GAMBARAN
banyak bicara
lupa lidah dijaga
kenyataan dilukis warna-warni
hanya akal-akalan saja
agama dijadikan topeng
viral
ambyar
Batu, 11122020
PUSAI HARI INI
laut bergerak berombak
memberi kabar gembira
dan awan berucap
' esok hari akan lahir resi '
tegas, berani, serta bergizi
Batu, 28112020
Saya posting lagi puisi ini, karena melihat kejadian-kejadian yang saat ini terjadi. Mungkin kejadian-kejadian inilah jawaban yang saya tulis dalam puisi di bawah ini. Dan puisi ini pernah di ulas oleh: Roja Murthado dalam bukunya ANALEKTA. Ini puisi bebas bukan Pusai yang NEOFUTURISME.
DI SINI
di sini, pertarungan agama-agama mengundang pedang
merupakan bayang-bayang yang kau tebang
di sini, tujuan hidup kau tutup dengan dalil-dalil panjang mengambang
sebelum mengenal tembang surga yang kau jelang
di sini, pengembara bahasa sibuta meraba-raba
mencari kemenangan rasa yang tak kunjung tiba
di sini, kekalahan dan luka
menjadi puisi pusat upacara muara sukma
hitam putih menjadi kebutaan sehari-hari
sebagai tradisi melupakan hati sendiri
wahai...terang mentari mayang
sirnakan kebutaan, sirnakan kegelapan dari langit hati yang paling gamang
Batu, 29122017
GELOMBANG SHOLAWAT
Memasuki gelombang sholawatmu
Seakan hanyut di sungai itu
Menuju muara kata-kata paling syahdu
Nikmat suaramu dibentuk dari qolbu
Dan aku mabuk dalam kesadaranmu
Hingga menjadi peminta-minta di pintu-Mu
Batu, 5122020
CARUT MARUT NEGERI IMPIAN
Hari ini para raja tetap menatap tradisi lama
Para pembesar hanya diam menatap sangkala
Ketika harap suaka mendobrak cerita luka
Nyala api mengambil waktu di bahuku
Hari ini seperti malam di pangkuan rembulan bersuara
Pesona cahaya para raja jadi jongos di atas panggung sandiwara
Dalam keganasan para pembesar buaya
Aku melesat memahat alamat surga
Mengukir bintang mempertaruhkan nyawa
Wajah muda-mudi bercahaya remang di ujungnya
Sumpah Pemuda dan Pancasila lupa dijaga
Anak-anak super otaknya dibiarkan meninggalkan hatinya
Ahklaq tak lagi bisa bicara
Sebab moralitas tak kuasa melawan angka-angka
Wajah negeri impian bopeng semua
Aku sampai heran kenapa kehidupan kita ternoda
Sungguh aku tak percaya
Zaman Gajah Mada lebih cerlang dari zaman melenia
Bali, 3172020
SEBUAH KISAH
Ingin kukisahkan rindu di gurun sunyi puisi
Sambil mengeja alif ba ta dalam hati
Sedang nyanyian cinta berteduh di bawah buah kuldi
Menemani Hawa meronce kesetiaan purbani
Sambil mengunyah sepi kuqatamkan dan kukuburkan dendam di hati
Lalu kumakamkan Darwin yang melahirkan evolusi
Sedang Comte menelusuri seluruh kekuatan progesifku sampai pada kecenderungan asasi
Aku terus-menerus memperbaiki nasib dalam segala situasi
Bali, 272020
PERINGATAN ZAMAN
di malam gerimismu
selimut pusai membeku
di bawah sorot lampu
kabut usiamu
menata buku-buku
lapuk meraba zaman
hilang kesempatan
Batu,28112020
KASUNYATANKU
aku berkelana dalam hatiku
sebelum kutemukan kandungan ilmu
kubakar lilin di hatiku
sebab kematian adalah kelahiranku
Batu, 17222020
HIDUP
peradaban mudah membuka rahasia
jika lidahmu berbisa
hidup dan nestapa
lahir dari tanya
dusta dan tatapan mata
beralur di dasar dada
cinta yang tak bernama
adalah citarasa
Batu, 13122020
DARI RAHIM IBU
Dari rahim ibu melahirkan para pemimpin bangsa, seniman, budayawan, agamawan, ekonom, astronom, ilmuwan, oposan, dan koruptor yang lupa jalan pulang.
Dari rahim ibu juga melahirkan berbagai permata dan kolam susu.
APA YANG BISA KUAMBIL DARI KEADAAN INI
apa yang bisa kuambil dari keadaan ini
semua ruang dan waktu telah penuh arti
tak bisa kubayangkan sepi mengajak pergi
mencari arti siang tadi
keadaan ini terlihat mengaduk-ngaduk hati
sampai rotasi bumi tak terasa lagi
muda mudi selalu saja wira wiri di depan hapenya sendiri
tanpa merasakan disadarkan hujan hari ini
alamat surat telah kehilangan tempatnya sendiri
merupakan kabar duka yang tak lain adalah diriku sendiri
Batu, 19122018
PESAN APA YANG BISA KUTULIS
Pesan apa yang bisa kutulis pada kehidupan ini
Jika caci-maki dan penebar iri dengki dikatakan paling suci?
Ah... hidup bukan hanya makan dan minum saja
Perlu duka, luka cuka, juga buka mata
Selain buka dada dan cinta ditanam atas maunya
Sekarputih, 18122019
EKO WINDARTO |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar