Kutilik manis parasmu
Lewat beranda itu
Yang menyala seiring waktu
Namun tetap saja membisu
Hilang kata
Hilang canda
Namun rasa tetap menyala
Biarkan kunikmati senyummu
Lewat potret yang tertata rapi
Di memoriku
Bagiku,
Hadirmu adalah berkatku
Yang menjadikanku bagai ratu
Memanjakanku dengan rayu
Namun bukan tipu
Natural dan menyatu
Tragedi petang hari
Membuat naluriku berdiam diri
Bukan bermaksud menyakiti
Namun sudah kuberitahu
Dia bukan siapa-siapa
Tetap saja membatu
Pergi,
Lalu bertolak diri dan membisu
Diamku rinduku
Inilah cara sederhanaku
Mengertimu dengan ulahku
Entah engkau bisa menerima itu
Bagimu,
Lembaran uang merah
Tidak lebih penting dari pada ragaku
Itulah yang berbisik
Mengiangi telingaku
Akan kutitipkan rindu
Pada gumpalan awan
Yang mengintip malu
Seakan melambai anggun
Bahwa aku
Sang nada,
Merinduimu
Di penghujung malam
Agar sang Surya pagi
Bercerita di pagi hari
Bahwa aku,
Menunggumu lewat diamku
Menantimu,
Hingga di penghujung waktu
Janji itu,
Merangkul raga
Menggenggam jemari
Hingga ajal menyapa
Lalu terbaring kaku dan dingin berdua
Hanya namalah yang tersulam
Di akhir cerita
Kau dan aku menjadi kita
Penulis Novrida Sitohang
Batam, 11_06_2021
19:37 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar