UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Senin, 03 Mei 2021

Kumpulan Puisi Mohammad As'adi - DALAM REMANG



DALAM REMANG
-kepada seorang sahabat-

sekuncup mawar perempuan pemintal kata
tebarkan aroma madu lengang menusuk

lebah-lebah pemikiranku menghirupnya
dalam birahi cinta tak terkatakan

:semua milikku berguguran
wajahku pucat
jatuh pada cahaya bulan setengah usia
kelopak-kelopak mawar berserakan
akankah menjadi pertanda
perjalanan hidup dan matiku?

wahai perempuan pemintal kata
mabukku pada cinta
merayapi dinding terbelah
antara kau dan cahaya kalbu
cahaya memesona cinta para sufi
dalam hempas nalar hilang
:aku tak mampu menepis cintaku pada pemilik cinta
biarlah kusisipkan dalam lembah
hilang dalam kesaksianku
mengaca pada telaga pemersatu cahaya
kita di sana dalam remang
menangkap bayangan
sampai pada alir takdir

Temanggung 290421



HARI RAYA

Selembar sajadah cinta tergulung
Perlahan menyisakan rindu berulang
Menyebut nama Mu dalam cinta belum sempurna
Kian kemari huruf huruf berlari
Menjauh

:Seperti baru kemarin kau bertamu
Baru saja aku memuliakan kau buru-buru beranjak
Meninggalkan senja pada takbir bersahutan
Padahal aku belum selesai lepas rindu

Masih berartikah seperti kemarin
ketika aku menggenggam hari-hariku
bersama Mu, waktu yang kujelang ?

Temanggung 13052021




RINDU BERHALWAT

Nadi mengemas rindu berhalwat
Kusingkap tabir malam Mu
Menjelajah fajar hingga senja
Lapar dan dahaga membakar
tak ada pejam mata
kepayang dalam cinta
hingga malam kembali meratap

Mendaki satu persatu anak tangga
Mengejar bayangan lenyap
Kesunyian menyatu dalam sunyi
Tasbihku, tahlilku, salawatku
Mampukah menyelinapkan cinta Mu padaku
Hening di bawah Arsy Mu ?

:Kepergiannya
seperti tiupan seruling bambu
menyisakan jiwa mabok para sufi
menguras seluruh ceruk hati
melenyapkan dalam rahasia kalam
meluapkan cinta pendosa

suara kasudnya tak lagi terdengar
jadilah aku kosong
ratapan peluhku dalam air mata
kemana Ramadhanku bersembunyi ?

Ya Rahman ya Rahiim
datangkan sepi pada rindu
Sebagai altar pertemuan cinta kita
Tanpa meja penuh hidangan
Yang hanya sekedar kelezatan anggur
Masih ada hidangan lezat lain
Tersembunyi dalam kalam-kalam

-Sejak Arafah menggenapkan janjiku
Aku berutang menyempurnakan
setiap Ramadhan
hingga rindu selalu memelukku
menunggu arus takdir berhenti pada muaranya-

sunyiku….
sunyiku ya Raab
menghamparkan sajadahnya

Temanggung19052021



KITA TAK BOLEH MERASA SENDIRI

Kita memang tak boleh merasa sendiri
Meski sepi dan jiwa seperti mengais-mengais cinta yang terputus
Karena ada Engkau dan ia yang selalu menghampiri
Perjalanan purba, sebuah kenangan , waktu yang berterbangan
adalah hidup yang tak lagi terelakkan

Bait-bait cinta, rindu dan bisik-bisik angin kemarau
Adalah bara yang tak henti-henti menyulut sunyi
Menjadi api
: ia tak boleh padam ! seperti cahaya matamu
Yang menyalakan pelita, diatas genangan zaitun yang bening

Gemercik pancuran dan kelepak unggas, mengaliri malam yang senyap
Ou… Gusti….beginilah Engkau menyepikan aku yang makin tenggelam
Bersama bidukku yang telah begitu lama terguncang-guncang ?

: Aku memang tak boleh merasa sendiri ! karena ada Engkau
dan dia yang tak henti-henti meniupkan nafasnya
Menghidupkan dan menyepikan jiwa
Aku memang tak boleh merasa sendiri !

Oleh : Mohammad As'adi
Temanggung 2017



CINTA

Cinta seperti api
Membakar dan melepuhkan jiwa
Cinta seperti pedang
Mencabik-cabik
Cinta seperti embun
Menghaluskan jiwa
Dan menyejukkan
Cinta seperti sungai
Menghanyutkan
Dan seperti gelombang dan bah
Cinta memang seperti ini :
Rahasia yang tak terungkapkan

Oleh : Mohammad As'adi
Temanggung 2017



KENANGAN ITU

Malam serasa rindu yang terpahat
bertebaran antara mendung awal musim hujan
dan purnama yang letih. Aku ingin fajar seperti disana
yang lama menyimpan rinduku di mihrab yang agung : Nabawi
Fajar yang merentang kamilau jingga dan biru
di antara cahaya berhias menara-menara tinggi
menentramkan, kupahatkan padanya cintaku

Tapi letih dan malam, kadang sepi
diantara rerisik daun dan suara belalang
sayup hilang dan pergi
antara dingin dan pandang mengabut
abadi, kenangan itu, mengubur beribu masa lampauku

Oleh : Mohammad As'adi
Temanggung 2017



MENGEJAR FAJAR

Fajar kukejar
Menghela bayang-bayangku
Angin senantiasa memanggil selalu
Tualangku
Di sini sunyi gunung
Hidupku
Dalam panantian
Dengan seorang perempuan
Yang menafasiku selalu
Seharum nafas ibu
Kemarau kurindu
Menghalau risau
Jiwaku
Jiwaku
Sepi selalu
Dalam pergulatan
Gugusan waktu

Oleh : Mohammad As'adi
Temanggung 2018



NEGERIKU

Sekali lagi aku harus mengatakan
:Kita tengah dibrangus oleh system
Pendidikan dan politik tak berjiwa

Hidup seperti dikerumuni para begal
Dan para gedibal yang tak henti menepikan kata
Para penyair tersepikan
-wahai sunyi
Kaulah negeriku
Sabana jiwa mengerang-

By : Mohammad As'adi
Temanggung 2018



RINDU

Seperti baru kemarin, jadi manusia tak bernama
Dua potong kain putih menyelimut raga
Mutlak dalam genggaman jemari hangat Mu
Jingganya senja lautan padang pasir
Seteduh cinta Mu
Dalam keindahan takbir dan tahmid
Shalawat dan dzikir
Sambil mengenang Ibrahim dan Ismail
Ketakberdayaan menjelma
Air mata dan wajah menengadah

Sunyi, pilu kini seperti tanpa Mu…
Bagai burung bersayap patah
Seperti merintih, memanggil-manggil nama Mu
Masihkah Engkau menyayangiku
Lalu memelukku ?
Sungguh aku ingin kembali bertawaf
Berlari-lari kecil dari Safa ke Marwa
Menyempurnakan cintaku di Arafah
Melempari hawa nafsu di Jamarat

Karya : Mohammad As'adi
Temanggung 2018



KAU PEREMPUAN ANGKUH

Kau perempuan angkuhku
Kau tolak segala keluh
Lalu melantakkan segala keangkuhanku
Rebah dalam pelukan dan hangat cintamu
Aku meminangmu untuk mengarungi resahku dalam senyap batin
Di kaki langit berpayung cahaya lalu melahirkan ilham
Yang mengantar batinku selalu, padamu

Kemudian kita sepakat dengan matahari dan bulan
Menebarkan cahaya pada masing-masing tempatnya
Siang dan malam , tak terpisahkan
Seperti perjalanan kita ada sedih dan bahagia
Mengayuh bahtera ,ada gelombang menggoncang
Dan angin sepoi melautkan cinta dan rindu

Sejak semula, ihwal cinta kita kau kuajak menyusuri nasib
Pada setiap apisode , terbilang banyak peristiwa
Sebelum kita tuai segala harapan dan impian
Duka dan kepahitan merajakan kita
Pada singgasana bernama kekuatan semesta

***

Engkau telah aku pilih sayangku
Tempat melabuhkan resah dan sunyiku
Menelaah waktu dan memahami betapa kehidupan adalah rahasia
Acapkali kita berjalan di tepi-tepinya
Mencoba mengurai semua harapan dan impian
Perjalanan tak seindah yang aku janjikan ketika aku meminangmu
Aku telah mengingkari janjiku untuk mempersembahkan rumah keindahan
memberikan pagutan-pagutan cinta dan rindu sepanjang masa

-janji telah terpenuhi,bunga-bunga bermekaran
ketika senja makin merenggut usia kita
angin dan badai adalah sunnah
janji itu telah terpenuhi sayangku
cinta, kesedihan dan luka
meretas kehampaan dan duka lara
menjelma kehangatan semesta- katamu

Engkau telah aku pilih sayangku
Karena ada cahaya merenggut batin dan jiwa sembab
Engkau adalah pelabuhan paling sunyi mendebarkan
Tatapanmu embun penyejuk hati
Seperti perempuan yang melahirkanku-
Engkau adalah tambatan batin dan jiwa tualangku
Yang hampir tak terbilang.

Aku mencintamu sayang
Berdandanlah dengan dengan segala kecantikanmu
Bergincu kehidupan
Untukku ..untukku selalu !
Lalu peluklah aku

Mohammad As'adi
Temanggung 2019

ROSA DALAM SERENADA BIRU
(Jelang 40 hari kepulanganmu)


‘’Ujung jemarimu menyentuhku selalu di malam-malam doa
Sesekali hangat terasa di kedua mataku. Kukecup pipimu
Bibirmu berbisik selalu : berdzikir..berdzikir
Aku berdzikir dan berharap
Berjam-jam dan berbilang hari
Sampai batas waktunya, bayangan putih menjemputmu pulang
Sambil mengenggam erat tanganku perlahan nafas menghilang
Dan aku sempat mengusap air mata menggenang
Di kedua kelopak matamu
Yang terpejam diam…’’

Terasa aku terjerembab
tapi Aku sadar itulah sunnah kehidupan
Keinginan hanyalah sebuah harapan
dan harapan tak lebih sebuah permintaan
Semu, kita hidup dalam kesemuan
Kita adalah sebuah keabadian
Dari tanah kembali ke tanah
Kematian hanyalah sebuah kata yang melahirkan kesedihan
Ruh kita adalah ruh semesta
Tak mati-mati

Kita merancang, kita menorehkan kata-kata
Kita menuangkan minuman
Di gelas kehidupan
Pahit, manis dan getir
Lalu dalam catatan-catatan
Ada kesedihan dan luka hati
ada cinta, rindu dan keputusasaan
datang dan pergi
seperti angin yang kadang berubah jadi badai

Setiap ada rancangan, ada sunnah
Yang bermula dari kata : Kun….!
Maka jadilah ! kita tak berdaya
Kita harus melayari lautan sang penentu
:aku cinta padamu- kataku

Tapi bagaimana bisa kekerdilanku menolaknya
ketika sang pemilik memintanya
Semula aku merasa terampas oleh takdir
Karena begitu saja para malaikat menjemputmu
Untuk segera pulang, tanpa basa-basi
Dan kehidupan keluar dari rancangan rancangan
Semula aku menyalahkan takdir
Semula aku menyalahkan Engkau
Karena menjemputnya lebih awal dariku
Hingga hilang sirna dalam alpa
Cinta semesta, cinta Mu lebih dalam
Sampai aku tersadar
-Engkau lebih menyayanginya
Engkau sang pemilik
Al Baqi…..Al-Muqtadir
Engkaulah hakekat dari segala cinta

Aku terlalu menyintainya ya raab
Hingga melenakan cintaku pada Mu
Aku terlalu merindukannya Ya Raab
Hingga alpa selalu memuja Mu
Hingga alpa kehangatan cinta Mu
Perkara ini berlaku
Mengoyak jiwaku
Sekaligus menyadarkan
Aku harus menekuk tengkukku
Mencium altar suci Mu
Menghamba, mengemis cinta Mu

Engkau yang memenjarakanku dalam alpa
Engkau pula yang membebaskan aku dengan sebuah perkara
Sehingga dengan nasuha ku, ada harapan merajut kembali
Cinta yang hilang antara Kau dan aku
Dengan berlutut serendah-rendahnya
Menundukkan kepala lebih rendah dari punggungku
Aku kembali sujud pada Mu
Setiap pertiga malamku
:perkara yang Engkau timpakan padaku
Sejatinya sebuah pembebasan
Supaya aku kembali pada Mu
Dengan kesadaran pada dosa
Yang tertulis dalam kitab suci
Dengan rendahnya imanku
Dengan randahnya derajadku
Aku rebahkan jiwaku
Dengan hasrat
Menghapus jejak kealpaan
Dan dosa yang membuat Engkau
Menyentuhku dengan hentakan
Sampai aku hilang dalam sesal
-Engkau telah mengambil milik MU
Seperti kehendak Mu
Engkau memberikan tali kasih
Dengan sebuah perkara
Hingga aku kembali pada sujudku
dengan sesal yang kekal

Temanggung 31 Januari 2020





MANTRA LANGIT


Sepetak kenangan, tak juga pergi
Orang bilang kau lebih gila dari Qois
Mengejar laela
-tak apa-
Ini rindu dendam Adam
Yang bertahun terpisah dari Hawa
Di jabbal rahmah keduanya melepas rindu

Kau bilang aku tak berpijak pada bumi
-tak apa –
Karena asmara tak pernah tidur
Karena kau tak pernah tahu
Linangan air mata terus berulang-ulang

Oleh sebab akulah pemilik hati ini
Sepertiga malamnya ia berikan padaku
Aku yang lama kehilangan
Kembali menaklukkan hati
Mengenangmu sambil berbincang
Dengan kekasih sejatiku
:Ya raab jiwa yang sungsang
Jiwa yang remang
Jalinkan aku dengan ruhnya dalam jiwaku

Dalam kubangan kenangan
Aku tautkan kembali rinduku yang hilang
Karena kehilangan menjelmakan sunyi
Sunyi menjelmakan getaran jiwa
Jiwa menggelamkan jiwa
Aku dalam genggaman MU
: Ya raab beginikah caranya kau menyintai aku
Meruntuhkan jiwa, membangunkan
Lalu menegakkan ?

Dalam kubangan kenangan
Mantra langit
Seperti dendang lagu
Kau sisipkan
diantara suara belalang dan jengkerik
hembusan angin, kesenyapan bintang gemintang
dan cahaya-cahaya membisu
Dalam kubangan kenangan
Aku baca mantra-mantra hati

Temanggung januari 2020









PURNAMA SELALU ADA


Purnama akan selalu ada, berkisah
Tentang kita sebagai sebuah keabadian
Hanya jasad yang hancur, ruh abadi dalam genggaman Nya
Suatu hari
Purnama menjelma berjuta sayap malaikat suci
Kita di bawah bayang-bayangnya
Di hampir pertengahan Dzulhijah
Kita di sana,di padang pasir bebatuan
Mendengarkan kembali kisah rindu dendam sang nabi
:Adam dan Hawa

Purnama sempurna, kita tawaf bersama purnama
Kita tawaf bersama cahaya, kita tawaf bersama air mata
Kita tawaf bersama kehidupan
Kita tawaf dalam sebuah ekstase kemesraan jiwa
:hakekat hidup menghamba
Pada semesta kita bercinta

Purnama akan selalu ada , berkisah
Tak ada akhir sampai semua berakhir
Purnama selalu datang setiap waktunya datang
Sebuah kesetiaan semesta
:aku disini masih punya sayang
Purnama kita
Yang setiap waktunya
bercahaya
Di atas kuburan

Temanggung 20022020





DOAKU MENGALIR


kau tahu ada suara hujan mengguyur rumahmu
tapi tak melihat jatuhnya air
kau tahu ada angin bersilangan
tapi kau tak merasa kedinginan
“ doaku malam ini mengalir
Tapi kau tak tahu aku menggigil
Doaku malam ini gemetaran
Tapi kau tak tahu siapa aku
Bukan karena kau tidak mengenalinya
Tapi karena kau ada dalam ketiadaan
Doaku malam ini berkepanjangan
: Mengalirkan jiwaku ke jiwamu’’

Temanggung 19022020





RISALAH HATIKU


Kau menyadarkan aku, pertiga malam yang terlupa , kalam-kalam yang terlupa, kekasih yang terlupa, jiwa dan hati terkunci. Melukai ! aku melukai semesta. Kini tinggal air mata , sesal berduka tersekap di ruang yang hanya ada kau dan aku.

Lidah kelu, jiwa bergoncang-goncang –engkaukah yang mengendap-endap selalu pada malam-malamku ,lalu menikam-nikam dalam aduh tak bersuara karena kezalimanku pada waktu-waktu terbuangku?

Kuketuk ketuk lagi pintu, ku panggil-panggil kembali : ya rahman …ya rahim…. Aku begitu menggigil…hati menggigil, jiwa tertatih-tatih di rerimbunan kalam-kalam semesta Mu : inilah wajahku ya raab, wajah yang menzalimi cinta kita , wajah yang alpa bahwa aku hanyalah sebutir debu dalam genggamanMu selalu.

Dengan segenap kehinaan dan kebodohanku, aku mengetuk pintu…mengetuk pintu dengan kalam-kalam, dengan sujud gemetaran: Aku tidak takut dengan kematian karena aku milik Mu, aku akan begitu ketakutan ketika segenap anggota tubuhku bicara , sebagai sebuah kesaksian.Ya Raab rengkuh dan selimuti dengan kehangatan, hingga kegelapan yang menggumpal di relung hatiku merekah menjelma jadi cahaya esok pagi .

Temanggung 19022020


RISALAH HATI
(mengenang seseorang yang telah tiada)


badai dan kelembutan hutan cemara, membawa kita pada serpihan-serpihan kisah. Terkadang membawa kita ke ladang senja menggamit kemesraan bunga dan kupu-kupu. Kita sempat bercermin bersama di suatu senja, lalu membawa kita pada titik temu dalam satu gambar.Hati yang lembut, hati yang tak goyah pernah singgah pada setiap malam kita di tanah Haram,membuang jauh masa tenggelam .

Badai tak juga berhenti, seperti musim, kita tak juga mampu membaca kalam-kalam yang tersirat. Kau acapkali berlari-lari, mengejar matahari dan rembulan, kau acapkali berlayar di jalur berbeda menyusuri peta-peta buta yang buram tak bernama.

Laut ada pasang surut, badai acapkali memporak porandakan bangunan lalu menyisakan sebuah kepedihan, tapi ada kalanya menjelma angin sejuk, butir-butirnya menyirami ladang cinta kita. Waktu menghanyut denyutkan kita , -yang tak jarang menjelma jiwa berserak- tapi disini, di rumah kita masih tersisa tinta , yang kuseduh selalu pada serpihan jiwaku, pada detik-detik waktuku- setiap saat aku berkabar padamu, dengan puisi dan kalam-kalam suci pengikat hati.

Sunnah telah berlaku, jalan berliku, terjal , berduri, nestapa, ketidak percayaan membalut hampir seluruh dinding-dinding rumah kita. Tapi itu sudah berakhir sayang, kita telah dipersatukan dalam sebuah pergulatan kecemasan meninggalkan dan ditinggalkan pada lima belas hari jelang perpisahan itu. Tigapuluh tujuh tahun dalam gelombang pasang surut, tiga puluh tujuh tahun dalam kebimbangan –lenyap dalam pasrah, dalam rasa cinta mendalam : Sunnah membuktikan itulah cinta kita sesungguhnya , sunnah memberitahukan pada kita ada sebuah keindahan dibalik kepedihan itu, kita telah meraih dengan sempurna-aku menghantarmu dengan duka mendalam sekaligus mengakhiri cinta kita dengan puisi terindah
.
Sekarang aku selalu duduk di ruang penantian. Satu tempat kosong aku sediakan selalu untuk sekedar berbincang denganmu sambil menunggu peluit menandai keberangkatan kereta yang bakal aku tumpangi. –Bukakah telah dijanjikan pada kita melalui Ath -thur , sesungguhnya kita hanya menunggu waktu , kemudian dipersatukan kembali ?-

Temanggung 13032020



MANTRA CINTA
-untuk yang kesekian aku menulis sajak untuk mu-

Raab..
Engkau sang peniup angin, penggerak semesta
Penguasa tunggal, pelabuhan segala resah
Ya latif ya latif
Selembut embun bayang MU segala pengetahuan
Yang lembut dalam dada dan segala yang lembut
Ya latif ya latif
Kalau engkau memberi cinta
Cinta yang sesantun Engkau
Memeluk semesta
Kalau Engkau memberikan rindu
Rindu selembut engkau menggerakkan cinta Mu
: Ya Raab
Aku menghadap Mu
Dalam luka bisu, seluka karena kemurkaan
Aku dalam murka Mu datang
Mengendap dalam air mata
Aku datang dalam peluk kasih Mu
Hati gemetaran
Ya latif ya latif
Dalam lembut butir butir embun
Pertiga malam
Dalam lembut suara – suara kesenyapan
-ia kah yang engkau datangkan padaku ?-

Ya Raaab
Sang pencipta
Sang pembentuk ada
Penggerak segala gerak
Sehalus gerakan senyap
Sesenyap engkau susupkan rindu
Ya raab
Hanya karena iradah Mu
Dua kutub bebeda bersatu
Di atas laut ada ombak
Di atas ombak ada angin
Dalam tubuh angin ada air
Menari-nari menjelma awan
Bersatu dengan langit
Menjelma embun dan hujan
Membasahi kehidupan
Di bumi dan lautan
- Ia kah yang kau datangkan padaku?-

Ya Rahmaan—ya Rahiim…
Kalau engkau ia datangkan padaku
Datangkan dengan tak melibihi cintaku pada Mu
Kalau Engkau datangkan ia
Datangkan selembut Engkau menghembuskan butir embun
- Ia kah yang Engkau datangkan padaku ?
Engkaukah yang datanghkan rindu Ku ?
Ya Raab Engkau segala penggerak
pemilik rindu segala cinta
Aku hanya menunggu
Bersujud
Menghembuskan cintaku
Pada Mu
Rasul Mu
Bersujud
Di samodra hati pengharapan
Karena Engkau satu-satunya
Yang memiliki keagungan cinta
-aku hanyalah sebutir debu
Ia hanya sebutir debu
Yang menungu hembusan angin
Menjelmakan sezarah cinta Mu
Di atas lautan teduh

Temanggung 0862020



Sajak buat huruf R

DIALOG MISTERI

Udara tak mampu lagi menembus dinding-dinding kota
Kita terpenjara pandemi mencekam
Pengab dalam kancah budaya tak mengenal luka
Penghuni kota hilang rupa dalam senyap, dalam pekat
Dalam alunan puisi gemerlap kau menyelipkan rindu
Dalam sebuah misteri
dulu kita tidak ada, demikian pula dengan pertemuan kita
tapi bukankah Adam telah mewariskan cinta?
: ketika dicekam sepi dipuncak rindu dan rasa malu berkata
Jibril datang mencabut tulang rusuknya
Lalu – Kun !- maka jadilah Hawa atas perintah penguasa surga
Dan cintapun melayari taman-taman yang di bawahnya mengalir sungai-
Sungai.

-Kukatakan padamu
Perburuan tidak hanya di hutan dan lautan
Tapi juga di langit dan jagat tak berbatas
Dalam sunyi dan rindu mencekam
Sebagaimana Adam berburu cintanya hingga Hawa diturunkan-

Setiap sunyi berdetak kau selalu datang menghadirkan sebuah illusi
Kau seperti datang berkata-kata padaku
: Kau menggigil
Sepanjang musim
Sepanjang cinta mengenal rindu
Setelah hari-hari sepi karena takdir berlaku, katamu

-Inilah pencarian- kataku

: Kau gemetaran diujung pisau . Kesepian !
Kau bergelayutan di pelosok-pelosok lebam
Pada angin menghidangkan ihwal kehidupan
Dibalik bintang gemintang

-Hanya samar tak tertangkap
Berbayang dalam usia merambat-

: Kau lupa, acapkali
Tak mampu menepi
Dari badai
Yang menghentak dalam kilatan
Cahaya-cahaya langit

-Terasa begitu melelahkan
Dalam harap berburu bayang
Satu persatu terlampaui
Kutinggalkan
Menjelma
Symponi panjang dalam sebuah orkestra-

: Satu nada sayup
Datang satu bait
Satu bait sayup
Menjelma komposisi sebuah lagu
Kehidupan

-Ada kegilaan dalam jiwa
Mengurai misteri
Sambil meniti ketelanjangan
Menyusuri
Kesanggupan-kesanggupan manusia
Mencari jalan pulang
Dalam himpunan berjuta harap
Kecemasan yang pekat
Kepapaan dan noktah kebahagiaan
Aku ingin kau datang-

:Kau berjaga sendiri
Menyelidik
Hati gemetar
Di atas bukit
Beradu pandang
Dengan kotamu
Gemerlap semu
Tak henti berburu

Ah…sudahlah
Sudahlah
Biar kita dalam misteri
Di rumah masing-masing
Kau tetap jadi mawar
Aku angin yang tak henti mengembara

Temanggung 07062020


MOHAMMAD AS'ADI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar