UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 04 Oktober 2020

Kumpulan Puisi Endang Astuti-TETAP SATU HATI


 


TETAP SATU HATI


Tiada terasa sembilan purnama terlewati bersama
Merangkum kisikisi asmara penuh warna
Suka duka menjadi lembaran cerita
Antara aku dan kau sepasang dayita

Musim berganti namun cinta tetap satu hati
T'lah terpatri menghiasi belantara sunyi
Layaknya lentera cintamu adalah cahaya
Penerang gulita kehampaan jiwa

Tatap mataku kala cemburu bertalu
Di sana hanya ada namamu sebagai candu
Dengarkan lirih suara cintaku
Ada hembusan rindu kala sesaat tiada temu

Genggam erat kesetiaan pada satu cinta
Takkan mendua meski badai asmara menerpa
Selalu mewangi seharum bunga melati
Janji suci teriring restu Ilahi

By Endang Astuti
Kebumen, 25 September 2020



ENGKAULAH SANG BIJAKSANA

Pada akhir September nun gersang
Bunga layu di tanah kerontang
Rindu adanya tetesan air hujan
Sekian lama bersembunyi di balik awan

Sesejuk embun pagi kau sirami keringnya hati
Dengan tutur kata lembut bijaksana
Meneduhkan jiwa dalam kubangan nestapa
Bunga pun kembali bersemi

Engkaulah sang bijaksana
Penuntun hidup kala didera coba
Sebagai pengingat bahwa Tuhan selalu ada
Bersama insan yang ikhlas menjalani hidup apa adanya

Terimakasih bijaksana wujudmu adalah jawaban
Setiap alur sebuah pengharapan
Berakhir indah pada ilustrasi kenyataan
Sebab aku dan kau sebenar-benarnya peran dalam sandiwara kehidupan

By Endang Astuti
Kebumen, 26 September 2020



SEJATINYA RINDU

Sore ini kutemukan rindu bunuh diri pada sebuah ruang kosong bernama hati namun ia tak mati ketika ayat-ayat cinta menasbih menyenandungkan kidung asmara tanpa paripurna.

Rindu tak biasa memukul tanpa iba di jiwa yang kerap menimbun lara, begitu dahsyat menampar tanpa kasihan hingga jiwa tak berdaya teraniaya rindu yang kejam adanya.

Lalu segalanya berubah saat hembusan napasmu mewartakan kerinduan sebelum sang fajar bangun dari peraduan, seketika senyuman menyatu dalam seduhan cangkir cinta di ruang rindu yang tak lagi hampa.

Tuhan Maha Sempurna mendengar setiap doa kala sepertiga malam tiba, Sang Ilahi adalah pelita saat rindu mendera sebab Dia-lah sejatinya rindu dari seorang hamba yang masih menentukan kebenaran jalan hidupnya.

By Endang Astuti
Kebumen, 3 Oktober 2020



KUSUMA JIWA

Jejak luka sempat terpendam
Pada lubang di hati terdalam
Membekas sembilu menaungi kalbu
Terpuruk dalam kubangan pilu

Tiada pernah menyangka
Seketika jejak luka sirna
Tertutup oleh murninya rasa
Akan kehadiran kusuma jiwa

Adalah dia pengobat dahaga
Kala bunga sayu menerpa
Selembut kasih merupa doa
Di sela-sela sebuah asa

Ranting yang hampir patah kembali kuat
Terikat tali cinta yang teramat hebat
Berdaun lebat pun bunga tumbuh mekar
Menyapa pagi sebelum kuncupnya fajar

By Endang Astuti
Kebumen, 9 Oktober 2020



SEUCAP PINTA


Sore ini langit tak cerah mewartakan bahwa jingga tak akan singgah tersebab awan kelabu menggumpal menjadi satu mengisyaratkan jika hujan 'kan menetes di genteng atap rumahku.

Perihal harap yang belum sempat kudekap dari jiwa yang begitu hangat, kumengeja baitbait asa walau harus menelusuri loronglorong gulita tanpa cahaya, Dan angin berbicara dari balik jendela "aku ingin meminang bahagia bersamanya".

Seiring rinai hujan bertandang, tetesnya berjatuhan pada bunga bougenvil yang bergoyang, sejuk terasa menemani gebu keresahan kalbu walau ada rindu yang disepakati sebagai temu pada persimpangan jalan antara kau dan aku.

Aku berdiri menatap nabastala yang tak lagi jingga, ada seucap pinta kepada Yang Kuasa semoga kau baik di sana, senantiasa meminangku dalam pelukan asmara meski masih terbatas aksa.

By Endang Astuti
Kebumen, 6 Oktober 2020



TANPA CAHAYA

Tersudut dalam ruang kosong tanpa cahaya
Sesak napas terasa tercekik tiada iba
Sendiri berteman sepi menaungi ilusi
Membayangi tragedi yang pernah terjadi

Banyak sudah airmata tertumpah
Ketika lelah selalu menjamah
Semangat meredup hilang gairah hidup
Seakan hidup tak segan mati pun enggan

Aku rindu buaian sesosok Ibu
Kala tangis membanjiri kelopak mataku
Aku rela hidup tanpa sesiapa
Jikapun tak dianggap siapasiapa

Di ruang kosong kusembunyikan selongsong asa
Hanya Tuhan Yang Maha Esa kujadikan pelita
Agar aku kuat layaknya karang di samudra
Walau lambat laun terkikis ombak usia

By Endang Astuti
Kebumen, 2 Oktober 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar