Bergerak bersayap
Jiwa gemetaran
Tanganku yang letih
mulai tulisi batu nisannya sendiri
dengan huruf-huruf tak beraturan
-sebuah tanda kematiankah
Atau barangkali sebuah perhelatan ?
:Ia sempat datang dan singgah
Tapi mendadak kembali menjelmakan sepi
Yang lainpun datang dan mengukir nama
Tapi tak terbaca huruf-hurufnya
-inikah kematian semu ?
Bukan ! Bukan ! tapi sebuah pergerakan
harapan tak boleh pergi
Aku lah taman kebakaan
Dalam tajam pedang
Setiap saat menghancurkan
Dan akulah nestapa sekaligus bahagia
-Inikah pergerakan senyap menuju kesenyapan lain ?
Bukan ! Bukan !
Karena memang belum sampai waktunya
Jiwamu dalam kesendirian jiwaku
Itulah tempat tinggalku
Daun-daun tetap bergerak
Karena kesetiaan pada angin
Angin tetap bergerak
Karena kesetiaan pada musim
Dan kehidupan terus bergerak
Karena kesetiaannya pada kematian
Harapan dan waktu adalah keniscayaan
Bergerak dalam lajurnya
Aku mulai memaknai kesederhanaan
Dalam kehidupan adalah kemegahan
Yang menjadi derita sebagai penawar
Dan matahari sebagai tanda
Dan gunung sebagai tanda
Dan musim sebagai tanda
Dan satwa sebagai tanda
:sujud menghamba
Di kening waktu
Sampai suatu hari
Yang dijanjikan
Temanggung 27122020
SAJAK PAMFLET
Hari ini Matahari masihkah menawarkan harapan?
Di sela langkah terbata orang-orang jalanan
Di setiap nafas yang demikian sesak
Nyaris tak tarelakkan dari injakan kaki
Yang penuh dendam merampas hak-hak rakyat
Kami anak-anak kandung yang terlupakan
Oleh ketertindasan kesukacintaan merampas harta negeri
Kami adalah selembar kain pembersih kasud tuan-tuan koruptor
Kami adalah tempat buang sampah sisa hasil rampokan
: Tinja kamu
Air kencing kamu
Ludah kamu
Dan
Pidato-pidato sakit jiwa kamu
Kami adalah anak kandung yang lahir dari rahim pertiwi
Terseok dalam genangan darah dan ketuban
Belum usai tangis kami, belum usai masa anak-anak kami
Belum usai masa remaja kami…bulodoser atas nama undang-undang
menggilas kami sampai mati. Lalu berjuta kelahiran menangis
Di bawah mata liar elang yang demikian congkak mengawasi
gerak-gerik anak negeri . Setiap saat menukik, mencakar dan mematuk, mecabik-cabik , lalu meneteskan percikan darah sambil menyeringai dan berkata : Jangan usik kami !
Tak terdengarkah jeritan kami
Tak terlihatkah jejak berdarah kami
Tak silaukah oleh tetesan air mata kami ?
Wahai tuan-tuan, di tengah kami mempertahankan sebutir beras
Di masa pendemi yang tengah membunuh kami …tuan-tuan tikam pula kami
Dengan patriotisme seorang koruptor sejati
-Tak ada lagikah jiwa kesatria yang mampu bicara
Tentang manusia dan kemanusiaan ?
TEmanggung 04012021
TUNGGU AKU DI DEPAN MASJID AGUNG
Setiap siang, di bawah hujan dan terik matahari
Seorang gadis sebaya anak perempuanku
Berhijab dan setengah cacat, parasnya cantik
Duduk di atas trotoar seputar masjid agung,
kepalanya selalu tertunduk sambil mengucapkan doa-doa
di hadapan dua tas harapan bernama –keripik singkong-
Ia tak pernah menawarkan barang dagangannya
Ia hanya berharap seseorang menghampiri
Hanya sekedar menyapa , lalu bergetar hatinya
Tapi hampir tak ada , hampir tak ada
Aku menyapanya, ia tersenyum manis
Cahaya matanya berbinar- ia berkata padaku-
‘’Berapa bapak mau beli?’’
Aku bilang satu saja
Dengan gembira ia membungkus seplastik keripik untukku
Sambil bercerita, ihwal tak keberuntungannya
-tapi kamu hebat-
Gadis itu tersipu
-hanya ini yang bisa kulakukan-
-kamu adalah kehidupan-
Gadis itu tertunduk
Setiap kali aku lewat, kakiku selalu tak tertahankan
menghampirinya. Aku seperti tengah dimabuk cinta.
Sepekan tak bertemu rindu bergelayutan
Rasa kemanusiaanku mengatakan :
Hampiri selalu,lihat kedua matanya ketika engkau mendekatinya
Cahaya penuh harap itu bukankah ia adalah ladang tak terbatas
Untuk menanam benih-benih bebungaan indah yang memancarkan cahaya ? Di rumahmu kelak Ia adalah perhiasan-
Setiapkali aku mengulurkan uang untuk seplastik keripik singkong
Hatiku berkata: aku telah jatuh cinta padamu
Tunggu aku di atas trotoar depan masjid agung
Setiap pekan aku selalu akan datang
Melepas rinduku
Cintaku padamu
Adalah cintaku pada Nya
Temanggung 501212
KUCARI-CARI KAMU
Menghampiri cahaya bulan tertutup awan
Dari semua jurusan…aku tak tahu
Wajahmukah atau wajahku
Dari semua penjuru
Karut marut ! Zaman
Aku mengenang apa yang telah terjadi
: rindu adalah suara kesepian
Sunyi adalah rasa rindu
Seperti lautan
Bergelora
Apa yang bisa kulakukan
Ketika kapalku terhempas ?
Aku hanyalah penyair
Lalu – menyusun huruf-huruf ?
Aku ingin kamu ada dalam sajak-sajakku
Tapi kamu tak ada lagi
Kapalku hilang kemudi
Kucari-cari kamu
ditumpukan reruntuhan negeri yang kacau
diantara serakan pidato-pidato sakit jiwa
diantara para politisi tanpa hati
-kucari kamu
Ya kucari kamu
Hatiku
Jiwaku
Nestapaku
Di sela sesak nafas gelandangan
Ada dimana gerangan harapan dan impian ?
Lalu apa harapan ? apa impian ?
Tak ada
Kucari-cari kamu
tak ada
Uf ! Bedebah !
Aku tersesat di negeri para maling
Aku tersesat di pusaran oligarki
Kata tak lagi bermakna , negara tak lagi punya harta
-Kucari-cari kamu
Tapi aku dan kamu
Tak ada. Matilah aku ! -
Temanggung 05012021
KITA HARUS MEMILIH
Kita harus memilih
Menghamili kefanaan
Ataukah terbang di atas sajadah
Mengarungi gelombang
Menari bersama para sufi
Diantara daun-daun kehidupan
Yang berjatuhan ?
Temanggung 22012121
AROMA MAWAR
Embun yang tercipta, bersama bertiupnya angin menandai kehidupan
Bunga-bunga beserta kupu-kupu, rerumputan dan tanah setengah basah.
Setangkai mawar memesona terselip diantara
Rimbunnya belukar
: kupalingkan mukaku dari kecantikannya
Kuhirup aromanya hingga menyentuh relung hati
Kubiarkan menjelmakan rasa gelisah
Kemudian sunyi, kemudian kehampaan
Temanggung 29052020
PELABUHAN SUNYI
Dan kalau tak ada lagi yang mencari cinta
kubiarkan rindu yang panas membakar habis
sampai menjadi abu: tapi tak kubiarkan tersia dalam tungku
kan kutiup hingga menari- nari di atas keranda
dan di bawah cahaya –Mu, menjelma butiran abu merindu
Cinta Mu , aku terus belajar menyintai
Bersama Mu berselancar
Ya latif…ya rahmaan…Ya rahiiim
Rindukan aku…rindukan aku selalu
Peluklah seperti ketika Engkau merengkuhku di padang Arafah
Dalam ketakberdayaan di puncak pertaubatan
-adakah aku ada diantara orang-orang suci
Yang telah Kau sucikan dengan cinta dan rindu Mu?
Kalau tak ada lagi yang mencari cinta
Kususuri jejak Rumi
Mengembara di gurun pasir tanpa batas
Hilang jiwaku dalam rindu
Mematahkan hati dalam ruang hampa
Yang gelap tanpa cahaya
: bakarlah hati
bakarlah hatiku ya Raab
bukankah *)surga terbuat dari asap hati yang terbakar ?
*)Petikan puisi Jalaluddin Rumi
Temanggung 22052020
JAM DINDING
Jam dinding, berdetak mengejar hati retak, hampir tanpa tiang penyangga tempatku berteduh- rumah kita yang pernah menjalin asmara itu seperti tak lagi berpenghuni-
Seorang perempuan baya mendadak hadir dan bercerita tentang takdir yang membuatnya berlayar sendirian dengan sebuah perahu:ombak bergulung dan badai !
: jalan di darat pun tak landai, itulah serpihan hidupku
Dan bagiku itu adalah ruang berdinding banyak cermin
Kehidupan adalah hakekat kenapa kita harus mengaca diri lalu sampai kita kembali membuka sebuah jalan untuk kembali bergerak dari ujung sampai ujung lainnya, katamu.
Rambatan waktu , seperti datangnya kematian tak mampu kita mencegahnya, denyutnya merajut semua impian, menciptakan ruang-ruang untuk menempatkan semua bilahan pada tempatnya.
Bersama denyutnya kita meninggalkan satu bilahan untuk kemudian kembali meletakkan satu persatu : ia bernama kehidupan, ada cinta dan rindu, harapan, luka serta keinginan untuk kembali bersama waktu mengukir sebuah prasasti.
: kalau kali ini ada cinta, kukatakan padamu sebagai tautan
kepada hakekat cinta pada yang memberikan cinta pada kita
kalau kali ini ada cinta , kukatakan padamu sebagai jalinan kerinduan mendalam bagi kekasih sejati di Ars, yang sentiasa menunggu kita untuk kembali- kita berjalan bersama …berjalan bersama dalam kemilau cahaya di langit
Aku selalu mencoba merebahkan diri untuk tidak mengenang masa-masa purba yang terbalut kegelapan, biar tersimpan saja pada tempatnya. Ingin rasanya Ini hari, impian kembali seperti gelombang, menyeret ke laut lepas menjelajah benua-benua jauh.
: ada sebuah ketakutan untuk kembali membentangkan layar di lautan
,kalaupun ada tangis biarlah nestapanya terbawa angin,lalu menjelma kabut mengembara menyusur sunyinya sendiri – katamu
Detak jam dinding, bergerak meninggalkan kematian demi kematian
Gelombang besar kehidupan menumbangkan keteguhan
Matilah aku dalam kegamangan dan kerontangnya jiwa.
Sebatang lilin telah padam, sebatang lilin telah padam
Dan kau seperti angin di penghujung musim
Semilirnya, bersama risik dedaunan, mengirim cahaya-cahaya embun
Dan kau menjelma sekelopak mawar
Terasa aromanya menghimpit sunyiku
Temanggug 27052020
SAJAK PAGI
(edisi kenes)
Pagi ini habis subuh
Butiran embun serasa aroma mawar
Setelah semalam kita berbincang
: ah sudahlah…
Biarlah hati yang terusik
Menunggu musim burung-burung bercengkrama
Di udara pacaroba bersarang dalam kehangatan
Kita tunggu saja kemana angin bertiup
Membawa kita pergi
Seperti berjalan berkilo meter
Kadang menembus kabut
Seperti anak muda
:ingin berjumpa tapi malu datang
Serasa ada cinta tersembunyi
Doa seperti menyatukan
gelisah yang menyekat
dan merekatkan jarak
: ah …sudahlah
Biarkan kerentaan
Pagi ini
Yang berbincang padaku
Temanggung 03062020
Kepuncak tinggi di cakrawala
Mengejar matahari untuk bakar diri, ia tak dapat
Karena api telah habis bakar sayap Icarus
Ketika ia balikkan badan
Ia dapatkan ekor Cumulonimbus
--sambil tertawa-tawa
Ia mendaki sampai puncak berserabut
Ia bentangkan sayap-sayapnya
Berdiri
Ia tahu sebentar lagi puncaknya
berubah jadi badai petir-
: Bukan untuk mati ! teriaknya.
Lalu ? aku bertanya
Matanya saga, mulutnya seringai
:menerkammu berkali-kali
Temanggung 01062020
MANTRA RINDU
Aku tunduk dalam gaung hatimu
apakah gaung hatimu ?
Aku tetep tresno sliramu
Kangenku apakah tunduk dalam gaung hatimu ?
-Kamu sunyi di malam hari
Gunung , awan membiru
Angin, embun , risik dedaunan
Kau dan aku
Angin, embun dan malam di gunung
Akankan tunduk
Dalam gaung hatimu
Kangenku
Marang sliramu?
Temanggung06062020
KOMPOSISI SEBUAH LAGU
-Sajak buat seorang sahabat-
Jemari-jemari lentikmu
Tiba-tiba meluncurkan nada-nada
Berdesak-desakan diantara lima jari enam dawai
Ribuan waktu berloncatan
Mengurai lagi yang karam
Bait-bait puisi, kata-kata suci
Gelembung cinta dan rindu
Air mata dan sunyi
:Engkaukah atau jiwa sepiku
yang datang
dalam tembang kasmaran
meronce bunga-bunga melati
karena ombak kehampaaan
berayun-ayun selalu
hingga menjelmakan bayangan
-kau seperti aku
Mencoba melepas keheningan
dalam sunyi dan nestapa hati
Tapi ini kali
Kita tak boleh meninggalkan
Laut kita
Kita harus berani berdiri diatas ombak
berselancar
Diatas perahu retak
Lewati cahaya matamu
Hati biru mendadak kelabu
Roman muka seperti kaca
Bayangmu meluncur ke cakrawala
Gemetaran, sunyiku terus melebur
Bolak-balik kau mengendap
Antara harapan dan cemas
- Ah sudahlah ….sudahlah
hirup saja udara sepimu
Gantang saja hati hampamu
Sambil sisipkan lagu-lagu cintamu
Diantara lorong-lorong
Dan ruang-ruang tak bertuan-
Kata hatiku
Lewat jemari lentikmu
Dawai tak henti luncurkan nada-nada
Dalam komposisi tumpang tindih
Di segala ruang
Engkau singgah dengan letihmu
Hatiku seperti pelabuhan terbuka
Tapi tak tahu aku
Akankah kau menyandarkan perahu
Lalu bernyanyi-nyanyi kecil
Memecah sunyi ? Atau kekosongan hati
Yang begitu dalam menembus keterasingan
Dalam hidup yang sangsi karena kau pergi ?
Tak pindah-pindah
Nada mengisi nada
Seperti dawai kehidupan
Tak mudah kita mengurainya
Tak mudah !
-kita makin tak pernah mengerti sepenuhnya-
Temanggung05062020
PERNYATAAN CINTA
Dengan segala luka, dan rindu
Di atas sajadah butiran-butiran nafas menetes
Seperti air mata berkilau
Memancarkan pesona sekaligus kelu
Cinta membawaku pada perih
Aku , Kau rindukankah ?
Tak tahu kemana cintaku Kau bawa,
akan kah Kau beri aku kasih MU
Dalam ombak diam dan air mataku ?
aku mencium kasud Mu
Ya Raabku…ya Raabku
Bawalah aku bawalah aku
Hilangkan tak terbilang
Ini rindu melaut dalam langit MU
Ini kelu menunggu musim
Sampai Kau menyempurnakan cinta Mu
Menyempurnakan rindu Mu
Dengan membawaku pulang
Lalu menidurkan di bawah kelopak-kelopak mawar
Menghirup wanginya,
bersama embun dan hembusan angin
sampai semua air mata
tumpah dalam kesedihan
Temanggung 21061020
SUNYI
Sunyi malam berselimut rambatan ratapan
Yang tak menyembunyikan nestapa
Sendiri, hanya bersama Mu
Keindahan semesta
hanya bagi yang berani menatapnya
Dan membacanya melalui kalam-kalam
Dari Alif aku mengeja kembali
Dengan penuh kesedihan
Hidup tenyata tak berharga
Karena terpenggal kepalaku
Oleh harapan dan cemas
Sepanjang iring-iringan waktu
Temanggung 2020
PUISI DAN PENYAIR
Puisi hanyalah kata
Huruf-huruf yang tak bermakna
Karena puisi tak berkata-kata
Puisi hanyalah anak-anak panah
Yang terlepas dari busurnya
Penyair tak lebih dari seorang pengembara
Di lorong sunyi dan nestapa antara menang dan kalah
Ia tak kan henti memanah cakrawala
setelah menggoreskan ujung-ujung anak panahnya
pada hati dan jiwanya
lalu membiarkan anak-anak panah itu melesat-lesat
Penyair adalah pecinta tak pernah lelah
Ketika cinta melanda
ia tak tahu kapan dan dimana
Ketika cinta bersemayam di hatinya
Begitu lugas tanpa kerumitan
Karena perempuan adalah kehidupan
Meskipun cinta tak mempedulikannya
Ia akan begitu setia menungguinya
Penyair adalah pendendam
Ketika luka jiwanya menanganga
Ia tak akan pernah merasa mati
karena tikaman-tikaman
Dengan lukanya ia akan menghunus pisau
Menikam kekalahan-kekalahan
Sampai kembali berdiri tegar meski jatuh
Temanggung 130602020
KITA MAKIN TERPERANGKAP
Menyusur jalan setapak
Rumah-rumah meredup
Mereka pilih pasang lilin atau senthir
-kami tak lagi bisa bayar listrik yang mencekik
kami tak lagi punya kaki dan mulut selalu terbungkam -
Kata mereka
Nafas tidur mereka, sisa pergulatan yang kalah
Bau keringat mereka terbawa angin malam
Ditebarkan di atas kota
:terasa kah engkau membauinya ?
atau memang hidung telah mampat
bersama mulut terkatub, telinga bersumpal ?
Aha – banyak kata bertutur
Banyak kata melantur
Pidato sakit jiwa
Dan kami yang makin runtuh
Melepuh terbakar Corona
Terkapar diatas jalan raya
Igauan anak-akan makin tak bisa diterka
Esok barangkali angkat pisau
Tusuk dirinya sendiri
Tak bisa , tak bisa abaikan mereka
Anak-anak negri terluka
Perempuan-perempuan kekeringan air susu
Air mata masihkah punya harga ?
:kita terperangkap dan terpenjara
Dalam kegagapan
Teamanggung10062020
TERTETIH AKU
Tertatih dalam ruang Mu
Setelah terhempas
Takdir pada semesta
Aku tunduk pada Mu ya raab
Menghamba atas belaian
Kasih Mu
Musibahku
Adalah pahalaku
Musibahku adalah
Kasih Mu
Aku selalu
Duduk di ruang tunggu
Temanggung 19 februari 2020
SUDAHI KEPEDIHAN ITU
‘’sudah ..sudahi …! ‘’
Kata perempuan yang tak kukenal sebelumnya
‘’Biarlah semesta menyimpan cintamu bisu ‘’
katamu
Aku termangu di bangku penantian fajar
Bahtera langit membuat aku harus mengeja
Dari alif sampai pada huruf terakhir
:Kehidupan dan untaian doa
Harap cemas menunggu waktu
Seperti engkau dalam penantian
Tak ingin lama
Menanti angin bertiup
Membawa kita
Pada sebuah masa yang kita tahu
Tak kan datang
Biarlah rindu menyandu
Dalam semesta pilu
:Berjuta bisu
Temanggung 02032020
Pagi ini habis subuh
Butiran embun serasa aroma mawar
Setelah semalam kita berbincang
: ah sudahlah…
Biarlah hati yang terusik
Menunggu musim burung-burung bercengkrama
Di udara pacaroba bersarang dalam kehangatan
Kita tunggu saja kemana angin bertiup
Membawa kita pergi
Seperti berjalan berkilo meter
Kadang menembus kabut
Seperti anak muda
:ingin berjumpa tapi malu datang
Serasa ada cinta tersembunyi
Doa seperti menyatukan
gelisah yang menyekat
dan merekatkan jarak
: ah …sudahlah
Biarkan kerentaan
Pagi ini
Yang berbincang padaku
Temanggung 03062020
CUMULONIMBUS
Kehampaan terus memuncak, berlayar ia berlayarKepuncak tinggi di cakrawala
Mengejar matahari untuk bakar diri, ia tak dapat
Karena api telah habis bakar sayap Icarus
Ketika ia balikkan badan
Ia dapatkan ekor Cumulonimbus
--sambil tertawa-tawa
Ia mendaki sampai puncak berserabut
Ia bentangkan sayap-sayapnya
Berdiri
Ia tahu sebentar lagi puncaknya
berubah jadi badai petir-
: Bukan untuk mati ! teriaknya.
Lalu ? aku bertanya
Matanya saga, mulutnya seringai
:menerkammu berkali-kali
Temanggung 01062020
MANTRA RINDU
Aku tunduk dalam gaung hatimu
apakah gaung hatimu ?
Aku tetep tresno sliramu
Kangenku apakah tunduk dalam gaung hatimu ?
-Kamu sunyi di malam hari
Gunung , awan membiru
Angin, embun , risik dedaunan
Kau dan aku
Angin, embun dan malam di gunung
Akankan tunduk
Dalam gaung hatimu
Kangenku
Marang sliramu?
Temanggung06062020
KOMPOSISI SEBUAH LAGU
-Sajak buat seorang sahabat-
Jemari-jemari lentikmu
Tiba-tiba meluncurkan nada-nada
Berdesak-desakan diantara lima jari enam dawai
Ribuan waktu berloncatan
Mengurai lagi yang karam
Bait-bait puisi, kata-kata suci
Gelembung cinta dan rindu
Air mata dan sunyi
:Engkaukah atau jiwa sepiku
yang datang
dalam tembang kasmaran
meronce bunga-bunga melati
karena ombak kehampaaan
berayun-ayun selalu
hingga menjelmakan bayangan
-kau seperti aku
Mencoba melepas keheningan
dalam sunyi dan nestapa hati
Tapi ini kali
Kita tak boleh meninggalkan
Laut kita
Kita harus berani berdiri diatas ombak
berselancar
Diatas perahu retak
Lewati cahaya matamu
Hati biru mendadak kelabu
Roman muka seperti kaca
Bayangmu meluncur ke cakrawala
Gemetaran, sunyiku terus melebur
Bolak-balik kau mengendap
Antara harapan dan cemas
- Ah sudahlah ….sudahlah
hirup saja udara sepimu
Gantang saja hati hampamu
Sambil sisipkan lagu-lagu cintamu
Diantara lorong-lorong
Dan ruang-ruang tak bertuan-
Kata hatiku
Lewat jemari lentikmu
Dawai tak henti luncurkan nada-nada
Dalam komposisi tumpang tindih
Di segala ruang
Engkau singgah dengan letihmu
Hatiku seperti pelabuhan terbuka
Tapi tak tahu aku
Akankah kau menyandarkan perahu
Lalu bernyanyi-nyanyi kecil
Memecah sunyi ? Atau kekosongan hati
Yang begitu dalam menembus keterasingan
Dalam hidup yang sangsi karena kau pergi ?
Tak pindah-pindah
Nada mengisi nada
Seperti dawai kehidupan
Tak mudah kita mengurainya
Tak mudah !
-kita makin tak pernah mengerti sepenuhnya-
Temanggung05062020
PERNYATAAN CINTA
Dengan segala luka, dan rindu
Di atas sajadah butiran-butiran nafas menetes
Seperti air mata berkilau
Memancarkan pesona sekaligus kelu
Cinta membawaku pada perih
Aku , Kau rindukankah ?
Tak tahu kemana cintaku Kau bawa,
akan kah Kau beri aku kasih MU
Dalam ombak diam dan air mataku ?
aku mencium kasud Mu
Ya Raabku…ya Raabku
Bawalah aku bawalah aku
Hilangkan tak terbilang
Ini rindu melaut dalam langit MU
Ini kelu menunggu musim
Sampai Kau menyempurnakan cinta Mu
Menyempurnakan rindu Mu
Dengan membawaku pulang
Lalu menidurkan di bawah kelopak-kelopak mawar
Menghirup wanginya,
bersama embun dan hembusan angin
sampai semua air mata
tumpah dalam kesedihan
Temanggung 21061020
SUNYI
Sunyi malam berselimut rambatan ratapan
Yang tak menyembunyikan nestapa
Sendiri, hanya bersama Mu
Keindahan semesta
hanya bagi yang berani menatapnya
Dan membacanya melalui kalam-kalam
Dari Alif aku mengeja kembali
Dengan penuh kesedihan
Hidup tenyata tak berharga
Karena terpenggal kepalaku
Oleh harapan dan cemas
Sepanjang iring-iringan waktu
Temanggung 2020
PUISI DAN PENYAIR
Puisi hanyalah kata
Huruf-huruf yang tak bermakna
Karena puisi tak berkata-kata
Puisi hanyalah anak-anak panah
Yang terlepas dari busurnya
Penyair tak lebih dari seorang pengembara
Di lorong sunyi dan nestapa antara menang dan kalah
Ia tak kan henti memanah cakrawala
setelah menggoreskan ujung-ujung anak panahnya
pada hati dan jiwanya
lalu membiarkan anak-anak panah itu melesat-lesat
Penyair adalah pecinta tak pernah lelah
Ketika cinta melanda
ia tak tahu kapan dan dimana
Ketika cinta bersemayam di hatinya
Begitu lugas tanpa kerumitan
Karena perempuan adalah kehidupan
Meskipun cinta tak mempedulikannya
Ia akan begitu setia menungguinya
Penyair adalah pendendam
Ketika luka jiwanya menanganga
Ia tak akan pernah merasa mati
karena tikaman-tikaman
Dengan lukanya ia akan menghunus pisau
Menikam kekalahan-kekalahan
Sampai kembali berdiri tegar meski jatuh
Temanggung 130602020
KITA MAKIN TERPERANGKAP
Menyusur jalan setapak
Rumah-rumah meredup
Mereka pilih pasang lilin atau senthir
-kami tak lagi bisa bayar listrik yang mencekik
kami tak lagi punya kaki dan mulut selalu terbungkam -
Kata mereka
Nafas tidur mereka, sisa pergulatan yang kalah
Bau keringat mereka terbawa angin malam
Ditebarkan di atas kota
:terasa kah engkau membauinya ?
atau memang hidung telah mampat
bersama mulut terkatub, telinga bersumpal ?
Aha – banyak kata bertutur
Banyak kata melantur
Pidato sakit jiwa
Dan kami yang makin runtuh
Melepuh terbakar Corona
Terkapar diatas jalan raya
Igauan anak-akan makin tak bisa diterka
Esok barangkali angkat pisau
Tusuk dirinya sendiri
Tak bisa , tak bisa abaikan mereka
Anak-anak negri terluka
Perempuan-perempuan kekeringan air susu
Air mata masihkah punya harga ?
:kita terperangkap dan terpenjara
Dalam kegagapan
Teamanggung10062020
TERTETIH AKU
Tertatih dalam ruang Mu
Setelah terhempas
Takdir pada semesta
Aku tunduk pada Mu ya raab
Menghamba atas belaian
Kasih Mu
Musibahku
Adalah pahalaku
Musibahku adalah
Kasih Mu
Aku selalu
Duduk di ruang tunggu
Temanggung 19 februari 2020
SUDAHI KEPEDIHAN ITU
‘’sudah ..sudahi …! ‘’
Kata perempuan yang tak kukenal sebelumnya
‘’Biarlah semesta menyimpan cintamu bisu ‘’
katamu
Aku termangu di bangku penantian fajar
Bahtera langit membuat aku harus mengeja
Dari alif sampai pada huruf terakhir
:Kehidupan dan untaian doa
Harap cemas menunggu waktu
Seperti engkau dalam penantian
Tak ingin lama
Menanti angin bertiup
Membawa kita
Pada sebuah masa yang kita tahu
Tak kan datang
Biarlah rindu menyandu
Dalam semesta pilu
:Berjuta bisu
Temanggung 02032020
UNTUK KEDUA KALINYA, AKU PINANG KAMU
Resah gelisah mencabik setiap pertiga malamRindu Adam membelah segumpalan awan
Langit menengarai dengan sebuah tanda baca
Disana terselip wajahmu, seperti namamu
Cahaya yang mulia (nurul karimah )
Seperti sebuah busur
Melepas anak panah
:pesonamu membelah jiwaku
Ini kali, kita berbincang dalam bisu
Antara ruh dan ruh
Jasadku memandangi dari segenap penjuru angin
Memaknai sebuah pertemuan
Ruh kita di sana, di segumpalan awan bercahaya
Jasadku disini dalam puisi antara kau dan aku
Dua percintaan terpisah menyempurnakan gumpalan rindu
:pesonamu
Pesonamu
Di altar tak bertepi
Merengkuh ruhku
Dari jasad tercabik
Mengembalikan ruhku
Dalam jasad terbelah
Ini kali kita bercinta dalam kata
Tak henti memindahkan segenap rasa
Agar malam tak terkubur dalam ilusi-ilusi
Kumaknai sebagai sebuah jalan
Membentangkan sebuah karpet merah
Bagai sebuah sajadah panjang
Ku menunggu kau menjemputku
-Bukankah langit tak pernah terpisahkan
dari birunya cakrawala ? Ini kali, aku pinang kamu
untuk kedua kalinya-
Temanggung 13032020
DHUA
Arrahman
Air mata
Pada dhua
Rinduku
Padamu mengenang
Al Mulk
Doaku
Cintaku padamu
seperti
gunung
Temanggung 2020
JAMAN PANDEMI
Sebagian orang hanya bicara protokoler
Setiap orang mati divonis covid-19
Media menebar ketakutan
Corona itu memang ada
Tapi juga tiada
Corona itu pandemi
Tapi juga bisnis dan korupsi
Orang lebih suka bicara protokoler
Tapi tak pernah merasa sesaknya dada
Orang-orang miskin di jalanan
Anjlognya harga cabe
Kuli-kuli bangunan yang tak lagi makan
Bergentayangan bagai mayat-mayat hidup
Di jaman baru yang disebut New Normal
Orang- orang merangsek jalanan
Mondar-mandir berburu sesuap nasi
Bagi yang begaji tentu bisa ongkang-ongkang kaki
Makan makanan bernutrisi, sambil ngopi
Dan terus mengepulkan asap-asap beracunnya
Tapi bagaimana dengan Poniman
Paidi dan beribu Poniman
Yang tak bergaji lainnya ?
Nasi basi pun tak ada
Pergerakan dibatasi
Di rumah saja !
Di rumah saja !
Bantuan hanya sekedar basa-basi
Di jaman baru, jaman pandemi
Ini lah jaman penuh teka-teki
Milik siapa Covid 19 ?
Orang hanya bicara soal protokoler
Hanya satu dua bicara hidup
Dan orang lupa
Kehidupan ada di jalanan
Di ladang-ladang kerontang
Dan orang lupa isyarat ihwal adzab
Dan orang lupa mengaca
Hingga tak tahu siapa kita
-Ibliskah, Dajjalkah, atau Manusia ?-
Dan kita
Menjelma sebagai mahluk
Tak beda binatang melata
Mengikuti naluri dan insting
Untuk hidup
Apa boleh buat
Harus berhadapan dengan maut
Sambil berteriak : jangan salahkan kami !
Temanggung 08062020
PERNYATAAN CINTA
Dengan segala luka, dan rindu
Di atas sajadah butiran-butiran nafas menetes
Seperti air mata berkilau
Memancarkan pesona sekaligus kelu
Cinta membawaku pada perih
Aku , Kau rindukankah ?
Tak tahu kemana cintaku Kau bawa,
akan kah Kau beri aku kasih MU
Dalam ombak diam dan air mataku ?
aku mencium kasud Mu
Ya Raabku…ya Raabku
Bawalah aku bawalah aku
Hilangkan tak terbilang
Ini rindu melaut dalam langit MU
Ini kelu menunggu musim
Sampai Kau menyempurnakan cinta Mu
Menyempurnakan rindu Mu
Dengan membawaku pulang
Lalu menidurkan di bawah kelopak-kelopak mawar
Menghirup wanginya,
bersama embun dan hembusan angin
sampai semua air mata
tumpah dalam kesedihan
Temanggung 21061020
SUNYI
Sunyi malam berselimut rambatan ratapan
Yang tak menyembunyikan nestapa
Sendiri, hanya bersama Mu
Keindahan semesta
hanya bagi yang berani menatapnya
Dan membacanya melalui kalam-kalam
Dari Alif aku mengeja kembali
Dengan penuh kesedihan
Hidup tenyata tak berharga
Karena terpenggal kepalaku
Oleh harapan dan cemas
Sepanjang iring-iringan waktu
Temanggung 2020
DOA
Seperti biasa aku berbincang dengan Mu, menyibak tirai pertiga malam
Kupasrahkan pada Mu mengikis segala rupa dalam satu pelukan
:Aku tunduk ketentuan terbaik, aku reguk segala resah dan nestapa
Untuk Mu, kekasih sejati semesta
Ya Raab ..pancarkan cahaya cinta Mu
Padaku, dan padanya karena Engkau yang menggenggam
Engkau yang menata, Engkau yang memetikkan buahnya
Ya Raab
Aku hanya punya rasa, aku manusia rindu dalam gelap
Ya Raab…..cahaya cintaMu….adalah pelita hati
Di pintu Mu aku besimpuh
Sampai sayup
Sunyi
Merengkuh
Temanggung Juni2020
MOHAMMAD AS'ADI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar