DI UJUNG PENANTIAN
Lengkap sudah sendiriku terkurung sunyi
Terbelenggu diruang ambigu tak berpenghuni
Terkulai dikunyah nelangsa yang berapi-api
Menyusuri jalanan lengang
Bersimbah angan tanpa tujuan
Dalam derap tapak gerimis yang pongah menghujam
Bayang wajahmu menyusup bertubi-tubi membuai
Bersama sebaris kata bahagia yang tenggelam di sanubari
Di atas pengharapan tak bertepi
Tentang.....
rindu kusam
cerita yang hilang
Jarak yang membentang
(Perbedaan perbedaan yang sebelumnya tak menjadi penghalang kini menjadi acuan perdebatan)
Cinta seakan telah terbuang
Namun tetap saja ku pungut namamu di antara keluh kesah, gundah, gelisah, air mata, dan lara
Ah masihkah ada sejumput senyummu
Di ujung penantianku yang kini makin terbata
sedang latahku seolah tak pernah jemu menghampirimu
Jika masih ada ruang di hatimu untukku, sedikit saja tolong bicaralah
Pada tanah membentang
Pada pohon-pohon rindang
Pada angin yang mengusik keangkuhan
Dan pada semesta malam yang kelam
Setidaknya berilah sepenggal larik biar kueja dan kumaknai
Atau isyarat yang bisa kutafsir
Janganlah sepi yang hadir
Janganlah semu yang membeku
Karena aku selalu ingin berjalan menuju rumah rengkuhmu
AYU ASHARI Medan 020621
MENGEJA SEMESTA
Kunikmati secangkir teh
Di pagi yang tak biasa
Dari sisa tetesan embun
dan guguran daun
Tidak ada perdebatan
Apa lagi kata kata
Keadaan menjadi diam yang nyata
Hilang ditelan murka
Percakapan kita adalah sunyi
Sukma yang saling hampir menghampiri
Kini seolah enggan mengunjungi
Sebab tubuh selalu terkungkung ilusi
kalimat hanyalah delusi juga halusinasi
Epilog ini kutulis untukmu kanda
Diam-diam kutitipkan pada angin
Yang bersembunyi di balik senja keemasan
Dan malam ini pun masih sama
Secangkir tehku tetap membeku
Tapi aku percaya
Kau mengigaukan namaku
Seperti juga aku
Meski akhirnya kita membaur di alam tak berwarna
pada pagi yang juga sama
Kita kembali mengeja semesta
AYU ASHARI MDN 280521
PADA SELARIK ASA YANG TERSISA
Kutatap cermin buram membayang
Garis garis guratan waktu
Kian jelas menandai keriput buku jari
Aku terpana...
Sewindu terkurung di balik jeruji sunyi
Selaksa rayu datang dan pergi
Kokoh daksa ini angkuh berdiri
menyelusuri kejadian sehari hari melewati ragam pergolakan
Meski selalu mendapat sengatan lebah,
bahkan putik bunga yang kutanam dulu
kini hanya menjadi epik buat bulan yang tak kunjung muncul
Ah...inilah yang kumiliki saat ini,
Sebingkai cermin usang gambaran luka masa silam
dan aku tak bisa menghapusnya lagi,
karena seluruh kegembalaannya sudah begitu melekat pada sebuah lorong panjang dan lembab.
Tapi karena cinta adalah sebuah kata pelangi untuk semua dahaga yang ada,
Ku kurung gejolak demi gejolaknya dalam jiwa
Jikapun nanti ada yang melangkah keluar
untuk menerjang sinar mentari lalu menderapkan sisa langgamnya menuju tempat yang pasti
Maka pada selarik asa yang tersisa
akan ku eja setiap baitnya dengan Kalam ilahi
AYU ASHARI Mdn 180621
PADA SELARIK ASA YANG TERSISA
Kutatap cermin buram membayang
Garis garis guratan waktu
Kian jelas menandai keriput buku jari
Aku terpana...
Sewindu terkurung di balik jeruji sunyi
Selaksa rayu datang dan pergi
Kokoh daksa ini angkuh berdiri
menyelusuri kejadian sehari hari melewati ragam pergolakan
Meski selalu mendapat sengatan lebah,
bahkan putik bunga yang kutanam dulu
kini hanya menjadi epik buat bulan yang tak kunjung muncul
Ah...inilah yang kumiliki saat ini,
Sebingkai cermin usang gambaran luka masa silam
dan aku tak bisa menghapusnya lagi,
karena seluruh kegembalaannya sudah begitu melekat pada sebuah lorong panjang dan lembab.
Tapi karena cinta adalah sebuah kata pelangi untuk semua dahaga yang ada,
Ku kurung gejolak demi gejolaknya dalam jiwa
Jikapun nanti ada yang melangkah keluar
untuk menerjang sinar mentari lalu menderapkan sisa langgamnya menuju tempat yang pasti
Maka pada selarik asa yang tersisa
akan ku eja setiap baitnya dengan Kalam ilahi
AYU ASHARI Mdn 180621
JAGA AKU KEKASIH
Tuhan
jangan buai anganku dalam tidur
Biarkan aku terbangun...
Sebab malam tak senantiasa mewujutkan mimpi mimpi di pagi hari
Jangan biarkan nyanyian angin melenakanku
Jika hanya akan menghempasku pada kebisuan sunyi tak bertepi
Tuhan
Ku mohon dalam kepiluan yang kian linu
Jaga hatiku agar tidak jatuh cinta lagi
Andai manisnya menyisakan kepahitan di ujung kerongkongan
Ayu Ashari medan 160621
MENDEKAP RINDU YANG TERTUNDA
Ada rindu tertunda ter eja
Tergilas dinamika ambisi yang membius
Mengoyak moyak keimanan
Mencabik cabik keyakinan
betapa aku terperangkap keindahan fana
Memeluk dunia dalam beribu rupa
Ah...aku lelah mengarungi zaman titisan kemunafikan
Hingga senja merunduk sunyi
Lalu pasi menghitung sisa hari
Kecemasan begitu nyata begitu dekat
bahkan begitu mengancam,
maka sebelum aku pergi memeluk bumi
Biarlah kuziarahi makam bathinku
Tuhaan
Dengan apa mesti kuhitung nikmat-Mu
Sementara aku belum selesai
menghitung segala dosa
yang bertahun bersemayam
dalam jantungku.
Ya Rhoob
Dalam doa ku malam ini
Kudekap erat rinduku pada -Mu
beri'tikaf meneteskan butiran airmata dalam kehangatan cinta-Mu
Ayu Ashari mdn 180621
01.04
MENANTI
Tuhan
Petangku telah berlalu
Bulir bulir waktu mulai berarak menggapai gelap
Kepak sayap rindu tak jua berlabuh pada hangat pelukan
Sedang musim demi musim telah lekang termakan keangkuhan
Laksana golakan ombak di lautan
Gelisah kunanti musim semi kembali
Tuk melukis pelangi di langit senja
Ah..adakah waktu tersisa
Sebelum malam benar benar menenggelamkan ku dalam kesunyian panjang
Ayu Ashari mdn 220621
TERUNTUKMU SANG PUISIKU
Teruntuk dirimu sang puisi ku
syair sederhana yang kerap ku tulis
Ketika malam hampir menjemput pagi
pada sisa setiap nafasku
Dan tanpa tau
Kapan, Darimana atau Bagaimana….
Rasa itu tercipta atas nama cinta
Kasihku...
Mengertilah !
dalam diamku
pun di antara ribuan doa
yang ku sebut hanya namamu
Seperti tidak ada kata lain yang dapat ku imla
Aku ingin memumunguti ceceran kesia siaan waktu bersamamu
Agar kau tak lagi menyandang embun dini sendiri
Aku ingin menghapus butiran peluhmu sepulang kau mengejar matahari
Atau sekedar menemanimu menikmati secangkir kopi kala senja menjelang
Hingga kesunyian nan jalang
tak lagi menghempas tubuhmu dalam nelangsa kehampaan
Sampai pabila salah satu dari kita harus pergi,
kita tetap saling merajut jemari.
Ayu Ashari medan 210621 03.21 Wib
AYU ASHARI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar