UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 04 Oktober 2020

Kumpulan Puisi Idrus Jungkat-EMBUN ITU COY


PASRAH
Idrus Jungkat


Mengapa kumemikirkan-Mu?
Bukankah Kau tak perlu sibuk memikirkanku?
Mengapa kumenyembah-Mu?
Bukankah Kau tak pernah meminta untuk disembah?
Mengapa kumencari-Mu?
Bukankah Kau pun tak begitu saja mendatangiku?

Ah!
Biarkan saja
Nikmati saja
Jalani saja
Sampai akhirnya aku pun menyerah pada-Mu

Siti Jenar memilih Neraka-Mu untuk mendapat ampunan-Mu
Kalijaga memilih Surga-Mu untuk mendapat hidayah-Mu
Namun ampuni aku yang tidak akan memilih satu di antaranya
Aku takut kufur
Aku takut bersyukur

Demi Bumi yang meraga aku bersumpah bahwa yakinku adalah hakiki.

tok dalang
4 Oktober 2020
13:05 Wib



EMBUN ITU COY
Idrus jungkat


Coy, coba kau lihat embun itu
Bening, sebening cinta kita

Teringat ku pada merpati
Yang menatap kita bercumbu

Coy, desahan nafasmu terus membakar emosi
Erangan manjamu berpuisi
Ya. Puisi tanpa kurasi

Coy, jangan pernah pergi
Aku tak sanggup menyapa pagi
Tanpa hadirmu di relung hati

Coy, embun itu pasti terbang
Namun tak kan pernah lupa kembali

tok dalang
23-09-2020
22:54 WIB



PENANTIAN YANG SIA SIA
Idrus Jungkat


Kunanti dikau sebelum matahari terbit
Saat suara iblis bersahutan ditengah rindu yang menjerit
Bertanya pada harap
Adakah aku kalap?.

Satu jawaban yang ku ratap
Kasihmu hilang lenyap dan aku terus berharap

Sebelum fajar menyibak merah
Kuukir janji dengan darah

Kuzikirkan namamu lingau
Di kerongkongan yang kemarau

Nafasku tersekat isak
Tak mampu lagi bibir bergumam
Hanya hati yang teriak
Pada malam ku meminta
Temui daku dengan kata
Walau hanya sekedip mata

Jungkat
29-Sepetember-2020
19:20 WIB



CERMIN
Idrus jungkat


Jangan murung Lingau
Karena Matahari masih bersinar
Embun masih memancar
Rumput masih menjalar
dan Mawar itu masih mekar

Jangan gundah Lingau
Burung masih berkicau
Kambing masih mengembek
Sapi masih melenguh
dan Kuda masih meringkik

Jangan sedih Lingau
Karena Petani masih ke sawah
Buruh masih ke pabrik
Nelayan masih ke laut
dan Penganggur masih setia menganggur

Jangan risau Lingau
Hujan masih membasahi bumi
Pohon masih tumbuh dan berbuah
Sungai masih mengalirkan airnya
dan Angin masih bertiup ke segala arah

Jangan galau Lingau
Karena Bulan masih anggun
Bintang masih bercahaya
dan Pelangi masih menari dengan pakaian aneka warna

Jangan melamun Lingau
Kota masih menampilkan keangkuhan
Desa masih setia dengan kesahajaan
Dusun masih bangga dengan ketenangan
dan Kampung bersahaja dengan kedamaian

Segera! bangkit Lingau
Mika'il mencarimu
Mungkar Nakir menjagamu
Izrail enggan menghampirimu
meski Ridwan menantimu

Lingau!
Jangan tinggalkan sajadahmu
Karena Tuhan rindu bercengkerama

tok dalang
4 Oktober 2020
09:27 WIB



LAKI-LAKI ITU
Idrus Jungkat


Mengapa aku tidak akan menyembah kepada yang telah menciptakan aku
Adakah patut aku tidak bersyukur dan tidak menyembah-Mu
Bagaimana mungkin
Aku ini seorang yang Kau beri akal.
Haruskah aku berharap pada makhluk-Mu

Walau aku tahu, kepada-Mu kami semua akan dikembalikan
Jika Kau hendak memudharatkan daku, tidaklah berguna syafa'at mereka sedikit pun.

Aku lalai memperhatikan betapa banyak masa demi masa yang telah Kau binasakan
Betapa banyak utusan demi utusan yang Kau kirimkan

Aku lalai pada Falak yang hadir di waktu malam
Aku lalai pada Fulk yang berlayar di samudera
Aku lalai pada Bumi yanh mati dan di atasnya ada kehidupan
Aku lalai pada kehidupan yang dihidupkan

Wahai penyesalan
Mengapa kau selalu datang di akhir perbuatan

tok dalang
06 oktober 2020
22:14 WIB



SAJAK DEMOKRASI
Idrus Jungkat


Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo
Terima kasih telah menitipkan kepada kami Indonesia yang gemah ripah loh jinawi
Tentram makmur tanahnya subur yang hari ini kulihat seperti ladang kubur
Indonesia yang dipenuhi orang-orang pintar dari zaman purba
Generasi yang seharusnya dibunuh agar bibitnya tidak terus tumbuh
Dan aku adalah salah satu dari generasi itu

Raden Mas Sartono
Terima kasih telah meninggalkan parlemen kepada kami
Parlemen yang dulu penghuninya diisi oleh orang-orang yang dipilih dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat yang kini digantikan oleh orang-orang yang dipilih dari partai oleh partai dan untuk partai.
Dan aku adalah bagian dari parlemen itu yang diupah seratus ribu untuk lima tahun.

Hari ini Indonesia gundah
Langitnya diselubungi asap dari halte bis trans jakarta, asap dari senen jaya, asap dari pos polisi, asap dari didihan darah buruh-buruh dan mahasiswa

Hari ini telah ditanda tangani Undang-Undang cipta kerja partai untuk kepentingan partai dan menguntungkan orang-orang partai.
Serta meng-aman-kan partai

Bukankah Konglomerat itu pemilik partai
Anggota parlemen itu juragan partai
Undang-Undang itu usaha partai
Sebahagian buruh, sebahagian petani dan sebahagian nelayan bahkan sebahagian Pegawai Negara adalah pekerja partai, dianggap budak partai yang diupah sama nilainya dengan upahku, untuk lima tahun seratus ribu

Hari ini di Indonesia
Kebebasan menyampaikan pendapat hanya tinggal goresan di kertas sisa pembungkus terasi
Kebebasan menyampaikan pendapat bukan lagi bagian dari demokrasi
Kebebasan menyampaikan pendapat akan berhadapan dengan polisi

Hadist-hadist cinta tanah air dikumandangkan
Ayat-ayat bela negara dibacakan
Sesama anak bangsa saling bantai karena salah penafsiran
Dan aku pun turut serta

Hei! Tidakkah kalian kaji berapa lama negeri ini dijajah
Tidakkah kalian baca sejarah runtuhnya Majapahit dan Sriwijaya!
Tidakkah kalian bertanya adakah negara yang tidak berpenduduk!

Barangkali; beginilah demokrasi
Benar atau salah begitulah demokrasi
Demokrasi ada di koalisi
Demokrasi ada di petisi
Demokrasi ada di demonstrasi
Demokrasi ada di terasi
Demokrasi ada di sepiring nasi
Demokrasi adalah puisi

Semestinya negeri titipannya kita jaga, peninggalannya kita pelihara
Agar Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo dan Raden Mas Sartono sumringah.

Ah! Andai partai politik tidak ada
Mungkin tidak terjadi huru hara
Jangan marah ya!
Karena sajak ini adalah bagian dari demokrasi

tok dalang
9 Oktober 2020
22:34 WIB



CELOTEHKU HARI INI
Idrus Jungkat


Indonesia merintih
Demokrasi dikebiri
Demonstrasi dihalangi
Pemilu dikhianati

30 september baru saja pergi
meninggalkan kenangan tentang revolusi
Hari ini 8 Oktober 2020 tinta hitam kembali tumpah
Membaur bersama darah yang menyebar ke seluruh Nusantara
Darah orang-orang tak berdosa
yang berjuang demi perut dan anak istrinya
Dan kalian yang baru saja menghasilkan keputusan sepihak, justru tertawa terbahak-bahak

Dengan bangganya kalian berdiri di podium itu
Podium harapan buruh, petani dan nelayan agar kalian dapat memperjuangkan keinginan
Podium yang kini membuat kalian lupa bahwa kalian di situ karena mereka.
Di mana nalurimu wahai orang-orang yang tak tahu berterima kasih
Semoga Tuhan memberimu welas asih.

Tok dalang
9 Oktober 2020
01:48 WIB




POLITIK KAKI LIMA

Senja mulai menanjak
Menemui malam suram
Membawa kakiku membelakangi-mu

Ingin ku kencingi bibir-mu
Bibir yang lupa pada ocehan-nya empat tahun lalu.

Hari ini
Kulihat bening di kelopak mata-mu.

Ah!
Hanyalah skenario drama komedi

Lucu
Lucu
Kutahan burung ini, untuk tak segera keluar dari celana dalamku .

Heh!.
Celana dalam rombeng seribu tiga.

Di sana gunung di sini gunung
Tengahnya semak belukar
Di sana bingung di sini bingung

Kamu saja yang bingung
Aku mau kencing

Karya : "Idrus Jungkat"
Tok dalang
26 Pebruari 2019
Warkop Faeyza



PUISI BETINA TONGGOS


Jika tak tau syariat
Jangan umbar hikayat
Sebab Indonesia bukan Negeri Bangsat
Negeri ini ada, karena teriakan Takbir
Negeri ini ada, karena lantunan zikir
Jika tak tau, jangan membentang malu
Permalukan pendiri bangsa yang gagal mendidikmu ilmu agama.

Wahai Betina tonggos
Bibirmu meringis mengiris sadis
tak lukai jiwaku.
Justru qalbuku ragu padamu
Benarkah kau putrinya Bung Karno?.

Meski kami tak pernah bersua
Namun aku membaca sejarah.
Sejarah Proklamator Indonesia Raya
Kau goncang kuburnya.

Andai Soekarno mendengar puisimu
Lehermu kan putus olehnya
biarkan jasadmu membusuk di jalanan
Bersama tusuk kondemu yang karatan.

Jika azdan tak merdu bagimu
Tak kunafikan itu.
Kau lahir tak diazdani, mati pun tak dikafani.
Kau tak tau syariat Islam, dan bagiku tak perlu mengakuimu Islam.
Walau ayahmu pemeluk Islam sejati.

Idrus Jungkat 3 April 2018
Tok Dalang

IDRUS JUNGKAT
(TOK DALANG)




4 komentar:

  1. Terima kasih kepada Bang ahmed
    yang selalu setia membantu pekerja seni di seluruh Indonesia.

    Semoga Allah SWT melimpagkan rahmat Nya untuk Abang

    BalasHapus
  2. Terimakasih suhu
    Semoga suhu selalu mendapatkan rahmat dari Allah swt

    BalasHapus
  3. Terimakasih suhu
    Semoga suhu selalu mendapatkan rahmat dari Allah swt

    BalasHapus