UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 08 November 2019

Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - ELEGI MALAM



ELEGI MALAM

Aku telah menanam luka pada malam
Saat rembulan tertatih perih
Aku sembilukan waktu
Mengalirkan darah membasah bercampur embun
Aku tancapkan rasa paling jantung di tubuhku
Hingga debar bergemuruh di dada

"Aku tenggelam dalam hening berwajah sungsang"

Rohul,6112019
Suyatri Yatri



MENGALIR CINTA DARI HULU HINGGA MUARA

Kupuisikan segala rasa
menghujam denyut jantung paling mendebarkan jiwa
izinkan kukecup makna di minda
agar kupahami cinta yang berdetak setiap desah napas
bukan sekadar bersampul antik berpoles dusta
bukan pula sekadar kata manis di bibir saja

Aku berdiksi dalam gumpalan sajak rindu
mengalir tenang dari hulu
muara kasih yang dituju
di dermaga menyandarkan harapan pada nan satu

Aku merapal diri dari alif
menggenggam asa menuju nun
munajatkan doa di degup waktu
bertakbir pasrah dari kesempurnaan Allah

"Aku tenggelam dalam cintanya mendekat muara cinta-Nya"

Rokanhulu, 6112019
Suyatri Yatri



MAKNA BUDAYA DI JANTUNG KOTORANAH
: Suyatri Yatri


Tertegun jiwa menatap nisan tua berbentuk segi delapan
Menyelisik makna budaya di bentangan sejarah
Ada rahasia yang belum terungkap
Di pagar tabir mengimla

Biarkan paruh waktu merapal kisah
Menerka warsa di kesunyian
Aku menghitung berapa jarak dalam perjalanan

Di langit biru menabur tanda
Bahwa bukti membentang di negeri tua
Kotoranah pun bercerita
Di jantungnya berdetak naskah

Angin membisik kuncup bunga tak terusik
Bumi mengalungkan tanda
Bahwa adat dan religi menguatkan kukuhnya pondasi

Rohul, 5112019



DUKA NEGERI


Apa yang kau pikirkan saat langit pekat menggenang asap?
Dari ceruk waktu api telah memamah rindu
Duka pun berlipat pilu
Dari tangisan luka bumi
Hingga duka kepergian putra terbaik negeri

Pesawat itu bermanuver merentang sayap
Habibie telah menuju keabadian
Saat pertiwi berselaput asap
Melesat dengan iringan alfatihah

Apa yang kau rasakan saat menyaksikan paru tanpa oksigen?
Dari negeri seribu makna merentang seribu permohonan
Dilekatkan doa agar musibah tak menganak sungai di relung jiwa

Habibie meninggalkan sejarah
Di antara marwah
Dia menjadi ksatria demokrasi
Kunci teknologi
Membawa Indonesia disegani seluruh negeri

Rokan Hulu, 12 September 2019
Suyatri Yatri



RISALAH CINTA

Guguran embun subuh mendera jiwa
Aku tenggelam dalam lautan cinta
Menghamba di gelaran sajadah
Di kaki-Mu kusujudkan raga merapal dedoa berserah
Zikir menyelimuti hati di antara hening berpagar rindu
Air bening berkelindan di mata menggabak tunduk
Pada-Mu bergumul risalah cinta dalam pijaran cahaya

Rohul, 07092019
Suyatri Yatri



JERITAN ANAK NEGERI PADA IBUNYA


Tikam saja jantungku, Ibu
Hingga tak lagi mengalir air mata duka di tubuhmu
Saat langit negerimu menangis pilu di genangan kemiskinan
Ujung belati mengiris hati
Sembilu dicucurkan setiap luka
Dan jiwa terjerembab di terali penjara

Racun saja denyut nadiku, Ibu
Hingga berhenti berdetak
Tak lagi ada suara berteriak
Meminta cinta di Istana mewah
Jeritan tak bernapas di tenggorokan

Penggal saja leherku, Ibu
Hingga pecah tertawamu di negeri seribu bulan
Mengunggun segala kekuasaan
Tanpa suara sumbang di derap perlawanan

Bunuhlah anak negerimu, Ibu
Hingga tak lagi melihat penyiksaan
Jeratan tak lagi selimuti ragaku
Batin pun tak meranggas tandus
Di tepian gundah berpayung penderitaan

Rohul, 04092019
Hak cipta @2019 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



KETIKA CINTA
Karya : Suyatri Yatri


Ketika cinta itu tumbuh
Belumlah hadirkan aroma di pucuk rindu
Kau telah memilih jalan di sela buluh
Maka luka hadir di patahan pilu

Ketika cinta itu telah berakhir
Belumlah hilang aroma di ujung takdir
Kau meminta cinta terlahir
Takkan ke puncak ketinggian air mengalir

Ketika cinta itu telah tiada
Belumlah luka mengering di jiwa
Kau semakin menoreh sembilu
Memantrai hati dengan serpihan rindu

Ketika cinta telah dititikkan
Hati hanya meluaskan pandangan
Bahwa Dialah menjadi sandaran
Segala takdir berserah di bumi pengembaraan

Rokan Hulu, 27 Agustus 2019



PUISI BERNAS


Diksi
Tiupkan ruh
Makna menguat

Rokan Hulu, 22 Agustus 2019
Suyatri Yatri



ZAMAN APAKAH INI?
: Suyatri Yatri


Terasa lucu, penghuni rumah ada
Saat diajak bicara seperti di kuburan
Hening sepi tak bertuan
Haruskah dibunyikan gong atau rebana agar mau bersuara?

Ach entahlah ...
Apakah bermasalah pada jiwa
Atau telinga telah tuli
Mungkin juga mata telah rabun hingga individual perlihatkan keegoisan

Tak tahu zaman apakah ini?
Dikatakan bermusuhan, tak juga
Disebut berteman namun tak bersilaturahmi
Jiwa-jiwa telah mengepit diri sendiri
Tak mengenal apa yang terjadi
Dekat dengan fatamorgana
Kegalauan dibentangkan

Luka menjadi pemicu sengketa
Tak ada lagi menikmati nyata
Syukur pun hanya deretan tulisan di beranda maya
Curahan hati mencari perhatian pun tertata
Tenggelam dalam digital selebar layar

Rohul, 18 Agustus 2019



#Haibun
UPACARA KEMERDEKAAN
Karya : Suyatri Yatri

Kibaran tubuhmu terikat di tiang. Mentari pagi tersenyum girang menandakan ikut merayakan kemerdekaan. Merdeka itu bukan formalitas sebenarnya. Tetapi kebebasan dari berkarya membawa kebaikan. Di ceruk waktu merah putih bernyanyi syahdu. Walau sering terabaikan, namun syukur terus diucapkan.
Jiwa-jiwa rindu masih mendekap makna pada dua warna.

"Aku telah begitu tulus mencintai. Kusucikan hati untuk tak menitikkan noda di lembaran putih. Jujur selalu berangkat ketulusan tanpa kedengkian menetap debat," ucap Putih dengan suka cita.

"Beraniku mengungkap kebenaran, bukan menutupinya dengan pengkhiatan. Sebab aku tak suka dusta berbaur munafik. Maka aku berada di depan untuk memastikan semua terjaga tanpa sengketa dan kebudukan," ucap Merah semangat.

"Baiklah, baiklah ke tubuhku dalam upacara sakral ini tetapi bukan hanya di waktu peringatan melainkan makna jiwanya pun harus mereka endapkan agar tak sia-sia perjuangan para pahlawan yang telah gugur dengan bambu runcing di genggaman," jelas Tiang memberi petuah.

"Siap komandan laksanakan," sambut Merah Putih serentak.

Dwi warna berkibar, merah putih bergembira.
Merdeka!!!

Hari merdeka
Upacara bendera
Pagi yang cerah

Rohul, 18 Agustus 2019



MERDEKAKAN JIWAMU, NAK.
Karya : Suyatri Yatri


Merdekakanlah jiwamu, Nak.
Titikkan makna inginmu
Lukislah langit sesuai seleramu
Senyum manismu disandingkan bahagia
Gerak jemarimu menekan tombol pianika membebaskan nada dan syahdunya irama
Tak usah meniupkan butiran keresahan

Abadikanlah budaya di jiwamu
Tradisi memetik kebaikan
Usahlah cemasmu digantungkan di ujung tanduk penutup kepala
Nanti kau akan paham, betapa indahnya pakaian adat yang mengikat akhlak di tubuhmu

Lebarkan sayapmu dengan kecintaan negeri ini
Derap langkahmu menjadi kekuatan cita
Hatimu mengalir cinta di romansa bakti
Tanamlah benih kebaikan tanpa beban bernaung di bumi
Bebas dan bebas berkreasi di pintu prestasi
Seni dan budaya mempercantik jiwa

RokanHulu, 17 Agustus 2019



ZIKIR ANAK GAZA


Air mata membasuh debu ragamu
Di tanah sengketa munajatkan doa
Bergelut dengan butiran peluru
Jiwa kukuh walau berpeluh darah membasahi tubuh
Kau tak pernah menyerah

Langit Palestina menabur racun
Zionis menebarkan bisa-bisa mematikan
Dia menjadi penawar dalam gumpalan cahaya
Ikhlasmu di antara ranjau
Bertasbih alam menyandingkan doa
Menghantarkan menuju surge

Anak Gaza bersenandung zikir
Menabuh rindu dalam takbir
Di antara asap bombardir
Berjuang dalam lapar
Tak sedikit raga terkapar

Aroma amis darah berubah wangian kesturi
Syuhada syahid dalam hening sepi

Rohul, 08082019
Hak cipta©2019 Suyatri Yatri



MUNAJAT DOA


Lantunan ayat
getarkan jiwa
melebur embun
gigilkan raga
munajat doa
bertasbih pada-Nya
Tetesan bening zikir
mengalirnya cinta
Muhasabah diri
Tafakur mengecup makna
Di antara riuhnya pengembara

Rohul, 08082019
Pekik Camar Aksara Jingga



GELEMBUNG KISAH
Suyatri Yatri


Telah lama kutelan sunyi
Dari rasa paling sepi
Di bentangan makna muhasabah diri
Di ceruk waktu merentang tradisi

Aku menggagahi rindu
Memaparkan senandung syahdu
Gelembung kisah di jalan tanpa seteru
Roda kehidupan terus berseru

Biarkan kudengar detak jantung di rongga tanah
Agar tak terjerembab dalam lembah
Butiran debu melekat pada lembaran salah
Jiwa melebur di hati pasrah

"Dia membuka pintu ampunan berjendela taubat"

Rohul, 08082019



CINTA MASIH BEROMBAK SETIA
Suyatri Yatri

Biarkan aku luruh dalam candamu
Lembayung senja masih menyelipkan guratan makna
Ombak pun masih setia membisikkan cinta pada pepasir
Lautku gagah dengan gelombang kasih senandungkan lagu keindahan

Takkan kuhiraukan luka goreskan hati
Memerih tersembilu di asinnya air lautan
Sebab bertabur camar manuver di langit adalah ketegaran jiwa
Inginku tetap tegar pada titik penantian

Kureguk kopi cintamu walau bayang menjelma setatap netra
Mengikat jiwa kita dalam gemuruh gelombang
Sekukuh karang kita berlayar menuju dermaga kebahagiaan
Dia memberi cahaya kebaikan di tengah terjangan badai memisahkan rasa di antara dua alam

Rokan Hulu, 7 Agustus 2019



SYUKUR NIKMAT


Kulihat bayang di antara gigil embun
Dalam diam kuselipkan doa
Zikir berayun
Di balik doa munajatkan Asma-Nya
Syukur diri bertabur rahmat
Menjemput bahagia atas segala nikmat

Rohul, 7 Agustus 2019
Pekik Camar Aksara Jingga



SELIMUT JEREBU
Suyatri Yatri


Tubuhnya berkalung asap
Saat api telah melalap
Hidangan arang pun siap

Air mata tak lagi mampu memanggil hujan
Cerobong amarah pun tak bisa ditahan
Matahari muram di balik selimut jerebu
Negeriku di titik atmosfir pilu

Rohul, 20092019



PESAN KEPADA PEMANTIK API
:Suyatri Yatri

Padamkanlah api
Agar asap tak lagi menari
Sudah penuh rongga dada
Perih sesak terasa

Jangan lepaskan anak panah bara
Agar api tak menyala
Hutan menjerit lara
Saat hijau tak lagi terjaga

Bongkahan arang
Tanah kering kerontang
Alam tak lagi seimbang
Bencana bertubi datang

Saat Tuan telah mengingkari Tuhan
Menyiksa dan memerah kekayaan
Alam akan membuat perhitungan
Ketersiksaan kian menjadi tanpa bisa terhentikan

Tuan pemantik api mencuci tangan
Seolah telah selesai bersantap hidangan
Bersorak di antara kobaran api
Berlalu pergi tanpa peduli

Rohul, 20092019



AWAN CIPTAAN PEMANTIK API
Suyatri Yatri

Sungguh fantastik
Para pemantik api sangat romantis
Menciptakan gumpalan awan
Membirukan langit
Dan matahari bergembira menyaksikan atraksi

Tubuh lemah lembut menari dengan irama terbatuk
Mengatur napas mengolah vokal
Adegan heroik menakjubkan
Menjadi topik pembicaraan

Sungguh, kekaguman tiada henti
Hingga tertawa terbahak hadirkan air mata
Perih menyelinap di tenggorokan

"Asap adalah vitamin hirup sedalam mungkin agar kebahagiaan menghampiri kita"

Nikmatilah gumpalan awan berarak mengikuti arah angin
Sahabat paling mengerti di antara pijaran cahaya
Dan di titik jeda, napas itu berhenti
Detak jantung pun tak lagi memburu
Akhirnya sekotak rasa menjadi kenangan

Rohul, 23 September 2019



ASAP MENJADI AZAB
:Suyatri Yatri

Di empat penjuru mata angin
Merah membumbung
Belumlah berhenti para pemantik api
Sementara telah sesak dada kami

Jangan bakar lahan Tuan
Lihatlah rengkah tanah gelisah gusar
Saat pijaran api berkobar
Asap menyepul bersebar

Tubuh bernyawa lemah tak berdaya
Menghisap racun berunggun jelaga
Hentikan menyiksa semesta
Tuan juga diserang dampaknya

Saat Tuan tertawa terbahak pada pesta pora
Berjuta tangan tengadah merapal dedoa
Kepanikan memadamkan api menjadi senjata
Zikir makhluk teraniaya

Harta tuan dari penyiksaan
Tiada keberkahan
Sebab sumpah serapah terlontarkan
Dari sebuah tragedi asap menjadi azab

Rohul, 22 September
Pict: kebakaran di Sontang Rokan Hulu Riau



JIWAMU TERTAMBAT CINTA PUISI

Walau asap begitu pengap
Semangatmu tak pernah lesap
Dikulum putik rindu jiwamu siap
Menembus jelaga yang menguap

Senarai kata membaca tanda
Di senyummu menyimpan rahasia
Tabir terbuka di gerbang makna
Sececap sajak dilabuhkan juga

Di sini, kita duduk berpeluk diksi
Memungut aksara bertajuk imaji
Kumpulkan kosakatamu Nak,
Bahan mentah kan kita masak

Jangan takut merapal jerebu
Sebab di tubuhnya ada larik kan bisa kau ramu
Sandarkan keliaran khayalmu
Menitipkan goresan di secarik lembaran biru

Saat kau telah candu
Lincah jemarimu kian menggebu
Jiwamu tertambat cinta puisi
Lembut mencari jalan sejarah negeri ini

Rokan hulu, 21092019
Suyatri Yatri



PESTA MUSIM ASAP
: Suyatri Yatri


Raga ringkih sekarat makan asap
Api masih saja nyala lahap
Netra pun perih
Hati merintih

Ketersiksaan digulung jerebu
Tiada empati kata seru
Tertawa terbahak di titik kepuasan
Mengubah fungsi hutan

Dinding megah di dada batu
Rasa pun membeku
Air mata tumpah sia-sia
Keluh kesah pun menjadi bara

Pemilik suara bukan Tuhan
Takkan pernah didengarkan
Hanya pijaran kembang api dinyalakan
Saat pesta musiman

"Sebentar saja musim asap akan hilang
Tak perlu ribut, nanti tercipta lapangan pekerjaan,"

Hanya mampu tersenyum pahit menelan perih
Jawaban ringan menghujam sedih
Di antara sabar mengulum doa
Bumiku merintih dikuras paksa

Rokanhulu, 24 September 2019



AIR MATA TUMPAH DI CANGKIR KOPI
: Suyatri Yatri


Aku masih saja mencintai amarah
Saat derak pintu mengulum gelisah
Air mata tumpah di cangkir kopi
Kau pun menertawakan kebodohanku di tepian dendam

Aku masih saja merindukan kebencian
Saat lugu memayungi jiwa
Riuh rasa bersandar di minda
Kau pun terbahak mengejek kedunguanku

Aku masih saja mengikuti perintahmu
Saat sejumput harga ditawarkan
Mataku berkilau dengan sejuta harapan
Kau membakar kerindangan hati

Aku masih saja diam di antara badai gelombang
Saat gejolak mendebarkan nurani
Pemberontakan pecah di langit biru
Kau sedang bermain di atas telaga darah dengan lelucon segarmu

Rohul, 08102019



IMAJI DI JANTUNG PUISI

Rindumu terikat mantra
Merapal waktu membawa rasa
Tersirat makna di jiwa
Menuangkan setitik cinta

Dan aku tak mampu menafsirkan
Saat kata diungkapkan
Hening bergeming mengimla
Pintu terkunci rapat belumlah terbuka

Senja masih menebar pesona
Menatap mata sajak di bulan purnama
Kuselami bait estetika di larik minda
Meresapi imaji di jantung puisi

Rohul, 03102019
Suyatri Yatri



KOEM PAI

Koem_pai memberi ruang kebahagiaan
Saat film kemarin sedang diperankan
Berkalung canda mengurai ramah

Di sini, silaturahmi terjalin
Dari arah mana berkumpul
Tak saling kenal
Namun derai tawa berkelakar pecah menyambut senja

Sebelum rintik anugerah mengguyur
Cerita telah tertuang di halaman waktu
Koem_pai bak medan magnet
Menarik hati menikmati pesona alam

Rindang menjernihkan pikiran
Imajinasi terangkai di rimbunnya pepohonan
Diksi pun berhimpun meminta dianyam
Hadirkan kisah di antara senyum
Di atap teduh meliput semangat syahdunya suara gembang

Rohul, 01102019
Hak cipta © 2019
Suyatri Yatri



NUTRISI KOEM PAI
Karya : Suyatri Yatri


Di teratak wacana bersulam makna
Berias pesona alam menyulam kata
Nikmat itu saat langit biru
Tersaji santapan di meja sang peramu

Imaji bersulang
Saat gizi telah dituang
Nutrisi menambah energi
Masih berceloteh tentang rencana literasi

Kopi koem_pai tanpa gula
Di sini gelegar bersuara merdu menggema
Bukan sekadar mimpi di dinding bayang kata
Tetapi harapan teresapi di antara pijaran cahaya

Cita bersandar di ketiak awan
Beringsut pelan ingin terwujudkan
Geliat tut wuri handayani
Tersandang di bahu kukuh insane

Koem_pai menabuh rindu gembang
Menandakan cinta tahfiz bersanding tahsin
Memanah karya di titik jeda
Mahir berkuda akhlak lekat di dada
Makna menjadi peneduh jiwa

Rohul, 30 September 2019



MERAPAL KALAM
: Suyatri Yatri


Sepekat malam
merapal kalam
hening
mengalir buliran bening
setakat makna
berkeliling
mengitari rupa
di atas
pecahan beling

Dia
menggugurkan
seucap kata
firman-Nya
menjadi penjaga
beriring sekawanan camar
terbang membawa berita

Kekuasaan-Nya
menjadi sempurna
disambut doa
Zikir
dibalut syukur

Tangan-Nya
menggenggam kasih
dengan keberkahan
bersandar diri
berserah

Rohul, 23102019



SADAR JIWA
: Suyatri Yatri

Menelaah jiwa
berdekatan dengan nurani
jujur pada diri
tanpa tercurangi

Jangan racuni
hati disuntik dusta
sebab kebohongan
menyiksa
nanti, terbelah rembulan
karma pun datang

Saat buram disemai kelam
wajah berpaling muram
akhirnya diri tenggelam

Tergopoh barlalu
menyelisik rindu
menetapkan cinta di pintu salah
Dia ada di setiap desah napas
kembali berdiri
setelah tersesat dalam khilaf dan lupa

Rohul, 20102019



RINDU KOEM PAI
: Suyatri Yatri

Koem_pai membawa rindu
hingga langkah menuju sekolah alam
teduh
tadabbur alam
dalam muhasabah jiwa
memetik secercah makna
biarkan rasa berkelana
di antara dedaunan
menyimpan segurat asa

Koem_pai
biarkan aku larut
dalam indah pesona
berkisah di bawah reranting merimbun
mengurai senyum

Koem_pai
angin sepoi
membawa damai
saat tanganku memainkan gembang
jiwaku menemukan titik cahaya
di antara gabak
dan
aku
memintal selempang keakuan
menjadi kita

Lubukbendahara, 20102019



DEKAP BAYANG


Setatap bayang di atas nisan
tertutup kafan
bergulung rindu kamboja
menjuntai rasa dimamah cinta

"Kusemburkan sejuta mantra di jantung"

Gagak menukik girang
bayang pun perang
di giring miang
di tikam galang-galang
wajah sembunyi bersatu pukang
taburan tujuh kembang
jiwa hilang
hilang
hilang
dekap bayang

Rohul, 17112019
Suyatri Yatri



TARAGAK BUNDO

Dek karano hati gamang molangkah
Raso juo nan mangalah
Turuikkanlah sado pituah
Pitaruah ayah jo mandeh nan batuah

Hati rusuah dalam rasian
Bajalan badan ka parantauan
Sansaro diri manangguang baban
Taragak pulang ka kampuang halaman

Sabalah saba nak kanduang
Bundo taragak nak basuo
Paluak sayang
Cinto bundo indak taranggang lai

Rohul, 17112019
Suyatri Yatri



PESAN BUNDA CAHAYA JIWA
Suyatri Yatri


Nak, kemarilah
Biarkan tubuhmu dalam rengkuhan pelukan
Dada ini terlalu rapuh saat luka menitikkan jiwa yang terpisah oleh jarak

Tunggulah sayang
Akan bunda jemput dengan segala rasa
Walau benturan hadir segala rupa
Namun takkan membiarkanmu terluka

Nak, tidurlah dalam dekapan
Biarkan jemari lembut bunda membelai gerai rambutmu
Mendongengkan cerita mengantarkan tidurmu
Mengolah imajinasi agar kau mampu mengendapkan makna kehidupan sesungguhnya

Nak, bunda ingin katamu berhias emas
Bijak menelaah dari ungkapan yang dikemas
Bukan badai yang ditumpahkan dari bibirmu
Sebab jiwamu terlalu lugu untuk mengenal kebencian

Nak, kita tak selamanya merasakan bahagia
Namun setidaknya kau paham arti mandiri
Agar kau lebih dewasa menyingkapi pengembaraan ini
Biarkan kerikil tajam menoreh tubuhmu
Sebab perjuanganmu adalah rida bunda
Kegigihanmu menjadi cahaya jiwa
Kesabaranmu menjadi berlian berharga

Nak, simpanlah pesan bunda
Sebab langit masih biru cerah
Lautan pun membiru syahdu
Gradasi hijau di hutan rindu
Di ceruk doa, anak bunda harta yang dipunya

Rohul, 21112019



DETAK JANTUNG PUNCAK RANAH
: Suyatri Yatri


Aku menyusun kerakap di tubuh batu
Mengimla embusan bayu
Desiran makna menafsir rindu
Sinar mentari pecahkan mega seribu

Aku menatap tubuh batu kembar tak jodoh dalam hening
Menjengkal jarak di ceruk tebing
Gamang rasa di tepian jurang sekeliling
Jiwa tafakur menetes butiran bening

Di jantungmu Puncak Ranah
Aku rasakan detak yang tak hendak berpisah
Pesonamu memancar indah
Dibius syahdu, kau bentangkan samudra awan di gugus bukit nan gagah

Di dinding mindamu Ranah
Biarkan aku mengukir sejuta kenang
Membawa sejarah terbang
Saat kepak melintas bayang
Kau tetap tersenyum menyambut sang petualang

Rohul, 21112019



RAHASIA NISAN SEGI DELAPAN

Aku rasakan detak jantung di tubuh Ranah
Dalam hening merapal makna nisan segi delapan
Adakah getar di balik kisah sejarah
Atau hiasan tanda yang belum terbaca


Masih dibalut selaput tabir
Belumlah tuntas mengimla
Pusara didaulat kata
Bahwa tradisi tiada terpisah
Gembur tanah menyimpan rahasia

Pada langit aku titipkan pesan
Pada angin aku kabarkan
Pada dedaunan
Pohon
Batu
Semak
Kayu
Aku mantrakan segala suara
Menyelisik segala bisik
Kuturut rengkah tanah
Kupautkan tinta
Menyeruak ceruk waktu
Tradisi digerak puisi

Rokanhulu, 20112019
Suyatri Yatri



PUISI ROMANSA CINTA
Suyatri Yatri


Aku telah memuisikan jiwamu
Menetapkan dirimu pada ruang diksi hatiku
Aku pertajam imaji kasih
Agar aku bisa memahami makna bahagia bersamamu

Aku bahagia di jantung tubuh puisimu
Walau kesederhanaan menjadi warna di bait cinta
Namun kasih di larik waktu mendebarkan sajak rindu

Biarkan keliaran romansa memetik bunga sayang di minda
Agar kita saling menggenggam pengalaman batin perjalanan di setiap napas
Metafora bersanding imaji di denyut nadi

Rohul, 20112019
SUYATRI YATRI



Tidak ada komentar:

Posting Komentar