MANTRA
1
pada pokok mantra,
kata-kata membentuk doa,
mengucap dirinya di luar hati dan lidahnya
2
tak ada lagi asmara yang tertunda
saat gairah tauhid mengalirkan listrik alifbata
pada tubuh yang dipenuhi aksara
3
Oh... mantra malam yang penuh menu tersaji,
mari menghitung sisa hari
sebelum hati hangus di sana-sini dibakar perang saudara sendiri
Bali, 2992020
SAJAK PENJAGA KATA KATA
Berdiri di tengah sepi
Pelangi senja mengasah belati
September seperti rakit menyisir hilir hati
Penjaga kata-kata memasuki rahasia Ilahi
Menyibak segala kabut mimpi
Pada mantra sorgawi
Kata-kata berdiri di tengah sepi
Membelah bunting iri dengki
Memahat karsa di gerbang hari-hari berseri
Hingga hati menghidupkan musim kembali
Waktu mata mendekati pelangi
Tubuh memainkan gairah musim semi
Cahayanya menemui misteri
Demi kehidupan esok pagi
Yang tersisa di kisi-kisi puisi
Batu, 1492020
PUISI RINDU
wajahmu yang sederhana membuatku berdoa
di antara rindu bertemu bunga di ladang-ladang kecemasan lama
keteduhan matamu merangkak lembut melintasi jalan di hatiku
hingga aku tak kuasa memisahkan bau harum di taman surgamu
aku rindu jiwamu yang danau
biarkan aku sepertimu
Bali, 2592020
?
apa yang bisa kuperbuat
ketika puisi kau lumat dengan nikmat
sedang harum asmara corona
menyemburkan berjuta-juta petaka,
menjelma busana menutupi paha-paha jelita?
Bali, 2492020
MENGENALMU
suaramu digemakan angin dan udara
membuatku selalu termangu merasuki panca indera
sinar matamu memancarkan cahaya
membuat hatiku tak bisa berkata-kata
aku mendengar dan mengenal langkah-langkahmu
sehabis iqro lentur dan lisut ke dalam sunyiku paling syahdu
Batu, 2222018
DALAM DOA
malam ini langit ke tujuh bernilai-nilai
warnanya berbagai-bagai bunyi menyatu dalam hati
aku tertawan cahaya hakiki
di masjid Baitul Makmur,
para malaikat sedang berkumur
di taman hatiku yang paling kufur
ahhhh ternyata
hijab dan buta
adalah citarasa tuli paling lama dan nyata
Bali, 2292020
MABUK
malam ini aku terlalu lupa
memandang keindahan wajahmu yang tiada tara
aku terlalu mabuk karena ilmumu tak berhijab dan terlalu nyata
ombak-ombak hakikatmu tertanam uluk salam makrifat jiwa raga
meski mantra-mantra menggoda
aku tetap membaca warna doa
Batu, 2292018
MEMBACA BAHASA
di atas lembaran kata-kata keseimbangan alam semesta menjadi batas laku
siang dan malam mengetahui hukum gravitasimu
menyimpan data dan mengatur roda kehidupanku
bulan dan matahari selalu berjalan pada orbitnya
mengetahui setiap benda dan luka
setiap peristiwa yang terjadi pada hidupku
sebagai ilustrasi gema alam semesta yang memantulkan dalam pikiran dan rasaku
ah....ternyata bahasa merupakan jembatan
dan langit berputar karena gelombang cinta menusuk dasar laut jiwa
Bali, 21020
SEBUAH PUISI DIBALUT SAJAK
sebuah puisi tak mesti dibaca keras-keras di panggung budaya berbalut jeans
sebab puisi adalah doa pertapa diam-diam mengunyah senyap di kaki bukit sepi satwa
meski sayap-sayapnya patah jadi dua puisi dan sajak terbang berdampingan melanglang musim
kuasah data menjadi sejarah kuda hitam mencongklang menuju padang sabana betina-betinanya
kini wajah berubah angkuh menujuk hidung penguasa korup dan selingkuh
waktu terus mengiringimu menyepuh langkah menuju singgasana raja diraja dunia fana
sebongkah puisi terus kuasah di antara sejarah bertuah agar abadi
Sekarputih. 23082016 - Yogya 2020
CINTA
Bagai rembang petang
Cintamu datang
Di jambangan
Hatiku
#sonian
MEMBACA AKSARA
kepedihan mengisi waktu demi waktu
pada ruang tunggu luka tak jemu
mencari rindu dalam tiap detak kalbu
ataukah kepedihan-kepedihan ini
saling menikam berebut harta, kekuasaan, dan paham ideologi
memenjarakanku dalam kebodohan hakiki
suara parau tak bernyali
meratapi kisah kepedihan hidup ini
dalam keterasingan yang tak kunjung usai
setiap kutulis kata-kata mesramu
rasa selalu mengalir ke muara nada lagu
setelah itu, alam yang bicara padaku
ah.... syair-syairmu begitu indah mempesona
menggoda kalbu memasuki cahaya
menggemakan cinta tak terkira
betapa syahdunya suara rahmatmu
menenggelamkan diriku yang melahirkan lagu-lagu baru
hingga kerinduan mengendap dan menyerap nubuat-nubuat semestamu
di atas kuning padi, sastra Rumi menari
ditimpali rebana Al Ghozali
daun-daun menyanyi hikmat di mataku yang sunyi
hingga hati tergenang di ladang Alif yang sepi
alif awalnya
rahasia
jiwa raga
pengetahuan di dalamnya
pesan titiknya
menifestasi absolutnya
cahaya
alam semesta
bagi mereka
di dalam taman kata-kata
udara menjadi bahasa bernyawa
daun-daun pun memiliki makna
dan akar melambangkan asalnya
ketika malam mengapung di antara sunyi
aku merenda jiwa meronce hati
busur panah asmara menggelinjang cinta bersemi
memahat ruang dan waktu dalam jambangan suci
Batu. 12102019
MALAM INI
Malam ini langit ke tujuh bernilai
Warnanya berbagai-bagai bunyi
Menyatu dalam hati
Aku tertawan cahaya hakiki
#penggalanpuisiku
KATA KATA
Setiap kata-kata yang kuronce selalu melewati sungai itu
Di dalam beningnya kuselami keheningan makna rindu
ketika melihat anak-anak berenang riang, aku teringat masa lalu
Dimana kemerdekaan selalu terasa seperti langit biru
Pada muara kata-kata, perahu menghitung jejak waktu
Sedang gelombang mengukir batu-batu di tepi sungai kota Batu
Bali, 15102020
DIRI
di dalam dirimu kulihat kemarau cinta yang panjang
kau adalah api diri membakar jiwa yang gersang
Bali, 14102020
UNTUK SEBUAH NAMA
setiap berjalan di pematang itu
rumput-rumput dan ilalang menjelma rindu
angin yang berhembus dari timur menunjukan kenanganku
menciptakan luka semesta yang menampung gemuruh hatiku
setiap cahaya matahari menerangi langkahku
garis batas langit biru telah menulis hikayat dari tetesan air matamu
sedang titik-titik cahaya bergerak sendiri masuk ke dalam lakuku
menjadi hamparan samudera kata-kata mengendap di dasar lautmu
ketika rindu mendekapmu
kusunting cinta di hatimu
di taman asmaradana
rindumu menjemput cinta
rindu dan cinta mengubahmu jadi puisi
menari hingga sunyi
daun-daun berseri membuka pintu pagi
adalah cahaya embun menari
aku sendiri mencari arti sunyi
pada pagi yang menyimpan matahari
dengan gaya songong dan sombong
seorang pemuda menantang siang bolong
di punggungku yang gosong dikhianati nasib odong-odong
tanah bau keringat basah para pengepung jalang
yang mengutuki luka lima liang
saling silang sengkarut menghunus 99 doa yang kukandung
ketika gamelan mengumandang syahdu
detak jam memeram rindu
menghidupkan ruang ruang permainan waktu
seperti aku memainkan lakuku
musik robotik tak kuasa mengusir luka
hanya gamelan jawa mampu mengasah jiwa
menjabarkan gending pengasah rasa melesat ke angkasa apa adanya
di ladang-ladang jagung itu
degup jantungku berpacu liar menuju
bergumulah sepi dengan rindu
pada rumput-rumput tinggi
musim panen seperti burung tua menatap sepi
telanjang dalam hati
dan hujan turun di atas pematang
menggosok punggungku yang gosong
saat di dalam hujan kulihat masa lalu yang hilang
berjalan sendiri menyusuri jalan setapak di belantara itu
nampak pohon-pohon pinus menjadi saksi bisu
sebuah tulisan puisi terkoyak waktu
saat aku teringat pohon-pohon yang ditebangi
gema semesta memantulkan kesedihan hati
tanpa henti, berulang-ulang kembali
sungai dan hutan kehilangan kebebasan bicara
daun-daun kering kehilangan tanah-tanah basah dan berjiwa
bagai kehilangan jejak yang luput membaca isyaratnya
fajar terus bergerak apa adanya
hamparan langit menyerap nubuat-nubuat semesta
melahirkan namaku namamu dalam gempa alam semesta
jam dua belas malam
bulan seperti payung putih merajut ritual hitam
bunga sedap malam membisikkan simponi malam
angin yang kutangkap memberikan aroma
melahirkan nyanyian kehidupan jiwa
dan sajakku lahir dari bejana cahayamu paling bercahaya
bulan di atas kepala
menerka ruang kata kata
lewat lembar cahaya
waktu mengenalkan jejak masa
mengantarku mengecup kedalaman luka
cahaya malam menyisir pikiranku
ketika doa di atas daun hijau
mengantar pedagang kaki lima membungkus cintamu
tanpa rindu
ilmu tuaku melesat ke udara
lihai melompat bagai peluru sara
menembus lukisan cakrawala
mataku pun rabun di makan usia
sendi sendi keropos dimakan senja
aku adalah tembang petang
yang sebentar lagi menelusuri malam penuh bintang
menyita sepi memahat gumintang
Bali, 6102020
PUISIKU
1
hidup ini hanya berjarak satu senti
2
rumah adalah Istana Cinta
3
mobil adalah kendaraan menuju-Nya
Bali, 8102020
EKO WINDARTO |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar