UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Sabtu, 03 Oktober 2020

Kumpulan Puisi Eko Windarto-DALAM DOA



MANTRA

1
pada pokok mantra,
kata-kata membentuk doa,
mengucap dirinya di luar hati dan lidahnya

2
tak ada lagi asmara yang tertunda
saat gairah tauhid mengalirkan listrik alifbata
pada tubuh yang dipenuhi aksara

3
Oh... mantra malam yang penuh menu tersaji,
mari menghitung sisa hari
sebelum hati hangus di sana-sini dibakar perang saudara sendiri

Bali, 2992020



SAJAK PENJAGA KATA KATA

Berdiri di tengah sepi
Pelangi senja mengasah belati
September seperti rakit menyisir hilir hati
Penjaga kata-kata memasuki rahasia Ilahi
Menyibak segala kabut mimpi

Pada mantra sorgawi
Kata-kata berdiri di tengah sepi
Membelah bunting iri dengki
Memahat karsa di gerbang hari-hari berseri
Hingga hati menghidupkan musim kembali

Waktu mata mendekati pelangi
Tubuh memainkan gairah musim semi
Cahayanya menemui misteri
Demi kehidupan esok pagi
Yang tersisa di kisi-kisi puisi

Batu, 1492020






PUISI RINDU

wajahmu yang sederhana membuatku berdoa
di antara rindu bertemu bunga di ladang-ladang kecemasan lama

keteduhan matamu merangkak lembut melintasi jalan di hatiku
hingga aku tak kuasa memisahkan bau harum di taman surgamu

aku rindu jiwamu yang danau
biarkan aku sepertimu

Bali, 2592020



?

apa yang bisa kuperbuat
ketika puisi kau lumat dengan nikmat
sedang harum asmara corona
menyemburkan berjuta-juta petaka,
menjelma busana menutupi paha-paha jelita?

Bali, 2492020



MENGENALMU

suaramu digemakan angin dan udara
membuatku selalu termangu merasuki panca indera

sinar matamu memancarkan cahaya
membuat hatiku tak bisa berkata-kata

aku mendengar dan mengenal langkah-langkahmu
sehabis iqro lentur dan lisut ke dalam sunyiku paling syahdu

Batu, 2222018



DALAM DOA

malam ini langit ke tujuh bernilai-nilai
warnanya berbagai-bagai bunyi menyatu dalam hati
aku tertawan cahaya hakiki

di masjid Baitul Makmur,
para malaikat sedang berkumur
di taman hatiku yang paling kufur

ahhhh ternyata
hijab dan buta
adalah citarasa tuli paling lama dan nyata

Bali, 2292020



MABUK

malam ini aku terlalu lupa
memandang keindahan wajahmu yang tiada tara
aku terlalu mabuk karena ilmumu tak berhijab dan terlalu nyata
ombak-ombak hakikatmu tertanam uluk salam makrifat jiwa raga
meski mantra-mantra menggoda
aku tetap membaca warna doa

Batu, 2292018



MEMBACA BAHASA

di atas lembaran kata-kata keseimbangan alam semesta menjadi batas laku

siang dan malam mengetahui hukum gravitasimu
menyimpan data dan mengatur roda kehidupanku

bulan dan matahari selalu berjalan pada orbitnya
mengetahui setiap benda dan luka

setiap peristiwa yang terjadi pada hidupku
sebagai ilustrasi gema alam semesta yang memantulkan dalam pikiran dan rasaku

ah....ternyata bahasa merupakan jembatan
dan langit berputar karena gelombang cinta menusuk dasar laut jiwa

Bali, 21020



SEBUAH PUISI DIBALUT SAJAK

sebuah puisi tak mesti dibaca keras-keras di panggung budaya berbalut jeans
sebab puisi adalah doa pertapa diam-diam mengunyah senyap di kaki bukit sepi satwa
meski sayap-sayapnya patah jadi dua puisi dan sajak terbang berdampingan melanglang musim
kuasah data menjadi sejarah kuda hitam mencongklang menuju padang sabana betina-betinanya

kini wajah berubah angkuh menujuk hidung penguasa korup dan selingkuh
waktu terus mengiringimu menyepuh langkah menuju singgasana raja diraja dunia fana
sebongkah puisi terus kuasah di antara sejarah bertuah agar abadi

Sekarputih. 23082016 - Yogya 2020



CINTA

Bagai rembang petang
Cintamu datang
Di jambangan
Hatiku

#sonian



MEMBACA AKSARA

kepedihan mengisi waktu demi waktu
pada ruang tunggu luka tak jemu
mencari rindu dalam tiap detak kalbu

ataukah kepedihan-kepedihan ini
saling menikam berebut harta, kekuasaan, dan paham ideologi
memenjarakanku dalam kebodohan hakiki

suara parau tak bernyali
meratapi kisah kepedihan hidup ini
dalam keterasingan yang tak kunjung usai

setiap kutulis kata-kata mesramu
rasa selalu mengalir ke muara nada lagu
setelah itu, alam yang bicara padaku

ah.... syair-syairmu begitu indah mempesona
menggoda kalbu memasuki cahaya
menggemakan cinta tak terkira

betapa syahdunya suara rahmatmu
menenggelamkan diriku yang melahirkan lagu-lagu baru
hingga kerinduan mengendap dan menyerap nubuat-nubuat semestamu

di atas kuning padi, sastra Rumi menari
ditimpali rebana Al Ghozali
daun-daun menyanyi hikmat di mataku yang sunyi
hingga hati tergenang di ladang Alif yang sepi

alif awalnya
rahasia
jiwa raga
pengetahuan di dalamnya
pesan titiknya
menifestasi absolutnya
cahaya
alam semesta
bagi mereka

di dalam taman kata-kata
udara menjadi bahasa bernyawa
daun-daun pun memiliki makna
dan akar melambangkan asalnya

ketika malam mengapung di antara sunyi
aku merenda jiwa meronce hati
busur panah asmara menggelinjang cinta bersemi
memahat ruang dan waktu dalam jambangan suci

Batu. 12102019



MALAM INI

Malam ini langit ke tujuh bernilai
Warnanya berbagai-bagai bunyi
Menyatu dalam hati
Aku tertawan cahaya hakiki

#penggalanpuisiku



KATA KATA

Setiap kata-kata yang kuronce selalu melewati sungai itu
Di dalam beningnya kuselami keheningan makna rindu

ketika melihat anak-anak berenang riang, aku teringat masa lalu
Dimana kemerdekaan selalu terasa seperti langit biru

Pada muara kata-kata, perahu menghitung jejak waktu
Sedang gelombang mengukir batu-batu di tepi sungai kota Batu

Bali, 15102020



DIRI

di dalam dirimu kulihat kemarau cinta yang panjang
kau adalah api diri membakar jiwa yang gersang

Bali, 14102020



UNTUK SEBUAH NAMA

setiap berjalan di pematang itu
rumput-rumput dan ilalang menjelma rindu
angin yang berhembus dari timur menunjukan kenanganku
menciptakan luka semesta yang menampung gemuruh hatiku

setiap cahaya matahari menerangi langkahku
garis batas langit biru telah menulis hikayat dari tetesan air matamu
sedang titik-titik cahaya bergerak sendiri masuk ke dalam lakuku
menjadi hamparan samudera kata-kata mengendap di dasar lautmu

ketika rindu mendekapmu
kusunting cinta di hatimu

di taman asmaradana
rindumu menjemput cinta

rindu dan cinta mengubahmu jadi puisi
menari hingga sunyi

daun-daun berseri membuka pintu pagi
adalah cahaya embun menari

aku sendiri mencari arti sunyi
pada pagi yang menyimpan matahari

dengan gaya songong dan sombong
seorang pemuda menantang siang bolong
di punggungku yang gosong dikhianati nasib odong-odong
tanah bau keringat basah para pengepung jalang
yang mengutuki luka lima liang
saling silang sengkarut menghunus 99 doa yang kukandung

ketika gamelan mengumandang syahdu
detak jam memeram rindu
menghidupkan ruang ruang permainan waktu
seperti aku memainkan lakuku

musik robotik tak kuasa mengusir luka
hanya gamelan jawa mampu mengasah jiwa
menjabarkan gending pengasah rasa melesat ke angkasa apa adanya

di ladang-ladang jagung itu
degup jantungku berpacu liar menuju
bergumulah sepi dengan rindu

pada rumput-rumput tinggi
musim panen seperti burung tua menatap sepi
telanjang dalam hati

dan hujan turun di atas pematang
menggosok punggungku yang gosong
saat di dalam hujan kulihat masa lalu yang hilang

berjalan sendiri menyusuri jalan setapak di belantara itu
nampak pohon-pohon pinus menjadi saksi bisu
sebuah tulisan puisi terkoyak waktu

saat aku teringat pohon-pohon yang ditebangi
gema semesta memantulkan kesedihan hati
tanpa henti, berulang-ulang kembali

sungai dan hutan kehilangan kebebasan bicara
daun-daun kering kehilangan tanah-tanah basah dan berjiwa

bagai kehilangan jejak yang luput membaca isyaratnya
fajar terus bergerak apa adanya

hamparan langit menyerap nubuat-nubuat semesta
melahirkan namaku namamu dalam gempa alam semesta

jam dua belas malam
bulan seperti payung putih merajut ritual hitam
bunga sedap malam membisikkan simponi malam
angin yang kutangkap memberikan aroma
melahirkan nyanyian kehidupan jiwa
dan sajakku lahir dari bejana cahayamu paling bercahaya

bulan di atas kepala
menerka ruang kata kata
lewat lembar cahaya
waktu mengenalkan jejak masa
mengantarku mengecup kedalaman luka

cahaya malam menyisir pikiranku
ketika doa di atas daun hijau
mengantar pedagang kaki lima membungkus cintamu
tanpa rindu

ilmu tuaku melesat ke udara
lihai melompat bagai peluru sara
menembus lukisan cakrawala
mataku pun rabun di makan usia
sendi sendi keropos dimakan senja

aku adalah tembang petang
yang sebentar lagi menelusuri malam penuh bintang
menyita sepi memahat gumintang

Bali, 6102020



PUISIKU

1
hidup ini hanya berjarak satu senti

2
rumah adalah Istana Cinta

3
mobil adalah kendaraan menuju-Nya

Bali, 8102020

EKO WINDARTO





Tidak ada komentar:

Posting Komentar