung menggunakan simbol cahaya bulan dan sinar matahari yang merupakan lambang orang berilmu yang dapat mencerdaskan orang kampung dan atau orang senegeri ( DR.Mohd. Harun al Rasyid, 2017: 66)
Dalam kritik saya, saya sangat setuju dengan apa yang diungkapkan oleh Harun al Rasyid tentang penerapan keilmuan seseorang untukmembangun negerinya. Jika dipandang dari fungsi pendidikan maka hal seperti inilah yang sangat diharapkan.Hal ini dapat dilihat padalarik-larikpuisi yang dutulis oleh penyair LK ARA.
“Pesan yang diucapkan ibu- bapak
serta harapan orang sekampung
Harapan diam-diam dari menunasah tua
Kolam tempat mandi
Dan pancuran tempat berwudu”
(Lk Ara,2017 : 17)
Selain daripada itu, jika dilihat dari social budaya dan merujuk pada puisi tersebut di atas, “ substansi puisi ini tampak bermuara pada kelaziman orang Gayo yang menginginkan putra daerah yang telah berilmu agar rela mengabdi di kampung halamannya”(Harun alRasyid, 20 17:66). Kritik saya tentang tanggapan Harun al Rasyid ini lazim akan selalu terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang dalam membangun sesuatu daerah yang bernuansa pada kearifan lokal. Hal ini , saya juga sangat setuju karena inilah yang selalu diharapkanpemerintah kepada sang penyair untuk menyumbangkan pikirannya melalui syair-syair yang dapat memberikan masukan dalam membangun negeri ini.
Selanjutnya, bila dilihat pada batang tubuh puisi ternyata bahwa penyair Lk Ara mengungkapkan sesuatu hal yang sangat misterius berakar dari lubuk hati mendalam .Ia terus mencoba dan memburu cahaya cinta. Cahaya dan sinar yang diungkapkan bukan hanya saja merujuk pada lambang keilmuan tetapi pada cinta antara sesama. Selain itu , “Ia juga seakan-akan melihat dengan mata batinnya, betapa kudusnya cahaya dan sinar cinta itu dari Yang Maha Cinta” (Harun al Rashid,2017:66) Memang pengungkapan seperti ini sangat didukung karena cinta dan kasih antara manusia dengan manusia serta manusia dengan Tuhannya dan sebaliknya menjadi momentum yang sangat penting dalam kehidupan.
“Bawalah cahaya bulan dalam genggaman
Bagikan juga ke gubuk yang bertebaran
Para petani kopi
Dan rumah di tenah persawahan
Terangi juga mereka yang redup
Dan sepi dilembah
Terangi jugamereka yang sayu
Di pucuk bukit
Yang selalu disaput kabut”
(LK Ara, 2017)
Dalam kritik ini dapat diungkapkan bahwa sang penyair LK Ara tak membiarkan cahaya dan sinar itu sirna begitu saja. Ia tentu yakin bahwa cinta dalam kalbu manusia hanya segelintir saja jika dibanding dengan Pemilik Cinta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Cinta dan kasih itu tak akan putus dan sukar untuk diputuskan karena manusia itu adalah ciptaan Tuhan. Tuhanlah yang memberikan kekuatan berupa ilmu sebagai cahaya dan sinar untuk dipantulkan kepada yang lainnya.Dengan pengertian bahwa makhluk di bumi terutama manusia harus saling memberi : “Bagikan juga ke gubuk yang bertebaran// Para petani kopi//”
Sebagai muslim, LK Ara tentu yakin bahwa cinta kepadaTuhan adalah sangat penting karena sesuatu yang diperoleh di bumi-Nya adalah merupakan kekuatan dari Tuhan. Makanya kesemuanya itu disyukuri dan tidak boleh merasa sombong. Apa pun keistimewaan dan kehebatan manusia di bumi adalah belum setimpal dengan apa yang dimiliki oleh Tuhan. Makanya manusia itu harus sadar dengan eksistensinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tak salah jika penyair LK Ara mengungkapkan hal tentang cahaya dan sinar cinta dalam puisinya : “ Harapan diam-diam dari meunasah tua//Kolam tempat mandi//Dan pancuran tempat berwudu//”. Dalam kebatinan sang penyair, tersirat kecintaan manusia dengan Tuhan dan sebaliknya. Ia mengajak para ilmuan bahwa harus mendekati diri pada Tuhan. Jangan karena seseorang berilmu terus lupa pada Tuhan.
Jika ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan berdasarkan penelitian bahwa banyak para ilmuan di negara Barat yang telah menemukan keajaiban di luar nalar pikiran manusia. Kemudian mereka taubat dan masuk ke ajaran yang benar. Sebagai contoh : Ada seorang pakar ilmuan yang telah melakukan penelitian bahwa kematian Firaun disebabkan ia tenggelam di laut Merah seketika mengejar Nabi Musa a.s.,dan ternyata setelah diteliti dalam jasad Firaun ada garam laut di dalamnya. Maka ilmuan itu sadar bahwa apa yang tertera dalam Al-Qur’an memang benar.
Begitu juga halnya jika ditelaah dan dikritik puisi penyair LK Ara ini. Ternyata ada makna yang terkandung di dalamnya. Makna yang tersirat di balik tersurat ini terpendam dalam benak si penyair tentang cinta antara sesama, cinta kepada ilmu, rasa kebersamaan, cintadankasih Tuhan pada manusia.Kesemuanya ini tercantum pada bait-bait puisi sebagai hasil dan daya imajinasi yang kuat.
Bila ditinjau dari segi tema, puisi ini dapat dikatakan merujuk padakearifan lokal bersangkut paut dengan hubungan manusia (Human Relation) ,yaitu rasa cinta dan kasih antar sesama yang ada kaitannya dengan memupuk rasa cinta dalam hubungan kepariwisataan maupun dalam penerapan ilmu yang diperoleh yang melambangkan cahaya bulan dan sinar matahari. Cahaya bulan dan sinar matahari dalam ilmu sastra adalah merupakan lambang kekuatan. Tidak salah jika penyair LK Ara memilih kata –kata cahaya bulan dan sinarmatahari.
Kritik dan pembahasan saya tentang struktur juga dapat dilihat bahwa puisi LK Ara ini memenuhi penulisan puisi berdasarkan struktur sebagaimana kita lihat dalam sebuah bahasa mengandung unsur struktur,yaitu terdiri dari : Subjek ----- Predikat// Subjek ------- Predikat-----Objeck-----Keterangan//Predikat----Subjek//Keterangan----Predikat. Meskipun demikian rumusannya, penyair LK Ara nampaknya tidak menyimpang dalam penggunaan struktur bahasa Indonesia. Contoh :
Predikat ------------- Subjek
Capailah cahaya bulan dan matahari
Bawalah cahaya bulan dalam genggaman
Mencari ilmu
Terangi juga mereka yang redup
Keterangan ------- Predikat Pelengkap
Dulu akan meninggalkan kampung halaman
Subjek ------------------- Predikat Pelengkap
Pesan yang diucapkan ibu-bapak
Harapan diam-diam dari meunasah tua
Subjek ---------------------- Predikat
Harapan diam-diam dari meunasah tua
Jika kita membahas puisi penyair LK Ara ini dari sudut ilmu dan teori sastra, maka dijumpai bahwapenyair ini termasuk penyair yang bebas dan tak terikat pasa bentuk atau gaya penulisan konvensional dalam penulisan puisi. Ia tidak menggunakan rima ab ab ab ab atau aa aa aa aa ,dst pada akhir setiap baris puisi. Ia lebih menekankan makna yang tersirat di balik yang tersurat. Sebagai bukti bahwa bentuk puisi yang ditulis oleh penyair adalah dalam bentuk puisi bebas atau PUISI MODERN. Hal ini dapat dilihat pada larik-larik setiap akhir baris puisi.
I “Capailah cahaya bulan dan matahari
Bawalah dalam genggaman
Bawa ke kampung halaman
Lalu sebarkan ke seluruh negeri
Itulah pesan ketika dirimu
Dulu akan meninggalkan kampung
Mencari ilmu
Pesan yang diucapkan ibu- bapak
serta harapan orang sekampung
Harapan diam-diam dari meunasah tua
Kolam tempat mandi
Dan pancuran tempat berwudu”
II “Bawalah cahaya bulan dalam genggaman
Bagikan juga ke gubuk yang bertebaran
Para petani kopi
Dan rumah di tengah persawahan
Terangi juga mereka yang redup
Dan sepi dilembah
Terangi juga mereka yang sayu
Di pucuk bukit
Yang selalu disaput kabut”
(LK Ara,2017:17)
III.KESIMPULAN
Setelah membaca dan membahas puisi LK Ara bertajuk “ Cahaya Bulan”, dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi ini termasuk puisi yang modern. Dengan pengertian bahwa penyair lebih menekankan makna puisi yang tersirat di balik tersurat merujuk pada kasih dan cinta antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya cinta maka orang yang berilmu dapat menyampaikan keilmuannya pada yang lain tanpa pilih bulu. Penyair juga menggunakan lambang cahaya bulan dan sinar matahari sebagai lambang orang berilmu yang dapat memberipenerangan dalam perjalanan kehidupan manusia.
IV. REFERENCES
Budi Darma. 2019. Pengantar Teori Sastra. Pusat Bahasa Pendidikan
Kementerian dan Kebudayaan(2004).
Mamzn S. Mahayana. 2015. Kitab Kritik Sastra.Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Naruddin.2017. Makna Yang Luput. Tangerang : Mahara Publishing.
L.K. Ara. 2017. Ucap Gemercik Air.Mahara Publishing(Anggota IKAPI).
Kota Tangerang,Banten 15145.
Lily Siti Multatuliana.2020. Santun 79 Mencumbu Kalbu : Antologi Untuk Dk.
Kosa kata kita. Jakarta.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1962. Theory of Literature. A. Harvest Book
Harcourt, Brace & world, Inc.
Teew, A. 1982. Khazanah Sastra Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.
Biodata :
SIAMIR MARULAFAU lahir di Nias(Sebuah Kepulauan di Provinsi Suamatera Utara),17 Mei 1958.Menamatkan studi S1 dalam ilmu sastra Inggris USU (UniversitasSumatera Utara) pada tahun 1984, dan diangkat menjadi salah seorang staf pengajar bahasa dan sastra Inggris pada jurusan sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB USU), Medan tahun 1985. Pada tahun 2004, menamatkan studi dalam bidang ilmu linguistik (S2) pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara(USU),Medan. Disamping mengajar di Fakultas Ilmu Budaya( FIB USU) Medan, juga mengajar di beberapa perguruan tinggi seperti Fak.Sastra Universitas Islam Sumatera Utara.
APRESIASI GLIMPSE PADA SALAH SATU PUISI MARIA MIRAGLIA ′′ Kemana Saja Kau Pergi ′′
Oleh: Siamir Marulafau, dosen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan-Indonesia
Kemana Anda Pergi
Kau telah pergi
Membawa bersamamu
Senyummu, tawamu.
semua kegembiraan dan pemborosan Anda
tapi juga
Kerapuhan dan ketidakpastianmu
kesedihanmu
Dan meninggalkanku di sini
Dengan kesedihanku
Hampir merasakan rasa bersalah
karena tidak bersamamu
Ketika anak-anak
Mereka biasa memberi tahu kita
Mereka yang pergi selamanya
Semua naik ke langit
dan di sana
Aku mencarimu selama ini
Terbang di antara awan
putih seperti bunga teratai
Aku berkeliaran dengan tatapanku
melewati ruang yang tak berujung
selagi air mata hangat
Mengalirkan wajahku
Aku tahu
Itu tidak benar
Apa yang kita katakan sekali
Tetapi dengan kehati-hatian yang tegas
Aku terus mencarimu
sementara marah dan kecewa
Terus tumbuh di dadaku
Kemana kau pergi?
Aku PERKENALAN DAN ULASAN
Itu luar biasa bagi saya ketika saya membuka face book saya di blok Spot penyair OPA. Mataku tampak melihat salah satu puisi berjudul ′′ Where Have You Goe ′′ oleh Maria Miraglia. Saya tahu bahwa dia termasuk salah satu penulis puisi yang brilian dan terhormat di grup OPA. Nowonder, kalau dikatakan betapa indahnya puisi yang ia tulis di sana yang membuat hati dan pikiranku menjadi menarik untuk dibaca. Dengan demikian, saya suka memilih salah satunya untuk dianlyzed berjudul ′′ Where You Gone ".
Puisi ini tampaknya ditulis dalam bentuk narasi dan puisi lirik prosa. Pilihan kata-kata kebanyakan indah menggunakan bahasa kiasan. Pujangga menarasikan sesuatu yang membuatnya merasa sedih karena seseorang, yang telah pergi membawa senyum, tawa,. dan sukacita dan keborosan dan kerapuhan dan kesedihan yang tidak pasti juga. Sang penyair benar-benar bertanya; ′′ Kemana kau pergi?". Ini adalah salah satu hal yang mungkin membuatnya hancur berkeping-keping untuk menerima seseorang yang sangat dia cintai. Dalam prediksi saya terhadap anlysis, mungkin seperti itu untuk menyatakan betapa sedihnya dia ditinggalkan dengan kesedihan dan hampir rasa bersalah. Berarti sementara, dia benar-benar menyatakan bahwa dia tidak lagi bersama seseorang. Mari kita lihat garis-garis puisi berikut ini:
′′ Kau telah pergi
Membawa bersamamu
Senyummu, tawamu.
semua kegembiraan dan pemborosan Anda
tapi juga
Kerapuhan dan ketidakpastianmu
kesedihanmu
Dan meninggalkanku di sini
Dengan kesedihanku
Hampir merasakan rasa bersalah
karena tidak bersamamu ′′
Di barisan puisi berikutnya, dia mengatakan bahwa air matanya benar-benar turun ketika anak-anak biasa mengatakan bahwa mereka yang pergi selamanya tampak naik ke langit. Menurut pendapat saya, penyair telah kehilangan seseorang yang sangat dicintainya dan anak-anak tentu saja bertanya, ke mana ia pergi. Dan itulah takdir yang maha kuasa memberikan cobaan bagi mereka yang percaya akan adanya manusia hidup di dunia bahwa semuanya tidak ada yang abadi. Bahkan, penulis puisi ini juga telah berusaha mencari kekasih yang dicintainya dengan terbang di antara awan berkeliaran dengan tatapannya melewati ruang yang tak berujung, namun ia tidak menemukannya. Dia hanya datang untuk membersihkan air matanya di pipinya. Sungguh indah menggambarkan pengalaman pahit yang dihadapi oleh sang penyair seperti apa yang telah dinyatakan dalam barisan puisi.
′′ Ketika anak-anak
Mereka biasa memberi tahu kita
Mereka yang pergi selamanya
Semua naik ke langit
dan di sana
Aku mencarimu selama ini
Terbang di antara awan
putih seperti bunga teratai
Aku berkeliaran dengan tatapanku
melewati ruang yang tak berujung
selagi air mata hangat
mengalirkan wajahku ′′
Di barisan terakhir puisi oleh penulis, dia kembali bertanya :" Kemana saja kau pergi?" Sepertinya hanya ledakan emosi yang benar-benar diketahui olehnya. Apa yang dikatakan sekali itu tidak benar-benar benar. Tetapi, meskipun seperti itu dengan tegas kebodohan, dia menggunakan untuk tetap mencari seseorang meskipun dia dalam kemarahan dan kekecewaan datang dan tumbuh dalam dada. Di garis terakhir puisi ini, bisa dikatakan bahwa dia benar-benar bersemangat untuk menunggu kedatangan seseorang tetapi keberadaan seseorang masih menghilang. Mari kita lihat garis-garis berikut sebagai bukti.
′′ Aku tahu ′′
Itu tidak benar
Apa yang kita katakan sekali
Tetapi dengan kehati-hatian yang tegas
Aku terus mencarimu
sementara marah dan kecewa
Terus tumbuh di dadaku
Kemana saja kau pergi?"
Aku akan melakukannya. OPINI KRITIK PADA PUISI: ′′ Kemana Kamu Pergi ′′
Dilihat dari kritik literatur, puisi ini ditulis dalam bentuk Puisi Prosa Lirik. Padahal sang penyair menarasikan kisah sedih yang dialami dalam kehidupan melalui garis-garis puisi. Puisi ini dibangun dengan bahasa puitis bahwa puisi itu tampak hidup dan indah karena pilihan kata-kata dengan tepat.
Pujangga tidak hanya mengungkapkan teknik witing puisi tetapi juga makna dari sebuah puisi bahwa puisi yang dituliskan penuh makna. Hal ini menguraikan sesuatu yang membuat para pembaca merasa sedih seperti apa yang dirasakan sang penyair. Karena merindukan seseorang yang benar-benar dicintai sangat menyedihkan dan membuat air mata menetes.
Tampaknya puisi ini ditulis menggunakan tokoh-tokoh pidato seperti ′′ Hiperbola ". Kalimat-kalimat indah yang menunjukkan hiperbola adalah:
Ketika anak-anak
Mereka biasa memberi tahu kita
Mereka yang pergi selamanya
Semua naik ke langit
Terbang di antara awan
putih seperti bunga teratai
Aku berkeliaran dengan tatapanku
melewati ruang yang tak berujung
selagi air mata hangat
Mengalirkan wajahku
Aku terus mencarimu
sementara marah dan kecewa
Terus tumbuh di dadaku
Puisi ini juga ditulis secara struktural yang ditemukan dalam beberapa baris bahwa penyair tidak melanggar aturan penulisan dalam bentuk Struktur terkait dengan ′′ SENTENCE POLA STRUKTUR ′′ oleh Robert Khorn. Sebagai bukti, kita melihat berikut ini:
SUBJECT ------------ VERB / PREDIKAT (Pelengkap)
Aku tahu
Aku berkeliaran dengan tatapanku
Aku terus mencari
GERUND SEBAGAI SUBJEK ----------------- VERB / PREDIKAT
Terbang di antara awan putih seperti bunga teratai
Menurut pendapat saya, teknik menulis puisi ini sangat bagus jika dilihat dari kritik literatur sejak penyair bijak menggunakan diksi yang baik dan mengatur kalimat dalam bentuk puisi. Puisi ini juga dapat dianalisis menggunakan ′′ Teori Sastra ′′ oleh Rene Wellek dan Austin Warrent. Tetapi, bagaimana pun ini tergantung pada researher teori atau pendekatan literatur yang cocok digunakan untuk diterapkan dalam konteks penelitian. Tidak heran untuk mengatakan, siapa dia sebagai penyair yang cemerlang dan terhormat jika kita telusuri kembali untuk melihat dan membaca karirnya sebagai penyair. Mari kita lihat biografinya berikut:
MARIA MIRAGLIA: Pendidikan, penyair, penerjemah, aktivis perdamaian, Maria A. Miraglia lahir dan tinggal di Italia. Untuk waktu yang lama, anggota aktif Amnesty International, dia sendiri pendiri dan ketua Yayasan Dunia untuk Perdamaian. Anggota Ican, Observatorium Internasional untuk Informasi dan HAM. Anggota pendiri dan direktur literatur asosiasi budaya Italia P. Neruda, anggota kehormatan Bangsa Unidas de las Letras, anggota penasihat dewan redaksi Galaktika Poetike Autunis, anggota dewan redaksi Ourpoetry Archive, anggota dewan penasihat editorial Sahitya Anand. Presidente de la organisasi Mundial de los Trovatores, Italia dan Wakil Presiden - Koordinasi, di organisasi global hak anak, Gerakan Dunia United untuk Anak (UWMC). Dia berkolaborasi untuk puisi dengan sejumlah koran dan majalah nasional dan internasional. Puisi-puisinya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing dan dikumpulkan dalam antologi-antologi tanpa nomor di seluruh dunia. Dr Maria Miraglia sering menjadi tamu sambutan acara internasional untuk puisi. Kecantikan dan profunditas merupakan karakteristik terpenting dari karya Maria Miraglia dan meskipun unsur-unsur ini ditemukan dalam beberapa karya luar biasa oleh penulis modern, mencampurkannya bersama-sama tampaknya merupakan tantangan bagi banyak orang, di mana Maria berada.
Hanya itu yang bisa saya katakan tentang puisi Maria Miraglia ′′ Kemana Kamu Pergi ". Jika ada kesalahan yang ditulis, saya perlu meminta maaf atas kritik literatur saya karena saya masih hijau dalam literatur.
Salam hormat,
Ddt
Associate Prof Siamir Marulafau,Drs,M.Hum
NIP. 19580517 1985031003
TO READ ONE OF Selma Kopic’s poems entitled “ GRAIN OF SAND”
By : Siamir Marulafau ,a lecturer of English and Literature, University of Sumatera Utara Medan-Indonesia
E-mail : penyairdcm2@gmail.com
GRAIN OF SAND
I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.
I want to see the changes
that will take place without me.
Certainly so far
there has been no echo
- the one no one hears
is just a ruin of a man.
I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.
And while my limbs are powerless,
I want to see how powerful they are.
Will they notice the emptiness
when they no longer have to look
at this ruin?
Even though I look like a hill,
boulders, city walls,
like grain of sand I feel now.
They can trample me,
blow me away
with just one breath;
they can shake me off the shoe
in which I sting them
and block their flight.
What is a grain of sand
for such a vast world?
Anyway,
my hands tied
and my mouth sealed,
I've been having
conversations with myself
for a long time.
I would like someone to hug me,
to warm me up,
and no one has hugged me for years.
I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.
I.INTRODUCTION AND ANALYSIS
To read Selma Kopic’s poem entitled “ Grain of Sand” makes my heart beaten. Why is it so? It is because in the first line of the poem, she says that she wants to lie down and watches the world lying down. The poet here comes to use a beautiful sentence using a figure of speech like persinification that “ the world lying dow”. Since I start reading this poem, i find out that the poet merely watches and listens but she says nothing. In my mind the writer of this poem feels something what she hears and sees the changes of the world though has no echo. What she sees and hears is so far away as if no one hears except her. She knows it is only a ruin of man. What the poet says in the lines of her poem is true if she looks like the one whose lipms are powerless. She is certainly seen to be nothing by the people around and they only look at her like ‘GRAIN OF SAND’.These lines urged by the poet is exactly accepted if it is now seen from the social condition in today’s time. The life seems becomes chaotic whereas no body cares each other and they are very egoish. I myself feel very sad since i read this and say how cruel the people at present time that life is regarding as absurd. These following lines shows us how the poet describes her feeling towards seeing the condition of life nowadays.
“I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.
I want to see the changes
that will take place without me.
Certainly so far
there has been no echo
- the one no one hears
is just a ruin of a man.”
In the next lines of the poem, the poet repeats the sentences she writes so as to empasize the feeling of emptiness to see the condition of the people she sees . She only wants to listen and see whether the men around will take care of her or not while she is in the streets walking and lay down on the earth. What thing makes me interested to read is that the poet explains though she looks like a hill, boulders , city walls but it is nothing to be considered like that. She feels like grain of sand. She further elaborates her reader that she may be once trampled and blown her though she is in one breath with them. As a matter of fact, she directly says they can shake her off and make her frightened if she stings them and blocks their flight. Let’s see the followings lines :
“I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.
And while my limbs are powerless,
I want to see how powerful they are.
Will they notice the emptiness
when they no longer have to look
at this ruin?
Even though I look like a hill,
boulders, city walls,
grain of sand I feel now.
They can trample me,
blow me away
with just one breath;
they can shake me off the shoe
in which I sting them
and block their flight.”
In some lines of this poem, the poem then expalins what a grain is like her to live in the world she lays down if her her hands tied and her mouth sealed. If this happened in her life ,what this world say? She,therefore has no conversation and comment but anyhow, she would like if one of these men huges her and warms her so as to make her feeling be soothed . She once thinks that no one,who has hugged her for years. That is why she merely wants to lie down , watch and listens as well. In her feeling , she just keeps silent and says nothing. As a proof, let’s see these following lines:
“What is a grain of sand
for such a vast world?
Anyway,
my hands tied
and my mouth sealed,
I've been having
conversations with myself
for a long time.
I would like someone to hug me,
to warm me up,
and no one has hugged me for years.
I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.”
II. CRITICAL OPINION VIEWED FROM LITERATURE
Having read this poem from the begining up to the end, it can be said that this poem is a form of a narrative and lyrical poetry .The poet uses a simple language which is not complicated to understand. The poet is free to state her story dealing with the theme she intends to write. The choice of words is very precisely used to formulate the dictions using some figures of speech like personification, hyperbole, and simile. These all are seemed to create poetic languages with metaphorical images. Some metaphoric languages can be grasped like :
// I want to see the changes//that will take place without me//
//I want to lie down//
//and watch the world lying down.//
//I want to watch, listen,//
//and say nothing.//
The poet seems to use a figure of speech like “ Simile” in terms of making a comparison between her herself and the things she sees in life like :
“Even though I look like a hill,
boulders, city walls,
like grain of sand I feel now.”
In my opinion, the poet also uses repetition ,which can be found in the first, second, third and fourth line of the poem and some line in the middle of the poem itself so as to emphasize the meaning of the poem concerning with the theme she intends to write. See these followings :
“I want to lie down
and watch the world lying down.
want to watch, listen,
and say nothing.”
“I want to lie down
and watch the world lying down.
I want to watch, listen,
and say nothing.”
This poem is also written in structural form that may not break the rule of writing sentences based on the patterns of sentences by Robert Khorn in his “ ENGLISH SENTENCE STRUCTURE”. Some examples of these sentence patterns can be found in the lines such as :
SUBJECT--------VERB/PREDICATE ------INFINITIVE TO---------OBJECT
I Want to see the changes
They can trample me
I want to lie down
I want to watch
etc.
This poem can be analyzed by using textual approach in Intrinsic term based on the theory of Rene Wellek and Austin Warrent in “The Theory of Literature”. But, anyhow, this depends on the researher what methods and theories he or she uses in analyzing this poem.
SEPENGGAL APRESIASI PUISI NASHUHA JAMIDIN Bertajuk “BUMI NUSANTARAKU TERANCAM”
Oleh : Siamir marulafau, dosen FIB USU, Medan-Indonesia
E-mail : siamirmarulafau7@gmail.com
Nashuha Jamidin •
BUMI NUSANTARA KU TERANCAM
Setelah ratusan tahun kau dijajah dijarah
Hasil keperihan kepedihan air mata darah dan keringat
Setelah bernafas merdeka beberapa dekad
Tangan-tangan peribumi kini mula lupa diri berkhianat
Lupa kepada pesan dan amanat leluhur dan rakyat
Gila harta pangkat tidak sedar diri terjerat kuasa asing keparat
Menyambung misi visi Penjajah laknat
Bumi Nusantaraku malang sungguh nasibmu
Di tangan pemimpin culas khianat anak bangsamu
Cinta dunia takut mati menjadi pegangan dan pemicu
Sanggup menggadai apa saja milik bangsa dan watanmu
Tak sedar bala bencana besar sedang menunggu
Mulut Harimau dan Naga tak beriman menganga bernafsu
Pejuang pemikir bangsa dipinggir dinista dipenjara/dipidana
Si Tolol dungu bobrok moral disanjung dipuja bagaikan Dewa
Pejuang dilabel terorist di tuduh gila kuasa difitnah hasil rekayasa
Sanggup bergayut di dahan rapuh bergantung kepada V.Corona
Persetan logik persetan Agama asal dapat pertahan kuasa
Ooh! Kasihan bumi Nusantara!
Khazanah bumimu diintip di incer semaunya
Hasil tenaga dari bumimu juga sudah digadai semuanya
Lingkaran api, gunung berapi, haba elektrisiti di bawah bumi
Bangsa asing bakal miliki dan kuasai
Apa lagi yang bakal tinggal buat anak cucu generasi nanti??
Barangkali inilah penyebab ramai sahabatku terbeliak mata ketika mati
Nashuha Jamidin Al Pontiani
Bertam Putera
Seberang Perai
2 Disember 2020
I.PENDAHULUAN DAN KAJIAN
Jika kita membaca puisi pujangga dan penyair Malaysia in, kita seakan-akan kita merasa sedih dengan keadaan dan kondisi bumi Nusantara penyair dengan ulasan yang sangat menyayat hati. Dr Nashuha Jamidin ini adalah seorang pakar keilmuan dalam penulisan puisi. Bukan hanya saja keahlian di bidang penulisan puisi tetapi penyair kita ini sangat ahli dalam penciptaan lagu puisi yang dinyanyikan dengan irama Melayu. Saya sebagai salah seorang penyair/sastrawan dari negara Indonesia sangat merasa terharu dan kagum melihat dan menyaksikan sosok PUJANGGA negara Malaysia ini.
Jika ditelusuri secara cermat maka kita tak salah lagi mendeteksi bahwa Dr Nashuha Jamiddin sangatlah aktif dan peran aktif dalam menulis puisi serta menyanyikan puisi itu dengan menggunakan alat musik berupa Keyboard atau alat musik yang tepat dengan irama lagu puisi yang dibawakan dalam setiap acara dalam festival NUMERA. Ini bukan puijian tapi sesungguhnya benar , dan sebagai buktinya : Para pembaca biografinya, dan orang yang berhadir dalam pertunjukan di Numera,memang BENAR.
Secara kebetulan,saya membuka Face book saya dan mengklik “NUMERA”,terlihatlah syair bertajuk “ BUMI NUSANTARA-KU TERANCAM”.Waduh, membaca topik puisi ini membuat perasaan saya hancur lebur. Mengapa? Jika memang hal ini terjadi,saya tak bisa lagi berkunjung di Malaysia, dan tak bisa jumpa dengan teman-teman dan beberpa Sastrawan Negara Malaysia.Mudah-mudahan hal ini tak akan terjadi. Inilah yang membuat saya tertarikmembahas dan mengkaji sertamenganalisis secara mendalam puisi SAHABAT ini,apakah benar tulisan ini atau tidak?
Pada baris-baris puisi ini,tergambar kepada kita bahwa ada sesuatu yang mengganjal perasaan penyair dengan menceritakan kepada pembaca yaitu setelah ratusan tahun umat di buminya dijajah dan dijarah dengan merasa pedih dan menyakitkan dan kemudian bebas daribelenggu penjajahan , oraang yang menjadi pribumi di negaranya ini lupa diri sepertinya “KACANG LUPA PADA KULITNYA” ,lupa pada pesan leluhurnya dan apalagi pada rakyatnya. Mereka nampaknya bukan megurusi rakyat dan banyak rakyat menderita dan sengsara karena mereka tergiur dan gila harta dan tak sadar diri bahwa mereka terjerat dalam KEKUASAAN. Sepertinya pola pikir mereka sama dengan kaum penjajah sebelumnya. Dengan pengertia, LEPAS MULUT HARIMAU MASUK KE MULUT BUAYA. Waduh hal inilah yang membuat saya sebagai pembaca dan Kritikus terduduk memikirkan hal yang menimpa Sahabat saya, Penyair (Nashuha Jamidin). Cetusan dan ilustrasi dalam benak pengarang tercatat dalam setiap baris-baris puisi di bawah ini :
“Setelah ratusan tahun kau dijajah dijarah
Hasil keperihan kepedihan air mata darah dan keringat
Setelah bernafas merdeka beberapa dekad
Tangan-tangan peribumi kini mula lupa diri berkhianat
Lupa kepada pesan dan amanat leluhur dan rakyat
Gila harta pangkat tidak sedar diri terjerat kuasa asing keparat
Menyambung misi visi Penjajah laknat”
Nampaknya,luapan emosi ini terekam dalam setiap baris puisi,yang mana pujangga ini
menyatakan bahwa bumi Nusantara-nya sungguh malang. Dia berucap kepada para pemimpin bahwa mereka berkhianat terhadap anak bangsa mereka sendiri karena cinta terhadap dunia dan takut mati. Maslah seperti ini banyak dijumpai dalam kehidupan yang serba modern ini. Banyak insan di dunia ini sekarang yang tak takut pada Tuhan dan hanya mencintai dunia semata. Dengan ilustrasi yang memilukan,penyair merasakan bahwa mereka yang berkuasa menghalalkan cara dari segala cara dengan dalih menggadaikan harta dan milik negara atau bangsa dan mereka tak sadar bahwa harta itu siapa punya. Masya Allah,,,,,,. Dalam pengamatan penyair,mereka kelihatannya bagaikan harimau yang kelaparan dan Naga tak punya perasaan dan iman.Mereka sangat berambisi dan bernafsu untuk memiliki yang bukan hak mereka. Nampaknya Pejuang bangsa dan Para pemikir dalam negeri dipinggirkan atau ditendang serta dipenjarakan supaya mereka jangan terganggu. Dalam pengakuannya sebagai penyair tercatat bahwa mereka ini adalah orang yang tak memiliki MORAL. Sementara dalam kehidupan ini,moralitulah yang paling penting dibina dan diperjuangkan dan bukan karena jabatan, pangkat dan gelar untuk selalu dihormati, bukan, bukan. Tepi setelah wabah Virus Korona melanda negeri, mereka kelihatannya tidak percaya akan adanya Eksistensi Tuhan bahwa V. Corona itu adalah sesuatu zat yang didatangkan Tuhan sebagai peringatan pada manusia di bumi. Apa yang tersirat dalam benak si penyair dapat dilihat pada baris- baris puisinya yang indah ini :
“Bumi Nusantaraku malang sungguh nasibmu
Di tangan pemimpin culas khianat anak bangsamu
Cinta dunia takut mati menjadi pegangan dan pemicu
Sanggup menggadai apa saja milik bangsa dan watanmu
Tak sedar bala bencana besar sedang menunggu
Mulut Harimau dan Naga tak beriman menganga bernafsu
Pejuang pemikir bangsa dipinggir dinista dipenjara/dipidana
Si Tolol dungu bobrok moral disanjung dipuja bagaikan Dewa
Pejuang dilabel terorist di tuduh gila kuasa difitnah hasil rekayasa
Sanggup bergayut di dahan rapuh bergantung kepada V.Corona
Persetan logik persetan Agama asal dapat pertahan kuasa”
Pada baris- baris puisi selanjutnya, penyair merasa iba dan sedih melihat negerinya tercinta dengan terus terang mengatakan bahwa dia merasa kasihan pada BUMI NUSANTARANYA. Karena dalam pikiran dan prasangka seorang pengarang memiliki perasaan sangat peka bisa saja mepredeksi dengan jelas hasil bumi dan tenaga manusia di negeri itu sudah digadaikan. Dalam azas kepenyairan tercatat bahwa hal ini merupakan lingkaran api dan tak ubanya seperti lahar gunung berapi meleleh dan bisa memusnahkan bumi. demikian? Ini salah satu pertanyaan besar dalam hati pengarang yang tak kunjung padam. Pengarang kita ini tidak suka jika BUMI NUSANTARANYA DIKUASAI OLEH PIHAK ASING. Jika dikuasai oleh mereka, bagaimana nasib anak , cucu serta cicit mereka di kemudian hari, tentu akan hancur. Sebagai bukti apa yang tersirat dalam hati pengarang, marilah kita menyimak dan melihat baris-baris puisi di bawah ini :
“Ooh! Kasihan bumi Nusantara!
Khazanah bumimu diintip di incer semaunya
Hasil tenaga dari bumimu juga sudah digadai semuanya
Lingkaran api, gunung berapi, haba elektrisiti di bawah bumi
Bangsa asing bakal miliki dan kuasai
Apa lagi yang bakal tinggal buat anak cucu generasi nanti??
Barangkali inilah penyebab ramai sahabatku terbeliak mata ketika mati”
II. KRITIK OPINI DALAM SASTRA
Dalam kajian dan analisis puisi Dr Nashuha Jamidin ini, puisi ini berbentuk puisi prosa liris yang bersifat narasi, yaitu menceritakan pada pembaca apa yang ada dalam hati sanubari-nya. Kajian ini bisa digolongkan sebagai kajian dalam bidang “SEMANTIK”,yang berkisar pada makna. Makna puisi tidak mengambang dan tepat sesuai dengan pemakaian kata-kata dan pemilihan DIKSI. Pengarang sangat cermat dalam menggunakan bahasa walaupun bahasa puisi sederhana tapi memiliki arti yang padat dan mengarah pada bentuk “ALEGORI”, yaitu suatu sindiran yang tajam dengan emosi yang meluap-luap. Karena emosi yang terpendam beberapa tahun dialami dan dirasakan setelah negeri merdeka.
Dari sudut pandangan kritik sastra,puisi di atas ini tak ada yang salah. Penulisan puisi ini dapat dikatakan bahwa puisi terstruktur dan bentuk puisi sangat tepat. Pemilihan kata tepat dengan MAJAS dan Gaya bahas yang indah dan sederhana. Salah satu kalimat yang indah dan berbentuk “PERSONIFIKASI” adalah :” Tangan-tangan pribumi kini mula lupa diri berkhianat”,dan banyak lagikalimat-kalimat yang dihiasi dengan bahasa yang puitis.Jika dilihat dari sudut STRUKTURAL,ternyata penyair selalu menggunakan bentuk pola kalimat seperti:
SUBJEK -------------------------- VERBA/PREDIKAT
Pejuang pemikir bangsa dipinggir dinista
Mulut harimau dan Naga tak beriman menganga bernafsu
SUBJEK ----------------------- ADJEKTIVA
Bumi Nusantaraku malang sungguh nasibmu
Demikianlah ulasan dan kajian serta sekelumit analisis puisi yang ditulis oleh Nashuha Jamidin, dan apabila ada kekhilafan dan kekurangan ,mohon dimaafkan karena pembaca masih hijau dalam ilmu sastra.
Wassalam,
dtt
Ascc,Prof Drs.Siamir Marulafau,M. Hum
NIP. 19580517 1985031003
SEPENGGAL APRESIASI PUISI
Bambang Widiatmoko
bertajuk"MENUGGU VAN DER PIJL DAN MURDJANI "
Oleh : Siamir Marulafau
, Dosen Fib USU, Medan
E-mail : penyairdcm2@gmail.com
MENUNGGU VAN DER PIJL DAN MURDJANI
Di salah satu sudut museum Lambung Mangkurat
Aku duduk bersama perupa Sulistyono Hilda
Menunggu kedatangan Van der Pijl dan Murdjani
Yang berjanji datang menemani, namun cukup
dengan getaran hati yang memenuhi sanubari kami
Lalu mengalirlah kisah panjang tentang sebermula
Dari Banjarmasin kota seribu sungai yang meluapkan airnya
Tentang tanah berawa-rawa dan genangan air sepanjang musim
Tentang makin padat pemukiman dan ancaman nyamuk malaria
Dan keinginan membangun kota bagi pertumbuhan masa depan
Cikal bakal Banjarbaru ditemukan,bermula dari gunung Apam Tempat peristirahatan buruh-buruh penambang intan Di wilayah sepi ,peintasan jalan Banjarmasin-Martapura Tahun demi tahun pembangunan terus berjalan Akhirnya terwujud Banjarbaru, kota yang menjadi idaman Dengan kerukuan dan etos kerja Gawi Sabarataan
Di ruang-ruang museum Lambung Mangkurat
Telah tercatat sejarah dalam manuskrip dan diorama
Dan dengan sentuhan tangan perupa Sulistyono Hilda
Dia menunjukkan kepadaku , jati diri sebuah kota
Terlihat dari seberapa besar museum menjaga warisannya
I. PENDAHULUAN DAN PEMBAHASAN
Jika kita membaca karya Bambang Widiatmoko ini seolah-olah kita hanyut dalam bingkai sejarah. Mengapa tidak ? Penyair kelahiran Yokyakarta ini memiliki kemampuan menulis puisi dan karya sastra baik puisi maupun karya sastra lainnya. Dan tidak heran lagi jika Ia lolos kurasi pada antologi puisi bertajuk "Banjarbaru Rain'" ,2020. Luar biasa dengan kemampuan sobat saya ini.
Saya sebagai pembaca sangat kagum melihat sepintas tajuk yang menarik perhatian saya dari semua puisi-puisi yang terkurasi dalam buku antologi ini. Dalam pikiran saya, semua puisi-puisi yang ditulis sangat bagus, namanya saja sudah dikurasi sesuai dengan tema yang disarankan sebelumnya oleh panitia. Saya bukan memuji tapi apa yang saya katakan dalam tulisan ini adalah benar.,dan bukan mengada-ada.
Sungguh penyair bercerita dalam puisi berbentuk puisi prosa liris ini membuat pembaca yakin bahwa dalam pengalamannya sebagai penyair ada tersirat makna sejarah yang cukup tajam dimengerti bahwa penyair menyempatkan dirinya duduk dan santai di sudut museum Lambung Mangkurat dengan Sulistyono Hilda. Rupanya bukan hanya saja menunggu kedatangan seseorang yang bernama Van der Pijl dan Murdjani tapi penyair meluangkan waktunya untuk menemani dan bercerita panjang yang tak luput memberikan rangkaian kalimat dalam bentuk majas indah bertipe hiperbola: "Yang berjanji datang menemani, namun cukup//dengan getaran hati yang memenuhi sanubari kami//.
Cerita demi cerita dalam puisi I ini ,penyair memberikan ilustrasi yang sangat jelas pada pembaca bahwa lokasi (setting) pembicaraan adalah di salah satu sudut museum Lambung Mangkurat. Dengan penuh kesabaran penyair merelakan waktunya untuk bertemu dengan seseorang yang dalam pikirannya bisa menggali sebuah cerita tentang KOTA BANJARMASIN. Pikiran penyair mengenai hal yang tersirat dapat dilihat pada puisi I, sbb :
" Di salah satu sudut museum Lambung Mangkurat
Aku duduk bersama perupa Sulistyono Hilda
Menunggu kedatangan Van der Pijl dan Murdjani
Yang berjanji datang menemani, namun cukup
dengan getaran hati yang memenuhi sanubari kami"
Lantas,pada puisi ke II, sang penyair menelusuri kisah panjang yang harus digali dan diketahui bahwa KOTA BANJARMASIN adalah kota seribu sungai yang meluapkan airnya. Cerita ini tidak salah lagi jika diamati bahwa kota ini memang dikelilingi oleh air sungai yang mengalir dengan panorama yang amat indah. Walaupun banyak genangan air dan rawa-rawa di sekitar kota ini dan kemungkinan pada musim panas tidak begitu mengkhawatirkan, Dan hanya pada musim hujan , wilayah ini akan tergenang air dan bisa saja air sungai akan meluap. Dengan adanya syair yang tersirat dan tersurat ini, pembaca akan dapat memastikan bahwa pemerintah setempat akan membangun kota untuk pertumbuhan masa pada masa akan datang. Inilah yang menjadi visi dan misi ke depan. Hal inilah salah satu faktor yang mendorong penyair menulis puisi ini, dan pantas jika puisi ini lolos kurasi dan dewan kurator pun bukan orang sembarang. Dengan pengertian bahwa mereka tidak buta melihat isi kandungan puisi. Sebagaimana yang dijelaskan penyair dalam puisi ini bahwa sasarannya adalah KEINGINAN MEMBANGUN KOTA. Mari kita lihat pada baris-baris puisi ke II ini :
"lalu mengalirlah kisah panjang tentang sebermula
Dari Banjarmasin kota seribu sungai yang meluapkan airnya
Tentang tanah berawa-rawa dan genangan air sepanjang musim
Tentang makin padat pemukiman dan ancaman nyamuk malaria
Dan keinginan membangun kota bagi pertumbuhan masa depan"
Pada puisi ke III, penyair sesungguhnya menjelaskan bahwa di banjarmasin itu ada yag disebut CIKAL yang akhirnya ditemukan bahwa itu adalah Banjarbaru yang asalnya dari gunung APAM.Tempat inilah yang merupakan penggalian sejarah bermula sebagai tempat peristirahatan kaum buruh dalam penambangan intan. Penyair kelihatannya sangat tahu tentang perkembangan sejarah masa lampau tentang wilayah ini. Dia tahu bahwa pelintasan jalan Banjarmasin --Martapura kian dibangun dari tahun ke tahun dan dampaknya pun dapat dilihat sampai sekarang.
Dengan terwujudnya visi dan misi ini, terbentuklah kota BANJARBARU, dan inilah yang menjadi kota kebanggaan bagi penduduk setempat. Penjelasan penyair dalam syairnya dapat dilihat pada baris- baris puisi di bawah ini, sbb :
"Cikal bakal Banjarbaru ditemukan,bermula dari gunung Apam
Tempat peristirahatan buruh-buruh penambang intan
Di wilayah sepi ,peintasan jalan Banjarmasin-Martapura
Tahun demi tahun pembangunan terus berjalan
Akhirnya terwujud Banjarbaru, kota yang menjadi idaman
Dengan kerukuan dan etos kerja Gawi Sabarataan"
Kemudian, pada puisi ke IV, penyair menyatakan bahwa apa yang dia katak sebagai fakta tentang terjadinya serta pertumbuhan kota Banjarmasin telah tercatat dalam sejarah di Lambung Mangkurat. Hal ini dapat diketahui dari seorang perupa yang bernama Sulistyono Hilda sebagai NARRATOR, pencerita tentang kota Banjarmasin. Apa yang diceritakan Hilda adalah semuanya terlihat dalam museum sebagai warisan nenek moyang penduduk kota Banjarmasin. Sebagai bukti, dapat dilihat pada baris-baris puisi di bawah ini :
"Di ruang-ruang museum Lambung Mangkurat
Telah tercatat sejarah dalam manuskrip dan diorama
Dan dengan sentuhan tangan perupa Sulistyono Hilda
Dia menunjukkan kepadaku , jati diri sebuah kota
Terlihat dari seberapa besar museum menjaga warisannya"
II. KRITIK OPINI DALAM ILMU SASTRA
Jika dilihat dari kaca mata ilmu sastra, puisi di atas ini adalah sejenis puisi prosa liris yang berbentuk tulisan bersifat narasi. Hal ini dapat dilihat bahwa penyair sebagai penulis puisi diceritakan oleh seseorang yang bertindak sebagai PENCERITA (Narrator), yang dalam hal ini bertindak sebagai Sulistyono Hilda.
Penyair sangat cermat dalam menggunakan kata-kata (diksi) yang sangat tepat walaupun dengan bahasa puitis yang sederhana,dan mudah dimengerti. Walaupun demikian dalam penulisan puisi modern, penulis puisi lebih menekankan pengertian MAKNA yang mengandung unsur sejarah.
Puisi ditulis bukan dalam bentuk yang konvensional yaitu tidak terikat pada rima (rhyme), yaitu tidak bersajak ab, ab,ab,ab,atau aa , aa, aa, aa. Setiap kalimat ditulis dengan kalimat majemuk yang bertingkat dan lengkap. Hal ini dapat dilihat pada puisi yang pertama(I) :
"Aku duduk bersama perupa Sulistyono Hilda
Menunggu kedatangan Van der Pijl dan Murdjani
Yang berjanjia datang menemani ,namun cukup
dengan getaran hati yang memenuhi sanubari hati kami"
Jika dilihat dari struktur penulisan kalimat, penyair juga tidak lupa menerapkan pola struktur kalimat yang berpola :
SUBJEK -----VERBA (P)/Pelengkap
Aku duduk bersama perupa Sulistyono Hilda
KETERANGAN -------------- VERBA/PREDIKAT----SUBJEK PEL.
Di ruangruang museum telah tercatat sejarah dalam manuskrip
Jika puisi di atas dijadikan sebagai acuan skripsi, tesis atau disertasi maka dapat dianalisis dengan menggunakan teori sastra yang merujuk pada teori Rene Wellek dan Austin Warrent dalam buku "The Theory of Literature" dengan menggunakan Pendekatan Ekstrinsik (Extrinsic Approach) merujuk pada sejarah.
Demikianlah ulasan pembaca sebagai kritikus disampaikan supaya dapat dipahami dengan jelas dan benar. Jika ada kesalahan atau kekhilafan dalam penyampaian, mohon dimaafkan karena pembaca adalah manusia biasa dan memiliki keterbatasan dalam ilmu sastra.
Wassalam,
dtt
Ascc,Prof. Drs
Siamir Marulafau , M.Hum
NIP.19580517 1985031003
PENYAIR DAN SYAIR
Siamir Marulafau
nama itu bagaikan pelangi
kadang membisu di siang hari
tersemai dalam setiap waktu
membahana pada setiap negeri
karya itu ulasan dalam setiap pikiran
berzafas dalam setiap kata
merangkai ranting-ranting berdaun
tertanam di setiap daratan terhubung
bersyairlah sampai ujung dunia
mengikat tali di dermaga setiap berkunjung
sebelum senja terkapar di langit biru kelam
Medan,02/11/2020
GELOMBANG GELOMBANG DARI APRESIASI PADA ′′ PERANG SHAKIL KALAM Oleh: Siamir Marulafau, Dosen Bahasa dan Sastra Inggris
Faculty of Cultural Sciences,University of Sumatera Utara,Medan-Indonesia
Email: siamirmarulafau7@gmail.com
KISAH PERANG
(Didedikasikan untuk Yeasir Arafat-mantan presiden Palestina)
Saya sudah terbiasa menjalani hidup nomaden
Dari satu gurun ke gurun lainnya
Dari satu lembah ke lembah lainnya
Dari satu kota ke kota lain
Dari satu ibukota ke ibukota lainnya
Dari satu gurun berdarah ke ibukota lain
Dari satu hutan belantara berdarah ke hutan belantara lainnya
Pertumpahan darah mengelilingi tanah air saya
Tanah Air diasingkan kepadaku
Pengasingan saya di tanah asing
Kebun kenari beckons untukku
Aroma anggur dan zaitun
Itu masih menghantui saya.
Saya ingat, di tanah saya yang dibudidayakan
Hyena tidak mengizinkan benih-benih itu ditabur
Tanah impianku yang tak terbentuk dan jatuh
Wajah Al-Fattah ditutupi dengan lembaran putih
Henna di tangan Fahmida belum pudar
Janda telah turun dalam hidupnya.
Sekarang di sekitarku adalah jembatan terpanjang dari pembakaran perang
Aroma kuat dari mayat yang terbakar
Di jendela gurun, saya menemukan ibu saya dalam aroma itu
Ibuku terpikat
Tetap saya budak bebas, pejuang kemerdekaan, orang Palestina
Orang-orang yang mencintai kebebasan dari dunia yang beradab.
I.INTRODUCTION:
Sangat menakjubkan membaca kisah di atas oleh Shakil Kalam seorang penyair Bangladesh terkenal, yang telah mendedikasikan kepada Yeasir Arafat, mantan Presiden Palestina. Jika kisah di atas ini dibaca oleh siapa pun, dia merasa seolah-olah darah itu akan hilang sejak kisah itu tidak hanya terdeteksi dalam mimpi tetapi sebenarnya. Dan itu membuat perasaan kita bersedih bahkan air mata menetes dari pipi.
Dalam prediksi saya sebagai pujangga Indonesia juga merasakan apa yang di rasakan oleh pujangga, Shakil Kalam merasa harus menjalin kerjasama dalam hati untuk merasakan sesuatu seperti apa yang telah diderita oleh orang lain dan ini milik TOLERANSI MANUSIA. Karena ini, saya menjadi lebih menarik untuk membaca dan menghargai sesuatu di balik tulisan huruf oleh sang pujangga. Dalam beberapa baris puisi ini, diketahui bahwa penyair menggunakan orang pertama (′′ I ′′) untuk menarasikan kisah seolah-olah dia keluar menjadi orang nomaden untuk menjelajahi peristiwa yang terjadi di pengaturan. Tentunya, dia, yang sebagai penyair harus melakukan itu sebagai objek penelitian ke satu tempat yang sudah terbiasa menjalani kehidupan nomaden. Dia datang untuk menceritakan kisah itu dan menginspirasi para pembaca di seluruh dunia bahwa dia membuat perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Ia tampaknya merasa terabaikan karena tanah terpencil ke ibukota lain dan hutan belantara berdarah ke yang lain, yang dikelilingi tanah ibu. Dan itu adalah salah satu kejadian dan masalah mungkin muncul dalam pikirannya sampai kisah ini muncul untuk dibahas. Mari kita lihat garis berikut ini:
′′ Saya sudah terbiasa menjalani kehidupan nomaden
Dari satu gurun ke gurun lainnya
Dari satu lembah ke lembah lainnya
Dari satu kota ke kota lain
Dari satu ibukota ke ibukota lainnya
Dari satu gurun berdarah ke ibukota lain
Dari satu hutan belantara berdarah ke hutan belantara lainnya
Pertumpahan darah mengelilingi tanah air saya ′′
Di barisan puisi berikutnya, penyair mengatakan bahwa tanah air benar-benar diasingkan kepadanya. Bahkan, ia berpikir bahwa seolah-olah ia berada di tanah asing dan mengetahui semua yang sebenarnya terjadi di sana. Dia bercerita tentang tanah asing yang menjadi tanah yang indah untuk di beckon hingga membuat perasaannya tertarik untuk dilihat sejak aroma anggur dan zaitun masih ada dalam pikirannya yang menghantui dia. Tidak ada wooder, jika penyair seperti Shakil Kalam berpikir berulang-ulang tentang ini, dilihat dari Social Humanity. Saya sendiri sebagai penyair Indonesia, setuju dengan apa yang dipikirkan olehnya karena itu patut untuk menjaga tanah air meskipun itu terkait dengan tanah asing yang diasingkan. Baris-garis berikut ini menyatakan sebagai bukti:
′′ Tanah Air diasingkan kepadaku
Pengasingan saya di tanah asing
Kebun kenari beckons untukku
Aroma anggur dan zaitun
Itu masih menghantui saya."
Penyair menjelaskan lebih lanjut dalam kisahnya bahwa ia menggunakan untuk mengingat bagaimana tanah yang ia lihat menjadi tanah yang dibudidayakan dan Hyena tidak membiarkan benih itu ditaburkan. Sebuah tindakan yang luar biasa seolah-olah tanah yang tak berbudaya akan menjadi tanah yang fallow padahal dalam mimpi. Dari sudut pandang pertanian, bisa dikatakan lahan harus dibudidayakan agar memberikan keuntungan bagi masyarakat yang peduli. Tanah yang jatuh harus ditanam oleh benih-benih yang membawa rezeki baik bagi diri sendiri dan orang lain. Berarti sementara, tanah lain yang dimiliki Fahmida belum pudar tapi ini harus dijaga baik-baik oleh Janda. Mari kita lihat garis-garis ini sebagai bukti:
′′ Saya ingat, di tanah saya yang dibudidayakan
Hyena tidak mengizinkan benih-benih itu ditabur
Tanah impianku yang tak terbentuk dan jatuh
Wajah Al-Fattah ditutupi dengan lembaran putih
Henna di tangan Fahmida belum pudar
Janda sudah turun dalam hidupnya."
Dalam beberapa barisan puisi oleh sang penyair, Shakil Kalam menyatakan bahwa jembatan terpanjang, ada beberapa mayat terbakar hingga aroma tercium oleh ibunya. Ibunya benar-benar tertarik untuk membudidayakan tanah. Sebaliknya, penulis puisi ini berani mengatakan bahwa ia masih bebas menjadi budak, pejuang kemerdekaan dan dianggap sebagai orang Palestina menjadi orang yang mencintai dunia yang beradab. Sang penyair mengungkapkan perasaannya terhadap para pembaca bahwa warga Palestina adalah orang-orang yang menjadi korban akibat perang. Dan itulah salah satu dampak buruk dari Perang, yang membuat rakyat Palestina menderita Perang. Mari kita lihat garis berikut ini:
′′ Sekarang di sekelilingku adalah jembatan terpanjang pembakaran perang
Aroma kuat dari mayat yang terbakar
Di jendela gurun, saya menemukan ibu saya dalam aroma itu
Ibuku terpikat
Tetap saya budak bebas, pejuang kemerdekaan, orang Palestina
Orang-orang yang mencintai kebebasan dari dunia yang beradab ′′
Aku akan melakukannya. OPINI KRITIK DI LITERATURE
Sastra benar-benar sebuah karya seni, dan perlu bahasa sebagai mediumnya atau Rene Wllek, dan Austin Warrent dalam Teori Sastra mengatakan bahwa literatur adalah interpretasi pikiran manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Bahasa yang digunakan oleh penulis tergantung pada dia atau dia terkait dengan kemampuannya. Meskipun penulisnya adalah Warga Bangladesh dan tahu bahasa Bangladesh, tetapi ia juga menulis puisi dalam bahasa Inggris. Artinya dia tidak egois untuk membagikan ide-idenya yang berhadapan dengan tema spesifik yang dia tulis dalam puisi di atas ini. Saya pikir dia menulis puisi ini dalam bahasa Inggris agar orang-orang mengetahui konsep tema dan arti puisi secara keseluruhan karena beberapa orang masih belum asing dengan bahasa Bangladesh.
Dari sudut pandang sastra, puisi di atas ini dikatakan bahwa ini semacam tulisan prosa narasi yang mengindikasikan kisah atau kisah yang diriwayatkan oleh penyair dalam bentuk Puisi. Saya sendiri sebagai pembaca dan kritikus literatur menganggap bahwa penyair itu sangat cerdas menggunakan diksi yang tepat untuk mengatur kata-kata hingga menjadi kalimat. Namun, kisah ini tidak sulit dipahami karena bahasanya begitu sederhana dan makna dari setiap kalimat yang ditulis sangat koheren. Bentuk puisi ini benar-benar modern, tidak konvensional.
Penyusunan setiap kalimat sangat struktural, yang tidak boleh melanggar aturan kalimat writng, terutama penggunaan pola kalimat oleh Robert Khorn dalam ′′ Pola Kalimat Bahasa Inggris ", contohnya:
SUBJECT ---------------------- VERB (P) / Pelengkap
Tanah Air diasingkan kepadaku
Kebun kenari beckons untukku
SUBJECT ----------------------- Predikat (P) --------------- OBJEK
Itu masih menghantui saya
SUBJECT ---------------------- VERB (P) -------------- OBJECT KOMPLEMEN
Hyena tidak mengizinkan benih-benih itu ditabur
SUBJECT --------------------- VERB (P) --------------- ADJEKTIF
Moher saya terpikat
etc.
Puisi diatas ini dapat dianalisis dengan menggunakan teori Rene Wellek & Austin Warrent dalam bentuk Metode Ekstrinsik dalam Pendekatan Sejarah. Metode ini tepat digunakan karena penulis puisi menulis puisi berdasarkan latar belakang sejarah kondisi perang yang terjadi di Palestina, padahal tanah-tanah tanaman sebagian besar terbakar.
Sedikit penghargaan disampaikan oleh pembaca dan jika ada kesalahan, saya ingin dimaafkan karena saya masih hijau dalam penghargaan literatur.
Salam hormat,
Ddt
Ascc.Prof. Marulafau,Siamir,Drs,M.Hum
Nip. 19580517 1983031003
DI BALIK PELANGI
Siamir Marulafau
Di pelataran senja berbayang aromamu
Menanti sekian detik dalam kurung waktu
Meskipun sinar kau lemparkan dalam relung
Hanya pasrah bersembunyi di balik pelangi
]Seiring nafas menderu bagaikan angin kencang menuju pulau
Dan di sana aku bersemedi menanti kehadiranmu
Walaupun tapak kakimu tak berbekas di atas pasir putih
Deburan ombak akan senyum di celah karang tak berlumut
Medan, 01/12/2020
WAJAH YANG SIRNA
Siamir Marulafau
Tak menatap wajahmu lagi di pelataran senja
Sepanjang alam di kau gapai meniti buih dalam renungan hati
Di balik batu yang menjulang itu ada bisikan hati
Menyepuh dalam relung yang tak dapat dielus
Walaupun dirangkul dan dipeluk
Jika doa itu terlimpah
Tuhan sungguh melirik dan mengingat dalam sebuah impian
Dengan nafas yang tak terhingga merekat dalam hati tulus dan ikhlas
Medan,29/11/2020
OPINI KRITIK PADA Puisi Gina Ancheta Augsaulio ′′ KAU DAN AKU ′′
OLEH: Marulafau Siam
Kamu dan aku
Dari awal namanya cinta
Itu menciptakan dunia imajinasi
Mengungkapkan kata-kata menjadi puisi
Yang telah berubah menjadi lirik
Yang memberikan lagu ke dalam musik
Sebagai lagu cinta bagi alam semesta
Itu meminjamkan sayap untuk terbang
Dunia yang indah untuk hidup
Sebagai cinta kehidupan
Sama seperti kau dan aku.
(c)gina27Feb2015
DISKUSI DAN ANALISIS:
Puisi ini singkat tetapi memiliki makna yang mendalam dan menggambarkan cinta yang romantis. Pujangga menuliskan puisi ini terdiri dari 10 baris, dan setiap baris memiliki makna yang sesungguhnya, yang mendukung tentang menceritakan cinta. Adalah hak seseorang entah dia atau dia penyair yang menceritakan tentang cinta karena cinta itu sesuatu yang secara spontan datang dan mengalirkan perasaan yang mendalam terhadap seseorang.
Topik dari puisi ini adalah ′′ Kamu Dan Aku ′′ tampaknya menjadi orang yang sederhana untuk mengungkapkan betapa dalam cinta yang diungkapkan dan sang penyair secara spontan mengatakan bahwa dia pernah jatuh cinta kepada seseorang sebelumnya atau sesuatu yang dia cintai hidup di dunia ini, dan mulai dari awal dan menyatakan cinta yang dia miliki seperti cinta yang dimiliki oleh seseorang. Tak lama, penyair terus-menerus memberikan ilustrasi tentang manusia yang hidup di alam semesta ini tampaknya sama saja untuk dicintai. Ekspresi ini dapat dilihat di baris pertama sebagai:
′′ Dari awal itu namanya cinta ′′
Karena sang penyair sedang dalam cinta, dia menjelaskan lebih lanjut bahwa cinta yang dimilikinya benar-benar ada dalam pikiran dan meski cinta yang diciptakan melalui imajinasi kadang-kadang akan menjadi cinta sejati seperti apa yang dia miliki
mengatakan dalam barisan: ′′ Yang menciptakan dunia imajinasi ". Dalam analisis ini, puisi ini menjadi karya bagus yang membuat tertarik untuk dibaca karena berhubungan dengan menulis puisi. Benar bagi penyair mengatakan demikian karena puisi itu kebanyakan berbicara tentang ′′ CINTA seperti yang dikatakan dalam garis 3, dan 4:
′′ Mengungkapkan kata-kata menjadi puisi ′′
′′ Yang telah berubah menjadi lirik ′′
Dalam garis-garis ini, dia mengatakan bahwa dia adalah seorang penyair nyata dan menyatakan cinta menjadi puisi sebagai ′′ seni puisi atau penyair ′′ (Hornby: 642) Sang penyair menggunakan bahasa yang sangat sederhana untuk dikatakan hingga pembaca menjadi tertarik untuk melihat ke atas dan membaca setiap baris puisi. Bukan hanya menggambarkan lirik tapi juga berubah menjadi lagu, padahal penyair juga suka menyanyikan lagu seperti yang diuraikan di tahun 5, dan 6 sebagai:
′′ Yang memberi nada musik ′′
′′ Sebuah lagu cinta bagi alam semesta ′′
Jelas dinyatakan bahwa penyair menyanyikan lagu cinta yang menunjukkan kepada publik betapa besar cinta yang dia miliki dalam hidup yang tidak bisa dipisahkan, bagaimanapun karena cinta itu adalah bunga-bunga kehidupan. Wajib dimiliki sebagai manusia lengkap. Pujangga juga menyarankan untuk meminjamkan sayap baik itu sayap burung atau pesawat seperti yang dinyatakan dalam garis:
′′ Yang meminjamkan kita sayap untuk terbang ", yang memiliki makna mendalam untuk menyatakan bahwa sang pujangga benar-benar serius menyatakan tentang CINTA, padahal cinta itu memiliki nilai nyata bagi umat manusia, yang mungkin tidak dianggap sebagai hal yang sia-sia. Dalam pikirannya, yang seharusnya memberi arti. Akibatnya, cinta yang dimiliki oleh manusia yang menunjukkan dunia ini sungguh indah. Mengapa begitu? Karena cinta itu memiliki arti yang mendalam karena cinta itu diraih olehnya itu artinya: Kamu dan aku bisa terbang sejauh yang kita bisa dan mencari cinta itu sampai ujung dunia. Itulah kata-kata yang berlebihan untuk didesak sebagai inspirasi untuk menyatakan dalam bentuk pidato dalam menulis puisi seperti 'Hiperbola', sebagai penyair menyatakan dalam garis terakhir (garis: 8,9 dan 10) bahwa:
′′ Sebuah kehidupan yang indah ′′
′′ Sebagai cinta kehidupan ′′
′′ Sama seperti kau dan aku ′′
Barisan terakhir puisi ini tampak begitu indah untuk dinyatakan karena ketika lelaki itu sedang dalam cinta dan mengatakan segalanya tentang 'CINTA', ia atau yang lain menganggap itu indah sebagai penyair berarti bahwa hidup itu penuh makna dan begitu indah untuk dijalankan Kehidupan. Pernyataan cinta adalah suatu keharusan bagi manusia: ′′ Sebagai cinta kehidupan ′′ berarti bahwa hakikat dunia serta hakikat cinta benar-benar ada dalam cinta manusia, yang mungkin tidak dianggap sia-sia. Jadi, kita harus mencintai mereka, dan tidak hanya mencintai manusia tetapi juga alam semesta. Secara filosofis, penyair itu menunjukkan dan mengatakan bahwa manusia harus mencintai orang lain, sesuatu seperti hal-hal lain di sekitar kita.
Telah menganalisa dan menghargai puisi singkat ini, saya datang pada kesimpulan bahwa penyair itu benar-benar mencintai apa yang dia rasakan dan lihat dalam hidup seperti apa yang orang lain rasakan dan lihat. Puisi ini bagus dan singkatnya perlu diingat terkait sebagai pelajaran yang baik bagi pembaca. apa yang dikatakan dalam puisi ini akan menjadi penggambaran yang baik meski karya sastra seperti puisi kadang tidak nyata.
Atas nama kesempatan ini, tentang analisis dan apresiasi, saya ingin minta maaf jika ada beberapa kesalahan karena saya masih hijau di dalamnya
sm/27/08/201
HAFIZ AL-QURAN :
Oleh : Siamir Marulafau
Saya sangat tertegun menghadiri pelantikan anak Santri yang telah Hafal Al-Qur'an mulai dari 12 juz sampai 30 Juz. Diantara mereka semua ini, ada 3 orang hafal 30 Juz. Masya Allah, dan jika hafal Al-Qur'an 30 juz, maka mereka ini menjaga kitab-Nya Allah dan jika mereka meninggal kelak maka jasad mereka akan haram dimakan bumi, dan bisa utuh selamanya sampai akhir zaman. Bayangkan di dalam organ Otak mereka sudah tersimpan 30 Juz, 114 surah, 6.666 ayat,dan 22. 200.22 kata (Dua puluh dua ribu dua ratus dua puluh dua kata) ,dan 1.027.000 huruf. Masya Allah hafal semua. Maka mereka yang hafal Al-Qur'an diberi gelar "HAFIZ & HAFIZOH".
Hal seperti ini, sama saja dengan para Qori dan Qoriah Nasional dan Internasional. Mereka ini juga tetap dijaga oleh Allah Swt sebagai orang-orang yang meluruskan Al-Qur'an.
Membaca dan menghafal Al-Qur'an 10 kali lebih baik daripada membaca dan menghafal PUISI, dan itu pun PUISI yang berbau sufistik, yang agak mendekat ke jalan Allah. Mengapa demikian? Karena menghafal dan membaca SATU HURUF AL-Qur'an akan mendapat 10 kebaikan, dan bagaimana dengan menghafal dan membaca puisi? Menciptakan dan Membaca Puisi merujuk pada budaya sebagai hasil ciptaan atau kereasi manusia. Sementara Al-Qur'an adalah KALAM-NYA Allah, yang ditulis dan disertakan dalam bahasa ARAB (AL-Qur'an) sebagai REDAKSI,dan bukan bahasa ARAB . Bentuk dan sistem huruf Arab serta penulisan Bahasa Arab adalah merujuk pada Budaya, yang sangat puitis diciptakan oleh Orang Arab sebagai Bahasa Mereka. Namun apa pun bahasa di dunia adalah diketahui oleh Allah Swt sebagai Pencipta. Bahasa hewan dan bahasa makhluk lainnya serta termasuk bahasa manusia di dunia adalah juga diketahui oleh Allah Swt. Allah memberikan Mukjizat pada NABI SULAIMAN a.s. , mengetahui semua bahasa hewan dan berkomunikasi dengan hewan yang ada di muka bumi ini. Makanya, konon pula jika ada Prof DR. Linguisik dan Bahasa merasa sok, hebat dan jago menguasai satu bahasa dan Lingusitik termasuk Sarjana Bahasa dan Sastra di dunia bila dibanding dengan KEILMUAN ALLAH yang diberikan pada Nabi Sulaiman, jauh,,,,,jauh hanya se ujung kuku
,iya apa tidak?
Nah, bagaimana pula jika ada yang menghina dan menginjak-injak AL-QUR'AN? Wah, tidak ada ampun di sisi Allah Swt.,cepat atau lambat akan mendapat siksaan dari Allah Swt,dan sebagai sanksinya dan ganjarannya akan menjadi ANJING NERAKA ( Kilabu Ashabunnar).Nauzubillahi Minzolik.
Di samping Udstz ini ada kelihatan seorang Qoari Internasional pemenang MTQ dari Iran, bernama Drs.H. FADLAN ZAINUDDIN. Dia juga diundang sebagai pembaca Al-Qur'an pada pembukaan Wisuda para SANTRI di KOMPLEK AL-RAEHAN ,Medan yang didirikan oleh Al-Udstaz Drs Abdul Wahid,M.pd (Alm)pada tgl 20/12/2020, tepat 40 hari Bpk Abdul Wahid dipanggil Allah Swt. Moga Bpk Udst Drs Abdul Wahid, M.pd (Qori Nasional) diterima oleh Allah Swt dan menjadi penghuni JANNAH. Aamiin. ya rab.
Demikianlah sekilas pandangan tentang Hafiz Al-Qur'an disampaikan, dan apabila ada kekhilafan dalam penyampaian mohon dimaafkan karena penulis bukan malaikat dan jauh dari kesempurnaan. Terima kasih.
Wassalam,
dtt
Associate Prof. Udstz Drs.Siamir Marulafau, M.Hum
NIP.19580517 1985031003
IBU YANG MULIA
Karya :Siamir Marulafau
dari mana datangnya sinar
jika bukan dari ibu mulia
aku bukan lahir dari batang kayu merapuh
menyandang nama jadi insan di dunia
dari mana datangnya cahaya
Jika bukan dari bulan purnama
membuat bumi gelap terang di temaram malam
bersyukur selalu pada Ibu yang mulia
di hari Ibu, sungguh memuliakan namamu
terbentang di langit biru
tiada tiang lagi berpegang selain ibu bagiku
dunia akhirat doamu menjadi surga bagiku
Sungguh hidupku tak berarti
jika menentang sepenggal kata terucap ibu
dunia akan terdiam dan tak senyum
jika nasihatmu diabaikan sekejap
ibu yang mulia, Ibu yang mulia
moga menjadi bunga dan hiasan surga kelak
dengan ucap selamat hari Ibu
Medan,22-12-2020
---------------------------------------------------------------------------
PUISI ADALAH CETUSAN PERNAFASAN DLM KATA-KATA INDAH MERANGKAI DALAM KALIMAT
BERMAKNA DI BALIK TERSURAT
Udstz/19/06/2019
MENGGULUNG BANGKAI DI ATAS PUNDAK
meskipun bulan terangkul
dengan cahaya
kesepian malam menjelma
di urat nadi mengalir darah
darah kotor berjalan ke pundak
jari jemari menyisir ketepian
bangkai tergulung ombak
menghanyut ke tanah gersang
sm/ 17/06/2019,Mdn
---------------------------------------
KRITERIA APA YANG HRS DIPERIKSA JIKA MENJADI KURATOR?TAK JELAS DAN HANYA
MENANTIKAN IYA ATAU TDK
Uzt
----------------------------
AKU HRS HATI-HATI MENJADI KURATOR PUISI JIKA TAK BENAR AKAN DISERET KE
NERAKA KARENA PUISI CETUSAN PERNAPASAN
Utz.
---------------------------
AKU MENJADI KURATOR PUISI BKN MEMATIKAN KARYA ORG TAPI MENGHIDUPKAN SENI
PENULISAN
Utz.
APAKAH KENAL DENGAN UDANG?
Siamir Marulafau
memang udang tak berotak
otaknya hanya cairan
tapi tak egois seperti manusia rakus takhta
udang tak mengenal uang, jabatan,kedudukan,pangkat dan nama
hanya mengenal kesetiaan pada makhluk sejenisnya
meskipun demikian dia berucap :
apalah sebuah nama?
jika hanya membawa bencana di alam gersang
aku tak makan rumput
kalian makan daging, tak apalah
asalkan perutku tak buncit
asalkan napasku lega dan lempang dari masa kemasa
itulah kujanjikan pada setiap kawan
jika menemui rezeki dari Tuhan
aku tak puas jika tak bersama dengan kawan
kupanggilah mereka supaya berkongsi
tak tega jika melahap sendirian
iya,jika itu dan ini legal di mata Tuhan
jika tidak ,siapa masuk neraka?
aku tak pandai berhitung
aku bukan mata duitan tapi mata-mata
berenang selalu mengarungi lautan
dan ingin tahu siapa korupsi di dasar laut yang luas ini?
siapa rajanya?
siapa ratunya?
akan dipenggal di negeri beradab ini
sm/17/06/2019,Mdn
MENGENAL PUISI TARI DALAM DUNIA SASTRA
Siamir Marulafau
Puisi Tari adalah puisi yang dibawakan bersamaan dengan gerak
tari mengikuti alunan gerak dan harus sesuai dengan irama dan tema yang
dibawakan oleh sang Penyair. Puisi tari bukan sembarang dipertunjukkan jika
sang Penyair tak ahli dalam menuturkan dalam bentuk naratif karena gerak, mimik
dan konteks puisi harus seragam dengan gerak yang membuat para pemirsa terharu
dan kagum mendengar dan melihat seseorang dalam peragaan Puisi Tari.
Penyair Dalam Lingkaran Cinta dari Indonesia yang
tergolong/bergabung dalam anggota NUMERA,,,,,,selalu melihat dan meneliti
seorang PENYAIR bernama Puan Shirley Idris,,,,,sangat membuat penonton atau
audiens merasa terharu dan kagum menyaksikan peragaan/penampilan Puan ini dalam
membawakan Puisi Tari di atas Pentas di beberapa Pentas di Sandakan dan
Kinabalu dan Johor Baru serta Brunei Darussalam dengan kustum adat yang sangat
mempesona hati pemirsa di segala penjuru.
Tak heran jika Puan Shirley Idris memberikan arahan,ceramah
sebagai SPEAKER tentang Puisi Tari di Sandakan pada Naratif Sastrawan yang kita
saksikan pada masa sekarang ini karena Puan ini memiliki keahlian dalam
penuturan , tari pada konteks puisi yang dipentaskan di atas pentas.Dalam
analisis saya sebagai Sastrawan/Penyair Indonesia ,Puan Shirley adalah RATU
PUISI TARI yang kita akui dan dibanggakan dalam NUMERA karena Keahlian(Skill)
yang diampuh dan dimiliki sebagai anugerah Allah SWT.Congrats Puan Shirley
Idris for you Poetry Dance Skill.
Udst/15/06/2019.
Medan-Sumatera Utara
AKAN KE MANA AKU MENGADU?
Siamir Marulafau
Jangan biarkan jasadku menghanyut di hamparan lautan tak
berteduh
Jeritanku tak akan ada yang dengar seorang pun
Hanyalah sepah terbuang terbawa arus merangkul di atas ombak
menjadi sahabatku
Akan ke mana jeritanku kubisikan?
Akan ke mana air mataku kutampung?
Akan ke mana deritaku kuceritakan?
Tak akan mungkin deburan ombak menghartaku sampai ke pulau
Sungguh terbenam,,,
Sebelum jeritan akhir menghanyut di karang tak berlumpur
Dengan jasad tak mendenyut
sm/15/06/2019, Mdn
------------------------------------
Dalam mimpiku
Selamat pagi
Alam dengan semangatnya
Seperti matahari terbit
Tampak seperti pelangi
Tidak ada zat abadi
Ini penuh dengan imitasi
Tampak seperti mawar musim semi
Untuk sementara aku menatap
Dalam mimpi saya sangat cantik
Tidak heran betapa menawan itu
Untuk asumsi alami terlihat
Ini adalah ciptaan yang sepenuhnya
Itu adalah nilai yang berharga untuk mencintai
Untuk semua orang memiliki jiwa suci
Untuk menghargai penciptaan
Yang tidak berasal dari manusia
Tapi itu ada untuk manusia
Semangat ditemukan di sana
Di setiap daun daun
Dalam setiap jiwa manusia
Biarkan semangat dalam hidup
Selama sifat itu milik kita
Sebagai semangat alam dalam darah
Selama itu dalam daging
Itu adalah akhir untuk mengatakan
sm/02/06/2019,copyright
--------------------------------------------
Ketika matahari ada di tangan saya
Selamat pagi
Ketika matahari ada di tangan saya
Dunia ini tidak terbakar
Hidup akan menjadi hijau seperti daun hijau bakung
Gunung-gunung itu akan tersenyum
Semua makhluk berlutut untuk sementara waktu
Untuk mencari kemanusiaan
Di mana kemanusiaan dari dunia ini?
Ini menyembunyikan kadang-kadang
Itu hak untuk bertanya
Kekejaman terlihat di mana-mana
Untuk langit biru, benar-benar diidentifikasi
Untuk menyelidiki siapa kamu dan aku
Itulah dunia meskipun bahkan besar
Asal laut tidak di jemur
Untuk mengetahui apakah itu adalah kesalahan manusia
Karena dunia ini menjadi sebuah pengaruh
Untuk semua makhluk yang disalahkan
Kemanusiaan adalah hadiah yang berharga
Karena nilainya
Biarlah di jaga dalam pikiran
Bahwa Matahari akan membantu untuk mencerahkan
Padahal dunia ini akan cerah
Tidak ada penindasan tanpa pembunuhan
Tidak ada bom atom yang dijatuhkan
Kehidupan manusia akan berada di keamanan
Negara-negara akan menjadi hijau
Tanpa kekeringan di mana-mana
Selama langit tanpa awan
Bahwa hujan deras akan ditukar
Musim akan alami
Dan Lembah-lembah tidak akan runtuh
Sampai langit tak runtuh
Di mana kau sekarang?
Siapa kamu?
Mengapa hidupmu dihina?
Mengapa hidup anda disiksa?
Semuanya dalam pikiran sebagai kemanusiaan
Untuk mencari yang damai
Seperti air terjun segar dari bukit
Menyebar di bawah langkah musafir
Untuk mendapatkan perbaikan dikendalikan
Untuk Kedamaian,,, untuk kedamaian
sm/03/01/2019,copyright
-------------------------------
Perjalanan saya di malam bersalju
Selamat pagi
Desa yang saya kenal bukan milik saya
Aku melakukan perjalanan sepanjang waktu tanpa bingung
Aku tahu itu adalah jalan keluar dari tambang untuk melakukan
perjalanan oleh
Walau jauh dari kampung aku pergi jauh
Tidak ada pertanyaan yang saya alamat di dekat oleh
Karena kendaraan saya sangat baik
Aku tahu hutan yang aku tempuh di malam hari
Jangan pernah membuat penundaan untuk menghitung
langkah-langkah saya
Meskipun begitu aneh untuk menempatkan langkah-langkah anda
Tidak pernah membuat saya mengeluh
Karena aku tahu itu adalah cara terbaik dan mudah untuk
menempatkan jalan saya
Saya mengakui apakah itu di sebelah kanan atau di kiri
Untuk memastikan hatimu dengan apa yang aku lihat
Dari lubuk hatimu, aku bersumpah
Dan cukup untuk perjuangan dari usia ke usia
Tanpa kasih sayang keluar dari pikiran
Tidak pernah membuat saya menunda untuk datang di akhir
Saya menggunakan untuk tetap semangat hutan
Di mana pun aku tinggal di bumi yang maha kuasa
Sejak awal sampai akhir
Sebelum tidur,,,, sebelum tidur
sm/05/06/2019,copyright
-----------------------------
Lagu saya di hyderabad
Selamat pagi
Hidup itu seperti pohon dengan penuh daun
Hal ini tumbuh seperti bakung di bawah pohon di bawah bukit
Hal ini mekar di samping pegunungan dan batu yang saya tempuh
oleh
Terlihat menawan ketika saya mencoba untuk memilih
Tapi aku pergi untuk memilih
Saya tahu bahwa benih itu tidak benar-benar tua
Itu membuat saya tidak bisa bertindak
Aku datang ke bukit dan menatap apa yang aku lihat
Tidak pernah dalam pikiran untuk menjadi liar untuk
menghancurkan
Karena mereka dalam hidup seperti saya di bumi yang maha kuasa
Aku bersumpah demi nama Tuhan untuk trice
Aku tidak punya hati untuk melakukan apa yang aku suka
Pikiran saya dalam damai dan cinta
Aku biasa mengubah caraku untuk berpikir
Untuk generasi millennial lebih lanjut sampai usia tua sangat
berharga
Itu harus di jaga selalu
Tidak pernah kekejaman manusia akan berhubungan dengan baik
Hindari mereka semua,,,, hindari mereka semua
Rendah hati kepada setiap makhluk untuk bertemu berada di bumi
Untuk kehidupan yang serentak dihargai
Mari kita jaga kedamaian dan cinta sebagai dasar kehidupan
Untuk menghindari asumsi yang kacau di antara
India dan Indonesia adalah saudara-saudara dalam puitis
Untuk seni ilmu tidak pernah memudar cara untuk menumpuk
sm/07/06/2019,Copyright
• Lihat asli •
Beri peringkat terjemahan ini
----------------------------
Berenang di laut
Selamat pagi
Aku bukan ikan
Jika saya adalah ikan
Aku akan berenang sampai ke dasar laut
Tapi aku mencobanya untuk kadang-kadang
Aku tidak bisa melakukannya
Meskipun air dangkal untuk menyelam
Haruskah aku mencari tahu yang di hari-hari lain
Sebelum nafasku hilang
Saya harus berpikir dua kali
Sebelum saya turun untuk berenang
Dan saya melihat kolam renang penuh dengan kotor
Aku melepas jalan-jalan saya
Karena ada banyak jika ikan untuk mengkonsumsi daging anda
sampai mati
Aku tahu itu bukan kesalahan saya
Untuk sebagian daun di bawah pohon di bawah bukit
Bukan persahabatan saya
Mereka semua liar untuk membunuh
Bahkan tidak memiliki kecenderungan penyelamatan
Tanpa kemanusiaan,,, tidak ada rasa milik
Tanpa rasa cinta kepada negara bagian
Bagaimana saya bisa menumpuk?
Mereka terlihat seperti ikan untuk berenang diam-diam
Tapi tidak punya hati untuk membantu ketika saya menyelam
Seolah-olah napas anda keluar dari tubuh saya
Tidak pernah aku berhenti menangis untuk sementara waktu
berenang
sm/09/06/2019
KOTA DALAM INGATAN
Siamir Marulafau
Malaka menyambut langkahku
langkah tak salah lagi
memuisi di kota sungai mengalir
aromamu tak berbau busuk
comberan terkuras dan kering
gedung-gedung pencakar langit pun mulai menjulang
langit melambai dan menarik tangan-tangan kami
penyair melangkahkan kaki
Kota terbingkai dengan sejarah
museum- museum sampai bibir pantai pun berceloteh
ada apa dan mengapa kalian di sini?
hanya melemparkan senyum sinis
dengan hati tertegun di kala mesjid terapung berayun-ayun
merangkul keajaiban dengan syair - syair kami
begitulah wajah kami, kota bernuansa indah dan permai
bersyairlah kalian sepanjang bumi tak hanyut
dengan gelombang laut
sepanjang deburan ombak bersalaman
berucap selamat datang para pujangga
sm/10/06/2019,Mdn
----------------------
Apakah anda tahu di mana saya berada?
Selamat pagi
Saya menemukan tubuh saya hilang
Kayu dengan penuh daun hijau
Kulit mati tumbuh dengan lumut
Langkah-langkah saya dihentikan untuk sementara waktu
Meskipun pemikiran saya adil
Tidak seperti langit biru
Dan aku berdiri masih seperti pohon
Dengan penuh berlumpur di senja
Tidak ada tubuh yang setuju dengan pandangan melihat
Meskipun pipiku tertutup oleh air mata
Ada yang bilang aku dalam kebencian
Ada yang bilang aku jatuh cinta
Saya menemukan tubuh saya hilang
Aku tahu bagaimana itu ketika aku berada di bawah pohon
Dan tidak ada daun yang menghindariku dari terbakar
Betapa panas sinar matahari turun dari langit
Dan itu adalah kerusakan kulit
Yang tidak mampu menolak
Untuk siapa aku menangis?
Hanya daun yang mati yang menertawakan pohon-pohon
sm/13/06/2019,copyright
Tidak ada komentar:
Posting Komentar