UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 07 Mei 2021

Kumpulan Puisi Isyak Ranga - KISAH USANG WAKTU YANG RANCU



KISAH USANG WAKTU YANG RANCU

Aku telah berdamai dengan perih yang kau taburkan itu puan,
agar tiada lagi ruang bagi geram
tuk memeteraikan dendam memaharkan luka yang tergores

Aku juga telah berdamai dengan keheningan, walau tanpa elak diri ketika nadi yang berdetak kencang itu menikam dengan tajamnya taring kerinduan, hingga menyudutkan alur matahari mewartakan sinar pada jejak jejak janji, tuk menarasikan lembah biru berngarai madu di atas bianglala mimpi

Dan demi hela nafas yang masih terkait pada tiang langit , tak akan ku lepaskan lagi sayap sayap api pada reranting malam mu..
biar bulan bergairah mendiksikanl bintang tanpa bayang kepak kalelawar dan menjabah hasrat mu hingga melelas

Percayalah puan, usah lagi kau pejamkan mata, karena tak akan
lagi kau baca desah harapku disana
maka nazarku pun terkhatamkan

Aku telah mendamaikan luka dan erangnya puan, meski harus tergenggam rampai kering dari taman waktu yang berduri,
agar tiada lagi ku maknai sepi dengan lembabnya keluh yang meluluh, saat tak terengkuh lagi bayang bayang mu yang menjauh dari sudut pandang angan yang merapuh,
karena di bahagia mu itu puan, ambang iklasku telah menghamba mati tanpa pusara pasi menadah janji.

JKT.21*IsRa*



SKENARIO

Kesempurnaan terlahir dari purna keluh dan kesakitan
lakon berjalan bersama kisah rentanya jaman

Tiada ketidak sempurnaan
yang ada adalah penyempurnaan
terajah pada alur sungai kehidupan
sehakekat tantangan setimpal perbuatan

Pada baik dan buruknya
tetap hulu ke hilir berujung lautan
layar pasti terkembang di sana
ketika angin menyambutnya

Bukankah sempurna lukisan samudra beriring biduk?
dan kitalah nakhodanya
menuju dermaga akhir sang Paduka

JKT.21*IsRa*


------------------

Sekuat apa benak menahan cumbu bertubi dari sang penabuh jantung malam?
Hayal pun bertahta




DERMAGA RASA

Ada segumpal tanya berduri
di lengangnya kebisingan ragu,

"haruskah cinta itu terkultuskan hanya pada mu saja puan?
Sementara berjuta warna tentangnya masih banyak berhamburan pada warna warni bunga liar di jalangnya mata mengeja takjub, hingga keafatisan meredupkan suluh menerangi hakikinya dermaga akhir berlabuhnya jejak sang pelaut

Atau
Haruskah ku jadikan pelangi seluruh
makna indahnya dan kuletakan pada tepian altar senyum mu? Biar dapat kau majaskan ego mu itu sebuah kepatutan yang mengikat sukmaku
dan ku sahaya mu di maumu

Bila itu dogma takdirku,
rangkul aku puan,
dengan kekarnya kepastian janji
agar tak lagi kujinahi rasa di sepanjang jalan hening yang berserabut keraguan,
saat coba menafsirkan yakinku di tengadahnya raut wajah doa yang ku hamparkan pada ruang malam ketika menggapai lembar suci kesetiaan

Yakinkan ku puan,
setidaknya getarkan dawai dawai harpa beku rasa yang lama membekap kelu itu gairahkan rungu
acuh mendecap riang pada gita bulan merajuk bintang

Hingga bila sauh harap itu bertanya,
dermaga akhir itu telah
tergenapi bangga
menjabah kata
" Ya ..!

Jkt.21*IsRa*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar