UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 12 Agustus 2021

Kumpulan Puisi Eko Windarto - DI KOLAM CANGAR



DI KOLAM CANGAR

air belerang gunung Arjuna merendam tubuhku bersama batu-batu hitam itu

dalam kehangatan air kolam Cangar yang menyembunyikan sinarnya
pohon-pohon pinus meringkuk dalam hatiku

diam-diam kesiur angin menyentuh cahaya senjaku
memintal bintang-bintang di langit retina mataku

sebelum hari berlalu mengabadikan kegelisahan semestaku
kumpulan unggas yang manis itu
menggetarkan persahabatanku denganmu
dan terus berputar seperti rotasi bumimu

Batu, 782021



PEKIK MERDEKA

Sebuah pekik merdeka adalah gema kata-kata yang dilaksanakan
Melaksanakan kemerdekaan tidak semudah membalikkan telapak tangan
Peristiwa demi peristiwa tak pernah hilang dari pandangan
Sebab pergulatan dan perjuangan untuk mencapai tujuan butuh keikhlasan
Ingat! Masa depan telah menghadang dengan sempurna
Meski di depan mata kerikil-kerikil kecil masih ada
Kami terus maju melawan luka dan lupa
Kami terus bergerak dan bergaung dalam transformasi digital
Kami terus menerus mengisi hati dan transmisi globalisasi

Sekarputih, 1482021



DI TAMAN BUNGA

setiap kupandang bunga
jiwa berasa terseduh keindahannya
ada cuaca hati yang begitu sulit diraba
aku tidak berdaya untuk tidak memasukinya
hingga puisi minta dilahirkan dan mendirikan bulu roma

Sekarputih, 2482021



APAKAH AKU MENULIS NAMAMU

Apakah aku menulis namamu di tiang-tiang subuh
Menjadi ayat-ayat cinta yang tak pernah tua berlabuh
Atau di pagi buta mengajakmu membangun rumah warna warni tanpa keluh

Apakah aku menulis namamu di tiang-tiang subuh
Hingga langit menari sampai sunyi dikekal puisi
Dari balik renungan ini

Sekarputih, 492021



RENUNGAN

Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Sebab, kata-kata seperti pasir gunung Bromo
Menyimpan ketajaman makna
Singkirkan debu yang masih tersisa
Kala kosa kata mengenal bahasa alam semesta

Sekarputih, 392021



DIAMLAH

Diamlah!
Dengarkan suara hati bunga sakura itu, syahdu melampaui setiap katamu
Aku tertawan warnamu yang seperti pipi merah jambu

Diamlah!
Coba dengarkan desau angin senja dalam nada-nada tak berjeda
Kala bangku tua mengayunkan tanya

Sekarputih, 592021



SAJAK DUKA TAMAN ISMAIL MARZUKI


malam-malam sunyi begini
kutulis puisi di wajahmu yang penuh mimpi
sedang waktu terus menulis buku antologi,
mencatat ambruknya dinding dan ruang seni,
dimana lagu Ismail Marzuki ditinggal pergi oleh sepotong pesan demokrasi

jalan-jalan menuju Taman Ismail Marzuki penuh sesak oleh keinginan
sementara lampu-lampu kendaraan saling silang menyilaukan
anak-anak jalanan tak mampu menahan beban
hidup sekali harus diperjuangkan dan dilaksanakan
bukan hanya pasrah pada keadaan

para seniman dan seniwati matanya blingsatan
mencari mimpi terkurung dan dihilangkan
sedang para dewan perwakilan tanpa sungkan ketok palu demi pembangunan
ironis sekali, bukan!
ini negara hukum, bung! bukan negara jajahan atau sarang penyamun
ingat! perampokan kebudayaan akan di jadikan catatan bukan kelinci percobaan

Batu, 25112019



NYANYIAN PALAWIJA

seruling merayapi ladang palawija
di antara suara burung di pohon tua
tembang kangen menggemakan jiwa

tetesan embun dari daun-daun itu
menunjukkan airmata ibu
berkawan dengan puisi kalbu

rindu di pucuk-pucuk perdu
mengajak menggali lagu
ketika kesiur angin membelai kekasihku

ah... ternyata
nyanyian palawija adalah cinta
yang digali dari tarian gadis-gadis desa

Batu, 2511218



PERJALANAN EMBUN PAGI

apakah aku menulis namamu di tiang-tiang subuh di segala cuaca
menjadi ayat-ayat cinta yang tak pernah tua

atau di pagi buta mengajakmu membangun rumah warna warni
hingga langit menari sampai sunyi dikekal puisi

jika kau masih menulis namamu dengan kalbu
kirimi aku lagu merdu seperti yang kau nyanyikan di ranjang sunyi itu

oh... pagi yang berseri bertingkat-tingkat bagai mimpi
di mana kau letakan embun menetes dari balik daun berwarna-warni?
sedang hatiku mencari di perjalanmu yang sunyi

Batu,15122017



RUMAH ADALAH ISTANA


rumah berjendela dua berwarna coklat muda
serta pohon-pohon berdaun merah menyala
menemani keluarga bercengkrama dengan mesra
bukankah itu cinta?

anak-anak manis dan jenaka
dibuai tangan-tangan ceria nan bahagia
serta menggetarkan rasa
menyergap hati ayah bundanya
bukankah itu mesra?

karena rumah adalah istana
maka kemerdekaan cinta bukanlah keranda

Sekarputih, 2862019



SAAT DI PEMATANG SAWAH

burung-burung berkicau membuka pagi
cahaya embun menari di atas daun-daun berseri
mendekap mimpiku di antara batang padi

huma-huma di hatiku berirama memancarkan rupa dan warna
gemericik air bicara padaku
ketika cahaya membantuku menemui jejak ruang kehidupanmu

pagi masih menyala bersama mimpi anak-anak gembala
seorang petani melepas angannya
saat sajak-sajakku membayangkan gigil kita
mengelana melepas zikir keudara

ilalang mendengung suling angin memburu bisuku
di sela tembang sumbang rumput-rumput hijau tua itu

pada getar pagi hari
dalam kedalaman sunyi menuju pematang bersemi
keberadaan oksigen dan nitrogen adalah makna estetismu yang suci

Batu, 1622018
Sekarputih, 1932018



YANG BISA MEMBACA CUACA


ada apa dengan robotik yang mulai menggeser dominasi manusia?
apakah aku sadar di masa depan anak-anak akan lebih dewasa
melihat rindu dan cinta sebagai berita biasa?
apakah nilai luhur bukan lagi sebagai pesan kemanusiaannya?
atau karena hantu-hantu tekhnologi menghimpun ilmu dan kutukan untuk ditimpakan ke dalam kepala?
ah... entahlah! hanya hati yang bercahaya bisa membaca cuaca

Sekarputih, 2362019



DI GUNUNG BROMO

malam ini kabut bercerita tentang bagaimana rasanya kehilangan kekasih kalbu
saat embun es gunung Bromo menggenang di lamur matamu

gigil dan dingin saling mengasuh keheningan hatimu
ketika keterluntaaku bercerita tentang hikmah mengasah keterampilan langkahmu

langkah demi langkah di gurun pasir itu
berkisah mengenai kepasrahan demi kepasrahan rindu yang bertalu
hingga aku khusyuk menulis puisi-puisi laku

Sekarputih, 2562019



NYANYIAN CINTA


aku bicara tentang cinta
getaran nadanya mampu menggoyahkan jiwa
kumandangnya harum bagai bunga
membuka kidung jula juli perawan suci
siapa yang berani membuka pintu lagu kasih sayang ini
adalah rahasia-rahasia hati yang paling wangi
menyimpan bisikan sanubari paling berani memecah sunyi

sebuah sajak yang bernafas dalam benih hatiku
mengalirkan kasih sayang di tiap desir nadimu
tiap-tiap desah napas tersimpan rasa risau mendesau merasuk ke dalam sukmaku
betapa desir nyanyianmu yang fana itu
menjadi saksi bisu di ujung penglihatan batinku
yang memantulkan cahaya dari air mataku
dan disembunyikan oleh kesadaran cinta

ah.... meneguk rasa kasih sayangku dalam jubahmu
adalah gema jiwa tanpa kata

ketika nyanyian rindu dikumandangkan oleh kesunyian jiwa
mimpi dan bayanganmu melipat lagu rohani yang digubah oleh renungan cinta
getaran nadanya bagai rahasia debur ombak samudra
menyalipku pada gelombang air mata
sebagai perahu yang menyatukan cuaca dalam menangkap cinta

aku berusaha memecah sunyi
menuturkan bisikan sanubari
yang terungkap oleh hati
melagukan kidung suci
sebagaimana cinta memahkotai hati
menyanyikan melodi
meluluhkan diri
mengalir bagaikan kali
mereguk dahaga siang tadi

Batu, 1372018



Saat saya membuat toilet di belakang rumah, romo Daru Maheldaswara menginginkan saya menulis sajak toilet seperti di bawah ini.
SAJAK TOILET

sejak pertama kali membuat toilet itu
aku temukan cerita baru
menggemakan cinta demi anak istrinya

batu bata, pasir dan semen menjadi saksi bisu
bagi kuli yang menggali kehidupan tanpa malu

bau tanah dan peluh menjilati muka dan hatiku
ketika letih pulang ke pangkuan ibu

Sekarputih, 2062019



AKU

1
aku bunuh aksara ini
saat puisi lelaki menjual birahi dengan berani

2
aku bakar kata-kata itu
ketika lelaki puisi selalu menipu

3
aku tulis puisi ini
karena menyadari akan mati

Sekarputih, 2162019



BULAN

bulan mengangkang di atas kepala
merenda kenangan lama

sepi membaja
rebah di atas kuburan tua

bunga-bunga putih bercahaya menggemakan luka
saat bulan mewedar waktu
jalan berliku memetik kata-kata madu

pada tangan-tangan berdebu
kulihat bulan dan bintang manis
menyapamu

Sekarputih. 2062019



KUTULIS PUISI INI


kutulis puisi ini ketika membaca ambang sore di matamu
dan jarum-jarum hujan yang runcing itu
mencuci rambutmu yang blonde seperti beludru

sedang bunga-bunga dan pohon jambu di halaman itu
berkaca di jendela rumahku

sambil tersenyum menunggu waktu berbuka rindu
hati puisi mengembara mengetuk pintu-pintu cinta paling syahdu

Sekarputih, 1962019



Saat di hutan Pinus Coban Manten yang mampu melahirkan puisi.

DI ANTARA HUTAN PINUS

di hutan pinus, aku memetik kecapi
serasa kabut tipis merindukan wajahmu dalam gigil hati
menanti datangnya pagi

ketika siang bergerak mengitari sepi
rumbai-rumbai kabut menapaki ke segaran bumi

ibarat rona pipimu
hangat mentari sesungguhnya adalah cintaku sebelum matimu
ah...bulir-bulir embun yang merasuk ke dalam tubuhmu
seakan rembang petang yang mengambang merumuskan tekstur daun hatiku

di antara deretan pinus, kuikuti langkah getahmu
aku ingin belajar dan berguru pada gunung tua itu
yang menyimpan magma dan merawat kerinduannya pada ketulusan rindu

Batu, 2012018



Malam yang dingin dan padang bulan melahirkan puisi di bawah ini.
KUSUNTING BULAN DI ATAS KEPALA

kusunting bulan di atas kepala
penuh puisi bercahaya

sepi menjelma urat nadi membaca
ujung jari paling setia merenda malam penuh cinta

tanpa ragu
kesunyian kupeluk syahdu
menjumpai perpisahan memuji rindu

Batu.1362017



TRAGEDI KOLOBENDU

malam tegak di kolam tua
bulan mengangkang di atas kepala
orang-orang ramai bergunjing kematian ibu setengah tua
yang tersadap darah para lelaki bermuka dua

ibu Kolobendu namanya
cantiknya luar biasa
suka hura-hura dan senang menerima panggilan siapa saja
selalu lupa pada suami dan anak-anaknya
uang menjadi rujukan dan tolok ukurnya

lama ia tidak merasa tua
selalu melalang buana ke mana saja ia suka
soal cinta sesaat adalah hal biasa
apalagi dosa seakan tak mengenalnya
semua dianggapnya biasa dan nyata
hidup perlu dibela biar tidak jadi ibu jelata

waktu terus berjalan tanpa mengenal lelah siapa pun jua
Kalobendu terserang penyakit kelamin yang tak ada obatnya
ia baru sadar bahwa kesenangan yang semu harus di bayarnya
dengan penyesalan yang tiada tara

Kalobendu mati di rumah sakit harapan hati
suami dan anak-anaknya kaget sekali
melihat istri sekaligus ibu dari anak-anaknya terbungkus plastik yang tak boleh dibuka lagi
hingga tangis mereka tak terbendung lagi

malam sepi dan dingin sekali
ketika para pelayat bicara sendiri
tanpa menyembunyikan kedalaman hati

Batu, 19112018



PUISI INI KUPERSEMBAHKAN BAGI ANAK ISTRI YANG SEDANG BERBUKA PUASA
DI AMBANG SORE

di ambang sore
bau rica-rica menyapa rindu
bau harum aroma kopi menusuk hidungku
semangkuk kolak pisang bagai kaldu
memberi warna di rasaku

seperti sendok dan garpu
kutangkap birahi di matamu
mengaduk perutku dengan syahdu

ah....di atas meja itu
aroma segala rindu
menghipnotis kasih sayangku

Batu, 1362018



TAK ADA YANG BERBOHONG

tak ada penyair atau penulis mau berbohong tentang sejarah negerinya sendiri
sebab kejadian gestapo di orde lama, pemberontakan permesta, kejadian Tri Sakti sampai kejadian tahun politik 2019 tak bisa dipungkiri
semua itu bukan isapan jempol belaka
fakta dan kenyataan tak bisa menutup mata
segala yang telah terjadi tak bisa dikebiri
sejarah kehidupan telah mencatat dirinya sendiri
tanpa tanda tanya dan tanpa jeda menjadi saksi yang tak bisa dihapus dari mata hati
meski kejadian serupa di orde lama akan terulang lagi
untung Allah melindungi

Sekarputih, 762019



Puisi di bawah ini terinspirasi dialog dengan prof. Erry Amanda di rumahnya bersama Jaka El-masriv, Siti Sundari dan Retno Rengganis

DIALOG DI CIBIRU

ketika dialog di Cibiru
ada cahaya menyapaku
mengulik rasa dari segala penjuru

pada hening malam sebuah lagu
bernapas di dalam benih hatimu
meneguk rasa kasihku

tanpa kata malam itu memecah kesunyian kalbu
mengungkapkan kesedihan hati para tamu
membongkar rahasia renungan cinta dan rindu

saat tertawa lepas begitu saja
aku membayangkan kebun teh yang bersaf-saf seperti tangga
tak pernah bicara sorga neraka

hanya manusia yang lupa akan cinta sejatinya cinta
bahasa alam semesta
tak menggema dalam jiwa mereka

karena cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya
maka cinta telah cukup bagi cinta
dan aku berada di dalam hati-Nya untuk melepas dahaga

Sekarputih, 1572019



TRAGEDI KOLOBENDU

malam tegak di kolam tua
bulan mengangkang di atas kepala
orang-orang ramai bergunjing kematian ibu setengah tua
yang tersadap darah para lelaki bermuka dua

ibu Kolobendu namanya
cantiknya luar biasa
suka hura-hura dan senang menerima panggilan siapa saja
selalu lupa pada suami dan anak-anaknya
uang menjadi rujukan dan tolok ukurnya

lama ia tidak merasa tua
selalu melalang buana ke mana saja ia suka
soal cinta sesaat adalah hal biasa
apalagi dosa seakan tak mengenalnya
semua dianggapnya biasa dan nyata
hidup perlu dibela biar tidak jadi ibu jelata

waktu terus berjalan tanpa mengenal lelah siapa pun jua
Kalobendu terserang penyakit kelamin yang tak ada obatnya
ia baru sadar bahwa kesenangan yang semu harus di bayarnya
dengan penyesalan yang tiada tara

Kalobendu mati di rumah sakit harapan hati
suami dan anak-anaknya kaget sekali
melihat istri sekaligus ibu dari anak-anaknya terbungkus plastik yang tak boleh dibuka lagi
hingga tangis mereka tak terbendung lagi

malam sepi dan dingin sekali
ketika para pelayat bicara sendiri
tanpa menyembunyikan kedalaman hati

Batu, 19112018



PUISI INI KUPERSEMBAHKAN BAGI ANAK ISTRI YANG SEDANG BERBUKA PUASA
DI AMBANG SORE

di ambang sore
bau rica-rica menyapa rindu
bau harum aroma kopi menusuk hidungku
semangkuk kolak pisang bagai kaldu
memberi warna di rasaku

seperti sendok dan garpu
kutangkap birahi di matamu
mengaduk perutku dengan syahdu

ah....di atas meja itu
aroma segala rindu
menghipnotis kasih sayangku

Batu, 1362018



TAK ADA YANG BERBOHONG

tak ada penyair atau penulis mau berbohong tentang sejarah negerinya sendiri
sebab kejadian gestapo di orde lama, pemberontakan permesta, kejadian Tri Sakti sampai kejadian tahun politik 2019 tak bisa dipungkiri
semua itu bukan isapan jempol belaka
fakta dan kenyataan tak bisa menutup mata
segala yang telah terjadi tak bisa dikebiri
sejarah kehidupan telah mencatat dirinya sendiri
tanpa tanda tanya dan tanpa jeda menjadi saksi yang tak bisa dihapus dari mata hati
meski kejadian serupa di orde lama akan terulang lagi
untung Allah melindungi

Sekarputih, 762019



RINDU

saat aku merindukanmu
wajahmu hadir di pentas pentas sekujur tubuhku
gambarmu memanggil manggil di setiap langkahku
meski kita terpisah jarak pintu
hatimu selalu terbuka menerima apa sukaku
seruanmu membuka mukaku
yang mencari doa di kota hatimu
sangkan paranku melarung diri menyelami rahasiamu

Sekarputih. 15.7.2016



MALAM DAN DINGIN

dingin malam ini mengalir ke dalam hati
hingga kata-kata hidup kembali
angin berdesir seperti sungai birahi
menyibak analogi-analogi mimpi
alampun telanjang, kosong, dan tanpa spesifikasi
gelap dan sepi menjamah dadaku yang puisi

rupanya malam dan dingin ingin menjalin geloraku
membasuh nyanyian cinta tanpa tepi yang menjinakkan darahku
pelan-pelan kujamah kedamaianmu
sambil menandaskan ciumanku demi sajak jatuh di pangkuanmu

Sekarputih, 2712020



DI PEMATANG SAWAH

di pematang sawah yang selalu terbungkus warna kuning padi
gubuk-gubuk tua terlihat kecil sekali
di antara rumput dan ramban-ramban itu
kudengar kesiur angin membacakan puisimu
burung-burung menari menggerakan hatiku
yang sedang berguru pada keindahan semestamu

sejenak aku menghirup udara senja
di musim yang penuh imaji jiwa
di mana bunyi pematangmu
menyerupai suara hatiku
yang sunyi seperti tetesan embun dari daunmu
yang lesap pada usia
menebar harum kamboja tua

Batu, 2372018



DI ALUN-ALUN KOTA

Kala kau lontarkan kata-kata
Rasamu mengelana menuju muara

Kesiur angin mamiri menebarkan aroma aksara
Merasuki napas cintamu tak terduga

Ah... diam-diam hatimu ingin meronta dan menyampaikan suka duka
Dalam tehquila yang kau teguk bersama rasa

Semangkuk soto ayam yang kau makan bersama tatapan mata
Mengisyaratkan tanda tanya tak terkira

Meja kursi pun ikut menyapa mesra
Meski bibirmu terkatup seribu bahasa

Langit pun ikut bicara dengan syahdu
Saat kau kenang encokmu


Ternyata rasa itu mengitari alun-alun kota
Sambil mencari arti cahaya cinta di antara cerita virus Corona

Dalam senda-gurau, angin dan cinta mendesah lembut sekali
Menyergap hatimu yang lepas terbuka

Sekarputih, 2412020



DI DEPAN MATA


sebelum aku kembali
tataplah mata sekali lagi
baca, bacalah cakrawala di retina matanya
dari sanalah bintang gemintang menghidangkan aksara
sementara debu-debu bergulung-gulung kesana-kemari
gerobak peradaban meraung-raung seperti anak-anak kecil meminta sesuatu
kehendak-kehendak terpenjara sendiri
perselingkuhan menggantung di hati
menggoda!
biadab dan durjana!
kesadaran dan kewajaran lupa dijaga
pengkhianatan selalu nampak memesona
sek dijadikan barang nyata karena mudah dilupakan begitu saja
hingga seekor kambing menangis di depan mata

Sekarputih, 2512020



PERJALANAN CINTA

jangan ikat leherku dengan belenggu
biar dagu dan mata menatapmu

wahai kekasihku
peluklah dukaku dengan gembiramu

sungguh aku rindu membaca sajak-sajakmu
dalam kitab induk yang nyata itu

karena kewajibanku
cinta takan minta balasan darimu

Batu, 26112018

EKO WINDARTO


Tidak ada komentar:

Posting Komentar