APAKAH KEBAIKAN DUNIA?
SIAMIR MARULAFAU
Haruskah aku dikeluarkan dari virus yang menghamburkan
Jika dunia ini kejam satu dengan yang lain
Sejak orang-orang korban telah dimasukkan ke dalam kuburan
Tidak ada pertanyaan yang diajukan dan ditetapkan
Mungkinkah aku lari dari wabah?
Dunia ini tampaknya sangat kacau
Keberadaan dunia menjadi absud
Akan membawa fatal bagi kehidupan
Itu Virus Corona yang ditugaskan kejam kepada orang-orang yang tidak dapat dipercaya
Jika dunia tidak di jaga hati semaksimal mungkin
Tentunya bulan tidak bermaksud untuk mencerahkan
Dan tidak memiliki warna untuk memaafkan
Ombak masih menderu untuk mendeteksi sampai mati
Karena daerah pesisir tidak siap menerima
Yang harus ditukar dari waktu ke waktu yang lain
Virus Corona itu akan berakhir
Medan, 29 Sept 2020
JANGAN PERNAH ADA DI PIKIRANMU
Marulafau Siam
Tidak pernah aku bermimpi Virus Corona datang ke duniamu
Tapi tiba-tiba datang
Ini membunuh jutaan orang tanpa peringatan
Kesalahan apa yang dilakukan di bumi?
Rasanya seperti mengeringkan pohon tanpa daun
Yang membuat dunia menjadi tidak berguna
Keberadaan makhluk menjadi sia-sia
Apakah sulit untuk mengekspos sekarang dan kemudian?
Hal apa yang saya khawatirkan adalah matahari
Yang tidak memiliki pencahayaan untuk ditutupi
Karena Virus Corona tidak seperti kuman
Makhluk tak terlihat untuk mendeteksi
Itu adalah misteri yang terus di luar pikiran
Banyak orang yang ingin menghindari dan menyingkirkan
Tapi itu tidak peduli sama sekali
Berani sekali membuat penderitaan
Kehidupan tampaknya tidak adil karena Virus Corona datang untuk membunuh
Seperti peluru menembus kulit
Yang membawa bencana bagi semua
Membuat dunia menangis setiap hari dan malam
Plakat benar-benar dalam bahaya
Tanpa mata untuk menatap
Semua ketakutan untuk dikunci
Merasa hidup seakan hancur berkeping-keping
Medan, 25 Sept 2020
SAKIT SESUNGGUHNYA ADA DI DUNIA INI
Marulafau, Siamir
Tidak pasti mengetahui kapan virus itu datang
Takut akan kematian akan menjadi fakta nyata
Aroma udara penuh dengan rasa aneh
Tidak mungkin keluar dari dan tidak ada tiket untuk membeli
Dunia tampak seperti gua yang gelap
Semua orang merasa luar biasa mengapa begitu
Menggunakan masker adalah suatu keharusan untuk menjaga kesehatan
Karena kedengarannya seperti guntur menghancurkan dunia
Padahal awan itu akan menangis
Dan itu tidak bisa melakukan perjalanan ke tempat mana pun
Betapa kejamnya virus itu mengunci diri
Ini adalah fakta nyata bahwa Virus Corona terlihat seperti hantu
Orang-orang merasa takut karena kematian
Jumlah orang korban menjadi bertambah
Di mana tempat untuk pergi keluar?
Sepertinya berjalan di jalan yang tidak ada lampu lalu lintas
Tidak ada lilin untuk membuat dunia menjadi terang
Seakan-akan jejakmu berjalan tanpa arah
Hati yang bingung hancur menjadi air mata
Tangisan itu keren tanpa air mata
Hubungan manusia menjadi lebih buruk dan lebih buruk
Konflik ditemukan di mana-mana
Mungkin tidak akan dihiasi dengan pulpen seratus warna
Tidak dapat mendeteksi berapa lama ia bertahan
Sungguh malang nasib yang dialami
Untuk duduk di atas perbuatan buruk itu
Mengapa begitu menghadapinya?
Miliaran laut laut tidak dapat menolak datangnya
Karena tidak ada vaksin nyata untuk menyembuhkan
Kepada siapa pertanyaan Anda akan dibenahi?
Tidak ada jawaban untuk sementara waktu
Apakah penting untuk bunuh diri?
Fungsiaris tidak akan membiarkan
Ini melanggar hukum
Tetapi virus tidak memiliki hukum untuk dibunuh
Berani sekali, berani sekali
Semua dalam bahaya untuk menjalankan kehidupan
Nilai keberadaan pria terlihat seperti anjing
Tidak ada tawaran untuk menawarkan melebihi siapa Anda
dan siapa aku
Penuh penderitaan disebabkan oleh virus yang tidak terlihat
Datang ke dunia tanpa undangan
Beraninya tanpa mengirim surat pengantar
Tidak ada tangan seseorang untuk menerima
Lebih baik keluar dari duniamu
Napasmu sulit untuk bernapas
Dan matahari akan merasa malu untuk bersinar
Padahal sinar matahari seperti senja
Tidak ada bulan untuk englighten duniamu lagi dan lagi
Ini adalah penderitaan dunia total untuk mengakui
Medan, 24 September 2020
POHON MELAPUK
Siamir Marulafau
aku sebatang pohon melapuk di pinggir kali
melirik –lirik pada setiap pengunjung
kadang mereka melihat kadang tidak
hampir setiap hari dan malam berteraik
sampai air di batang-ku kering karena tangis-ku
sampai - sampai ranting-ku pun melapuk
sungguh tak kugubris lagi siapa melihat-ku
daun-daun-ku tak bisa lagi melambai
tak ada suara mendekap ke langit
apalagi tak punya sayap
tak punya kerabat menyampaikan rintihan hati
dari kesekian umat lalu lalang
tak ada yang menyapa-ku lagi
usia senja-ku tak mengutuk dan sabar menanti
kubelah dada pun tak berarti
apalagi air susu kusuguhkan menderas bagai aliran sungai
tak berarti sepanjang buah terhempas di atas rumput hijau tak kering
tapi sedikit mata pun menolek tidak sedetik
terhempaslah harapan pada kulit pohon kering
menjulang tinggi sampai ke langit
habis dilahap rayap yang tak punya hati
kapan aku bisa berdiri lagi?
jika tak ada pupuk menyenguk kehadiranku di pinggir kali?
semut-semut pun berbaik budi mengelus batang-ku
tapi burung-burung bernyanyi dan tak mau menghampiri
karena mereka merasa batang-ku akan patah dan tak bisa berdiri lagi
belalang sekali pun tak mau menginjakkan kaki
melihat kisah-ku yang pilu, sangat sedih
mengapa nasib malang merayap bagai cecak kering
tak ada angin tak ada badai kuhembus pada insani
tapi ranting-ku merapuh lama kelamaan menahan pedih perih
jika PANCASILA-ku diinjak-injak tak berarti
itu anggapan para durjana tak berbaik hati
kulukiskan pada syair terbentang di atas langit
walaupun awan tak mengembara dari pulau ke pulau
sungguh air mata menetes di lekuk pipi
sepertinya menangis tanpa air mata lagi
suara pun serak karena menjerit
pada aksi tak manusiawi menyayat hati
apakah itu sesungguhnya budi manusiawi?
hanya deburan ombak di pantai berhitung menggulung nasib
pada masa Covid-19 pandemik yang tak manusiawi
sepertinya batang-ku tak diukir lagi
karena kecemasan dialami semakin menjadi
maksud hati nan memeluk gunung
apa daya tangan tak sampai
Medan, 01/09/2020
ADA APA DENGAN PANCASILA?
Siamir Marulafau
ada apa dengan pancasila?
tak ada sehelai benang yang tak mengikat
dan inilah sebagai pengikat bagi setiap warga
mengaku aku adalah warga negara Indonesia
jika pasti ikrar-mu mengucap pancasila
sungguh benar ucapan dalam hati yang tulus dan ikhlas
jangan kau munafik di balik penderitaan para pejuang
menggapai kemerdekaan bukan hal yang gampang
tetesan darah mengalir di atas tanah kering
nyawa pun dipertaruhkan
merebut kemerdekaan indonesia bukan bagai menggoreng pisang
mengapa kau khianati pancasila ?
jika kau anak bangsa, biar peluru menembus dada
dari hari ini dan seterusnya akan kubela negara
dengan tak mengubah pancasila
sungguh tak punya otak jika dasar negaraku diobrak abrik yang tak bertanggungjawab
dan aku semakin tak perduli siapa kau
pengkhianat bangsa dan negara
akan berani sungguh mengubah dasar filsafah negara
wahai generasi bangsa,,,
jangan biarkan pancasila dipijak- pijak
jangan hanya hari dan tanggal pancasila dihormati setiap tahunnya saja
renungkanlah dengan hati tenang dan seksama
betapa padatnya makna dan tujuan pancasila bagai serabut kalapa tak dapat diperhitungkan
berbaktilah pada negara berdasarkan pancasila
karena mengubah sikap manusia ke alam terang
jangan kau biarkan pancasila digenggam manusia tak bertanggungjawab
genggamlah pancasila dengan gigi geraham yang tajam
karena pancasila ada kasih tak putus dalam syair pujangga
kibarkanlah sang merah putih kau gunakan mempertajam makna
Medan, 30 September, 2020
KADO UNTUK PRESIDEN JOKOWI
BRJALAN DI ATAS JALAN TOL(20)
Siamir Marulafau
mulai hari ini aku ingin berjalan
berjalan di atas jalan tol mulus bagaikan embun
kusapa semua yang lalu lalang
karena melirik dari kiri ke kanan
mengapa jalan kau mulus?
karena impian yang terkubur jadi peluru
biarlah peluru menembus kakiku
aku tetap meradang menerjang dan berjalan cepat
dengan roda empat dan bukan keuntungan
detak jarum jam pun tak mengira
betapa cepatnya kakiku melangkah
tak sampai sejam daratan dituju menyapa sekejap
dan di sana aku tahu kau pahlawan berjasa
Medan, 08/10/2020
VIRUS CORONA MENGHATUI NEGERIKU (16)
Siamir Marulafau
aku menangis seribu satu malam
tangisan tanpa air mata
dalam kurung waktu pandemik
aku hanya terpaku dengan kedatangan tamu
tak diundang
aku gemetar seketika jika angin pembawa bencana
sepertinya cahaya negeriku pudar
apa salah dan dosaku?
anganku tak terbatas membawa nikmat
tapi virus menggorogoti rakyatku
sungguh menangis dalam batinku
karena membawa keheningan yang tak berujung
tak bisa lagi melukis senyum
di kala pandemik tak menabur untung
mencekam dari ujung ke ujung
akan ke mana beban ini kubawa berlari?
sungguh aku menangis dan tertegun
akankah negeri ini dilock down terus menerus?
yakinkah periuk-periuk berasap terus?|
menjerit siang malam dengan hati terbelenggu
biarlah mereka membalut hidung sekejap
biarlah mereka bercuci tangan sejenak
itulah saranku pada wargaku
Medan,05/10/2020
MAU KE MANA HAMBA TUHAN INI?(20)
[Siamir Marulafau
aku berumah dalam negeri ini
tak ada lorong-lorong yang sempit
semua jendela terbuka dan pintu terpampang
dan malaikat pun juga masuk dari langit
jika negeri ini beraroma parfum
beribu kata dan kalimat disusun pun,maka akan kabur
jika hati nurani tak bersatu
ciptakan iklim negeri berdaulat
negeri akan menggapai langit yang cerah
di sana bintang-bintang berkedip
petanda negeriku akan tidak terperosok ke jurang tak bertuan
kapan hari-hari ini kan berlanjut?
berenanglah di sungai yang berarus deras
tantanglah arus sungai itu
kata-kata terukir dalam kalimat akan terhempas di muara
aku begitu dekat
seperti kulit dengan daging
tak ada seorang pun yang hanyut ditelan ombak
pantai landai akan merangkul
meskipun Virus Corona membabi buta menelan manusia
aku tak lepas tangan
walaupun hanya sebutir jagung dan sekarung beras
sungguh kasih tak putus terselip dalam syairku
Medan, 06/10/2020
AKU DATANG DARI SOLO (18)
Siamir Marulafau
aku datang dari Solo
bukan dari Jawa Timur
bukan pula dari Medan
dunia ini adalah jiwaku
berusaha menyentuh langit
walaupun tangan kiri dan kananku
tak menggapai
hasrat bertambah setinggi gunung
tak bisa didaki
nyatanya aku bangun hanya modal utang berlapis
jangan kau sangka bangun negeri bagai membalikkan tangan kiri
aku bangun bukan untuk pribadi
tapi untuk cucu anak bangsa dan cicit
sadarlah ,negeri tercinta negeri amat makmur
negeri terbentang dengan wajah khatulistiwa
terbentang flora fauna
menyulam sejahtera bahagia dunia akhirat
Medan,05/10/2020
KATA HATI(17)
Siamir Marulafau
siapakah yang duduk di situ?
tak habis pikir menunggu
seperti menunggu Godot karya Samuel Beckett
ini bukan gerakan yang mabuk
tapi berbisik pada alam
udara segar menghias jasmani
menyuguhkan salam antar sesama
menyulam senyum untuk bahagia
Medan,05/10/2020
KADO UNTUK PRESIDEN JOKOWI
VIRUS CORONA MENGHATUI NEGERIKU (16)
Siamir Marulafau
aku menangis seribu satu malam
tangisan tanpa air mata
dalam kurung waktu pandemik
aku hanya terpaku dengan kedatangan tamu
tak diundang
aku gemetar seketika jika angin pembawa bencana
sepertinya cahaya negeriku pudar
apa salah dan dosaku?
anganku tak terbatas membawa nikmat
tapi virus menggorogoti rakyatku
sungguh menangis dalam batinku
karena membawa keheningan yang tak berujung
tak bisa lagi melukis senyum
di kala pandemik tak menabur untung
mencekam dari ujung ke ujung
akan ke mana beban ini kubawa berlari?
sungguh aku menangis dan tertegun
akankah negeri ini dilock down terus menerus?
yakinkah periuk-periuk berasap terus?|
menjerit siang malam dengan hati terbelenggu
biarlah mereka membalut hidung sekejap
biarlah mereka bercuci tangan sejenak
itulah saranku pada wargaku
Medan,05/10/2020
AKU BACA SYAIRKU DI ATAS JEMBATAN(15)
Siamir Marulafau
aku baca baca syair di atas jembatan
di kala langit tak membiru
meskipun alam tak bersahabat
akan kucetuskan diriku sebagai penggagas
karena jembatan kulalui melapuk
sekian lama aku bergegas meniti buih
walaupun lautan tak berbincang
tapi lubuk hati menyulam seluas lautan
apapun kata orang
aku semakin tak perduli
karena merangkai jembatan bukan seperti
membalikan tapak tangan
itulah yang tersirat dalam pikiran
terbaca di berbagai daun terpetik
dan ini bukan khayalan atau bayangan
banyak ulat-ulat bulu jadi penyaksi
meskipun mereka tak bisa disentuh
hati nurani terbingkai emas
Medan,05/10/2020
PAPUA YANG TERSAPA(14)
Siamir Marulafau
siapakah yang kusapa?
dalam hati nurani akan semua sama
bertahun sudah terbengkalai dalam impian
ini pertanda, aku bukan malaikat
tak ada jendela tak bisa dibuka
meskipun hutan belantara mengancam
sesungguhnya aku berlaku bagaikan singa
menelusuri setiap rawa jarang ditempuh
aku tak perlu bingung
akan saling membantu dengan jujur
jika tembok tak runtuh
nasib baik akan mendapat untung
kau dan aku juga berada di situ
mengepah sayap terbang ke Papua
membangun negeri bertembok batu
walaupun diam sepanjang jalan
inilah waktu yang ditunggu
sekian lama terkubur dalam lumpur
akan tampak menjulang ke langit 7
itulah harapan terdampar dalam impian seumur hidup
Medan, 05/10/2020
SELAMAT PAGI INDONESIAKU(13)
Siamir Marulafau
aku berucap selamat pagi
tak bisa berlari ke sana sini
berpikir siang malam untuk negeri
walaupun mentari menyilau mata
aku sibuk terus dengan nyanyian wajib
membela negara bangsaku berbumi pertiwi
bumi manusia terpuji selalu
bukan aku ingin dipuji
tapi awan akan mengembara mengintai taji
aku berucap selamat pagi
bangunlah secepatnya sebelum fajar terbit
mentari menjemput berbenah diri
menggapai mimpi yang belum selesai
kuatkan hati memeluk gunung
sebelum negeri tergoncang disambar petir
Medan05/10/2020
SALAH SANGKA (12)
Siamir Marulafau
jangan salahkan aku
yang salah itu siapa?
bertanyalah pada dirimu
mengapa kau menudingku?
jika disiplin ada dalam dirimu
dunia akan memujimu
hidup bagaiakn embun di pagi hari
di pagi hari berembun
di sore hari mengering
jangan langkah salah membuat jejak
jika nafsu menggelapkan kertas berharga
terali besi akan menjemput
mau ke mana di negeri emas?
akan terhempas beribu langkah
salah satu musuh negara
penguasa bukan yang salah
tapi insan berhati durjana
Medan,05/10/2020
TERUS MEMBANGUN (11)
Siamir Marulafau
aku terus melangkah ke depan
walaupun bulan tak bercahaya
mentari tidak enggan mencuatkan sinar
karena bumi segar dan ingin jadi panas
tahu aku orang-orang akan menghapus jejak kakiku
tapi awan akan merangkul tanganku
sepanjang langit tak mendung
siapa yang ingin bermimpi denganku ?
akan disuguhkan jeruk manis bertipe madu
jika hati merasa pelukanku hangat di bawah mentari
membentuk daratan berhias warna kelabu
dan di sanalah insan berjalan tanpa ragu
aku terus melangkah ke depan
walaupun bintang tak berkelip
hati nurani menggapai langit yang ada ujung
menghadirkan gelap menjadi terang
Medan ,05/10/2020
JALAN LAYANG(10)
Siamir Marulafau
aku bukan mau melayang
jalan kulalui jalan layang
jika aku melayang bisa jiwa melayang
karena tak ada sayap kukepahkan
jika aku bermain layang-layang
kupanjat jalan layang
hatiku pun tak melayang
sepanjang tali layangan tak putus
aku sepertinya bukan dalam ruangan hampa
dapat melirik dari kiri ke kanan
di telapak kaki terdampar jembatan
apakah itu jalan layang?
jika itu kau sebut jalan layang
biarlah pikiranku tak melayang
karena teoriku menembus jalan 10 ribu km
dan di sanalah aku juga bermain layang-layang
Medan,05/10/2020
LANGKAH YANG GEMILANG(9)
Siamir Marulafau
langkahmu tak salah
langkamu tepat pada waktunya
sekali medayung terlangkahi tiga pulau
langkamu tak berhenti sampai di situ saja
detak jantungku terpesona meliriknya
sungguh membuat getaran hati yang tak terbendung
langkah disuguhkan bagaikan air sungai mengalir
tebing-tebing pun ikut mengalir
mengapa ada burung-burung berkicau?
kicauan mereka asal berbunyi
aku tak tahu apakah itu nyanyian sunyi
tapi masih ada yang setia pada langkah itu
aku hanya mengintai dari kejauhan
meskipun angin kencang menghambatku
tapi biarlah biduk menyinggah
di dermaga yang dibuat dari batu diam
langkah itu tak salah
masih ada yang setia menemaninya
biarlah kecemburuan itu meleleh sampai ke pangkalan
dan di sana langkah akan diperhitungkan
Medan,0/10/2020
APA KABAR NEGERIKU?(8)
Siamir Marulafau
sekian lama kunantikan
kabarmu membuat hati berdetak
akan kuingat selalu pada masa itu
semua jejak di negeriku tertanda
tapi diberitakan kabar itu tak usang lagi
semuanya tersurat di atas daun-daun rimbun
tak ada gelap sedikit pun
itulah impian sebelumnya
di bawah naungan perintahmu tertanam
bunga-bunga berkembang pun tertata
terlihat dari jendela pesawat
memang engkaulah yang mengubahnya
ini bukan basa basi dibincangkan di kedai kopi
aku sepertinya tertegun meliriknya
untuk kemajuan negeri pertiwi tercinta
aku bukan memuji
aku hanya memberitahu kabar gembira dari langit biru
itulah yang bisa aku mengerti
di balik kaca pesawat sedang kulirik
Medan,05/10/2020
KADO UNTUK PRESIDEN JOKOWI
KEMENANGAN TANAH AIRKU (7)
Siamir Marulafau
di bawah lindungan awan,hujan dan deburan
jejak- jejak kutinggal di atas aspal
membawa aroma daratan sampai ke pegunungan
dermaga yang kutuju berwarna biru
inilah kemenangan tanah airku
negeri kehilangan jejak dari dulu
banyak dijumpai gedung-gedung usang
bagaikan sarang tikus tak bertuan
dengan esensiku yang sepi menuju tepi sungai
mencabik-cabik harapan-ku kesekian lama
sungguhkah itu terbenam dalam ingatan?
hanya Tuhan yang tahu
memberikan kelembutan dalam hatiku
aku bagaikan pohon dengan daun rimbun
melindungi lalat-lalat berkecipung di atas tanah kering
memadamkan kobaran api menyala
mataku pedih perih sebagai penyaksi
ini bukan sekedar kisah kulalui
tanah airku tak menyengat mataku
gedung pencakar langit berkibar
memberi doa kemenangan dan keselamatan
sm/04/10/2020
AKU TULIS PUISIKU DI ATAS JALAN KULALUI (6)
Siamir Marulafau
di atas jalan itu tertulis puisiku
poho-pohon berderet tak bisa dihitung lagi
daun-daunya menembus langit biru
kadang berceloteh pada Tuhanku:
sungguh aku tak tahu
mengikuti gerak - gerak fata morgana
melirik dari dalam mobil
kutempuh dengan jarak tak jauh
hatiku tak bimbang lagi
sepertinya aku mencapai bulan ke matahari
tak sekejap mata berkedip
tak meluncur ke lembah pegunungan lagi
kata-kata kuulas dari dalam mobil melompat-lompat
dan aku bukan menyombongkan diri
menyusur jalan mulus
Medan ,04/10/2020
JALAN TAK DILALUI (5)
Siamir Marulafau
bukan cerita lagi kutimbang di bumi ini
cerita bergeser dari kata ke kata
bukan omongan kosong yang meretas di atas jalan tak dilalui
bukan telur busuk meretas di atas genting
tapi cerita membahana di padang rumput hijau
biarlah pohon itu menjulang tinggi
sepanjang daun-daun itu tak terbang
sungguh sinar-mu menerang
membuat pohon ditanam tak tumbang
mengukir kesegaran dalam setiap lubuk hati
petanda bumiku bersinar bagaikan surga
tanah airku bercahaya bagai bulan purnama
mengapa belalang itu menenggek terus
rumputnya hampir patah dan kering
tanah gersang pun enggan basah
karena belalang tak mau hujan lebat
sayapnya tak akan dapat mengepah
hanya bernyanyi dan berdansa siang malam
tapi jalan kulalui mulus bagaikan sutra
roda empat pun tak mengaung bagaikan singa
yang 2 jam kulalui sekejap
sungguh pelangi melingkar langit
membuat hati bergulir
Medan,04/10/2020
CAHAYA DI BALIK TIRAI (4)
Siamir Marulafau
tak akan dapat ditaksir
sepertinya cahaya menembus tirai di siang hari
walaupun dibalut dengan kain
akan menelusuri jalan berliku ditempuh
namun cahayamu menyulam rumput kering
meskipun rembulan enggan menjemput
tapi bincangan-mu mematrik
di sanalah aku tahu kau bagaikan pelangi
memberi keindahan pada langit dijunjung
dan ini bukan syair pilu
menembus dinding yang tebal
tapi bumi terbentang merangkul makhluk
sungguh hati tak terbenam bagai mentari kesiangan
daun-daun semakin hijau
membuat kehidupan lempang ke ufuk timur
biarlah daun-daun itu tak kering
sepanjang aliran sungai ditempuh tak meluap
menerjang tidak dalam impian sunyi
Medan/04/10/2020
JALAN TAK BERLIKU (3)
Siamir Marulafau
mengapa kau bertanya padaku?
dari dulu diperhitungkan
sinar - sinar meretas di jalan sunyi
tak akan diam sepanjang masa
selama nafas tak menerawang di langit biru indah
biarlah tikus- tikus menggorogoti semuanya
akan disiram dengan air panas
jalan bakal dilalui akan terpampang di angkasa luar
sepanjang bintang berkelip di jagat raya
dan di sana akan tahu cahaya menerang
aku hanya berlindung di bawah pohon rimbun
tak akan patah diterpa angin kencang
Medan, 04/10/2020
MENITI BUIH (2)
Siamir Marulafau
tak akan ada yang disuguhkan
hanya rembulan nelirik ke lautan
lautan terbentang pun berbincang
buih- ku sungguh tak akan diserap
karena aku bukan pujaan
jika diserap terserah
sepanjang niat tak berpaling ke pangkalan
tersemayam dalam syair tak merasa lelah
seiring buih dititi berlumuran minyak
meskipun diaduk dengan air garam
tak akan bercampur sepanjang masa
akan membasahi bumi pertiwi tercinta
Medan, 04/10/2020
BIDUK BERLABUH (1)
Karya :Siamir Marulafau
aku bukan mencatat
walaupun aku berada di dermaga
pincalanku kuikat
menunggu sinar lembayung di ufuk timur
meskipun badai dan angin kencang mengancam
akan yakin esok lusa akan reda
kado disuguhkan mengukir jasa
karena biduk didayung melaju sungguh
di hamparan lautan terbentang
sungguh bukan pujian
dermaga yang dituju pun mulus berlabuh
biduk tak ragu lagi mendekat dan mengikat tali
spanjang jalan dilalui
Medan,04/10/2020
ULASAN PENYAIR :
Siamir Marulafau
Sebuah puisi berbentuk prosa liris yang panjang dan menarik serta indah bahasanya ditulis oleh Sastrawan Negara Malaysia ,Kemala bertajuk " ALIF DAN ZUHRA".
Dalam puisi bertajuk "Alif dan Zuhra" ini membuat pembaca takjub dengan sentuhan iman kepada yang satu,yaitu ALIF dengan menanyakan pada Alif ke mana ZUHRA? Penyair menceritakan bahwa darah Zuhra itu diukir denga huruf-huruf bermaknawi.
Sungguh puisi ini mengundang daya imajinasi yang kuat untuk mengetahui makna tersirat di balik tersurat merujuk pada KESUFIAN seorang penyair.
Dari sudut pandangan teori sastra bahwa puisi ini dapat dianalisis berdasarkan teori Rene Wellek & Austin Warrent dalam Theory of Literature dengan menggunakan pendekatan Religious Approach in Descriptive Method.
My comment : As one of Indonesian poets feels very surprised to read Kemala's work entitled "ALIF DAN ZUHRA' , a narrative long prose poem for its beutiful metaphoric words that mostly found in every lines of poem. No wonder if Kemala is said a great poet who was awarded" Anugrah Sastera Mastera". Amazing for his ability to gain the very high reputation in literature. I do say may Allah Swt bless him and give long life and health to write more and more literary works. Aamiin.
Wassalam,
dtt
Assocciate Prof. Drs Siamir Marulafau,M,Hum
NIP.19580517 1985031003
ULASAN PENYAIR :
Siamir Marulafau
Sebuah puisi berbentuk prosa liris yang panjang dan menarik serta indah bahasanya ditulis oleh Sastrawan Negara Malaysia ,Kemala bertajuk " ALIF DAN ZUHRA".
Dalam sebuah puisi berjudul '' Alif dan Zuhra '' itu membuat kagum kepada pembaca dengan sentuhan iman kepada yang satu, yaitu ALIF dengan bertanya kepada Alif di mana ZUHRA? Pujangga mengatakan bahwa darah Zuhra diukir dengan surat-surat terkutuk.
Sungguh puisi ini mengundang daya imajinasi yang kuat untuk mengetahui makna tersirat di balik tersurat merujuk pada KESUFIAN seorang penyair.
Dari sudut pandangan teori sastra bahwa puisi ini dapat dianalisis berdasarkan teori Rene Wellek & Austin Warrent dalam Theory of Literature dengan menggunakan pendekatan Religious Approach in Descriptive Method.
Komentar saya: Sebagai salah satu penyair Indonesia merasa sangat terkejut membaca karya Kemala yang berjudul ′′ ALIF DAN ZUHRA ', sebuah narasi puisi panjang prosa untuk kata-kata metafora indah yang sebagian besar ditemukan di setiap garis puisi. Tak heran jika Kemala dikatakan seorang penyair besar yang dianugerahi ′′ Anugrah Sastera Mastera ". Menakjubkan karena kemampuannya untuk mendapatkan reputasi yang sangat tinggi dalam literatur. Saya katakan semoga Allah SWT memberkahi beliau dan memberikan umur panjang dan kesehatan untuk menulis lebih banyak karya literatur. Amin.
Wassalam,
Datanglah
Assocciate Prof. Drs Siamir Marulafau,M,Hum
NIP. 19580517 1985031003
SENYUM
Siamir Marulafau
Senyummu manis semanis madu
Tapi hatimu kadang sepahit empedu
Jika namaku bersemayam dalam nafasmu
Balutlah luka hatiku kau iris selama aku hidup
Dan di sana akan kau tahu kasih tak putus dalam syairku
Sepanjang dunia tak bergulir jadi debu
Aku tak akan membiarkan kembang layu dalam hidupku
Karena kembang itu membalut kulitku
Membalut sukadukaku
Tanyalah pada karang berlumut
Dan di sanalah ada jawaban yang memupuk rindu
Di temaran malam tak berbintang tak berembun
Hanya cahaya lampu jadi pesuluh merangkai daun yang tak gugur
Hal ini perlu kau tahu
Seiring nafasku menunggu di dermaga rindu
Karena bertahun sudah wajahmu berbayang dalam kalbu
Senja nenanti tak lelah mengusap waktu
Tanyalah pada angin yang berhembus
Dan dia akan menjawab :
Senja terkapar di hamparan lautan tanpa biduk
Sebatang kayu pun tak terpegang mengapung –apung
Hanya burung laut berkicau terus
Pulau yang digapai pun tak muncul - muncul
Hati pun semakin risau dan galau
Karena bintang tak muncul – muncul
Kubentangkan mata tak menyentuh
Badai menghadang tali layar putus
Kepada siapa aku mengadu?
Deburan ombak satu pun tak mendukung
Medan, 17/10/2020
KADO UNTUK PRESIDEN JOKOWI
BERDIRI AKU DI DEPAN GERBANG TOL (25)
Siamir Marulafau
dI depan gerbang tol ,aku berhenti
laju mobilku pelan-pelan
jejak kakiku dikelilingi waktu
bertahun-tahun sudah kulalui hanya bisa berjalan kaki
aku tak pasrah dalam meniti jalan
ingatanku tak kabur
jejak yang sudah melangkah akan diberi sinar
walaupun mentari enggan menyinari
aku tetap menunggu sinar itu datang
tanpa basa basi diperhitungkan selalu
jalan mulus bukan sembarang dilalui
dan ini bukan kegilaan
tapi aroma kenangan berbayang terus dalam nafas
dari mata hati yang masih nekad mencermin
mengulang-ngulang kajian yang tak terbayangkan
Medan, 12 - 10-2020
GOLDEN LILY
Oleh Siamir Marulafau
Malam cahaya bulan telah berkilau kembali, seperti malam
Hari-hari cerah awal, dan berbisik lagi
Apakah dorongan saya akan membuat Anda kesal? Kami bahagia sekarang;
dan menikmati dan tidak ada alasan untuk tetap diam
Jika kau melihat di langit biru --- bulan yang berkilau menari
Aku ingin jika bulan akan tersenyum menatap
Di musim panas ketika bakung bulan, tidak keberatan
untuk menerima impianku.
Salju di jalan akan bergerak di bawah bukit
Dan pepohonan di samping jalan menyapa mereka semua
Tidak peduli berapa banyak daun bakung, di waktu musim panas
menunjukkan senyum emas mereka selama musim tidak berubah
Dan tidak ada akhir yang akan datang untuk mengambil rasa takut
Karena hidup harus dinikmati bersama malam terang bulan
Itulah target yang akan datang di final
Menikmati dengan dan tidak ada rasa takut dan suara di sekitarnya
Medan, 11 Oktober 2020
AKU PRESIDEN TAPI BUKA MALAIKAT(24)
Siamir Marulafau
memang aku presiden tapi bukan malaikat
suara dan jeritan tangismu membakar hati nuraniku
siang malam keadilan dipikirkan terus
tak terbelah dengan kata apa pun
tergapai pada dasar negaraku
itu bukan syair dilantunkan sesungguhnya
nalinya sampai ke ujung dunia
aku bukan malaikat
aku orang bisa
usaha untuk demokrat merangkul permintaan
semua pohon-pohon dijanjikan merambah
tak ada satu pun yang tumbang
tapi banyak benalu yang menggorogoti
akan merapuh dalam sekejap
janganlah tuntutan itu sebesar gunung
pulau-ku sebanyak 3000
tak akan terkira dalam sedetik
jika hasrat memeluk gunung
apa daya tangan tak sampai
Medan, 11/10/2020
KADO UNTUK PRESIDEN JOKOWI
RAKYAT-KU JANGAN MENANGIS(23)
Siamir Marulafau
air mata siapa itu?
tak akan ada yang menampung
walaupun lautan terbentang
air matamu tak mengandung air garam
walaupun kau tatap lautan
tak akan perih sepanjang lautan tak beku
jika mentari tak membakar hasrat
aku nyalakan api dalam kalbuku
menyalakan kata- kata di setiap ucapan tanpa penerang
biarlah ruang dibenahi menyala terus
dan aku pun tak membakarnya
yakin sungguh rakyat-ku pun tak menangis terus
semangat juang pun berkobar bagai api unggun
membentuk daratan menerang
terus berkobar
hasrat tergapai dengan kesatuan bagai pohon berderet
merasakan kekompakan amat harmonis di bawah
cucuran air mata
Medan, 11/10/2020
--------------------------
Ini adalah unggahan kedua saya dari 8 puisi sebagai penerimaan saya terhadap penyair Lily Multatuliana
Siapa yang menominasikan saya untuk berpartisipasi dalam proyek #PeetMENotLeave. Puisi-puisi itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia dan akan diterbitkan dalam Almanak Rusia. Hari ini saya menominasikan penyair DR Nashuha Jamiddin
untuk mengambil bagian dalam maraton ini dan menominasikan teman penyair di setiap delapan hari maraton puitis
SPARKLING LIGHT
Biarkan matahari menjadi terang di waktu siang
Selama bulan berkilau di tengah malam
Bahwa mimpimu tidak dalam ilusi
Sementara daun tidak pernah mengatakan untuk di jemur
Padahal tanah yang ingin tiba jauh sekali
Tetapi sayapmu akan ada di sana untuk terbang
Seperti apa yang didesak oleh burung laut pada lagu mereka
Apa yang membuat Anda merasa tertarik untuk menatap
Karena bulan indah untuk dijangkau
Dan tanganmu mencoba menangkap
Karna aku tau terangnya petir untuk mencerahkan
Bumi itu seharusnya tidak berada dalam kegelapan
Solidaritas adalah kunci hati manusia
Karena keberadaan manusia dibutuhkan dalam kehidupan
Biarkan matahari berada dalam cahaya berkilau
Sejauh yang bisa dinikmati manusia
Oleh: Siamir Marulafau
Medan, 21 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar