Dinding tembok merah
Lantai yang lanyah
Kini mengaduh pilu dalam sansai
Sekujur ruang ini menanggung
Ada segumpal janji
Teronggok di sudut terinci
Memendam rasa yang punah
Menyisakan linangan di tingkap hati
Riuh gemuruh menghujani
Kosong yang bubung
Kembali pada senandung
Dan bunyi saluang tersayup
Karya Riri Angreini
Ranah Minang, 30 November 2020.
#novemberakhir
#rps
PITUAH MOYANG
: Riri Angreini
kok lai maraso darah minang
ado maaliri raga nan sabatang
usahlah jadi padusi
bak cando anau mencari sigai
Bekasi, 29-01-2019.
JAGABELA
: Riri Angreini
saban senja aku mematut diri di sini
menungguimu hingga lembayung kian memudar
disapu pekatnya malam
aku mulai beranjak
saat senyum mungil
menyapa di bawah temaram
cahaya gemintang
Bekasi, 130219.
DUNIA SEMALAM
: Riri Angreini
Di sudut kota
Di bawah remangnya cahaya
Aku melihat cerita usang
Tertulis pada setiap jejak
Samar-samar
Coba kudekati
Kueja dari hati
Terburai air mata
Membasahi pipi
Inikah dunia?
Sedesir luka menyayat jantung
Kiamatkah ini
Atau
Aku yang telah tamat
Hingga tak bisa memaknai
Dengan cermat
Bekasi, 010119.
#RA2019
NAK DENGARLAH
: Riri Angreini
Terlahir dari rahim yang berbeda
Diasuh oleh tangan yang sama
Kini dikau tumbuh dalam cinta
Dan kasih sayang yang sempurna
Kelak dikau banyak mendengar
Detik waktu bercerita dari kesiur angin
Usah hiraukan duhai sayang
Jadilah pribadi yang tangguh
Nikmati duniamu di jalan kebenaran-Nya
Jadikan Dia satu-satunya tempat mengadu
Tumpahkan segala resah yang menggeluti dada
Usah gentar hadapi kenyataan dunia
Sebab segala yang menimpa
Ketetapan yang tak bisa kau hindari
Yakini diri memang Dia
Pemilik segala: semesta beserta isinya
Dan
Langkah kita hari ini
Pun
Akan pulang kepada-Nya
Bekasi, 221218.
PENANTIAN DI UJUNG STASIUN
: Riri Angreini
Rindu itu telah menua
Namun masih setia
Menunggu kedatanganmu
Dalam bilangan waktu tak terhingga
Kini di sudut kota
Di ujung stasiun kareta
Ia duduk di atas kursi roda
Menatap penuh iba
Tak hirua lalu-lalang
Yang penuh debu dan bising
Derap kaki yang ribut
Mencari tujuan penyambut
Ia tetap duduk terpaku
Sesekali mata menerawang
Mencari sisa rindu
Berharap akan datang
Namun sampai senja menjelang
Tak seraut pun yang menyapa
Hingga malam berpelukan hening
Ia hanya bertemankan luka dan air mata
Bekasi, 231218.
SIRNA
: Riri Angreini
Semusim telah berlalu
Di ruang ini aku masih menunggu
Kepulangan yang kau janjikan
Dalam waktu ditentukan
Detik kian berderik
Mematahkan rasa yang entah
Jadi penggalan harapan yang pelik
Sulit untuk diterjemah
Waktu kian senja
Entah di mana derap langkah
Mungkin saja telah menjingga
Hadir sesat hilang ditelan gulita
Bekasi, 241218.
SEPERTI HUJAN
: Riri Angreini
Seperti hujan turun penuh gemuruh
Begitu rasa terdalam merinduimu
Membasahi setiap jejak kenangan
Yang tersisa di setapak ingatan
RA_050119.
CINTA YANG MAHA
: Riri Angreini
Menulis di balik waktu tentangmu
Adalah sesuatu yang kutunggu
Hingga setiap lembaran kisah
Bercerita tentang yang paling rahasia
Kepadamu cinta yang maha
Terukir sepanjang napas di dada
Tiada bisa hatiku mendua
Meski sirna segala cahayanya
Kau tetap jadi pelita
Meski dalam gelapnya
Lorong kehidupan yang ada
Kau segala di antara semua
Kursi merah, 020119.
NATURAL
: Riri Angreini
pagi yang seksi
setelah semalaman bercumbu
dengan derasnya hujan
menyisakan aroma paling alam
Bekasi, 27-01-2019.
JEJAK
: Riri Angreini
sisa senja kemarin
tertinggal diampas kopimu
dalam cangkir antik
di atas meja paling kenang
Remang, 250119.
LELAKI SUNYI
: Riri Angreini
Dari kota yang berbeda
Aku melihatmu duduk termanggu
Di sudut senja yang kian renta
Seoalah menepis hadirnya malam
Sebab bayang begitu mengerikan
Bagi dirimu yang akrab dengan kesunyian
Bekasi, 23 Januari 2019.
#RA.
TIRANI BERKASIH
: Riri Angreini
kembang sunyi
memilih tempat yang paling hening
di sudut bumi tergelap
di lorong waktu terkunci
ia tak peduli, sakit yang menguliti
setiap jemari yang meraih
hanya isapan jempol belaka
bikin gemuruh kian sesakkan dada
ini bukan diam yang pertama
ini luka yang kesekian
karena percaya
yang diagungkan
pada selisan janji kumbang jati
harapan terkikis sudah
bangunan tak lagi berpondasi
yang dijadikan tempat singgah
kini bukan rumahnya lagi
sebab cinta bukan burung dara
mengerti jalan menuju rumah
saat cinta memilih hilang
sulit baginya menuju jalan pulang
Bekasi, 27 November 2017.
#Teratai, 14.57
#November
#DarahMinang
#Usai_Sudah
PALING LEGAM
: Riri Angreini
sepisau luka
kau tancapkan di dada cinta
perih tak terkira
air langit tak bisa
jadi pembasuh
darah yang tumpah
hanya gigil kian pucat
memagut raga yang sekarat
hingga sayatan yang melekat
tak terasa di jasad
kau khianat
biarlah lara kubawa pergi
dalam sepi
di lorong paling legam
Bekasi, 26 November 2017.
#Teratai, 17.42
#November
#DarahMinang
PEREMPUAN HENING
: Riri Angreini
Tak asing lagi baginya
Berada di lorong hening
Meringkas segala rindu
Dalam penantian diam
Sesekali ia nyalakan sebatang lilin
Sebagai lentera dalam sunyi
Tika langkah tak mampu lagi
Jadi penunjuk arah
Terpaku, membaca masa lalu
Menunggu janji pujaan hati
Kini pasrah dalam sendu
Waktu kian menepi
Pergi...
Pergi semakin jauh
Meninggalkan diri, menyepi
Hingga sunyi mengubur
Bekasi, 26 November 2017.
#Teratai, 04.29
#November
#DarahMinang
#RPS
SAJAK GULANA
: Riri Angreini
Ingin kutulis tentangmu, yang asyik merapal bayang, di ujung malam kian dingin. Hadirkan gigil tentang rindu tak bertepi. Nun di sudut sunyi masih berkisah tentang sajak lalu. Tentang pemilik mata sendu, senyum manis menikam rasa.
Pada lipatan lentera, sekawan rindu bersenandung, menyanyikan lirik patah patah tentang hati yang gulana.
Adakah rasa yang sama menjelma di malam sepimu?
Entahlah.
Pada titah alam, kutitip sebait kata, pulanglah ke peraduan, biar sunyi ini berkawan,sayang...?
Bekasi, 06 Desember 2017.
#Teratai, 20.18
#Desember
#DarahMinang
#Puisi_Prosais
PENANTIAN NOVEMBER
: Riri Angreini
Sesayup mata memandang
Di akhir penantian November kesekian
Berteman derai rindu dari langit
Merinaikan rintik tentang jarak
Nun di sudut terdalam
Masih tersimpan kenang dalam lipatan senyum
Tentang kasih yang selalu hadir
Dalam setiap mimpi terindah
Bekasi, 30 November 2017.
#Teratai, 06.17
#November
#DarahMinang
RUPA DI CELA JINGGA
: Riri Angreini
Dia begitu mencintai masa lalu.
Hingga setiap denyut yang berdetak ia sempatkan menoleh kebelakang, meski sesaat.
Terkadang ada sayatan membekas di binar lenteranya, tak mengapa, ia bergumam sembari menyapu pelan air yang tumpah.
Dari sana ia banyak belajar, tentang jarak, yang menumbuhkan benih rindu setiap waktu. Rindu akan sapa lembutnya, rindu cara ia memperlakukan dirinya selayaknya manusia perempuan.
Kini di ambang senja. Ia masih tetap sempatkan mengintip di antara cela jingga. Dalam kata semoga, ia menyimpan harap. Masa lalu datang menjemputnya melintasi malam.
Bekasi, 04 Desember 2017.
#Tetatai, 22.20
#Desember
#DarahMinang
#Puisi_Prosais
RUJUK MASA LALU
: Riri Angreini
Lentera ini tidak hanya menerangi masa depan
Sesekali ia juga menyigi masa lalu
Karena dari sana ia mulai beranjak
Mengatur jarak dalam perkara rindu
Senyum hari ini ialah duka masa lalu
Kini sekawan waktu mengajaknya rujuk
Dalam kisah bertajuk
"Aku dan kenangan selalu beriringan"
Selayaknya ia selalu ada
Meski ada perih di sisi hari ini
Namun hadirnya tak bisa dipungkiri
Karena kuasa illahi lebih meridhoi
Bekasi, 05 Desember 2017.
#Teratai, 00.13
#Desember
#DarahMinang
TIRANIMU
: Riri Angreini
Kenapa kau terpana
Itu hanya sebentuk luka
Masih merah
Mengucuri samudra
Kau bisa berenang di atasnya
Penuh derai tawa
Berlayar pun bisa
Karena kuasa kau yang punya
Kenapa, kau termanggu
Ayolah...
Nakhodai biar sampai seberang
Bukankah itu tujuan?
Bekasi, 03 Desember 2017.
#Teratai, 16.26
#Desember
#DarahMinang
PEREMPUAN PAGI
: Riri Angreini
Mendung masih bergelayut di langit November kesekian
Meski getir tiada akhir menghujam dada kian lebam
Ia tetap tersenyum, memastikan pada seisi alam
Bahwa ia masih baik baik saja
Senyum itu untuk burung di ranting pagi
Untuk daun yang dibasahi butiran embun
Untuk semua yang masih butuh kilaunya
Meski kian pudar dilindas masa
Terkadang, sesekali ia tercenung
Ada selisan menyapa di alam bawah sadar
Untuk apa luka ini ada?
Untuk apa masa silam masih seperti hujan November?
Menggenangi setiap sudut rindu
Ach, masih saja berulang kali
Rintik yang jatuh berkisah tentang dirimu
Tetang setapak kenang di angka sebelas
Tentang luka yang berbalut senyum manis
Di bibir tipis perempuan mentari
Bekasi, 30 November 2017.
#Teratai, 07.53
#November_Akhir
#DarahMinang
PEREMPUAN GERIMIS
: Riri Angreini
Berkaca pada beningnya embun pagi
Sama halnya ia melihat rintik yang jatuh di pelupuk
Ia, perempuan gerimis yang tak lepas dari luka yang mendera
Menyayat setiap inci terhulu
Jadi irisan pilu paling legam
Jauh sudah ia coba mengubur segala lara
Namun tumbuh lagi menjadi benih derita
Seumpama tiada akhir dari segala luka yang lebam di dada
Air yang tumpah dari langit November kesekian
Tak jua bisa jadi pembasuh segala darah yang mengalir
Pada setiap pori-pori kepiluan
Tetap saja bekas goresan yang tersisa jadi ladang kenangan
Sedikit saja benih luka tersemai
Dengan subur tumbuh menjadi batang batang derita
Berakarkan kesedihan mendalam
Bekasi, 29 November 2017
#Teratai, 09.48
#November
#DarahMinang
#Prosais
KAU AKU DAN LUKA
: Riri Angreini
Kau; apa kabar?
Lewat derasnya hujan
Kulebur rasa yang terdalam
Biar menyatu dalam lara yang sama
Setiap tetesnya yang tumpah
Ada air mata dari hati yang luka
Luka yang bekasnya tak akan pernah sirna
Meski dibasuh tujuh samudra
Bekasi, 25 Februari 2018.
#DarahMinang
01.37
DIK
: Riri Angreini
Dik, berapa banyak darah menetes
Untuk pembasuh rasa sengketa
Agar khianat itu tak menjelma
Sepasang sayap bidadari
Dik, berapa diksi telah kuhunus
Agar dirimu memahami
Tajamnya perlakuan tuan dan nona
Dari balik tirai senja merupa jingga
Ah! Dirimu selalu berurai air mata
Kala candu itu memporak porandakan
Keyakinan yang kau percayakan
Atas rayuan penjilat berbisa
Dari balik kaca yang terkatup rapat
Kau memanggil penuh Isak
Dengan kelopak binar kian sembab
"Kaaaaaak, peluk Ade"
Tak selorongpun bisa kuulur
Tiada cela yang bisa kulalui
Lewat bayu yang lalu lalang
Kubisikkan sepenggal sayang
"Dik...."
Bekasi, 23 Februari 2018.
#DarahMinang
20.01
SEGI TIGA
: Riri Angreini
Dia yang terjaga bersama diksi yang sakit
Mencoba merawat sepenuh jiwa
Akan tetapi ia lupa
Ada yang menantinya di ujung senja
Dengan setia
Bahkan terpatri di hati
Hingga nisan bertuliskan namanya
Bekasi, 19 Februari 2018.
#Teratai, 03.23
#Februari
#DarahMinang
TERTAHAN SUDAH
Riri Angreini
Ingin menangis tapi tak bisa
Rasa nyeri ini sungguh menyiksa
Entah sampai kapan penawarnya tiba
Agar dapat sembuh kalbu ini dari luka
Tiadalah dirimu merasa ini sungguh parah
Kau perlakukan dengan semena-mena
Rasa yang telah tunduk padamu menahun lamanya
Di mana perikasihmu, hingga tega membiarkan sia-sia
Air mata yang tak mau tumpah
Telah merupa mendung jelaga
Gumpalannya menutup setiap pijar yang ada
Melumatnya jadi cairan yang meracuni jiwa
Bekasi, 14 Februari 2018.
#Teratai, 14.12
#Februari
#DarahMinang
MENGGILA RASA
Riri Angreini
Hati yang luka; apa kabar?
Masihkah sengketa mengulik batin
Tentang kasih idaman tujuh turunan
Taklah cukup pasir tujuh muara
Jadi penawar segala lara
Bekasi, 02 Maret 2018.
#DarahMinang
JATUH CINTA LAGI
Senja di pinggir kota Bekasi
Sekelebat kulihat bayang dirimu
Berdesir darah di dada
(R.A_020318)
#DarahMinang
PENANTIAN DI UJUNG SENJA
: Riri Angreini
Dia yang gelisah
Menimang luka
Mengurut dada
Bersimbah darah
Meraung perih
Sayatan belati
Menghujam nadi
Tiada henti
Kemana lagi
Penawar dicari
Terlambat sudah
Sia-sia belaka
Bekasi, 27 Februari 2018.
#DarahMinang
14.41
SESAL
Riri Angreini
Setelah kusadari diri
Kau telah jauh pergi
Tinggalkan mimpi; tiada bertepi
RA_240318.
#DarahMinang
KUAT HATI
Riri Angreini
Ach!
Rindu yang payah
Hanya bisa mengelus dada
Sembari berbisik lirih; sabar
Kau tak pernah tau
Berapa banyak air mata yang tumpah
Menahan gemuruh di dada
Mendeklarasikan pada dunia
Betapa aku perempuanmu;
Tabah
RA_230318.
#DarahMinang
#PutihBiru.
YAKIN
: Riri Angreini
Pagi masih berembun
Beningnya jadi pembasuh luka
Mendebu di dedaunan hati
Berharap sembuh semula
Setelah menelan penawar
Dalam wadah tawakal
Esok atau lusa
Peristiwa serupa terulang kembali
Sudah cukup bekal 'tuk hadapi tanpa ragu
Kini kesadaran telah memperingatkan;
Tak perlu mengadu ke sana kemari
Cukupkan Dia tempat satu-satunya berbagi
RA_250418.
#DarahMinang
SUA DI UJUNG SESAL
: Riri Angreini
Rindu yang pulang dalam keadaan luka
Remuk redam menghujam hulu dada
Tangis bukan lagi perkara air mata yang tumpah
Ini tentang darah anyir lindap di pusara
Meratapi, menyesali penuh iba
Rasa patah di ujung sua
Nadi tak lagi dialiri merahnya darah
Napas tak lagi di hela penuh makna
Sendiri; menatap nisan
Menyapu segala remah penyesalan
Hadirku terlambat sudah
Kala ragamu berpayungkan puding pancawarna
RA_040618.
#DarahMinang
SI CANTIK BERHATI SURGA
: Riri Angreini
Tuhan sangat menyayangi dirimu
Hingga dunia berduka atas kepulanganmu
Kukabari juga kepergianmu
Pada bidadari kecilku
Bahwa di belahan bumi sana
Ada perempuan cantik berhati surga
RA_040618.
#DarahMinang
LELAKI KOTA HUJAN
: Riri Angreini
Hei ...
Apa kabar lelaki kota hujan
Masihkah rindu merentang kenangan
Pada setiap jejak yang kau singgahi
Di sini;
Pada gerbang Juni
Aku menunggu kepulanganmu
Bersama penawar rasa yang entah
Hmm ...
Pada setiap genangan sisa hujan
Di sana kutemui rautmu yang tampan
Penuh kharisma berjuta kedamaian
RA_010618.
#DarahMinang.
CEMBURU
: Riri Angreini
Kala luka memahat hati
Ia ciptakan lukisan perih
Sketsa yang sudah dirancang kian rupa
Oleh ahli yang tak diragukan lagi
Meringis batin menahan rasa sakit
Pilu dan ngilu mengiris setiap persendian keyakinan
Ia rontokan satu persatu
Perlahan namun pasti
Seumpama rayap dalam lipatan buku
RA_300518.
#DarahMinang.
DARA(H)MU
: Riri Angreini
Engkau tau?
Dia yang dulu kau tinggal pergi
Dalam luka dan air mata
Kini telah menjelma merpati putih
Jangan kau tanya
Seberapa jelitanya ia sekarang
Kurasa kau tak akan percaya
Bila hanya kubahasakan saja
Pulanglah....
Jelang ia meski sesaat saja
Baru kau tau
Betapa pesonamu; ada padanya
RA_290518.
#DarahMinang.
CINTA TAK PULANG PULANG
: Riri Angreini
senja itu
meski langit bertaburan sinar jingga
namun dimata bening itu menyiratkan
duka yang dalam
cahaya itu begitu jelas
melukiskan tentang kerinduan yang paling ibu
semenjak tahun ke tiga kelahirannya
hingga gelar sarjana disematkan
sejajar namanya
selama itu
ia menyelami samudra kerinduan
padamu; sunyi
terkadang dalam tidurnya yang paling senyap
kudengar detak nadinya
bertasbih memanggil namamu dalam rasa
paling syahdu; aku ingin bertemu
pulanglah....
ibu?
RA_290518.
#DarahMinang.
INSAFLAH
: Riri Angreini
Tuan
Membahasakan segala rasa sakit ke padamu
Kurasa sudah percuma
Tersebab nalurimu
Tiada kasih lagi
Segala yang ada di sekitar
Kau perlakukan secara tak manusiawi
Kesombongan
Telah membutakan
Mata batin
Sadarlah
Sudah terlalu jauh
Keangkuhan
Memperbudak
Akal sehatmu
Tuan
Masih ada langit di atas langit
...
RA_280518.
#DarahMinang.
TANGISMU AKU
( Rindu )
: Riri Angreini
Sunyi;
Ia dirimu
Selalu menepi
Dari semaraknya gelanggang
Katamu;
Dalam sendiri
Selalu ada aku
Menjelma butiran embun
Pada kelopak netramu
RA_260518.
#DarahMinang
TERHENING
: Riri Angreini
Tatkala diksi tak mampu kuronce jadi bait puisi
Tersebab kekata telah habis kuurai buat sajak hidupku
Kala tinta tak mampu menuliskan segala kisah
Mulut pun diam seribu bahasa
Maka dengan lantang dan deras
Air mata akan tetap bersaksi
Membela maruah mereka
Dari apa pun jua
Ialah ayat-ayat-Nya
Dalam sajak terhening
RA_250518.
#DarahMinang.
KAU TERBAIKKU
: Riri Angreini
Kau;
Masih saja ingin kutahu kabarmu
Meski berkali-kali hujan Mei menghapus jejak tentangmu
Namun setiap genangan yang tersisa di jalan ingatan
Selalu mengenang rautmu dan teduhnya tatapmu kala itu
Senyum itu
Masih saja menyemangati
Setiap lorong waktu yang kulalui
Bayangmu
Mengikuti langkahku
Dalam perjalanan terindah
Hingga kini
RA_250518.
#DarahMinang.
BVN
: Riri Angreini
Perjalanan hidup
Banyak berkisah tentang luka yang mendera setiap persendian nadi
Tetapi dia tak berhenti sampai di situ saja
Ada semangat yang menjingga
Menghiasi langitnya yang kian senja
Senyumnya begitu tulus
Ucapannya tegas penuh nasihat
Gerik laku cerminan diri yang santun
Bahagia ...
Aku bisa berjabat tangan
Erat
Dalam silaturahmi
Dan kekeluargaan
Maha sahaja
RA_130618.
ANAK DAGANG
: Riri Angreini
Ketika senja di perantauan
Sabak menggenangi hulu hati
Bicara tentang jarak
Mengukur rindu dengan sen
Setiap tetes keringat yang tumpah
Berharap ada sisa dari jatah hari ini
Disimpan dalam uncang
Jadi kacio masa depan
Bila datang kabar menjelang
Riuh gejolak memanggil pulang
Tiada yang dapat disusahkan
Selain rancangan yang rancang seorangan
Bekasi, 281118.
IKRAR
: Riri Angreini
Aku pernah menghilang
untuk tidak kembali
namun rindu selalu mencari
pada setiap inci yang berjarak
setelah sua dalam dekap hangat
hanya menyisakan gigil
dalam jejak yang tak mungkin
aku rangkul kembali
sebab langkah telah terpahat
pada satu pijakan dalam ikatan
yang tak akan mungkin
kutinggalkan begitu saja
di hamparannya ada ikrar sah
yang bergema sampai ke langit-Nya
yang maha segala
Bekasi, 041218.
INGINKU
: Riri Angreini
Seperti senja,
ingin kuhadir menjingga di hari-harimu
menikmati sepoinya angin di tepi pantai
mendengar merdu alunan ombak
diselingi kicau sepasang camar yang melayang
di atas riak samudra
melantunkan nada-nada natural
dari nyiur yang saling bersentuhan
tertiup pawana yang berlalu
Bekasi, 061218.
16.04
#risalah_rasa.
#01
LENTARA SUCI
: Riri Angreini
perjalanan ini
ialah langkah dari senandung tulusmu
saat aku tersesat di tikungan
penuh onak, berdebu dan gelap
lentera sajak sucimu, jadi penerang
saat mata angin
tak bisa jadi penentu arah
aku linglung, menapaki jalan setapak
di rimbunnya belantara
sayap lembutmu, membawa aku terbang
sampai tujuan dengan sempurna
saat badai berkecamuk
di samuderaku
kaulah bayu penuh kasih
jadi nakhoda paling adil
buat suasana terkendali
tidur terburuk sekalipun
ibu selalu bisa buat aku
merasa paling nyenyak
dengan segala belai kasih
lewat senandung syahdu
sekalipun sepanjang usia
aku persembahkan untuk berbakti padamu
belum tunai segala pengorbanan
yang kau persembahkan untukku, ibu...
Bekasi, 15 Desember 2017.
KASIAH MANDE SAPANJANG JALAN
: Riri Angreini
Bakcando marameh santan di ujuang kuku
Tanago abih litak badan ndak tabayia
Co itu jiko basuo jo sutan mudo nan palapau
Ala abih maso dek maurai kato-kato sajo
Nan janji tingga di saku sarawa balakang
Rang gadih si manjo Mande
Kok dapek muelak
Muelaklah tujuah linduang bukik
Sabalun tajadi saksi manyabuik sah
Bia di kemudian hari ndak manyasah
Kok kareh juo hati rang mudo
Baa juolah kecek Mande
Turuiklah langkah nan manapak
Bia ndak sanang lo hati jo kiro-kiro
Jiko tajadi sapanjang nan kito baco
Pulanglah nak ka rumah gadang
Kan lah tau raso jiko malawan kato rang tuo
Di siko kito rintang jalan samulo
Bekasi, 27 Oktober 2017.
#Teratai, 01.05
#Oktober
#DarahMinang
KERIPUT BERHATI MALAIKAT
: Riri Angreini
Daun kering di atas tanah yang retak
Menjelma diksi dalam puisi kemarau panjang
Langkah tertatih
Setiap bulir keringat
Menggelinding
di pusaran kegetiran
Tatapan nanar
Jauh menerawang
Hingga menembus awan
Seakan mencabik dinding langit
Tajamnya pisau dahaga yang menyayat
Merintih dalam parau
Memohon setetes hujan
Tetapi ia bukanlah
Pengemis
Bekasi, 24 Oktober 2017.
#Teratai, 05.03
#Oktober
#DarahMinang
MENCARI TAHU
: Riri Angreini
Pada setiap lipatan jiwa
Di antara cela yang tersirat
Penuh kehati-hatian
Dia mencari diksi lama tersimpan
Entah apa
Membuat puisi separoh baya itu
Ingat kembali pada kotak rahasia
Dulu ia ikrarkan tak akan membuka semula
Bekasi, 24 Oktober 2014.
#Teratai, 04.39
#Oktober
#DarahMinang
AKU DAN KENANGAN SELALU SEJALAN
: Riri Angreini
Sendiri ini bukanlah sepi
Ini adalah damai yang dicintai
Dari sekian banyak sekat
Di ranah inilah tempat paling memikat
Meski terbata dan terkadang sempat berurai air mata
Segala yang tersirat
Akan selalu kueja
Biar makna dapat dicerna dengan seksama
Sendiri ini bukanlah berkawan duka
Akan tetapi ini berkisah tentang perawakkan darah Minang
Melintasi batas hingga negeri seberang
Demi menyemai rindu akan kampung halaman
Bila masa memboyong pulang
Di sana cerita negeri seberang aku tuang
Dalam catatan yang suatu saat akan usang
Namun akan selalu terkenang sepanjang rasa ingatan meminang
Diam digoda kenangan
Senyuman akan menjelaskan
Bahwa hidup tak akan pernah benar-benar sendirian
Pada setiap lorong pikiran akan selalu bertemakan kenangan
Bekasi, 23 Oktober 2017.
#Teratai, 03.35
#Oktober
#DarahMinang
#AkuDanKenangan
SEPASANG HENING
: Riri Angreini
Tiada lagi desau rindu yang saling bersahutan di ranting pagi
Daun daun kasihnya telah saling jatuh berguguran
Tersapu angin lalu
Menapaki jalan sendiri sendiri
Jauh di akar terdalam
Masih saling menaruh harap
Tuk selalu bisa bertahan di sebatang yang sama
Namun dahan dahan cinta yang bercabang
Telah jadi
Simpang yang membuat
Arah berlawanan
Tinggallah kenangan semalam
Mematung di gersangnya taman perasaan
Debu kecewa berseliweran
Meninggalkan jejak alergi
Bekasi, 09 November-desember 2017.
#Teratai, 09.45
#November
#DarahMinang
#RR
SEKIGAHARA
: Riri Angreini
Merdunya nyanyian jiwamu
Nan diiringi petikan gitar semalam
Telah menjadi candu rindu dalam naluri ini
Hingga mentari membangunkan tidurku
Raga ini seakan enggan beranjak
Melepaskan lirik-lirik romantis
Menjadi selimut sutra
Penghangat lena
Senyum simpul menggoda pagiku
Lirih hati berbisik terima kasih "duniaku"
Kau selalu menawarkan warna yang menarik
Pada setiap pergantian waktu dalam kisah syahdu
Sedikitpun tak ada celah lagi di kalbu ini
Untuk menempatkan rindu yang lain
Selain rindu padamu begitu nyata
Mengisi setiap ruang cinta ini
Kau segala di antara yang ada dan tiada
Lewat diksi dan puisi
Isi semesta kukabari
Kau pujaku yang rupawan dan berhati dermawan
Bekasi, 07 November 2017.
#Teratai, 06.31
#November
#DarahMinang
#RR
DEWI KASIH
: Riri Angreini
Pagi masih berembun
Kulihat di antara dedaun nan menghijau
Seiring syahdunya kicauan burung pagi
Kumelihat kemesraan melewati beranda
Sudah kupastikan, pastilah dia
Pemilik wajah ayu Dewi Yuslimah
Setiap kali aksaranya terbaca
Selalu bisa jadi inspirasi jiwa nan indah
Tutur sapanya lembut
Tarian jiwanya romantis
Tatapannya penuh kasih
Auranya cahaya dunia
Tetapi barusan ia bertanya
Dimana diriku?
Dipastikan dirimu sayang,
Berada di antara kasih sayang semua insan
Love baby 😘
Bekasi, 07 November 2017.
#Teratai, 08.14
#November
#DarahMinang
#Tersayang
LAUTAN KENANGAN
: Riri Angreini
Telah kubujuk pikir ini
Agar tidak mengenang
Namun catatan usang
Di bawah lipatan kata
Menjabarkan kembali
Kisah semula terjadi
Awal mata sendu itu bersitatap
Di bawah rumpun sebatang coklat
Halaman sekolah SMP Lubuk Sarik
Seiring semilir pagi
Daun daun menghijau
Menari riang ikuti tiupan bayu
Bak irama simfoni cinta
Aroma asmara semerbak memenuhi taman sejarah kala itu
Layaknya sejoli dilanda sapuan salju
Ada gigil tersipu malu yang menyelinap
Pada tiap persendian
Antara Iya dan tidak
Jujur setiap pori-pori mengagukkan
Segala rasa yang ada
Kagumku
Kagummu
Menyatu dalam ikatan bunga kasih
Setapak senja kita lalui
Dengan saling mengandeng kepercayaan
Hingga bel sekolah berbunyi lantang
Kita tersadar
Kisah ini baru mulai berlayar
Dan menepi dalam waktu yang entah?
Bekasi, 04 November 2017.
#Teratai, 07.19
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
#PerjuanganMencariCinta1
TEGUHNYA HATI PEREMPUAN MINANG
: Riri Angreini
Di pojok sunyi
Dia mematut wajah sepotong rindu
Di antara debar yang entah
Sesekali ia memejamkan bola mata indahnya
Terlihat setetes dua tetes kristal bening berjatuhan
Terkadang terlewat larut tak dihiraukan lagi
Enggan ia beranjak dari sudut angan
Takut sekali wajah yang dipatutnya sirna
Tatkala lena membawa ia ke ruang mimpi yang lain
Pada hal segoni lelah telah bersarang di pundaknya
Beban masa lalu tak terhitung lagi oleh timbangan waktu
Berapa banyak tenaga yang ia korbankan
Untuk seraut wajah
Namun roda-roda waktu
Tak mampu melindas
Bongkahan permata setia
Yang bersarang di nadi kehidupan
Perempuan Minang berwajah lembut itu
Bekasi, 06 November 2017.
#Teratai, 01.52
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
#PerjuanganMencapaiCinta1
PUTRI MALU
: Riri Angreini
Selayaknya diteladani
Laku putri semesta ini
Menjadikan malu
Pakaian diri sehari-hari
Berpagar duri
Penjaga maruah
Dari tikaman tak diduga
Biar hancur raga sebatang
Namun gembok takkan terbuka
Bekasi, 05 November 2017.
#Teratai, 03.29
#November
#DarahMinang
PENANTIAN DI UJUNG SENJA
: Riri Angreini
Senyap
Begitulah
Dan selalu begitu
Hanya tatapan
Mengisyaratkan
Betapa rindu kian mendalam
Pada deretan tangga rumah gadang
Baris ke tiga dari bawah
Ia setiap senja duduk mematung
Tak bergeming
Sapa orang nan lalu lalang tak dihiraukan
Bibir keriputnya
Sibuk bertasbih
Menyebut satu nama
Bekasi, 06 November 2017.
#Teratai, 14.08
#November
#DarahMinang
ABADI
: Riri Angreini
Jika dunia menyuruhku berteriak
Aku hanya ingin meneriaki satu nama
Dan kuabadikan dalam goresan tinta
Hingga roh tertiup kembali
Pada raga cinta yang pernah mati
Dari sekian banyak nama
Hewan, tumbuhan, dan manusia
Benda hidup dan mati
Tetaplah satu nama yang sakral di sanubari
Akan menjadi rahasia batin
Hingga Kamboja jadi atap rumahku nanti
Bekasi, 04 November 2017.
#Teratai, 06.55
#November
#DarahMinang
#PerjuanganMencariCinta1
NAWRAH KHY
: Riri Angreini
Aku
bak gunung berapi
sunyi dan tertidur
Namun
Nyaman untuk kau singgahi
Dari ketinggian yang kumiliki
Kau bisa menyaksikan indahnya alam ciptaan-Nya
Aku juga dilatih
Untuk selalu bisa menjaga kehormatan diri
Dengan berbagai jurus dari sang guru
Akan tetapi
Bunda pernah berkata
Jurus terkuat
Ialah:
"Kasih sayang dan kesabaran tanpa batas."
Bekasi, 02 November 2017.
#Teratai, 11.24
#November
#DarahMinang
#NasehatBunda
SIRNA
: Riri Angreini
Daun daun diksiku telah layu
Bahkan jatuh berguguran
Semenjak akar puisiku
Tak mendapat air kehidupan
Dahan yang semula kokoh
Kini ambruk, luluh lantak diterjang badai
Ranting rantingnya patah dan melebur
Bersama rintik senja
Bekasi, 02 November 2017.
#Teratai, 22.13
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SEPADAN
: Riri Angreini
Aku pamit bukan tidak menyayangimu
Tapi
Seiring waktu
Aku semakin menyadari
Sedalam apa aku menyemai kasih padamu
Sedalam itu pula kau akan memanen derita
Bekasi, 02 November 2017.
#Teratai, 23.49
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SELAMAT TINGGAL OKTOBER
: Riri Angreini
Kepada yang tak sempat kunamai puisi Oktober
Maaf kuhaturkan dalam linangan air mata
Sebab diksi yang kupunya tak sepadan dengan kalimat nan kau patrikan
Bekasi, 03 November 2017.
#Teratai, 00.16
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SELALU MENCINTAI
: Riri Angreini
Pergilah...
Sejauh langkah mengajak berlari
Dan kembalilah kala rindu merangkul bersua
Di sini akan selalu ada senyum tulus setia
Penawar luka yang menyayat kisah lalumu
Jangan enggan
Secuil pun lisan ini tak akan memaki
Apa lagi menolak hadirmu di sini
Karena ada dan tiada dirimu
Kau selalu ada di mata batinku
Bekasi, 03 November 2017.
#Teratai, 09.14
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
MUSNAH
: Riri Angreini
Adalah dirimu akar dari segala cabang diksiku
Hingga merupa serumpun puisi nan rimbun
Tempat burung burung bermain manja
Di setiap ranting nan indah
Tapi-
Kini mengapa kau menjelma
Layaknya mesin sinso
Kau porak-porandakan
Semua majas-majas yang berdiri kokoh
Di setiap hutan lindung imajiku
Kau babat habis setiap tunas semangat yang tumbuh
Kau lindas segala bibit yang tersemai
Kau cabut setiap akar yang mencengkram
Kau bumi hanguskan setiap daun rasa yang kering
Hingga –
Semua terkikis
Bekasi, 03 November 2017.
#Teratai, 15.09
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
TARA
: Riri Angreini
pada setiap pigura
ia sempurnakan
penataan sanubari
begitu hidup
terlisan pada lukisan kasih
meski tak semua pengunjung
dapat membaca
segala yang tersirat
namun gadis belia itu
telah memberi tahu dunia
betapa sempurna cinta
hadir menyinari langkah batinnya
B041117.
#Teratai, 05.06
#November
#DarahMinang
#PerjuanganMenemukanCinta1
PESONA BAHARI SENJA
: Riri Angreini
Kapal cinta yang dinakhodai
Berlabuh di dermaga paling kasih
Tiang tiang penyanggah begitu kokoh
Tempat sandarkan lelah selama menyamudra
Angin senja yang menerpa
Kian bijaksana mengatur tarian nyiur nan melambai
Hingga irama dari desaunya
Mengalun merdu memecah sunyi
Satu dua bergantian debur ombak
Seirama langkah di bibir pantai menapak
Putih pasir merekam setiap jejak
Di landainya waktu jingga sebelum beranjak
Riuh camar mengangkasa
Di atas buih yang memutih
Semarakkan tarian bahari
Berlatarkan kisah cinta pemuisi
Bekasi, 10 November 2017.
#Teratai, 13.49
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
PEREMPUAN SALJU
: Riri Angreini
Lembut tatap menembus sukma
Desah napas penawar luka
Tutur kata penuh makna
Setiap helai rambut menyimpan aroma
Rahasia
Dingin
Putih aura yang tersirat
Dalam batin penuh hikmah
Perjalanan ini tiadalah sia-sia
Kutub Utara tempat singgah
Memupuskan sisa usia
Bekasi, 24 November 2017.
#Teratai, 23.12
#November
#DarahMinang
MENDARAH DAGING
: Riri Angreini
Rindu itu, pilu sendiri di ujung sembilu
Sayatan nan dulu masih membekas utuh
Tepat mengenai terhulu denyut nadi
Hingga perih merintih meratapi
Senyap
Kenang itu, tidak hanya sekedar bayang
Ia menyatu dalam ikatan batin terinci
Dilerai pun samsara
Maut muaranya
Tenggelam
Kasih itu, tersemai di ladang nan tandus
Merangas, mati pucuk sebelum kembang
Duka melaut rupa
Di setiap garis aura
Miris
Cinta itu, membaur darah dan daging
Susah di filter, satu
Hingga langkah dan lenggang seiringan
Membuntuti zaman now
Kacau
Bekasi, 11 November 2017.
#Teratai, 22.02
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SEDENCING RASA DI PUCUK PAGI
: Riri Angreini
Sedencing rasa berdesir
Jatuh tepat di pusar sanubari
Lembut menyentuh
bak sapuan embun di pucuk pagi
Bulir bulirnya memecah
Halus memenuhi
Pori-pori daun rindu terdalam
Sejuk hawa taman kasih
Hingga bunga- bunga mekar penuh warna
Indah menghiasi seluruh alam pengharapan
Semangat tumbuh selantun wangi aroma dunia
Begitu pesona aura cinta dari qalbu nan suci
Kilaunya terlihat memukau
Bak elok sinaran dewi semesta
Kau ada di antara segala
Celah binaran tulus itu
Bekasi, 12 November 2017.
#Teratai, 07.07
#November
#DarahMinang
BINASA
: Riri Angreini
Sepisau sayatan mentari
Mengiris kilau
Bagi rata
Dalam perih
Aliran doa
Kicau ricit
Senandung pilu
Jatuh dari sarang
Tiada ibu
Malang nian
Sayap mungil
Tak mengepak
Alamat diri
Hilang jejak
Bekasi, 20 November 2017.
#Teratai, 06.08
#November
#DarahMinang
SAKI
: Riri Angreini
Rentang waktu yang panjanglah
membuat kita tak bisa
saling sua
dalam
sentuh
dan
bersitatap.
Namun
rindu masih
bertahta
di singgasana terdalam.
Segala kenangan
masih terlukis indah
di kanvas hati
berbingkai kasih abadi
terpajang penuh kharisma
di ruang kelopak
Duhai Saki...
saat ini
kita hanya bisa
bertemu di fb
tapi
kau sungguh
sangat
berarti bagiku.
Bekasi, 29 September 2017.
#Teratai, 01.29
#September, ...
MENGHILANG
: Riri Angreini
Bukan tak ada syair pagi ini
Hanya saja letih menyapa selalu awal
Sementara puisi hanya berdiam diri
Menatap dari kejauhan
Tiada iba, melihat rindu yang mendalam
Tiada peka terhadap rasa yang bergelayutan
Diabaikan
Sesak mendulang air mata
Biarlah
Pasrah jadi pemandu
Menuju jalan Tuhan
Untuk tidak memujamu dalam kelam
Bukan aku menjauh
Diam itu telah selingkuh dari diksiku
Hening
Tanpa suara sajak lagi di pagi buta
Bekasi, 27 September 2017.
#Teratai, 04.18
#September
RISALAH RINDU
: Riri Angreini
ditepian pantai pesisir
antara deru nan berdebur
janji terpatri di kokohnya karang
sekulum senyum meneguk rasa
antara getir dan kalut
haruskah
klimaks sampai di batas senja
Bekasi, 23 September 2017.
#Teratai, 04.14
#September, 21
TENTANG PERSAHABATAN
: Riri Angreini
ada banyak kisah
terkadang belum sempat aku puisikan
tentang rasa
dalam satu pertemuan
namun
rekam jejak
selalu sempat
mengabadikan di museum ingat
meski
waktu terus bergulir
dalam setiap detak jarumnya
selalu meninggalkan cerita
pada prasasti hati
tentang kita
sahabat...
terima kasih
Cikupa, 220917.
#Teratai, 03.00
#September, 19
GETIR
: Riri Angreini
Di lorong ini
wajah wajah lelah terpajang
langkah langkah ragu berpapasan
deru pilu mengalun
seirama semilir yang menusuk
kekhawatiran
Jalan ini telah buntu
berbalik arah pun
pagar rasa telah terkunci
Terkepung dalam dilema
Pahit
Bekasi, 230917.
#teratai
#september
#RS.Ciputra Hospital.
POLOS
: Riri Angreini
Ketika senja di perantauan
Sabak menggenangi hulu hati
Bicara tentang jarak
Mengukur rindu dengan sen
Setiap tetes keringat yang tumpah
Berharap ada sisa dari jatah hari ini
Disimpan dalam uncang
Jadi kacio masa depan
Bila datang kabar menjelang
Riuh gejolak memanggil pulang
Tiada yang dapat disusahkan
Selain rancangan yang rancang seorangan
Bekasi, 281118.
IKRAR
: Riri Angreini
Aku pernah menghilang
untuk tidak kembali
namun rindu selalu mencari
pada setiap inci yang berjarak
setelah sua dalam dekap hangat
hanya menyisakan gigil
dalam jejak yang tak mungkin
aku rangkul kembali
sebab langkah telah terpahat
pada satu pijakan dalam ikatan
yang tak akan mungkin
kutinggalkan begitu saja
di hamparannya ada ikrar sah
yang bergema sampai ke langit-Nya
yang maha segala
Bekasi, 041218.
INGINKU
: Riri Angreini
Seperti senja,
ingin kuhadir menjingga di hari-harimu
menikmati sepoinya angin di tepi pantai
mendengar merdu alunan ombak
diselingi kicau sepasang camar yang melayang
di atas riak samudra
melantunkan nada-nada natural
dari nyiur yang saling bersentuhan
tertiup pawana yang berlalu
Bekasi, 061218.
16.04
#risalah_rasa.
#01
LENTARA SUCI
: Riri Angreini
perjalanan ini
ialah langkah dari senandung tulusmu
saat aku tersesat di tikungan
penuh onak, berdebu dan gelap
lentera sajak sucimu, jadi penerang
saat mata angin
tak bisa jadi penentu arah
aku linglung, menapaki jalan setapak
di rimbunnya belantara
sayap lembutmu, membawa aku terbang
sampai tujuan dengan sempurna
saat badai berkecamuk
di samuderaku
kaulah bayu penuh kasih
jadi nakhoda paling adil
buat suasana terkendali
tidur terburuk sekalipun
ibu selalu bisa buat aku
merasa paling nyenyak
dengan segala belai kasih
lewat senandung syahdu
sekalipun sepanjang usia
aku persembahkan untuk berbakti padamu
belum tunai segala pengorbanan
yang kau persembahkan untukku, ibu...
Bekasi, 15 Desember 2017.
KASIAH MANDE SAPANJANG JALAN
: Riri Angreini
Bakcando marameh santan di ujuang kuku
Tanago abih litak badan ndak tabayia
Co itu jiko basuo jo sutan mudo nan palapau
Ala abih maso dek maurai kato-kato sajo
Nan janji tingga di saku sarawa balakang
Rang gadih si manjo Mande
Kok dapek muelak
Muelaklah tujuah linduang bukik
Sabalun tajadi saksi manyabuik sah
Bia di kemudian hari ndak manyasah
Kok kareh juo hati rang mudo
Baa juolah kecek Mande
Turuiklah langkah nan manapak
Bia ndak sanang lo hati jo kiro-kiro
Jiko tajadi sapanjang nan kito baco
Pulanglah nak ka rumah gadang
Kan lah tau raso jiko malawan kato rang tuo
Di siko kito rintang jalan samulo
Bekasi, 27 Oktober 2017.
#Teratai, 01.05
#Oktober
#DarahMinang
KERIPUT BERHATI MALAIKAT
: Riri Angreini
Daun kering di atas tanah yang retak
Menjelma diksi dalam puisi kemarau panjang
Langkah tertatih
Setiap bulir keringat
Menggelinding
di pusaran kegetiran
Tatapan nanar
Jauh menerawang
Hingga menembus awan
Seakan mencabik dinding langit
Tajamnya pisau dahaga yang menyayat
Merintih dalam parau
Memohon setetes hujan
Tetapi ia bukanlah
Pengemis
Bekasi, 24 Oktober 2017.
#Teratai, 05.03
#Oktober
#DarahMinang
MENCARI TAHU
: Riri Angreini
Pada setiap lipatan jiwa
Di antara cela yang tersirat
Penuh kehati-hatian
Dia mencari diksi lama tersimpan
Entah apa
Membuat puisi separoh baya itu
Ingat kembali pada kotak rahasia
Dulu ia ikrarkan tak akan membuka semula
Bekasi, 24 Oktober 2014.
#Teratai, 04.39
#Oktober
#DarahMinang
AKU DAN KENANGAN SELALU SEJALAN
: Riri Angreini
Sendiri ini bukanlah sepi
Ini adalah damai yang dicintai
Dari sekian banyak sekat
Di ranah inilah tempat paling memikat
Meski terbata dan terkadang sempat berurai air mata
Segala yang tersirat
Akan selalu kueja
Biar makna dapat dicerna dengan seksama
Sendiri ini bukanlah berkawan duka
Akan tetapi ini berkisah tentang perawakkan darah Minang
Melintasi batas hingga negeri seberang
Demi menyemai rindu akan kampung halaman
Bila masa memboyong pulang
Di sana cerita negeri seberang aku tuang
Dalam catatan yang suatu saat akan usang
Namun akan selalu terkenang sepanjang rasa ingatan meminang
Diam digoda kenangan
Senyuman akan menjelaskan
Bahwa hidup tak akan pernah benar-benar sendirian
Pada setiap lorong pikiran akan selalu bertemakan kenangan
Bekasi, 23 Oktober 2017.
#Teratai, 03.35
#Oktober
#DarahMinang
#AkuDanKenangan
SEPASANG HENING
: Riri Angreini
Tiada lagi desau rindu yang saling bersahutan di ranting pagi
Daun daun kasihnya telah saling jatuh berguguran
Tersapu angin lalu
Menapaki jalan sendiri sendiri
Jauh di akar terdalam
Masih saling menaruh harap
Tuk selalu bisa bertahan di sebatang yang sama
Namun dahan dahan cinta yang bercabang
Telah jadi
Simpang yang membuat
Arah berlawanan
Tinggallah kenangan semalam
Mematung di gersangnya taman perasaan
Debu kecewa berseliweran
Meninggalkan jejak alergi
Bekasi, 09 November-desember 2017.
#Teratai, 09.45
#November
#DarahMinang
#RR
SEKIGAHARA
: Riri Angreini
Merdunya nyanyian jiwamu
Nan diiringi petikan gitar semalam
Telah menjadi candu rindu dalam naluri ini
Hingga mentari membangunkan tidurku
Raga ini seakan enggan beranjak
Melepaskan lirik-lirik romantis
Menjadi selimut sutra
Penghangat lena
Senyum simpul menggoda pagiku
Lirih hati berbisik terima kasih "duniaku"
Kau selalu menawarkan warna yang menarik
Pada setiap pergantian waktu dalam kisah syahdu
Sedikitpun tak ada celah lagi di kalbu ini
Untuk menempatkan rindu yang lain
Selain rindu padamu begitu nyata
Mengisi setiap ruang cinta ini
Kau segala di antara yang ada dan tiada
Lewat diksi dan puisi
Isi semesta kukabari
Kau pujaku yang rupawan dan berhati dermawan
Bekasi, 07 November 2017.
#Teratai, 06.31
#November
#DarahMinang
#RR
DEWI KASIH
: Riri Angreini
Pagi masih berembun
Kulihat di antara dedaun nan menghijau
Seiring syahdunya kicauan burung pagi
Kumelihat kemesraan melewati beranda
Sudah kupastikan, pastilah dia
Pemilik wajah ayu Dewi Yuslimah
Setiap kali aksaranya terbaca
Selalu bisa jadi inspirasi jiwa nan indah
Tutur sapanya lembut
Tarian jiwanya romantis
Tatapannya penuh kasih
Auranya cahaya dunia
Tetapi barusan ia bertanya
Dimana diriku?
Dipastikan dirimu sayang,
Berada di antara kasih sayang semua insan
Love baby 😘
Bekasi, 07 November 2017.
#Teratai, 08.14
#November
#DarahMinang
#Tersayang
LAUTAN KENANGAN
: Riri Angreini
Telah kubujuk pikir ini
Agar tidak mengenang
Namun catatan usang
Di bawah lipatan kata
Menjabarkan kembali
Kisah semula terjadi
Awal mata sendu itu bersitatap
Di bawah rumpun sebatang coklat
Halaman sekolah SMP Lubuk Sarik
Seiring semilir pagi
Daun daun menghijau
Menari riang ikuti tiupan bayu
Bak irama simfoni cinta
Aroma asmara semerbak memenuhi taman sejarah kala itu
Layaknya sejoli dilanda sapuan salju
Ada gigil tersipu malu yang menyelinap
Pada tiap persendian
Antara Iya dan tidak
Jujur setiap pori-pori mengagukkan
Segala rasa yang ada
Kagumku
Kagummu
Menyatu dalam ikatan bunga kasih
Setapak senja kita lalui
Dengan saling mengandeng kepercayaan
Hingga bel sekolah berbunyi lantang
Kita tersadar
Kisah ini baru mulai berlayar
Dan menepi dalam waktu yang entah?
Bekasi, 04 November 2017.
#Teratai, 07.19
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
#PerjuanganMencariCinta1
TEGUHNYA HATI PEREMPUAN MINANG
: Riri Angreini
Di pojok sunyi
Dia mematut wajah sepotong rindu
Di antara debar yang entah
Sesekali ia memejamkan bola mata indahnya
Terlihat setetes dua tetes kristal bening berjatuhan
Terkadang terlewat larut tak dihiraukan lagi
Enggan ia beranjak dari sudut angan
Takut sekali wajah yang dipatutnya sirna
Tatkala lena membawa ia ke ruang mimpi yang lain
Pada hal segoni lelah telah bersarang di pundaknya
Beban masa lalu tak terhitung lagi oleh timbangan waktu
Berapa banyak tenaga yang ia korbankan
Untuk seraut wajah
Namun roda-roda waktu
Tak mampu melindas
Bongkahan permata setia
Yang bersarang di nadi kehidupan
Perempuan Minang berwajah lembut itu
Bekasi, 06 November 2017.
#Teratai, 01.52
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
#PerjuanganMencapaiCinta1
PUTRI MALU
: Riri Angreini
Selayaknya diteladani
Laku putri semesta ini
Menjadikan malu
Pakaian diri sehari-hari
Berpagar duri
Penjaga maruah
Dari tikaman tak diduga
Biar hancur raga sebatang
Namun gembok takkan terbuka
Bekasi, 05 November 2017.
#Teratai, 03.29
#November
#DarahMinang
PENANTIAN DI UJUNG SENJA
: Riri Angreini
Senyap
Begitulah
Dan selalu begitu
Hanya tatapan
Mengisyaratkan
Betapa rindu kian mendalam
Pada deretan tangga rumah gadang
Baris ke tiga dari bawah
Ia setiap senja duduk mematung
Tak bergeming
Sapa orang nan lalu lalang tak dihiraukan
Bibir keriputnya
Sibuk bertasbih
Menyebut satu nama
Bekasi, 06 November 2017.
#Teratai, 14.08
#November
#DarahMinang
ABADI
: Riri Angreini
Jika dunia menyuruhku berteriak
Aku hanya ingin meneriaki satu nama
Dan kuabadikan dalam goresan tinta
Hingga roh tertiup kembali
Pada raga cinta yang pernah mati
Dari sekian banyak nama
Hewan, tumbuhan, dan manusia
Benda hidup dan mati
Tetaplah satu nama yang sakral di sanubari
Akan menjadi rahasia batin
Hingga Kamboja jadi atap rumahku nanti
Bekasi, 04 November 2017.
#Teratai, 06.55
#November
#DarahMinang
#PerjuanganMencariCinta1
NAWRAH KHY
: Riri Angreini
Aku
bak gunung berapi
sunyi dan tertidur
Namun
Nyaman untuk kau singgahi
Dari ketinggian yang kumiliki
Kau bisa menyaksikan indahnya alam ciptaan-Nya
Aku juga dilatih
Untuk selalu bisa menjaga kehormatan diri
Dengan berbagai jurus dari sang guru
Akan tetapi
Bunda pernah berkata
Jurus terkuat
Ialah:
"Kasih sayang dan kesabaran tanpa batas."
Bekasi, 02 November 2017.
#Teratai, 11.24
#November
#DarahMinang
#NasehatBunda
SIRNA
: Riri Angreini
Daun daun diksiku telah layu
Bahkan jatuh berguguran
Semenjak akar puisiku
Tak mendapat air kehidupan
Dahan yang semula kokoh
Kini ambruk, luluh lantak diterjang badai
Ranting rantingnya patah dan melebur
Bersama rintik senja
Bekasi, 02 November 2017.
#Teratai, 22.13
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SEPADAN
: Riri Angreini
Aku pamit bukan tidak menyayangimu
Tapi
Seiring waktu
Aku semakin menyadari
Sedalam apa aku menyemai kasih padamu
Sedalam itu pula kau akan memanen derita
Bekasi, 02 November 2017.
#Teratai, 23.49
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SELAMAT TINGGAL OKTOBER
: Riri Angreini
Kepada yang tak sempat kunamai puisi Oktober
Maaf kuhaturkan dalam linangan air mata
Sebab diksi yang kupunya tak sepadan dengan kalimat nan kau patrikan
Bekasi, 03 November 2017.
#Teratai, 00.16
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SELALU MENCINTAI
: Riri Angreini
Pergilah...
Sejauh langkah mengajak berlari
Dan kembalilah kala rindu merangkul bersua
Di sini akan selalu ada senyum tulus setia
Penawar luka yang menyayat kisah lalumu
Jangan enggan
Secuil pun lisan ini tak akan memaki
Apa lagi menolak hadirmu di sini
Karena ada dan tiada dirimu
Kau selalu ada di mata batinku
Bekasi, 03 November 2017.
#Teratai, 09.14
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
MUSNAH
: Riri Angreini
Adalah dirimu akar dari segala cabang diksiku
Hingga merupa serumpun puisi nan rimbun
Tempat burung burung bermain manja
Di setiap ranting nan indah
Tapi-
Kini mengapa kau menjelma
Layaknya mesin sinso
Kau porak-porandakan
Semua majas-majas yang berdiri kokoh
Di setiap hutan lindung imajiku
Kau babat habis setiap tunas semangat yang tumbuh
Kau lindas segala bibit yang tersemai
Kau cabut setiap akar yang mencengkram
Kau bumi hanguskan setiap daun rasa yang kering
Hingga –
Semua terkikis
Bekasi, 03 November 2017.
#Teratai, 15.09
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
TARA
: Riri Angreini
pada setiap pigura
ia sempurnakan
penataan sanubari
begitu hidup
terlisan pada lukisan kasih
meski tak semua pengunjung
dapat membaca
segala yang tersirat
namun gadis belia itu
telah memberi tahu dunia
betapa sempurna cinta
hadir menyinari langkah batinnya
B041117.
#Teratai, 05.06
#November
#DarahMinang
#PerjuanganMenemukanCinta1
PESONA BAHARI SENJA
: Riri Angreini
Kapal cinta yang dinakhodai
Berlabuh di dermaga paling kasih
Tiang tiang penyanggah begitu kokoh
Tempat sandarkan lelah selama menyamudra
Angin senja yang menerpa
Kian bijaksana mengatur tarian nyiur nan melambai
Hingga irama dari desaunya
Mengalun merdu memecah sunyi
Satu dua bergantian debur ombak
Seirama langkah di bibir pantai menapak
Putih pasir merekam setiap jejak
Di landainya waktu jingga sebelum beranjak
Riuh camar mengangkasa
Di atas buih yang memutih
Semarakkan tarian bahari
Berlatarkan kisah cinta pemuisi
Bekasi, 10 November 2017.
#Teratai, 13.49
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
PEREMPUAN SALJU
: Riri Angreini
Lembut tatap menembus sukma
Desah napas penawar luka
Tutur kata penuh makna
Setiap helai rambut menyimpan aroma
Rahasia
Dingin
Putih aura yang tersirat
Dalam batin penuh hikmah
Perjalanan ini tiadalah sia-sia
Kutub Utara tempat singgah
Memupuskan sisa usia
Bekasi, 24 November 2017.
#Teratai, 23.12
#November
#DarahMinang
MENDARAH DAGING
: Riri Angreini
Rindu itu, pilu sendiri di ujung sembilu
Sayatan nan dulu masih membekas utuh
Tepat mengenai terhulu denyut nadi
Hingga perih merintih meratapi
Senyap
Kenang itu, tidak hanya sekedar bayang
Ia menyatu dalam ikatan batin terinci
Dilerai pun samsara
Maut muaranya
Tenggelam
Kasih itu, tersemai di ladang nan tandus
Merangas, mati pucuk sebelum kembang
Duka melaut rupa
Di setiap garis aura
Miris
Cinta itu, membaur darah dan daging
Susah di filter, satu
Hingga langkah dan lenggang seiringan
Membuntuti zaman now
Kacau
Bekasi, 11 November 2017.
#Teratai, 22.02
#November
#DarahMinang
#KitaDalamKenang
SEDENCING RASA DI PUCUK PAGI
: Riri Angreini
Sedencing rasa berdesir
Jatuh tepat di pusar sanubari
Lembut menyentuh
bak sapuan embun di pucuk pagi
Bulir bulirnya memecah
Halus memenuhi
Pori-pori daun rindu terdalam
Sejuk hawa taman kasih
Hingga bunga- bunga mekar penuh warna
Indah menghiasi seluruh alam pengharapan
Semangat tumbuh selantun wangi aroma dunia
Begitu pesona aura cinta dari qalbu nan suci
Kilaunya terlihat memukau
Bak elok sinaran dewi semesta
Kau ada di antara segala
Celah binaran tulus itu
Bekasi, 12 November 2017.
#Teratai, 07.07
#November
#DarahMinang
BINASA
: Riri Angreini
Sepisau sayatan mentari
Mengiris kilau
Bagi rata
Dalam perih
Aliran doa
Kicau ricit
Senandung pilu
Jatuh dari sarang
Tiada ibu
Malang nian
Sayap mungil
Tak mengepak
Alamat diri
Hilang jejak
Bekasi, 20 November 2017.
#Teratai, 06.08
#November
#DarahMinang
SAKI
: Riri Angreini
Rentang waktu yang panjanglah
membuat kita tak bisa
saling sua
dalam
sentuh
dan
bersitatap.
Namun
rindu masih
bertahta
di singgasana terdalam.
Segala kenangan
masih terlukis indah
di kanvas hati
berbingkai kasih abadi
terpajang penuh kharisma
di ruang kelopak
Duhai Saki...
saat ini
kita hanya bisa
bertemu di fb
tapi
kau sungguh
sangat
berarti bagiku.
Bekasi, 29 September 2017.
#Teratai, 01.29
#September, ...
MENGHILANG
: Riri Angreini
Bukan tak ada syair pagi ini
Hanya saja letih menyapa selalu awal
Sementara puisi hanya berdiam diri
Menatap dari kejauhan
Tiada iba, melihat rindu yang mendalam
Tiada peka terhadap rasa yang bergelayutan
Diabaikan
Sesak mendulang air mata
Biarlah
Pasrah jadi pemandu
Menuju jalan Tuhan
Untuk tidak memujamu dalam kelam
Bukan aku menjauh
Diam itu telah selingkuh dari diksiku
Hening
Tanpa suara sajak lagi di pagi buta
Bekasi, 27 September 2017.
#Teratai, 04.18
#September
RISALAH RINDU
: Riri Angreini
ditepian pantai pesisir
antara deru nan berdebur
janji terpatri di kokohnya karang
sekulum senyum meneguk rasa
antara getir dan kalut
haruskah
klimaks sampai di batas senja
Bekasi, 23 September 2017.
#Teratai, 04.14
#September, 21
TENTANG PERSAHABATAN
: Riri Angreini
ada banyak kisah
terkadang belum sempat aku puisikan
tentang rasa
dalam satu pertemuan
namun
rekam jejak
selalu sempat
mengabadikan di museum ingat
meski
waktu terus bergulir
dalam setiap detak jarumnya
selalu meninggalkan cerita
pada prasasti hati
tentang kita
sahabat...
terima kasih
Cikupa, 220917.
#Teratai, 03.00
#September, 19
GETIR
: Riri Angreini
Di lorong ini
wajah wajah lelah terpajang
langkah langkah ragu berpapasan
deru pilu mengalun
seirama semilir yang menusuk
kekhawatiran
Jalan ini telah buntu
berbalik arah pun
pagar rasa telah terkunci
Terkepung dalam dilema
Pahit
Bekasi, 230917.
#teratai
#september
#RS.Ciputra Hospital.
POLOS
: Riri Angreini
hanya ada rasa pada setiap penampilan
tanpa sehelai benang diksi
penutup
lekuk tubuh nan indah
berkali sudah
si tuan menegur
akan tetapi
ia tersenyum
bisik lirih sanubari
"ya inilah aku dengan segala ciriku"
Tangerang, 220917.
#Teratai, 03.53
#September, 20
TAK KUASA
: Riri Angreini
ketika lisan ini tak bisa bersuara
biarlah lewat deraian pecahan kristal
kubahasakan rasa yang menderu
betapa ini sungguh menyayat ...
di ranjang besi ini
bunga terkulai tak berdaya
menahan sakit yang mengiris
setiap batang persendian
duhai luka yang tajam
usah kau tusukan lagi
pada darah yang berceceran
sembilu beracun itu pada nadinya
Tangerang CH, 210917.
#Teratai, 07.22
#september, 18
SOSOK
: Riri Angreini
inilah lukisan kehidupan
kami
berbingkaikan senyum dan derai tawa
meski luka
menyayat darah
kami tak hiraukan
suara bahagia akan selalu
digemakan
pada dinding dunia
Bekasi, 200917.
#teratai
#malming
#160917
#TIM
IKHLAS
: Riri Angreini
Usah lagi menitikkan air mata
semua itu tak akan bisa membasuh bekas luka yang pernah ada
simpan saja
karena netraku tak kuasa
menyaksikan
derai pilu berserakan di lantai hatimu
Jika masih saja begitu
biar kupunguti segala pecahan
meski jemari sanubariku terluka
aku ridho
karena cinta masih indah bertahta
meski tanpa mahkota
Bekasi, 200917.
#Teratai, 06.07
#September.
PUISIKU SETIA
: Riri Angreini
Pada Puisiku yang setia
Biarkan saja mereka menteriaki
Dirimu jomblo
Biarkan!
Biarkan mereka tertawa sinis
Mereka tak tau saja
Hatimu selalu berbunga
Disirami embun kasih dariku
Sepanjang ombak memintal deru
Bekasi, 200917.
#Teratai, 05.51
#September, 15.
PEDIH MEMANG
: Riri Angreini
tak perlu lagi berurai pasal luka
karena darah yang tumpah
tiada pun bermakna
baiknya kita hapus semua
biar bekas yang museumkan
dalam ruang kenang
sejarah
tak mudah memang
akan tetapi bisa apa
masa telah mengatur
sesuai alur-Nya
Bekasi, 19 September 2017.
#Teratai, 06.45
#September, 11
LESTARI
: Riri Angreini
tidurlah puisi biar diksi-diksi menjaga penuh kasih
dalam bait-bait mimpi indah
esok kau terjaga
dalam keadaan bahagia
seumpama cerahnya mentari
menatap semesta
di sana aura cinta terpancar jua
buat seisi ruang rindu
nan selalu mekar di pucuk pagi
kicaun merdu di ranting hati
menambah semarak
nuansa alam
bukti cinta
kian rindang
Bekasi, 18 September 2017.
#Teratai, 00.41
#September, 10
BEKASI BOGOR
: Riri Angreini
rindu
di ujung senja
ketika pintu langit
meniup lentera
gelap
rinai pun jatuh perlahan
seolah membasuh jejak yang pernah ada
namun bayang memperjelas
kisah
tercatat dalam sejarah
dua kota
cinta dan air mata
Bekasi, 16 September 2017.
#Teratai, 01.09
#September, 07
TERDALAM
: Riri Angreini
Meski kujadikan lautan luas
pengganti tinta yang telah habis
tak akan pernah selesai kisah
ini kutulis
Meski sepanjang masa yang kulalui
habis di meja aksara
tak akan tamat sejarah
yang kueja
Kau segala imaji
yang berlayar
dalam perahu pikir ini
hingga nadi tak lagi berdenyut
dermaga pun tak akan kujelang...
Biarlah
tenggelam
di gulung ombak rindu
Bekasi, 14 September 2017.
#Teratai, 10.34
#September, 06
BAHAGIA
: Riri Angreini
Ada kisah unik yang kami paparkan lewat senyuman
saat suara menata di meja sajian
baru di sana kami nikmati
penuh derai tawa yang lepas
Dua sosok di samping kiri kanan
adalah lelaki hebat dan berjiwa besar
yang pernah hadir dalam napas cinta
setiap pengorbanan tak pernah mengharap balas apa pun jua
Intinya semua yang ada di sekitarnya bahagia
itulah riak riak yang selalu mengalun di setiap lorong jiwa yang bergetar halus
sosok perempuan yang ada dalam pangkuan dan yang duduk di antara mereka...
adalah insan yang paling nyata menikmati setiap butir keringat juang mereka
penuh tulus kasih...
R.A
B120917
#Teratai, 04.25
#September,02
KOTA KEMBANG
: Riri Angreini
Pagi bernuansa bunga
Elok paras berbudi bahasa
Santun kata berhias senyum
Merekah indah di jantung kota
Sungguh setiap insan terpesona
Akan ramah kembang menyapa
Halus bahasa yang ditata
Penuh kisah sejarah dan legenda
Urusan mode dan gaya
Tak usah diragukan adanya
Wajar saja dunia bersuara
Inilah kota Paris Van javanya Indonesia
Selamat pagi pak Ridwan Kamil
Aku hadir dalam pangkuan kekuasaanmu
Menyambung silaturahmi
Sesama sanak saudara dari Ranah Minang
Bandung, 10 September 2017.
#Teratai, 05.53
#September, 10
EMBUN
: Riri Angreini
Beningmu kian kilau
terpapar cahaya Illahi
yang turun ke bumi
hiasi hari
semarak hati
Dedaun bersorak riang
dahaga lepas
oleh sapa lembut nan manja
meski jejakmu tiada
santun kasihmu dapat dirasa
Bekasi, 090917.
#Teratai, 05.30
#September, 09
KASIH TAK SAMPAI
: Riri Angreini
Bangku itu sekarang kosong
Kaki dan tempat sandarannya pun sudah dilumat rayap
Sedikit demi sedikit
Namun pasti musnah
Sementara aku dan kamu
Hanya bisa menatap
Dari celah celah daun yang mulai kering
Dimakan tajamnya sengatan hari
Tetapi sejarah kasih yang pernah kita toreh
Di bangku tua taman itu
Tak lekang oleh waktu
Yang melindas jalan ingatan ini
Pesonamu masih penuh kharisma
Taklah serupa jejak kenangan
Yang kita tinggal sekian lama
Karena langkah membawa diri ini berjarak denganmu
Kini
Di tempat yang sama
Kita dipersuakan kembali
Tapi sudah dalam nuansa yang beda
Hanya gelora di dada
Berkecamuk tanya
Mengapa pertemuan ini ada
Kala sela jemari ini sudah ada penyempurnanya
Bekasi, 04 September 2017.
#Teratai, 20.32
#September 12
#Poem 01
TAK MENJELMA PUISI LAGI
: Riri Angreini
Kuputuskan untuk pergi
Bukan berarti meninggalkanmu tanpa alasan
Semoga dengan tiadanya aku
Hidupmu lebih berpelangi
Karena kebersamaan yang kita bina
Tak akan menemui titik jeda
Hampa, nelangsa di ayun mimpi
Adanya kita berlara hati
Menangisi segala kisah yang pernah terjadi
Yang tak pernah lagi kita nikmati secara hakiki
Hanya mimpi mimpi di kala sunyi
Temani diri di kala sendiri
Perih Tuan!
Hingga menggerogoti segala bahagia yang ada
Tinggallah derita teman air mata
Yang tak pernah kering aku seka
Bekasi, 30 Agustus 2017.
#Teratai, 10.47
#Agustus, 38
PIGURA KENANGAN
: Riri Angreini
Serpihan rerindu itu
Aku kumpul jadi satu
Kubingkai dalam pigura kenang
Sesekali aku tatap ulang
Kueja setiap sudut
Ada banyak bunga cinta
Mekar
Disirami buliran bening
Bersemi dalam ingatan
Bekasi, 31 Agustus 2017.
#Teratai, 00.50
#Agustus_Akhir37
DEBARAN PERTAMA
: Riri Angreini
Desir di dada tak berubah
Meski zaman telah berganti
Setiap kali namamu terkenang
Berderai rindu membasahi qalbu
Cinta itu kamu
Kamu dan kamu
Bks, 27 Agustus 2017.
#Teratai, 12.08
#Agustus, 33
TERSEBAB AKU PUTUSKAN
: Riri Angreini
telah kuputuskan...
kuabadikan segala kenangan
pada pigura air mata
biarlah ia menjadi derai hujan di kala mendung
memecah kaca langit
tiada guna kita geluti kepahitan ini
adanya buat jalan yang dilalui semakin samar
tertutup kabut senja
kala raja siang pulang keperduan
tidak juga kau dan aku
menjadi tumpuan rintik
tetapi jua mereka
di sekitar kita
biarlah...
mencoba berlindung di bawah daun pisang
aku percaya jarum jarum kristal
yang menghujam perut bumi
akan ada akhirnya
Bekasi, 27 Agustus 2017.
#Teratai, 01.48
#Agustus 34
SEGALA PUJI
: Riri Angreini
Ada haru terselip di lipatan hati terbawah
Hingga menyeruak melewati retina
Bercucuran sudah, hingga basah
Merembes ke dasar bumi
Oh sungguh tak menduga
Aksara duka ini menjadi terpilih
Aku hanya bisa bergumam
Dalam lirih penuh syukur
Jadilah ia penyemangatku
Dalam letih merambah waktu
Semoga Allah meridhoi
Segala niat baik yang kuingini
Kepada yang peduli
Kuhaturkan terima kasih
Berbalas segala yang baik dengan terbaik
Jayalah selalu sepanjang hari
Bks, 270817.
PIGURA AIR MATA
: Riri Angreini
Kubingkaikan kenangan dalam pigura air mata
Saat kau berlalu pergi bersama si dia
Biarlah ratap di jiwa jadi nyanyian luka
Pengiring irama rapuhnya cinta yang tersisa
Sungguh kau segalanya bagi jiwa raga
Tetapi dia lebih sempurna untuk kau puja
Aku hanyalah dangau rapuh di tepian sawah
Dibutuh kala musim memanggil saja
Bekasi, 26 Agustus 2017.
#Teratai, 18.43
#Agustus 32
ULAHMU JUA
(Kecewa)
: Riri Angreini
Terus lanjutkan semaumu
aku pun akan berlalu seperti angin sesuai arah hati menuntun
jika terjadi sesuatu jangan pernah salahkan angin yang buat tanaman terhembus
Lelahku pasti akan tunai
karena aku tau tak ada yang bakal sia-sia
selamat atas luka yang kau semai
telah tumbuh menjadi benih-benih keputus asaan di ladang hati ini
Kelak hasil panennya membuat kau kecewa
Jangan pernah sesali
Karena bermuasal
Dari usahamu jua
Bekasi, 070917.
#Teratai, 08.39
#September 08
JALAN PULANG
: Riri Angreini
Di ujung senja taman kota Bekasi
Kita saling paparkan sekelumit kisah di hati
Tentang kepergian yang tak bisa dicerna kapan kembali
Menikmati hari penuh canda kasih
Kupandang langkahmu kian menjauh
Meninggalkan bangku taman dan aku
Ada riak pilu yang bergetar di dasar naluri
Benarkah ini nyata apa halusinasi
Sentuhan bulir bulir yang jatuh di halaman depan
Menyadarkan aku akan kenyataan ini
Kau telah lepas dari genggaman
Demi hidup lebih baik ujarmu
Pergilah....
Sejauh langkah kaki mengajak
Dan aku mohon, kembalilah
Kala rindu menggenggam tuk bersua
Bekasi, 6 September 2017.
PERPISAHAN DI BATAS RASA
: Riri Angreini
Selamat tinggal Maya
Aku pergi mengikuti langkah naluri
Kelak kukembali kau tak kisruh lagi
Karena bersama jejak
Kutinggakan catatan
Tentang petunjuk menuju ruang damai
Asah kembali kepingan kasih yang pernah berkarat
Satukan kembali dengan hulu
Biar damai dalam genggaman silaturahmi
Aku pergi...
B071017
#Teratai, 08.22
#Oktober_04
#DarahMinang
PERTENGAHAN BATAS
: Riri Angreini
Jika panggilanku tak dihiraukan
Buat apalah suara ini menggema
Biarlah dia diam di sudut bisu
Menata luka, bak kepingan kaca
Di antara sela jemari
Masih ada ruang tuk setia menanti
Genggaman erat darimu
Biar seiring meniti waktu yang tersisa
Ah...
Angan ini terlalu jauh
Membawa mimpiku terbang tinggi
Hingga saat sadar menyentuh pundak naluri Buliran bening menggelinding
Pembasuh lamun yang tiada henti
Oh duniaku sudah terbagi
Aku berdiri "di ANTARA"
Bekasi, 071017.
#Teratai, 15.49
#Oktober
#Darah_Minang
PARA PELAKON
: Riri Angreini
Di pementasan
Dia melakoni adegan yang penuh sandiwara
Antara percaya dan tidak
Penonton tetap terpukau
Entah itu nyata
Apa akal-akalan semata
Demi tersohor
Sebaris nama
Ach!
Mereka memang hebat
Tak ubahnya bak lembaran rupiah
B071019
#Teratai, 07.33
#Oktober
#DarahMinang
MIMPI
: Riri Angreini
sua itu telah melahirkan kerinduan
pada rasa yang tiada mungkin
hingga setiap debaran
mendetumkan nestapa
kau pujaku
kupuja kau
dalam dupa angan
sirna
kala sadar menggamit
B011017.
#Teratai, 02.14
#Oktober, 03
PERTIWI BERDARAH
: Riri Angreini
dalam gedung tua itu
ada semangat yang menyala
dicetus dari pemilik
sekaligus penikmatnya
kala senja menyapa semesta
pada setiap tarian suara
melenggok
nada-nada mencatatnya
tertuang jadi sejarah
tentang juang akan negeri Indonesia
kini
kisah itu telah membangkitkan lagi
mengingatkan dalam kenang
hingga rekaman usang itu
menggoreskan kembali
silet perih
di wajah pejuang Pertiwi
"Perih Jenderal!"
si pengkhianat berkata sadis
tanpa ingat mati akan hidup
benda tipis itu
telah mengiris halus
setiap inci
nadi juang itu
diiringi sorak dan tarian serakah,
napas-napas juang
mereka bantai
tanpa ampun
darah suci itu
berakhir di lubang
sejarah
hingga dunia
berbalik
catatan luka itu
akan tetap
terbaca
di akhir pelita
Bekasi, 300917.
#Teratai, 08.52
#September
INDONESIA
: Riri Angreini
aku dan kenangan akan selalu sejalan
meski arah yang di tempuh terkadang berlawanan
namun itu bukanlah halangan tuk sampai pada tujuan yang diimpikan
di ruang yang sama kita dipersuakan kembali
karena cinta akan negeri sama terpatri di jati diri yang abadi
kita satu dalam kasih Pertiwi
kita satu dalam berbagai budaya di negeri
Kita satu dari tutur kata yang berbeda
kita satu dari kekayaan adat yang melegenda
kita Indonesia yang ramah
dikenal hingga penjuru dunia
hingga siapa pun dan dari golongan manapun
betah berlama-lama di negeri nan dihiasi ribuan pulau
menyimpan pesona bahari tiada tara
Indonesia kita
kita Indonesia
B121017
#Teratai, 08.19
#Oktober
#DarahMinang
#SepenggalRasa
NAWRAH KHY
: Riri Angreini
Saat waktu memberi ruang ataupun tidak
Dikau yang berada di hadapanku tetap segala di antara semestanya
Hadirnya dirimu telah memberikan makhota yang mulia
Disematkan di hijab namaku
Dikau
Untuk pertama kali
Aroma surga_Nya tercium oleh puncak hidung ini
Adalah lewat lembut dan wanginya napas tangis pertamamu
Dikau
Pelipur segala rasa yang entah
Jadi bahagia nan sempurna
Di setiap ruang megah qalbu sang Bunda
Bekasi, 09 Oktober 2017.
#Teratai, 23.42
#Oktober_01
#DarahMinang
TULUS
: Riri Angreini
Pada setiap lembaran hidup
Kutemui kisah yang menakjubkan
Ada cerita indah dan juga duka
Akan perjuangan
Bangsa
Untuk negeri tercinta
Indonesia
Pada lembaran pertama
Ada wajah yang menyiratkan
Aura juang tanpa henti
Semangat pantang mundur
Hingga tertatih sekalipun
Pantang menyerah
Di lembaran akhir aku hanya bisa mengusap Bulir bening yang jatuh di Ranah hati
Betapa haru dan bangganya aku terlahir jadi generasi mereka
Darah-darah suci tanpa pamrih
Itulah Indonesiaku sejatinya
B061017.
#Teratai, 21.29
#Oktober_Jumat
#DarahMinang
PESISIR SELATAN
(RANAH MINANG)
: Riri Angreini
Di ujung dermaga pantai Carocok nan megah
Di bawah payung langit senja nan damai
Di antara alunan debur pantai nan syahdu
Kunikmati kasih sayang Ranah Pesisir lewat semilir bayu nan santun
Amboi...
Kulepas pandang ke sekitar
Tampak bukit Langkisau tinggi menjulang
Menawarkan langkah tuk berpetualang
Mengulang jejak silam bersama kawan seangkatan
Duhai...
Puas rasa belumlah usai
Kulirik eloknya pulau Cingkuak
Bukti sejarah dulunya
Bangsa Portugis pernah singgah di sana
Oh Ranah Pesisir...
Meski habis air samudra
Pengganti tinta yang mengering
Tak akan pernah dapat terselesaikan
Segala cerita manis tentang elokmu nan melegenda
BEKASI, 181017.
#Teratai, 14.28
#Oktober
#DarahMinang
#RanahPesisir
#RangAwak
PITUAH MANDEH
: Riri Angreini
Kepada belia lugu Ranah Bunda
Bukannya menanam benih prasangka
Tapi nyata yang pernah bersuara
Jangan mau jadi mangsa para buaya
Bujuk rayu kekata
Lewat syair indah nan mesra
Membuai jiwamu dalam lena
Hingga dikau terperdaya
Lupa sudah hari senja menunggui
Lupa jalan pulang menuju rumah abadi
Lupa tungku belum berapi
Lupa segala kodrat nan sejati
Duhai...
Dikau pewaris tahta keturunan legenda
Gigihlah selalu menjaga mahkota
Biar hilang roh dari raga
Kehormatan tetap tak dilepas sebelum masanya berkuasa
Bekasi, 22 Oktober 2017.
***PITUAH MANDEH: Nasehat Bunda.
#Teratai, 13.33
#Oktober
#DarahMinang
RIRI ANGREINI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar