UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 02 September 2021

Kumpulan Puisi Tito Semiawan - JIWA



JIWA

Jiwa kembara jiwa tersesat
Melayang antara fana dan baka
Melintasi padang perburuan abadi
Membawa tiga sesal duka
Dosa dan pahala yang ditimbang
Syafaat yang ditetapkan
Mata-air air mata duka abadi

Penantian dalam genangan keringat
Genapi 50000 tahun
Barisan telah jelas pengibar benderanya
Timbangan telah condong ke kanan
Catatan tiada selingkuh di belakang
Jembatan pemutus direntangkan
Penduduk langit dan lembah api hitam telah tetap
Domba berbulu kematian telah dikurbankan
Setiap jiwa menempati qodarNya.
Abadi.

(Hai, nafsu yang tenang
Kembalilah pada Tuhanmu dengan ridlo
Masuklah ke dalam golongan hamba Ku
Masuklah ke dalam surga Ku)

TITO SEMIAWAN
29082021
----------<0>----------



SENYUM TINGGALKAN MATAMU

Di kejora matamu, kekasih
Binar cahaya rindu merajuk cinta
Mengkristal jadi alir bulir hasrat
Bening mengendap segenap indah

Warna bahagiamu corak mahoni
Tatap wajahmu sumringah
Tiap hangat kau sampirkan pada salam
Sebagai titip tatap pada harap

Ketika malam tiada rindu mengadu
Siang hanya angin mendesau
Menanti hanya mengukir pilu
Sedang jarak tetap berlalu

Kehilangan telah menjadi batas
Matamu mengadu tetes air mata
Tanpa sedu tiada sedan
Senyum tinggalkan matamu, kekasih

TITO SEMIAWAN
29082021
----------<0>----------



MATA PELANGI

Air mata pelangi memilah warna sepi dan senja
Bau tanah basah bercampur teja temaram
Rerumputan menghampar serupa merak hijau

Pelangi lembut menyentuh mata air
Perlahan hanyut di bening dasar perigi
Tenggelamkan tiap helai warna
diantara lumut dan batu

Mata air pelangi beriak tanda tak dalam
Sampiran selendang tujuh lapis langit
Bidadari berendam di lubuk
bersenda dan bugil

Mata pelangi menatap mentari lenyap perlahan
Seperti pisau membelah warna emas dan gulita
Lalu pejamkan sayunya di balik horizon

TITO SEMIAWAN
12092021
----------<0>----------



CEMBURU


Tatap mata amarah sembilu
Kilatnya iris duka ragu
Bilahnya menikam bisu

Mulanya sekam bunga api
Ditimpali bisik digenapi dengki
Bahasa tubuh mengandung caci

Mata terpejam hati gundah
Sakit adalah kayu bakar luka
Tiap ucap meruyak duga

Api cemburu membakar
Datangi kecewa tanpa maaf
Tangan menampar dan mata basah

TITO SEMIAWAN
12092021
----------<0>----------




DI PUNGGUNG KUDA

Padang luas debu mengepul
Bau rumput kering menusuk
Ada getir samar di tanah pijak
Kumbang terbang berputar serupa ingatan
Di antara bunga sabana
Mengikuti angin kembara
Hinggap, melepas lelah
Memeluk kembang mencium putik

Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar

Garis panjang membelah kering
Lurus menuju horizon
Serupa ingatan tanah leluhur
Semula hanya deru debu
hingga hujan pertama membasuh
Memenuhi tetek induk dengan susu
Dan bleduk berloncatan liar
Bergulung di hijau semak nestapa

Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar

Pagi merekah pelangi sisa hujan malam
Ujungnya terikat di pohon Cendana dan pucuk Siwalan
Rombongan ternak berlari menuju padang
Kupu-kupu beterbangan karena kaget
Suara lenguhan ramai bercampur derap
Wangi tanah basah tercium hingga ufuk
Pedet berlari berusaha mengejar
Matahari tersenyum ramah, tampaklah silaunya

Kuda melangkah gagah
Kepala tengadah pongah
Lintasi padang tanpa kekang
Nafasnya memburu riang
Surai berkibar

TITO SEMIAWAN
19092021
----------<0>----------



SEPERCIK AIR

Air memercik tinggalkan derai hujan
Dengan gigil menyentuh lantai beranda
Sedang rumput di laman menoleh pada teduh teritis
Sebab tubuhnya kuyup menahan tetes

Air memercik serupa embun musim bediding
Titiknya menempel dan menutupi kaca jendela
Pandangpun seperti tersaput kabut
Di luar, bayang pohon melambai tertiup angin

Air memercik pada dingin yang sunyi
Ketika bunyi rintik telah berhenti
Dan malam berhembus lewat para
Aku duduk sendiri sambil nikmati kopi

TITO SEMIAWAN
26092021
---------<0>----------



LAPAR MATA

Dahaga belanja adalah deret produk yang tersenyum pada rupiah
Menarik isi dompet seperti magnet meraup pasir

Sedangkan nama-namanya asing bagi lidah
Tetapi akrab ketika dikenakan walaupun membawa lecet

Setiap produk mengepung mata dengan bujuk diskon
Langkah tetap dibuntuti lelah sebab tiada tempat jeda

Ketika lepas dari labirin konsumerisme
Tangan menenteng lapar mata dan sisakan recehan untuk pulang

TITO SEMIAWAN
26092021
----------<0>----------



SUNGAI


Air mengalir hingga langit
Dihela angin panjat puncak
Diayak selendang bidadari
Turun bawa butiran pelangi

Menebar lembab hijau coklat humus
Menembus segenap pori ibu
Tetesi dahaga serabut
Tumbuhkan kecambah harap

Mencari ceruk di sela batuan
Berkumpul mendesak sumber
Gemericik mengalir turuni lembah
Bawa pesan hidup dan bencana di tiap riaknya

Ketika sumber menyembur terhanyut jauh
Riak bersalin gelora keruh
Gelontorkan segala degil kumuh
Muara menganga muntahkan isi ke laut

TITO SEMIAWAN
26092021
----------<0>----------

TITO SEMIAWAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar