Satwa dan daun-daun berdzikir
Sekumpulan kebahagiaan bergerak
Bersama kesusahan dan luka
:Air mata cintaku
Mengalir bersama semesta
Dalam Rindu merentang waktu
Wahai menari-narilah sunyi
Bersama para darwis
Menuju jalan pencerahan sempurna
:Dengan kerendahan hati melepas raga
Sampai makrifat
Melepas jubah
Ruh menyatu dengan ruh
-Begitulah cinta
Ketika tak lagi terikat
oleh belenggu pesona semu
Begitulah cinta
sampai menemukan kemerdekaannya
hingga hati mudah tertusuk sebuah pertanyaan
-bukankah aku raabmu ?-
Temanggung 28082021
AKU TAKUT
Hatiku sedih
jiwa merana
ketika kepasrahan menekuk kedua kakinya
bermalas-malasan enggan memelukku
bukankah hati sekering sabana musim kemaraupun
tak henti menerima cintaNya seluas semesta
yang selalu menghadirkan aroma mawar
dalam hembusan sunyi
selembut kabut setiap jelang subuh ?
-Aku takut ya Raab
Engkau meninggalkan diriku
memadamkan rindu
Dengan merangkakpun
aku raba-raba gamisMu
menciptakan persemayaman hati
untuk melihatMu
Dengan lutut lukapun
aku tekuk punggungku
menciumi kasudMu
Ya latif
Ya latif
Ya latif
Lembutkan segala luka
Lembutkan segala sakit
Lembutkan segala yang bergerak
Dalam tawaf sunyiku
aku ingin menyatu pada hari berdzikir
mengikuti pergerakan seluruh kebahagiaan
dan kebahagiaan bunga-bunga memberi kebaikan
dengan aroma, madu dan keindahan pandangan
tak pernah berhenti berkhalwat
:Yang maha segala Engkaulah raabku !-
Temanggung25082021
PILIHAN-MU
Ayub adalah ujian ruhani sebagai penyempurna tauhid
Sakit bukanlah sekedar menyusahkan jiwa dan jasad
Melainkan memberikan dasar sebuah tiang pancang
Kepasrahan pada ruh,pada semesta dan raabnya yang maha adil
al-Latif, maha lemah lembut, Raabnya memberikan dengan lembut
al- Haliim maha santun, Raabnya memberikan dengan santun
: Jika cinta membenamkan jiwa dalam ruh,
Badai dan gelombang pasang
seperti angin landai, lembut tanpa suara
Ia tak merontokkan dedaunan dan putik-putik sari bunga
atau menghempaskan burung-burung dari sarangnya
Penyebaran wangi bunga dalam kelembutan menghiasi jiwa-jiwa
bertahtakan kepasrahan menempuh ujian untuk memberi kesenangan
Pasrah –sakit adalah ujian, nestapa, bahagia adalah ujian-
–Ayub adalah manusia pilihan, tak berkeluh tak meminta
Sungguh kesabaran membangun keteguhan di atas pilar tauhid
Bukankah ia malu meminta perlindungan ketika datang badai dan angin
Yang sejatinya mengguncang seluruh semesta?
Dunia yang tak bersisa ia lampaui tanpa rasa terhina
Kepada Raabnya dengan santun ia hanya berkata :
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
Adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."*
Dan akupun menyapa Mu dengan santun Ya Raabku : Asuh aku menjadi bintang,hingga cahayanya mengalahkan cahaya.Berkilau sezarrah sekalipun bersama cahaya tak berbatasMu.Akankah ruhku bersama Ayub, sementara aku tak punya malu selalu minta padaMu?
Dan aku menyapaMu dengan wajah lusuhku : ya hayyu ya qayyum, maha hidup menghidupkan, maha hidup mematikan, maha berdiri sendiri penguasa langit dan bumi-Ya raab, hakekatku adalah pilihanMu.
*QS al Anbiyaa 33
Temanggung 020920021
SUNYI
Malam, ketika tiba pada pertengahan
Landai seperti tak berbunyi
Antara pertemuan angin, risik daun
dan cahaya bulan setengah usia
:Inilah tempat tinggal sementara
sebuah dermaga tanpa sapa
aku tahu, setiap detaknya
seratus kehampaan
Kegelapan merambati semua sudut tak tersisa
Berhimpit impian, harapan dan keinginan
Di antaranya sebuah rahasia perbicangan
tak pernah berakhir pada satu kalimat
karena rindu tumbuh sepanjang musim
–antara kita- dan kata tak pernah berkemas
Sepatutnya aku harus terluka
Karena manusia adalah luka
Tapi tak harus menepi atau mengakhiri
Sampai batas tak ada lagi perpanjangan waktu
: Kuingin kau nyalakan
tungku penghangat
di setiap gigil membias, dan sudut sudut kegelapan
di luasan tak berbatas
- Lalu siapa menepis-nepis angin
membuat aku terayun
lantas terasa beban dipundakku berubah jadi penat ?
Luka diri
mengucap salam pada sajakku tempat peneduh mimpi-
Biarkan diriku menyatu
Menghitung seberapa besar jarak menganga
Sampai aku menghirup aroma cinta hingga batas kejemuan
Tapi tidak ! Sebab kesunyian adalah bahasa cinta
Dalam kuburan kenangan
inilah kesejatian kesunyian
selalu bertanya
: Cahaya
Akan runtuhkah dari langit
Menimpa wajah sunyi rerumputan
dan dedaunan yang menari-nari ?
Jiwaku di sana, dari satu negeri kenegeri lain
di rentangan waktu, sampai suatu hari
semua terambil dari sunyiku
2.
Kusud masai hasratku
Merenung
Rambutnya menepis-nepis waktu
Sekusud raut muka mengiringi luka
Aku sila bersulang rasa
Bersama semua keinginan
Lalu menenggelamkan dalam harapan
: Biarkan aku lenyap hangat bercumbu
di altar persekutuan ruh dengan ruh
sebelum kehampaan kembali di tangan
karena kehilangan mata angin
Temanggung06092021
FAJAR
Fajar, merah jingga
Cahaya menerangi setiap butiran embun
Putik-putik bunga mengawali hari
Bukit, rerumputan dan gunung
Disana aku pernah melewati
Singgah sejenak bersama sekutum mawar
:Mawar itu sekarang telah kembali jadi tanah
Tapi wanginya tak pernah berhenti merebak
Kini aku tahu yang kau letakkan di atas pundakku
-keniscayaan- dan sebuah pusara
Temanggung05092021
TIGA UNTAI SAJAK
Hanyut hasrat cinta
Hanyut hilang rupa hilang raga
Seperti minum sebotol anggur melayang sempoyong
Mana bumi mana langit..ah tak tahu aku –
Hanya kepedihan mengenangmu
: aku menunggu musim bersemi
***
Lupakan diri dalam lupa
Diam dalam bicara
Mengendap endap
:aku membakar gelisah
asap cintaku
sebagai tiang tempat bersandar
kalau kau tetap tak beranjak
biar aku berdekatan selalu
Rinduku mata air
di gunung sunyi
mengaliri anak-anak sungai
ke laut ! menjelma buih dan ombak
***
Kunyatakan Kau dalam keindahan sajak-sajakku
Sambil menepikan kasedihan
-karena Kau selalu bersamaku-
: La tahzan !
Temanggung 7092021
SAUDADE
(sajak lelaki gunung)
Jiwa kehilangan kayuh
waktupun tak pernah berhenti
menggugurkan daun-daun
namamu tinggal ranting-ranting
mencumbu musim
kadang angin mengikat rambutmu
lalu mengurai kembali
dalam senandung desau cemara
padang ilalang dan sunyi perbukitan
mengikatku dibalik sendiri yang risau
:itulah senyumanmu
terpasung di pundakku
Berlalu lalangnya masa lalu
memudarkan birunya langit
mencari tempat teduh
dari hujan, terik matahari dan badai gunung
sambil menghirup wanginya mawar
yang tak pernah menyerah karena musim
:Rindu selalu tumbuh setelah tanggal
dalam jejak-jejak sunyi
menjelajah mengeja warna warna
melukisi langit selembut embun
segarang ombak
lalu jiwa tenggelam
dalam bayangan pucat hutan tanpa hujan
mengejar ketenangan
badai yang selalu menghiasi pergantian musim
membuatku tidak menyerah
meski sudah tak ada waktu
menunggu matahari
menciptakan kembali dirimu
***
Ranting ranting tak berdaun
Bertahan dalam muramnya kabut sunyi
-Pergantian musim selalu meninggalkan jejak
seperti juga kau perempuan paruh baya
bermuram dalam genangan tak pernah luruh
berlapis kenangan di pelabuhan tak berumah
cahaya bulan berkabut berkejaran
di tepian langit
seperti keberangkatan dan kedatangan
senja berganti malam lalu jelang fajar
berulang hingga persinggahan terakhir
-Aku tahu
kau selalu menulisi rekahan tanah dengan sajak
rela bercerita sebuah negeri kelam
mengukir artefak tak pernah sepi rindu
bertarung dengan sunyi
di antara serentetan hujan menusuk
lalu tinggal di sebuah genangan mimpi
:masa lalu telah menjadi laut
biarkan berkejaran dengan ombak
bersembunyi di bawah karang
dan menemukan pantainya sendiri
Kita adalah sebuah pergolakan sunyi
tinggal dalam jejak jejak
di antaranya menghapus air mata-
****
Bukankah hidup adalah mata air ?
dari gigir gunung, mengaliri celah
kadang singgah dalam kesunyian panjang
di sebuah ceruk atau berhenti
memberikan kehidupan pada semua tumbuhan
kadang keruh kadang bening
atau keduanya bersatu dalam satu nampan
sebagai tempat kita berkisah
:Hidup adalah kehilangan
sekaligus persinggahan
sebelum sampai batas terakhir
dan pertemuan
selalu mengukir prasasti
Temanggung 25092021
MOHAMMAD AS'ADI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar