by : Puji Astuti
Sekelumit canda menghalau waktu
Tak segeming rasa kala itu
Menyatukan dua hati berbeda mimpi
Namun sejalan melengkapi perjalanan ini
Dikau kusebut bintang
Walau jauh namun kerlipmu ada
Menyentuh jiwa melesah lara
Jangan pergi temani aku di sini
Biarkan rinduku menumpuk bagai jerami
Tak akan berakhir sampai detik ini
Ukiran itu telah terpatri
Dalam dadamu berhias kasih suci
Malam berkabut kau tetap ada
Hujan turunpun selalu hadir menyapa
Hangat menyelimuti kalbu
Bersandinglah walau hanya cahaya pijar rasa yang menemuiku selalu
Jogja, 10.11.2019
Judul : LUKA
Karya : Puji Astuti
Landasan cinta ini apa?
Bukankan kesetiaan dan saling percaya
Begitu lugunya hati menyerahkan semua
Karena aku ingin mendampingimu
Betapa terluka di atas luka
Manakala kau sembunyi bersama dusta
Jemari kananku kau genggam
Sedangkan jemari kirimu menggamit lengannya
Bara telah mulai menyala
Membakar luluh segala rasa
Kasihku berbalas pengkhianatan
Tersakiti jiwaku dengan pilu yang tak tertahan
Hancur harmoni impian dan harapan
Berkeping mahkota kebahagiaan
Meninggalkan titik hitam
Bisakah perjalanan beriring akan bertahan
Jogja, 02.11.2019
MASIH SELALU MERAYUMU
Karya : Puji Astuti
Kemarilah kekasihku
Jangan jauhkan langkah kakimu
Menujulah padaku yang telah lama menunggumu
Untuk berbagi kisah hari ini
Kemarilah belahan jiwaku
Dongakkan dagumu mengapa tertunduk
Adakah pilu kini ada di hatimu
Sandarkan ragamu lembut di pundakku
Kemarilah cintaku
Selalu kusebut itu untukmu
Karena adamu adalah anugerah bagiku
Kehadiranmu melengkungkan pesona indah hidupku
Mendekatlah sayangku
Rasakan pelukan hangat lenganku
Resapi debaran jantung di dada ini
Rebahlah di pangkuanku untuk melepaskan semua rindumu
Jogja, 06.11.2019
Judul : KEMATIAN
Karya : Puji Astuti
Senja itu mengapa terasa pekat
Mataku sejak tadi terasa berat
Sedangkan semua keluarga pergi
Aku sendiri dari siang tadi
Pukul 8 malam mendadak lampu padam
Mencari lilin tak juga aku dapat
Duduk sendiri di kamar sepi
Hanya ditemani hand phone yang cahayanya serasa ikut mau mati
Meremang bulu kudukku
Jam demi jam berlalu dengan pelan
Lonceng berdentang dua belas kali
Menandakan ini sudah tengah malam hari
Samar kudengar tangisan lirih
Jelas bukan dari keluarga penghuni rumah ini
Makin jelas tangisan menjadi jeritan
Meraung seakan minta bantuan
Sosok perempuan mendekatiku
Jantungku seperti berhenti berdetak
Mataku nanar menatap matanya
Perempuan muda berambut panjang itu melayang
Tolonglah aku
Bebaskan dari kematian penasaran
Karena cinta dusta durjana
Terbunuh bersama janin dalam rahim yang tak berdosa
Jogja, 16.09.2019
PENGORBANAN
By :Puji Astuti
Mungkin segalanya telah tersuratkan
Bahwa wanita adalah berhati lemah
Perasaan begitu menguasai
Separuh dari jiwa ini
Tiada dapat terhindarkan
Perbedaan memicu percekcokan
Tak selaras membuat perdebatan
Menyisakan deraan air mata
Demi cinta kita ini
Pengorbanan terus terukir di hati
Walau isak tangis tersembunyi
Manakala saat tertegun sendiri
Tak ingin jalinan terpisah
Selalu menyatu sampai waktunya tiba
Menjaga dan menguntai rasa
Untukmu yang selalu menjadi teman hidup sepanjang masa
Jogja, 24.09.2019
KEWAJIBANMU GENERASI MUDA
By : Puji Astuti
Perjuangan belum selesai wahai anak muda
Negeri masih membutuhkan tenaga-tenagamu
Bukan hanya teriakan memaki saudara sendiri
Memporak porandakan kesatuan NKRI ini
Jasa pahlawan kita jangan disia-siakan
Tetesan darah mereka jangan cuma dikenangkan
Tapi lanjutkan harapan mereka
Mewujudkan negara tercinta menjadi Nusantara yang jaya
Generasi muda menggantikan rantai generasi tua
Makin lama akan meninggalkan kita karena usia mereka
Kewajibanmu kini untuk meneruskannya
Kembalilah bersatu, berpadu dan terus maju
Lihatlah Merah Putih berkibar di angkasa
Jangan pandangi sebagai hiasan semata
Namun itulah lambang yang mengalir di dadamu
Bersama Garuda mencakup PANCASILA dan maknanya
Lahirkan prestasi dibidangmu
Tunjukkan bahwa kita ini satu ibu pertiwi
Hadapi era globalisasi dengan cerdas
Di pundakmu kini harapan sebagai pemimpin masa depan jangan sampai kandas
Jogja, 26.10.2019
TERLAHIR
Karya : Puji Astuti
Mencintaimu merupa kenekatan
Tak sedikit air mata terbuang percuma
Memenjarakan senyum bibirku
Inikah yang memang kau pinta dariku
Membujur kemana pun hati padamu
Mengikat erat pembuluh darahku
Membelenggu hasrat yang memuncak
Menghentikan detak nadi bergerak
Sedang apa yang terjadi
Cerah mentari meredup
Begitupun desah tak lagi kudengar
Hanya dingin menghiasi di kedua netramu
Masih kuselipkan harapan basi
Terlahirnya kembali keserasian ini
Mendekap di kesunyian malam
Menyatukan gelinjang yang telah lama kita tinggalkan
Jogja, 24.10.2019
OBSESI
Karya : Puji Astuti
Rasanya kemarin kita berpapasan di ujung jalan. Dua tiga kali bertemu tak sengaja.
Senyum-senyum kau menyapaku dengan santun. Akupun membalas seraya bertanya-tanya dalam dada.
Malam ini ada acara di balai desa dekat rumah.
Kaupun ada di antara kerumunan orang yang datang. Perhatianmu selalu tertuju padaku. Aku duduk tak jauh darimu.
Hingga akhirnya kau hampiri aku. Perkenalkan diri menyebutkan nama dan uluran tanganmu.
Kusambut keramahan sapa halus. Baru kuingat bahwa kau adalah teman kecilku dulu.
Sangat berubah penampilanmu kini. Menjadi pemuda tampan dan rupawan. Sedangkan dulu kau kejar aku dengan cinta gila monyetmu. Kini aku yang menjadi tersipu malu.
Ceritamu mengharu biru. Obsesi akan diriku sampai kini masih melekat di hati. Sendiri tak punya kekasih. Sampai saat ini kita jumpa lagi. Dan kau ingin menjalin kembali.
Berdebar jantungku saat mendengar semua penuturan darimu.
Jogja 21.10.2019
PERIH
karya : Puji Astuti
Apa lagi yang akan kupersembahkan. Segalanya telah luruh tak tersisa. Namun kiranya pengorbanan ini tidak mempunyai arti. Tenggelam akan keegoisan tanpa naluri.
Perih menusuk pori-pori hati. Mencelupkan luka sayatan ke cawan cuka. Tetesan air mata tak lagi bisa terbendung. Terkuras menggenangi perasaan terpilu.
Kucoba hibur dengan sisa-sisa senyum. Melenyapkan goresan yang paling dalam. Walau kelunya tak akan sirna. Bagai tinta telah mengotori putihnya kain sutera.
Kututup pintu di segala sudut. Tak mau lagi jiwaku kesakitan tak berujung. Kusudahi lembar cerita ini. Meletakkan kisah dalam bingkai kenanganku sendiri.
Jogja, 20.10.2019
Judul : TUMBUHNYA TUNAS HARAPAN
Karya : Puji Astuti
Di batas titik jenuh yang kian menggerus nyata. Hadirlah langkahmu menembus kilasku. Semakin nyata menggenggam jemari ini. Dekatkan bayangmu, jangan menghilang dari pandangku
Seiring waktu. Tumbuhlah tunas harapan lamunan. Menggapai impian yang sekian lama telah kutunggu. Kini memaksamu tuk segera menggamit lenganku.
Mari berjalan dan berlari bersamaku. Samakan langkah juga derapmu. Kita arungi hamparan kehidupan ini. Melaju bagai kibaran layar perahu di gelombang samudera itu.
Jauh kita menuju titik tempat berhentinya sauh. Membuka lembaran baru tanpa ragu.
Menempatkan rona cinta di atas segalanya. Pengorbanan menjadi landasan kasih di hati.
Jogja, 20.10.2019
MASA LALU
Karya : Puji Astuti
Di jalan ini
Dua rasa menumpahkan segalanya
Berpadu di malam syahdu
Bersinarkan kemilau rembulan itu
Di jalan ini
Berkali ucapkan cinta
Berseteru dengan degup di dada
Selalu menciptakan bahagia
Di jalan ini
Kembali aku lintasi
Kenangan meluapkan getir
Tetes bening mengaliri pipi
Di jalan ini
Cerita indah telah terkubur
Tinggalah jejak perjalanan kisah kita dulu
Menjadi memori kelabu masa lalu
Jogja, 12.10.2019
Judul : TENTANG DIRIKU
Karya : Puji Astuti
Jemari ini masih menggenggam tanganmu
Jangan lepaskan duhai,
Pupuskan keraguan hati
Tatap mataku menghindar hanya akan menjadi tawar
Aku menjadi milikmu itu pasti
Setelah sekian lama kita menjaring rasa
Menyingkirkan gumpalan-gumpalan bimbang
Seiya sekata dalam tujuan dan impian
Akan kuseka tetes air matamu yang jatuh
Kudekap saat isakmu melerai pedih
Memapahmu kala kelemahan raga menyatu
Sandarkan segala keresahan jiwamu di pundakku
Terimalah aku apa adanya
Dengan segala cinta yang telah melebur
Duduklah di sisiku selalu
Aku akan ada di mana bayangmu berada
Duhai,
Satu pintaku padamu
Jadilah belahan hidupku
Sepanjang hari dan waktu
Bahagia dan sedih kita selalu menyatu
Jogja, 12.10.2019
Judul : DOA DAN AIR MATA
Karya : Puji Astuti
Selangkah lagi telah sampai
Jejak kita di lengkung indahnya cinta
Merajut benang sutra sehalus perasaan
Menjadi tautan peradaban dua jiwa dan raga
Senja pernah kita lalui
Teriknya mentari selalu kau memayungi
Kerlip bintang di tengah malam
Kita tatap bersama dengan trenyuhnya hati
Kala ada sisa isak di sudut mata
Penenangan tutur kata merasuk sukma
Menenggelamkan kegundahan yang menggoda
Gigil dingin menusuk tulang
Kau selimutkan lembar kehangatan
Tetes air mata kini tertahan
Selantun doa menggantikan seraya senyum
Walau pedih terselip di relung terdalam
Kilasan kenangan bersamamu selalu tersimpan
Tegarku menatap kedepan
Tak ingin berkubang di kesedihan panjang
Kesetiaan membentengi kekuatan cinta
Tak pudar sampai akhir nanti waktunya tiba
Jogja, 04.10.2019
Judul : PESANMU
Karya : Puji Astuti
Hingga detik ini selalu tersimpan
Di dadaku yang merapuh
Semua pesan darimu ibu
Agar selaras dalam perjalan hidup
Mengalahlah untuk kebaikan
Salah satu pernah disampaikan
Duduk di bawah agar terselamatkan
Juga dengan tersenyum diucapkan
Seraya mengelus kepalaku
Membuat jiwa ini tenang menjalani pikuknya segala kemelut
Jangan lupa serta ingatlah nduk ...
Siapa kita ini?
Mendongak hanya membuat gerumbulan impian
Menunduk akan tumbuh bijak hati
Menanam rasa syukur dengan segala yang diberi
Lihatlah masih banyak di antara kita
Menangis karena beban menimpa
Keadaan kita jauh lebih baik
Sederhana tak akan membuat kecewa
Tegar dan sabar
Kukuhkan selalu saat menghadang gelombang
Kita hanya seorang hamba
Hanya melaksanakan semua titah dan mengharap ridho-Nya
Jogja, 10.10.2019
Judul : SAJAK SANG PENENUN
Karya : Puji Astuti
Menata debaran
Memilin rasa
Menyatukan harapan
Membingkai impian
Satu hari satu pijakan
Sedangkan saat malam memupuk angan
Menjelang fajar diiringi doa
Semoga nanti tercapai cita dan cinta
Mengumpulkan ceceran kenangan
Menjadikan pilihan jangan salah langkah
Tak semua tumpuan jadi kenyataan
Derai air mata pun terselip diantaranya
Inilah kita penenun tingkah menjadi sebuah cerita
Walau sebenarnya naskah telah tercipta
Rasa hati mengikuti arah alurnya
Senang sedih berganti mengisi lembar makna dalam kehidupan nyata
Jogja, 10.10.2019
Judul : MENGHADIRI PERNIKAHAN MANTAN
Karya : Puji Astuti
Tenda biru kuhampiri
Di antara wajah-wajah tak kukenal
Perlahan kucari di mana pemilik undangan ini
Perlahan namun pasti akan kutemui
Berdiri di atas pelaminan
Tersenyum bahagia tanpa ada kesedihan
Menyambut beratus uluran tangan
Memberi doa restu dan harapan
Tibalah langkahku di permadani biru
Sesuai panorama warna saat itu
Menunggu antrian di depanku
Sambil menatap apakah benar itu kamu
Sekilas terbayang masa lalu
Saat kau kutinggalkan dulu
Karena tidak ada restu ibu
Untuk menjadi pendampingmu
Syukurlah kini kau bisa move on
Membuka hati untuk mencari calon
Pasangan hidup untuk mengakhiri hidup sendiri
Maafkan aku wahai mantanku
Sampai saat jabat tanganku hari ini
Selamat bahagia kuucapkan tuk sepasang pengantin
Jangan ingat lagi semua kenangan
Lupakan, raihlah kehidupan dengan penuh impian
Jogja, 6.10.2019
Judul : PESANMU
Karya : Puji Astuti
Hingga detik ini selalu tersimpan
Di dadaku yang merapuh
Semua pesan darimu ibu
Agar selaras dalam perjalan hidup
Mengalahlah untuk kebaikan
Salah satu pernah disampaikan
Duduk di bawah agar terselamatkan
Juga dengan tersenyum diucapkan
Seraya mengelus kepalaku
Membuat jiwa ini tenang menjalani pikuknya segala kemelut
Jangan lupa serta ingatlah nduk ...
Siapa kita ini?
Mendongak hanya membuat gerumbulan impian
Menunduk akan tumbuh bijak hati
Menanam rasa syukur dengan segala yang diberi
Lihatlah masih banyak di antara kita
Menangis karena beban menimpa
Keadaan kita jauh lebih baik
Sederhana tak akan membuat kecewa
Tegar dan sabar
Kukuhkan selalu saat menghadang gelombang
Kita hanya seorang hamba
Hanya melaksanakan semua titah dan mengharap ridho-Nya
Jogja, 10.10.2019
Tema : Musyafir Mimpi
Judul : LUPAKAN
Karya : Puji Astuti
Datanglah dengan harap
Hampiri dengan ketegaran
Jangan menangis
Mendendam pun tak guna
Panah melesat ke jantungmu
Debar kudengar dengan pasti
Sekejap jatuh bersimbah
Peluh kelelahan mengejarku
Tertawaku melepasmu
Menampik segala tuduhan
Bahwa aku pecundang musyafir mimpi
Lupakan saja kini kumelangkah pergi
Melanglang menembus malam
Menghampiri hati yang sepi
Tak berhenti sampai di sini
Sampai terhempas di permadani sunyi
Jogja, 10.09.2019
Judul : SEPENGGAL RINDU YANG MASIH TERSIMPAN
Karya : Puji Astuti
Di sini
Tangan kita pernah bertaut erat
Menjamahi rerumputan dengan jejak kaki
Menyulam kerinduan yang mendalam
Di sini
Impian pernah diangankan
Menuai masa tua seiring usia
Saling memeluk rasa untuk bersama
Di sini
Tangis pernah kita lakukan
Melerai perasaan kala waktu memisahkan
Mengurai segala kehampaan yang ada
Di sini
Sepenggal rindu masih tersimpan
Walau kita tak lagi meronce kisah
Kepergianmu meninggalkan luka dalam di palung jiwa
Di sini
Luka tinggal luka
Terkubur tuk selamanya
Tanpa harus lagi tuk membukanya
Jogja, 26.08.2019
Tema : Tobat Yang Terlambat
Judul : TERSUNGKUR
Karya : Puji Astuti
Tiada kata nasehat kau dengarkan
Mengupadayakan kebaikan ditinggalkan
Tak pedulikan lagi tangis orang tua
Penting aku senang itu kata hatimu
Tenggakan demi tenggakan mengaliri kerongkongan
Suntikan demi suntikan meluka nadi
Terkapar di waktu pagi
Menuai mimpi yang kian menepi
Hingar bingarmu kini menggerogoti raga
Kesakitan yang tiada tara saat menahan rasa
Rehabilitasi tak lagi memberi arti
Tersungkur jiwamu karena ulahmu sendiri
Saat nyawa sekarat
Tak ingat akan penyesalan
Tobat yang terlambat
Membawamu ke siksa di liang lahat
Jogja, 28.08.2019
Tema : Bambu Runcing
Judul : KAMI ADA
Karya : Puji Astuti
Gempita suara rakyat menggema di mana-mana
Mengaliri setiap nadi darah di dada
Semangat juang para pengampu sejarah
Yang rela mati dan tinggalkan nama
Teriakanmu mengucap Merdekaaaa...!!!
Seakan terngiang kembali jika bulan ini tiba
Kau angkat bambu runcing merobek pekatnya para penjajah
Tak geming walau darah berhenti mengalir seiring melayangnya nyawa
Harapanmu adalah kelanjutan semangat jiwaku
Pengorbananmu bagaikan hutang di masa depanku
Kegigihanmu mengucur deras di tetesan keringatku
Untuk berlari mengejar cita-cita terbaikku
Pahlawanku ....
Bambu runcingmu tergantikan pena-pena ini
Darah merahmu pengisi bercak goresan di bait aksara sejarah
Gerilya gerakmu menyusupi lincahnya tarikan jemari menggelar cerita
Memenuhi impian dalam persembahan anak-anak bangsa
Jogja, 01.08.2019
Tema : Sesak
Judul : HATI INI
Karya : Puji Astuti
Selangkah lagi
Impian telah terbingkai indah
Penuh nuansa warna pelangi
Seperti jejakan cinta ini
Selangkah lagi
Rengkuhan raga melingkarkan rasa
Memeluk harapan kita
Menuntun dengan jari tergenggam erat
Selangkah lagi
Tersempurnakan niat bilik nurani
Menjumpai kehormatan suci
Hilangkan segala sesak dada yang mengebiri
Hari ini
Kusandingkan ikrarku
Hati telah menjadi milikmu
Menyatu denganmu sampai titik lelah napas terakhirku
Jogja, 04.08.2019
Tema : Kanvas Kaca
Judul : BAYANGMU
Karya : Puji Astuti
Setapak demi setapak kutinggalkan
Taman penuh kenangan bersamamu
Kala kita masih menggenggam cinta
Seiring sejalan menuju keridoan-Nya
Berlalunya waktu
Belum mampu menghapus bercak-bercak lukaku
Seraut wajahmu terpampang selalu
Di kanvas kaca menggayutkan rindu
Duka ini menapakkan jejak
Liku perjalanan tak terelakkan
Memayung keseharian rasa kita
Kesejatian yang dipenuhi liku perjuangan
Kasih,
Pergilah dengan serangkaian doa-doaku
Kau titipkan amanatmu di rahimku
Menjadi penghibur retas hati kala sepi sendiri
Menyulutkan kerinduan makin menggerus sesak di dada ini
Kini mimpi rapuh dalam sepenggal
Seiring wajahmu samar menghilang
Melenguhkan kesakitan tiada tara
Membuatku makin ngelayung tak terkira
Jogja, 12.08.2019
Tema : Gema Perjuangan
Judul : DI DADAKU ADA NAMAMU
Karya : Puji Astuti
Teriakanmu masih mengiang terdengar
Saat peluru menembus tulang iga
Dalam kesakitan kau lantang menyeru
Merdekaaaaaaaaaaa..!!!
Jasadmu boleh lantak dimakan cacing bumi
Namun perjuangammu untuk meraih negri ini telah tertambat pasti
Bambu runcing berlumuran darah
Tanda kau telah menusuk daging-daging penjajah
Bergetar jiwaku setiap kali menyentuh kain merah putih yang menyatu dengan jahitan pengorbanan
Meleleh air mataku menyanyikan lagu Padamu Negri
Sesak dadaku menyaksikan gigihnya perlawanan para pahlawan juang
Menjadi penyubur pertiwi untuk anak cucu kini
Gandeng dan saling erat pelukan duhai saudaraku
NKRI sudah harga mati
Bendera Merah Putih akan membalut badan
Selama napas masih mengiringi detak nadi
Kita satu pijakan di tanah Indonesia
Jangan saling memetak orasi sendiri
Perjuangan belumlah usai kawan
Di dadaku ada namamu dan begitu pula di dadamu juga ada namaku
Untuk bersama menyerukan..
Inilah INDONESIA kita yang satu dan akan jaya selalu
Merdeka..!!!
Jogja, 13.08.2019
Tema : Pernikahan
Judul : DEKOR KHUSUS
Karya : Puji Astuti
Kebahagian ini belumlah lengkap utuh
Kala janur kuning tak melengkung di ujung pintu
Tanda adanya ikatan baru
Bertemunya dua sejoli di jala rindu
Saat sakral tiba
Janji suci terucap iklas dari nurani
Menjaga hati saling setia
Sampai titik napas tak berdetak lagi di dada
Perhelatan mengiring hari pernikahan
Wajah ceria menghias di setiap sudut pandang
Tak tertinggal dekor khusus megah terpajang
Menambah indahnya suasana yang sedang menjelang
Hidangan tergelar lengkap dengan pernak perniknya
Mengundang selera menyantap semua yang ada
Aroma lezat menyeruak ke seluruh ruangan
Makin membuat mata lirik kiri lirik kanan
Sempurnanya resepsi hari ini
Menandakan besok hari status telah berganti
Dari lajang menjadi suami dan istri
Membina rumah tangga sampai waktu akhir nanti
Jogja, 19.08.2019
Tema : Sukma Sastra
Judul : INTI RASA
Karya : Puji Astuti
Kupahat ruh dalam puisi
Menempatkan cerita-cerita di lariknya
Serpihan kenangan tergantung di diksi tiap bait
Menemukan sukma sastra menjadi titik logis makna
Menjejakkan sepatah demi sepatah
Agar utuh kembali tali ikatan
Roncenan cinta dan rindu hati
Menyatu menjadi satu rangkaian terindah
Genggam inti klimak
Meniupkan detak debar kala menikmati
Aksara bertaburan yang terata
Nilai integritas melambung bersama tingginya imajinasi
Berdecak bibir mengeja
Melantun terpupus meluruh
Menyentuh kalbu
Merasuk arti menyelimuti sukma ini
Menyentuh
Erat memeluk
Mengalun rima di jiwa
Inilah arti sesungguhnya
Jogja, 21.08.2019
Tema : Bambu Runcing
Judul : KAMI ADA
Karya : Puji Astuti
Gempita suara rakyat menggema di mana-mana
Mengaliri setiap nadi darah di dada
Semangat juang para pengampu sejarah
Yang rela mati dan tinggalkan nama
Teriakanmu mengucap Merdekaaaa...!!!
Seakan terngiang kembali jika bulan ini tiba
Kau angkat bambu runcing merobek pekatnya para penjajah
Tak geming walau darah berhenti mengalir seiring melayangnya nyawa
Harapanmu adalah kelanjutan semangat jiwaku
Pengorbananmu bagaikan hutang di masa depanku
Kegigihanmu mengucur deras di tetesan keringatku
Untuk berlari mengejar cita-cita terbaikku
Pahlawanku ....
Bambu runcingmu tergantikan pena-pena ini
Darah merahmu pengisi bercak goresan di bait aksara sejarah
Gerilya gerakmu menyusupi lincahnya tarikan jemari menggelar cerita
Memenuhi impian dalam persembahan anak-anak bangsa
Jogja, 01.08.2019
Judul : KEMANA KAU BAWA
Karya : Puji Astuti
Ombak bergulung
Menghempas ke dinding karang
Pecah berhambuaran
Menjadi ribuan buih bertebaran
Perahu kertas ini pun sama
Oleng saat deburan menerjangnya
Meliuk ke kanan ke kiri tak henti
Seirama derasnya hantaman gelombang tinggi
Begitu pula bahtera kita
Berkecamuk dengan dera kesakitan rasa
Membilurkan bercak merah amarah
Buncah tak lagi searah
Kemana akan kau bawa kapal ini
Sedangkan kemudi hanya berdayung nyali
Terombang-ambing keegoisan diri
Cinta seakan terkebiri dan mati
Bisakah kita selaraskan lagi
Merapikan dinding yang mulai rapuh tak terkendali
Kembali menuju tujuan awal ikrar
Satu harap, satu impian dan tak akan tertukar
Jogja, 13.09.2019
Judul : TETES AIR MATAKU
karya : Puji Astuti
Sudah berapa kali tetes air mata telah kuseka
Memberi ringan perihnya hati
Menyembulkan kelegaan kala bisa menangis
Walau isaknya masih tertinggal di sini
Mataku ingin terpejam beberapa saat
Tuk enyahkan semua bayangan dirimu yang di sana
Telah berakhir kisah perjalanan kita
Hancur semua mimpi yang selama ini kulambungkan
Tak ingin kuulangi kekecewaan
Biar segalanya terlarung di debur ombak
Kuhapus jejak percintaan
Tak usahlah singgah sebagai kenangan
Mata jiwaku tegarlah
Tatap jalanan setapak itu dengan senyum
Jadikan dia mantan
Hanya menjadi bagian di waktu petualangan mencari jati kedewasaan
Jogja, 16.09.2019
Judul : JERIT KEMATIAN
Karya : Puji Astuti
Senja itu mengapa terasa pekat
Mataku sejak tadi terasa berat
Sedangkan semua keluarga pergi
Aku sendiri dari siang tadi
Pukul 8 malam mendadak lampu padam
Mencari lilin tak juga aku dapat
Duduk sendiri di kamar sepi
Hanya ditemani hand phone yang cahayanya serasa ikut mau mati
Meremang bulu kudukku
Jam demi jam berlalu dengan pelan
Lonceng berdentang dua belas kali
Menandakan ini sudah tengah malam hari
Samar kudengar tangisan lirih
Jelas bukan dari keluarga penghuni rumah ini
Makin jelas tangisan menjadi jeritan
Meraung seakan minta bantuan
Sosok perempuan mendekatiku
Jantungku seperti berhenti berdetak
Mataku nanar menatap matanya
Perempuan muda berambut panjang itu melayang
Tolonglah aku
Bebaskan dari kematian penasaran
Karena cinta dusta durjana
Terbunuh bersama janin dalam rahim yang tak berdosa
Jogja, 16.09.2019
PAGI KELABU
By : Puji Astuti
Sekelumit resah merayap dalam relung pagi ini, entahlah... atau karena semalam kau hadir di mimpi lelapku. Sungguh senyummu meninggalkan gurat kepedihan, raut pucat menghiasi sudut-sudut wajah.
Kau genggam jemariku dengan lembut, seakan kau ingin mengatakan sesuatu dari bibir tipismu. Namun terdiam, terpaku dan membisu... Apa yang terjadi padamu?
Semilir angin melambaikan seutas rambut di keningmu, kurapikan dan kau hanya tersenyum. Matamu berkaca semakin membuatku bertanya.
Dingin kurasa jemarimu, bagai bongkahan es dengan gigil tertahan. Helaan napasmu melandung seakan menyesakkan dada.
Gusar hatiku makin menyeruak tak menentu.
Saat aku akan mencari tahu, terdengar gubraaaaaaakkk...!!! Kuterjatuh dari pembaringan. Ternyata hanya mimpi.
Dan pagi ini kabar seperti halilintar kudengar. Kau berpulang setelah sekian lama dalam perjuangan kukuh bertarung dengan penyakitmu. Semalam kau ingin pamit rupanya. Karena hari ini perjalananmu telah purna.
Jogja, 19.11.2019
Tema : Sandiwara Cinta
Judul : TERLALU DALAM
Karya : Puji Astuti
Saat jemarimu telah memggenggam lentikku
Hatiku terpanah busur rindu
Itulah awal semuanya terjadi
Jiwaku melebur menjadi resah yang buncah
Denting harpha kudengar indah mengalun
Seakan bius-bius menembus dinding jantung
Debar mengusik kala mata menatap sayu netramu
Menjelmakan mimpi-mimpi tentangmu di lelapku
Serasa terbunuh segala logika
Melebur bersama seloka rumpun asmara
Kupinang janji segala janji terpatri
Hingga kelenaan melindas segala retas-retas ini
Terlalu dalam rasa meracuni kesadaranku
Melucuti perasaan hingga tersungkur mati
Namun kudapati panggung megah dengan intrik sandiwara cinta
Hingga menenggelamkan aku ke jurang penyesalan karena belati dusta
Jogja, 21.11.2019
Tema : Mencekam
Judul : LOLONGAN SERIGALA MALAM
Karya : Puji Astuti
Bulan purnama memerah di punggung gunung. Menyayatkan gigil bulu kuduk saat kutapaki jalanan setapak di pinggir makam tua.
Burung hantu meneriakkan serak suaranya diselingi kelebat kelelawar menyambar di atas kepala.
Angin serasa berhenti saat aku mulai ketakutan. Rerimbunan pohon berubah menjadi bentuk-bentuk aneh mengerikan.
Dupa mendadak tercium wangi menyengat, semilir angin menghantar bau anyir darah.
Kakiku menginjak sesuatu, aaaaaahhhh... kepala orang...! Bukan... bukan..! Ini tengkorak yang sudah tua, terlihat dari tulang yang sudah tak berdaging. Kulempar sejauh mungkin agar tak mengganggu perasaanku.
Di ujung tembok pembatas makam berdiri sesosok berjubah hitam. Sedangkan lintasan itu harus kulalui. Kakiku mulai lemas tuk melangkah. Seketika bayangan hitam membalikkan badan.
Ooooooohhhh... aku menjerit tersekat di kerongkongan. Matanya merah mengalirkan tetesan darah, wajahnya rusak tak beraturan, tangannya mengembang ingin mendekapku dengan ujung jari yang panjang melengkung.
Aku ingin berlari, nemun kaki terpaku dalam tanah. Berteriak suaraku parau. Mulutku telah terbungkam jemari lusuh penuh daging membusuk.
Purnama hampir sempurna saat lolongan serigala malam panjang melengking. Ragaku dibawa terbang bayangan hitam dengan cakarnya yang terhunus. Pingsanlah aku tak kuasa menahan ketakutan.
Di tengah altar ragaku terbaring terikat. Di kelilingi berpuluh mata merah penuh darah. Apakah ini saat pengorbanan untuk para setan gentayangan? Pikiranku buntu.
Majulah sesosok hitam membawa belati, kilatannya terbias dari sinar bulan purnama. Sekali lagi lolongan panjang serigala memecah kesunyian malam, bersautan menyayat hati karena miris.
Ragaku dari kepala sampai kaki disiram darah segar, amis dan anyir. Sekerumunan bayangan hitam mendekat, menjilat dan meminum darah yang melekat. Berontakku membangkitkan sunggingan seringai menampakkan gigi tajam di mulut mereka.
Tibalah purnama di atas kepala. Belati menghujam jantungku, bersimbah darah menyembur segar. Sebelum ingatanku sirna masih kurasa gigi menacap, merobek daging dan nadiku. Makin banyak.. makin dalam.. akhirnya gelap.. gelap tanpa setitik sinar dapat kulihat lagi dan mati.
Cerita illusi
Jogja, 19.11.2019
Tema : Rindu Terlarang
Judul : AKU MASIH DI SINI
Karya : Puji Astuti
Lihatlah duhai, waktu telah melerai kita. Saat begitu indah dera hati menguasai jiwa. Aku tak mempu mengidentifikasi apakah ini nyata atau hanya mimpi. Namun kugigit bibirku masih terasa sakit. Berarti sungguh yang kurasa.
Saat hadirnya sinar indah di matamu, aku tersungkur rindu. Berlarut dalam persemaian kuncup putik bunga kenanga, harum memabukkan debar di dada. Menyetarakan benih cinta yang semakin dalam menghujam.
Alangkah naifnya bila aku tak mengakui bahwa aku jatuh cinta. Sedangkan ada cinta lain telah mengikat jiwamu seutuhnya.
Duhai .... pahatan yang bernama rindu ini telah terlarang. Terpuruk piluku karena terjerat olehmu.
Aku masih di sini memanik serpihan hati yang makin terberai. Menghapus tetes demi tetes air mata yang membulir setiap kali meresapi genggaman jemarimu di tanganku. Masih hangat dan lembut membalut.
Kusimpan goresan yang telah tertinggal. Kurapikan di sudut laci hati paling terdalam.
Siluet bayangmu akan selalu menemani pejamku. Di hamparan waktu-waktu sepiku.
Jogja, 25.11.2019
Tema : Arah Matahari
Judul : TUJUAN AKHIR
Karya : Puji Astuti
Hangatnya mentari menyelusup di celah jendela
Saat jiwaku terbangun dari tidur malam
Mengarungi lautan mimpi bersama secarik asa
Mengelilingi rotasi harapan nan menggelora rasa
Arah matahari menuju ke barat
Berabad-abad setia dengan lajurnya
Seiring perintah Sang Khaliq
Menerangi dunia yang semakin tua
Begitupun aku dan dirimu
Melintasi perjalan kehidupan nyata
Menuju tujuan akhir dari lingsirnya nyawa
Kemana lagi kalau bukan ke alam baqa
Sirnakan dengki, iri dan sakit hati
Kita hanya pelaku di panggung sandiwara
Dalang sudah punya sekenario handal
Ke utara, ke selatan, ke timur adalah jalur permainan-Nya
Pegang cinta yang ada
Kukuhkan dalam mempertahankan
Jangan berhenti memeluk kesetiaan
Kebahagiaan yang menjadi taruhan
Jogja, 24.11.2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar