UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 04 Oktober 2020

Kumpulan Puisi Zoel Bucos Siregar-NAHKODA KAPAL

 




NAKHODA KAPAL

Jalanku dengan air yang dalam
Semangkin dalam, maka ribuan kehidupan.
Layarku terbentang, menantang angin kehampaan, aku tersenyum pada ombak
Serta gemuruh badai yang melanda

Ubur-ubur terlihat indah, dibawah pancaran sinar rembulan, itu sebagai teman secangkir kopi dan sebatang nikotinku, sambil tertawa memandang impian.

Lautan itu terlihat cermin, seorang pujaan hati dan si buah hati yang kecil, dan imut.
Lautan cermin itu berinteraksi dengan mataku yang berbinar, ia berbisik "Nahkoda Kapal kapan dikau pulang...?

Nahkoda Kapalmu akan terkubur ditengah birunya lautan.

Kota Kerang 041020
Tanpa Suara



BUTIRAN DEBU CINTA

Dikala mentari masih merasa malu
Engkau datang membangunkanku
Membawa diri ini sadar dari alam mimpi
Kau memberiku semangat untuk berdiri

Sayu matamu menggugah hati sang penyangga.
Senyummu memancarkan kesetiaan…
Suaramu merdu menerangi sunyi kegelapan.

Kau lakonkan peringai bersatunya pikiran
Dari dua keyakinan yang berbeda,
Kasihmu sesetia rembulan di malam hari
Disaat Guntur menghadang kau Tak gentar mengurangi sinar mu
Dan di saat mega datang Kau takmarah tertutup olehnya.

Bukan …. Bukan satu , seratus atau seribu bahkan samapi tak terhingga
Menghancurkan pikiran dan binaan cinta yang kita bangun bersama.
Mereka tau cinta kita akan tetap bersatu walau sampai menjadi debu.

10 Oktober 2020
Buah Karya : Tanpa Suara



HEMBUS

-Riyuh kuyuh suara itu terdengar bingar, seolah hujan tanpa mendung,
-Seketika menggumpal, seperti ombak laut menghantam raut wajah yang murung,
-Biru itu menyiram dengan ganas nya, hingga tertinggal buturan garam,
- tajam nya butiran itu membelah yang tak berdarah sampai aku tertikam,

- inilah hembusan malam yang kelam, hingga bulanpun tak dapat menyaksikannya
- seolah bintang di bayar untuk tak bercahaya
- sesal ku terdiam diambang duka dan lara
- hanya hembusan angin malam itu yang berkuasa

- kini langkah terhenti di penghujung muara
- lirik jerik payah berirama dengan lantunan musik jangkrik di malam itu
- terasa sunyi dan sepi meski keramaian disampingku
- telinga tak mendengar di sekitar, mata yang tertutup serta mulut yg terbungkam

- Hembusan itu menyapa dengan singkat
- seolah berbisik dan ia penjilat
- meninggalkan pesan yg tersirat
- selamat tinggal kisah yang kramat

Kota kerang 25, Oktober 2020
Tanpa Suara



SAPA HATI

Denyut itu berbicara pada hati yang tersentak, meruak ketika terluka, bungkam ketika bahagia.
Lupa atas dosa saat ia tertawa, dan menghina saat direndahkan.
Bercumbu bertemu kasih, lupa saat luka.
Menebar dosa saat bahagia.
Seolah jam yg berputar tanpa melihat disekitar.

Siang dan malam ia bekerja tanpa henti.
Siang dan malam ia berkata dalam sepinya.
Siang dan malam ia bisa tertawa dan menangis.
Serta siang dan malam iya mencari apa kehendaknya.

Ia bersanding dengan otak sebagai lakonan
Peringai, atas perintah nya.
Ia rapuh dalam luka
Ia lah tempat cinta dan jua dia lah tuntunan penggerak jiwa.
Ia tak berdetak maka matilah seluruh raga


Berhenti menyalahkan nya
Pahami kemauannya
Maka bahagialah ia
Untuk selamanya

Kota kerang 15 Nov 2020
Tanpa Suara



MEKAR

Taburan bunga terlihat sayu
Meniti permata nang usang
Lukisan itu tak terlihat dan layu
Sebagai gambar yang terpajang

Kini kuntum mulai membuka pintu
Yang layu tersiram indah nya jalan baru
Menyapa pagar halaman sembilu
Kini terbuka lara tinggalkan hati pilu

Mentari menyapa dengan hangat nya
Sambil tersenyum memandang jingga
Kini bahagia tak lagi tinggalkan luka
Menari diatas panggung dengan seksama

Kota kerang 29 Nov 2020
Tanpa Suara



KHUYUR

payung kututup di terik hujan
Biyar..., biyar lah daku basak kuyup,
Karena kaki dah melangkah,
tak ada jalan berbalik arah,

Pilu sembilu lantunan suling
Menyapa telinga terdengar bising
Ditemani riyuhnya percikan burung
Mengambang di permukiman gunung

Darah menetes hampir habis
Kesucian suka telah ter' iris
Bunuh saja benalu ini
Biyar ia bisa bermimpi di lan hari

Kini sapu di halaman ku mulai resah
Ia bergerak meyingkirkan daun kering
Tak perduli meski tempat yang basah
Kerna ini suratan yang telah Usang

Kota Kerang 29 Nov 2020
Tanpa Suara





Tidak ada komentar:

Posting Komentar