UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 12 Agustus 2021

Kumpulan Puisi Airi Cha - DI UJUNG WAKTU



DI UJUNG WAKTU

Aku terpaku sepi. Sunyi tiada gema dari suara suara sumbang. Menatap hampa langit langit yang juga membatu. Hasrat menerawang, kelebat bayang silih berganti bermain di pelupuk. Tak sepatah kata mampu terlapaz. Sebelum ini atau sesudah nanti, siapakah aku.

Suara di palung nan paling berbisik mesra laksana kekasih yang merindu terkasih. Redup cahaya mata seketika mematikan gairah. Di ruang dada terhampar rela. Mungkin gelap akan merambat berkepanjangan menghalang segala pandang keindahan. Setidaknya ingin kusempatkan pamit.

Hening. Aku terjaga ketika hangat cahaya menyentuh manja tirus pipi tanpa rona. Sesimpul senyum pias menghias bibir, aku masih bertemu hari setelah detik begitu lama berdetak menjadi waktu. Rasa yang entah apa namanya, meski masih tersisa tapi tak lagi menyiksa.

Pengojek Hati
2307.060721



UNTUKMU AYAH

Aku ingin berada pada masa, saat aku belumlah dewasa. Bergelanyut manja di lenganmu, ayah.
Sehangat mentari dan sebebas burung terbang.
Waktu bergulir, aku tumbuh mendewasa bersama kasih sayang dan tetesan peluhmu, ayah. Sungguh sampai saat ini tak mampu kumembalasnya.

Di pundakmu, ayah. Terpikul tanggung jawab padaku, sebagai buah hati titipan Illahi. Aku hanya mampu menemani, hingga takdir Illahi berbicara kepada kita.

Ayah, maafkan anakmu. Bahagia itu belumlah mampu kuberi dalam bentuk materi. Walau kutahu materi tiadalah arti bagimu. Namun, sebagai putri kesayangan ayah, betapa inginya aku mewujudkan segala mimpi ayah yang tertunda.

Ayah ...
Kuingin, Illahi mengizinkanmu lebih lama lagi di sisiku. Bila mampu kupinta untuk selamanya.
Ayah ...
Kasih ini tak akan usang dan lekang di makan sang waktu.
Bilik Ku, 260615.



DI DALAM KEHENINGAN


Lalu pada dini hari, semilir angin menusuk menyelusup poripori. Tiada terhiraukan pada dingin mendekap tubuh. Angkasa bertabur gemintang, dedaun melambai dalam kelembutan malam.

Dari malam keheningannya ku puja, menentramkan jiwa. Menyadarkanku pada sesaatnya dunia fana, bahwa aku bukan siapasiapa. Bahwa aku adalah si penanggung rahasia diri, titipan Illahi.

Lalu pada dini hari, tercipta dendang hati. Terlahir dari nurani kebenaran sejati. Aku dengan fitrahku sebagai insan sempurna, mengakui kebesaran Mu sebagai yang Maha sempurna.

Airi, Agoestoes 2015.



SKETSA RINDU DI BAWAH MALAM

Akhirnya kupapah rindu ini
Bersama malam
Setia mendendang kesunyian
Iramanya sama
Mengalun merdu direlung kalbu
Lintas bayangmu masih jelas
Memayungi denyut hidupku
Aku menikmati
Bahkan terlalu menikmatinya

Anggaplah aku pendosa
Pendosa yang menikmati hidup
Bercengkrama bersama sepi
Tak sempat kumenghitung
Satu persatu bintang dilangit
Tak jua melihat kejora
Yang kau tunjuk umpama diriku

Terlalu asik kubercumbu dengan sepi
Yang memberi aku gelora hidup
Sendiri ini
Tepat menikam ulu hatiku
Hingga hadirmu
Sebuah ilusi bagiku

Oleh : Airi Cha
Medan, Sumatera Utara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar