JIWA
Jiwa kembara jiwa tersesat
Melayang antara fana dan baka
Melintasi padang perburuan abadi
Membawa tiga sesal duka
Dosa dan pahala yang ditimbang
Syafaat yang ditetapkan
Mata-air air mata duka abadi
Penantian dalam genangan keringat
Genapi 50000 tahun
Barisan telah jelas pengibar benderanya
Timbangan telah condong ke kanan
Catatan tiada selingkuh di belakang
Jembatan pemutus direntangkan
Penduduk langit dan lembah api hitam telah tetap
Domba berbulu kematian telah dikurbankan
Setiap jiwa menempati qodarNya.
Abadi.
(Hai, nafsu yang tenang
Kembalilah pada Tuhanmu dengan ridlo
Masuklah ke dalam golongan hamba Ku
Masuklah ke dalam surga Ku)
TITO SEMIAWAN
29082021
----------<0>----------
SENYUM TINGGALKAN MATAMU
Di kejora matamu, kekasih
Binar cahaya rindu merajuk cinta
Mengkristal jadi alir bulir hasrat
Bening mengendap segenap indah
Warna bahagiamu corak mahoni
Tatap wajahmu sumringah
Tiap hangat kau sampirkan pada salam
Sebagai titip tatap pada harap
Ketika malam tiada rindu mengadu
Siang hanya angin mendesau
Menanti hanya mengukir pilu
Sedang jarak tetap berlalu
Kehilangan telah menjadi batas
Matamu mengadu tetes air mata
Tanpa sedu tiada sedan
Senyum tinggalkan matamu, kekasih
TITO SEMIAWAN
29082021
----------<0>----------
MATA PELANGI
Air mata pelangi memilah warna sepi dan senja
Bau tanah basah bercampur teja temaram
Rerumputan menghampar serupa merak hijau
Pelangi lembut menyentuh mata air
Perlahan hanyut di bening dasar perigi
Tenggelamkan tiap helai warna
diantara lumut dan batu
Mata air pelangi beriak tanda tak dalam
Sampiran selendang tujuh lapis langit
Bidadari berendam di lubuk
bersenda dan bugil
Mata pelangi menatap mentari lenyap perlahan
Seperti pisau membelah warna emas dan gulita
Lalu pejamkan sayunya di balik horizon
TITO SEMIAWAN
12092021
----------<0>----------
CEMBURU
Tatap mata amarah sembilu
Kilatnya iris duka ragu
Bilahnya menikam bisu
Mulanya sekam bunga api
Ditimpali bisik digenapi dengki
Bahasa tubuh mengandung caci
Mata terpejam hati gundah
Sakit adalah kayu bakar luka
Tiap ucap meruyak duga
Api cemburu membakar
Datangi kecewa tanpa maaf
Tangan menampar dan mata basah
TITO SEMIAWAN
12092021
----------<0>----------
DI PUNGGUNG KUDA
Padang luas debu mengepul
Bau rumput kering menusuk
Ada getir samar di tanah pijak
Kumbang terbang berputar serupa ingatan
Di antara bunga sabana
Mengikuti angin kembara
Hinggap, melepas lelah
Memeluk kembang mencium putik
Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar
Garis panjang membelah kering
Lurus menuju horizon
Serupa ingatan tanah leluhur
Semula hanya deru debu
hingga hujan pertama membasuh
Memenuhi tetek induk dengan susu
Dan bleduk berloncatan liar
Bergulung di hijau semak nestapa
Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar
Pagi merekah pelangi sisa hujan malam
Ujungnya terikat di pohon Cendana dan pucuk Siwalan
Rombongan ternak berlari menuju padang
Kupu-kupu beterbangan karena kaget
Suara lenguhan ramai bercampur derap
Wangi tanah basah tercium hingga ufuk
Pedet berlari berusaha mengejar
Matahari tersenyum ramah, tampaklah silaunya
Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar
TITO SEMIAWAN
19092021
----------<0>----------
Jiwa kembara jiwa tersesat
Melayang antara fana dan baka
Melintasi padang perburuan abadi
Membawa tiga sesal duka
Dosa dan pahala yang ditimbang
Syafaat yang ditetapkan
Mata-air air mata duka abadi
Penantian dalam genangan keringat
Genapi 50000 tahun
Barisan telah jelas pengibar benderanya
Timbangan telah condong ke kanan
Catatan tiada selingkuh di belakang
Jembatan pemutus direntangkan
Penduduk langit dan lembah api hitam telah tetap
Domba berbulu kematian telah dikurbankan
Setiap jiwa menempati qodarNya.
Abadi.
(Hai, nafsu yang tenang
Kembalilah pada Tuhanmu dengan ridlo
Masuklah ke dalam golongan hamba Ku
Masuklah ke dalam surga Ku)
TITO SEMIAWAN
29082021
----------<0>----------
SENYUM TINGGALKAN MATAMU
Di kejora matamu, kekasih
Binar cahaya rindu merajuk cinta
Mengkristal jadi alir bulir hasrat
Bening mengendap segenap indah
Warna bahagiamu corak mahoni
Tatap wajahmu sumringah
Tiap hangat kau sampirkan pada salam
Sebagai titip tatap pada harap
Ketika malam tiada rindu mengadu
Siang hanya angin mendesau
Menanti hanya mengukir pilu
Sedang jarak tetap berlalu
Kehilangan telah menjadi batas
Matamu mengadu tetes air mata
Tanpa sedu tiada sedan
Senyum tinggalkan matamu, kekasih
TITO SEMIAWAN
29082021
----------<0>----------
MATA PELANGI
Air mata pelangi memilah warna sepi dan senja
Bau tanah basah bercampur teja temaram
Rerumputan menghampar serupa merak hijau
Pelangi lembut menyentuh mata air
Perlahan hanyut di bening dasar perigi
Tenggelamkan tiap helai warna
diantara lumut dan batu
Mata air pelangi beriak tanda tak dalam
Sampiran selendang tujuh lapis langit
Bidadari berendam di lubuk
bersenda dan bugil
Mata pelangi menatap mentari lenyap perlahan
Seperti pisau membelah warna emas dan gulita
Lalu pejamkan sayunya di balik horizon
TITO SEMIAWAN
12092021
----------<0>----------
CEMBURU
Tatap mata amarah sembilu
Kilatnya iris duka ragu
Bilahnya menikam bisu
Mulanya sekam bunga api
Ditimpali bisik digenapi dengki
Bahasa tubuh mengandung caci
Mata terpejam hati gundah
Sakit adalah kayu bakar luka
Tiap ucap meruyak duga
Api cemburu membakar
Datangi kecewa tanpa maaf
Tangan menampar dan mata basah
TITO SEMIAWAN
12092021
----------<0>----------
DI PUNGGUNG KUDA
Padang luas debu mengepul
Bau rumput kering menusuk
Ada getir samar di tanah pijak
Kumbang terbang berputar serupa ingatan
Di antara bunga sabana
Mengikuti angin kembara
Hinggap, melepas lelah
Memeluk kembang mencium putik
Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar
Garis panjang membelah kering
Lurus menuju horizon
Serupa ingatan tanah leluhur
Semula hanya deru debu
hingga hujan pertama membasuh
Memenuhi tetek induk dengan susu
Dan bleduk berloncatan liar
Bergulung di hijau semak nestapa
Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar
Pagi merekah pelangi sisa hujan malam
Ujungnya terikat di pohon Cendana dan pucuk Siwalan
Rombongan ternak berlari menuju padang
Kupu-kupu beterbangan karena kaget
Suara lenguhan ramai bercampur derap
Wangi tanah basah tercium hingga ufuk
Pedet berlari berusaha mengejar
Matahari tersenyum ramah, tampaklah silaunya
Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar
TITO SEMIAWAN
19092021
----------<0>----------
SEPERCIK AIR
Air memercik tinggalkan derai hujan
Dengan gigil menyentuh lantai beranda
Sedang rumput di laman menoleh pada teduh teritis
Sebab tubuhnya kuyup menahan tetes
Air memercik serupa embun musim bediding
Titiknya menempel dan menutupi kaca jendela
Pandangpun seperti tersaput kabut
Di luar, bayang pohon melambai tertiup angin
Air memercik pada dingin yang sunyi
Ketika bunyi rintik telah berhenti
Dan malam berhembus lewat para
Aku duduk sendiri sambil nikmati kopi
TITO SEMIAWAN
26092021
---------<0>----------
LAPAR MATA
Dahaga belanja adalah deret produk yang tersenyum pada rupiah
Menarik isi dompet seperti magnet meraup pasir
Sedangkan nama-namanya asing bagi lidah
Tetapi akrab ketika dikenakan walaupun membawa lecet
Setiap produk mengepung mata dengan bujuk diskon
Langkah tetap dibuntuti lelah sebab tiada tempat jeda
Ketika lepas dari labirin konsumerisme
Tangan menenteng lapar mata dan sisakan recehan untuk pulang
TITO SEMIAWAN
26092021
----------<0>----------
SUNGAI
Air mengalir hingga langit
Dihela angin panjat puncak
Diayak selendang bidadari
Turun bawa butiran pelangi
Menebar lembab hijau coklat humus
Menembus segenap pori ibu
Tetesi dahaga serabut
Tumbuhkan kecambah harap
Mencari ceruk di sela batuan
Berkumpul mendesak sumber
Gemericik mengalir turuni lembah
Bawa pesan hidup dan bencana di tiap riaknya
Ketika sumber menyembur terhanyut jauh
Riak bersalin gelora keruh
Gelontorkan segala degil kumuh
Muara menganga muntahkan isi ke laut
TITO SEMIAWAN
26092021
----------<0>----------
TITO SEMIAWAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar