Sabtu, 12 Juni 2021
Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - MENYELISIK WAKTU
MENYELISIK WAKTU
Dia tak mampu membuat senja terpesona dan tidak pun bisa terlena dengan semilir angin menghantarkan bilur kemerahan memburam hitam
Saat netra terpejam, kelam merapal kalam memberi ruang untuk bisa meneruka waktu yang tersisa
Dan dia masih saja enggan menyapa cinta di bait rindu
Sebab kalah dengan detik yang terus berpacu pada poros kesibukan
Lembaran demi lembaran terlewati tanpa bekas dari pengejaran tanpa batas
Dan ia termangu dalam diam di rumah asing tak bertuan
Batsa, 08062021
Suyatri Yatri
SUARA LIRIH
Duka ibu terlalu dalam
Peradaban terluka
Jiwa terguncang
Akar mana lagi yang akan mencengkeram?
Tertatih perih
Merangkum debat dan selisih
Kepalan tinju, darah mendidih
Orang-orang kecil semakin tertindih
Jiwa tertindas hati merintih
Langkah telah kehilangan arah
Tubuh kian rapuh
Jerit tangis pasrah
memeluk bara
menahan raga yang melepuh
Sakit tak terkira
Namun
Masih terus terhimpit
Aturan mengikat dibuat sarat
Mengungkung kebebasan
Sesak dada,
Menyumbat setiap denyut nadi
Absolut berdiri tegak
Dan pada titik kebiadaban
Menjadi tirani
Karya : Suyatri Yatri
Rohul, 7 Oktober 2020
TEMBANG ALAM
Sudah ditakdirkan rembulan tak berkawan
Matahari tak jua menyentuh bumi
Dan bintang pun tiada berbenang
Sunyi adalah makna dari sejuta mimpi
Hening adalah renungan paling bening
Hati bermuhasabah pada Ilahi Robbi
Rohul, 11 Juni 2020
Suyatri Yatri
JANJI TUAN MENINGGALKAN LUKA
Kukremasi diri dari bayang lampau menyulut silau berkubang dalam payau
Di bawah terik mentari kusilau angan di barisan bayu mendesau. Ada risau yang terselip di hati melihat tingkah laku kacau balau
Rusuh jiwa memapah makna yang lusuh tak lagi utuh. Sementara kuncup mekar di selusuh rindu, harapan pun luluh bermandikan peluh.
Kemana kucari suluh yang lama padam tenggelam di amuk debat yang semakin keruh?
Oh ... Tuan yang mendongak ke langit congkak, dengan berkacak tuan lampiaskan kata tak bijak. Pongah melampaui batas bumi berpijak, hingga meninggalkan jejak luka yang menghentak.
Tuan telah menganggap diri sebagai Tuhan, menepuk dada atas tangisan orang kecil tersungkur penderitaan
Manis bibir atas perjanjian
Hanya berpoles kepalsuan
Perut takkan kenyang dengan memakan rayuan
Jangan Tuan redam demokrasi yang sering sungsang dibias pencitraan
"Rintihan menggelepar di balik getar yang tersesat di negeri gusar
Antara samar melampisi pudar takkan jelas dalam tatapan nanar"
Karya : Suyatri Yatri
Rokan Hulu, 12 September 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
Hak cipta © 2018 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara
SELINTAS KERINDUAN PADA BAIT PENYESALAN
Dari sejarah aku belajar menghargai makna yang hadir
Prasasti cinta yang berdiri di situs rasa tertulis rindu dari perjalanan jiwa
Ada rahasia di antara kata yang nyaris tak terbaca di ruang jiwa yang tertutup
Ingin kubuka tabir di setiap lembaran usang
Namun ragu memenjarakan keyakinan hingga langkah pun terhentikan
Biarlah fatamurgana menjadi penghalang
Samar di ujung rapuh menguatkan pilu bersandar pada duka
Di ceruk waktu mengimla jiwa Mengikis kerak yang melekat di hati
Satu titik terlihat jelas mengental buih mengambang tanya
Apakah bias akan selamanya berpadu pada pantulan cahaya di cermin retak?
"Tidak, tidak akan aku berkubang dalam jelaga menyesakkan dada."
Embun masih setia menemani fajar di hangatnya sajadah
Bersimpuh tunduk, kukalahkan keputusasaan bersama zikir
Gelap dalam kelam bersanding air mata malam kutakbirkan Asma-Nya
Kulepaskan pakaian benci dan dendam mengganti dengan sabar dan ikhlas
"Alam adalah rahasia Ilahi maka kuserahkan segalanya hanya pada-Nya."
Karya : Suyatri Yatri
Ujungbatu, 23 Juli 2018
Pekik Camar Aksara Jingga
KEMELUT
Ujung pena tak setajam waktu yang terus merayap pelan namun pasti
Petualangan kata terhenti di satu titik
Koma menawarkan jeda
Sebaiknya perenungan diri lebih penting dari sekadar membuang energi saling hujat
Batsa, 16062021
Suyatri Yatri
TENGGELAM DALAM SUNYI
Setapak waktu
Netra menggurat makna
Sunyi adalah jiwa
Senarai zihir berlabuh di bibir
Dedoa berembus pelan
Dari bait rindu menggamit cahaya bertabur di dada
Engkau masih membentangkan tangan teduh
Engkau masih selembut embun menyejukkan jiwa nan dahaga
Munajat cinta di punggung muhasabah
Batsa, 19062021
Suyatri Yatri
MEMBACA TIRANI
Hembuskan napas
tersengal
Lepaskan kata
terjungkal
makna pun
terpenggal
Tiada ujung
pangkal
Angkuh bercampur ambisi
Malam pekat
sendu
Membaca waktu
Luruh
ngilu
Nafsu
memburu
Pita merah berkibar marah
Algojo tebas; pangkas tirani!
Rokan Hulu, 5 April 2018
Suyatri Yatri
ENERGI CINTA
Karya : Suyatri Yatri
Purnama enggan menaruh jiwanya pada bintang
Sebab bulan percaya energi sinar matahari
Sementara ketulusan bumi mendapat cahaya keduanya dengan keikhlasan cinta
Tiada pilihan langit untuk menghentikan rasa hadirkan haru dalam tangis
Hingga suburkan benih kasih melahirkan sayang romansa hutan
Birunya laut menguatkan kesabaran dari empasan gelombang
Di sanalah bukti keteguhan jiwa terendap makna kesungguhan hati
Rokan Hulu-Riau, 3 April 2018
Quatrain
RASA HATI
Sepi menyulam malam
Sendiri rangkai kenangan
Kulampiaskan rasa di langit lebam
Sebentuk kata rindu dipusarakan
Hati telah bergemuruh syahdu
Memetik tangga nada debarkan dada
Menatap lukisan di lautan biru
Ada cinta terselip di jiwa
Selarik pinta sembunyikan makna
Tatapan kasih berdaun rimbun
Hentakkan jejak di altar kata
Bersulam pernik tetesan embun
Tak bisa dipungkiri percikan pijar cinta
Bersemayam teduh di ruang hati
Biarkan tunas bersemi di pagar bahagia
Tanpa ungkapan mengikat janji
Rokan Hulu-Riau, 29 Maret 2018
#Romansa_SuyatriYatri
RINDU BIDADARI
Hatiku
tersulut rindu
menggebu
tak menentu
Gelisah kian memburu
Ingin segera bertemu
Pada bayu
aku berseru
Menitipkan pesan di ujung waktu
di bait kisah teramu
bersanding cerahnya langit biru
Melangkah pasti
walau berhias
benih cemburu
Kujemput nyanyian bidadari hatiku
Gelegar petir bersambar kelakar
Ujungbatu, 7 April 2018
#SuyatriYatri
PANGERAN LAUT DI DERMAGA CINTA
Belawan masih bersuara
Kenanganmu
masih ada
Takkan kulupa
ukiran nama
Walau tersamar kata
Di sela pasir menimbun raga
"Cinta masih setia singgahi dermaga."
Kupandang karang
menghempas gelombang
Wajahmu terbayang
terus kukenang
Kepergianmu
membuat aku gamang
Laut biruku
hadirkan rindu
Ombak bersenandung syahdu
Jiwa baharimu
Masih melekat; terpatri
di hati anak gunung
Terumbu karang melambai
naluriku terbuai
Bisikan bayu membelai
Cintaku terlerai
hingga hatiku terluka berderai
Batin pun bertikai
sementara waktuku terbengkalai
Kusimpan jejak kasih
di timbunan pasir
Nanti,
aku kembali menyisir
Setiap celah makna
yang mampir
Longgarkan syaraf
agar mampu berpikir
janjiku tak pernah mangkir
Kau
yang kusebut pangeran laut
berbintang
nahkoda bijak!
Rokan Hulu, 8 April 2018
#SuyatriYatri
REBAH MERINGKUK
: Suyatri Yatri
Dekapan gigil
mengguncang gemetar raga
kusembunyikan dalam selimut
menahan rasa
menusuk pori
kalah jiwa
Kuyup menyiksa
Jemari tak berasa
Keriput pun tak kuasa
menggenggam bara
Erangan semakin menggila
Meringkuk melipat lutut berniat membulat bola
Tak ingin sebentuk kata
gerogoti kekebalannya
Rebah mewabah salah
pahit pun merubah selera lidah
Kalah belulang menyanggah!
Rohul, 9 April 2018
BENANG SUTRA BERLAPIS DUA
karya : Suyatri Yatri
Pada siapa kusanjung rasa memerih makna
tak hendak dia memintal cinta
dari benang sutra berlapis dua
Tak ingin hatiku bercermin ganda
Cinta bukan syahwat yang berkuasa
Memahami batin selami setia
Jangan mencari teduh jiwa
luka yang pasti diterima
sebab laguku tak berirama
Kosong hampa tak berisi
Tiada permata tersimpan di hati
Tak perlu merayu cari simpati
sebab pintu telah terkunci
Palingkan wajahmu tak perlu menyelinap di hati
rasa tak bisa dipaksakan
sebab langit tak selalu biru
;Pergilah jauh!
Rokan Hulu. 11 April 2018
TUNGKU PEMBAKARAN
: Suyatri Yatri
Jika tungku pembakaran makna
telah menghanguskan rasa
dan juga dusta pun
mengabu mengapa
jujur dipertanyakan juga
Sementara
nanah tak percaya
mengucur deras pada tikaman
yang mematikan jiwa
Lelah menutupi
namun terbuka juga
Sedu sedan
dalam setiap tarikan napas
terbata
"Jerit hatiku pada fajar tanpa purnama!"
Tanda bermuram
menafsir kalam
Kaki tergelincir
ke lembah curam
Isak rindu lebam
kucari
di kantong kiri
penawar perih ini
Lepaskan sesak tak persegi
Tabiat kalap sendu memburu
Kubisikan nyanyian cinta berpagar racun sianida!
Rokan hulu 10 April 2018
SPEKULASI EMBUN FAJAR
Ketika embun fajar menyapa
Sederet kata berbaris mengejutkan mata
Rasa mengiris tak percaya
Sepotong hati tercabik mengentalkan rasa
Goresan dalam tertikam di dada
Di kantong kiri yang tak terisi beraroma curiga
membentuk tanda tanya
sisakan spekulasi membumbung jelaga
terasa sesak membuncah aksara
meledak jua akhirnya
Diam menatap langit kelam berwarna hitam
tertunduk kepala mengimla kalam
Kemana arah yang tak ada kecam
walau asing jiwa lebam
ikhlas hati bersemayam
Rohul, 13 April 2018
#SuyatriYatri
TUNAS RINDU DI TAMAN HATI
: Suyatri Yatri
Semakin kuusir segala rasa
semakin cemas membalut jiwa
Telah kubirukan warna minda
Saat pertemuan dunia maya
Bayanganmu mengusik pikiranku
Hingga hadirkan tunas rindu
Telah kupersiapkan kata indah untukmu
Bukan sekadar polesan merayu
Getaran menguasai ruang kalbu
Cemasku berkelana bersamamu
Ingin ragaku terbang memelukmu
Namun kau belum menjadi kekasih halalku
Semakin subur bunga di taman hati
Memberi warna di larik puisi
Tak ingin kuberpaling lagi
Kusandarkan bait doa dalam ikatan suci
Rokan hulu, 16 April 2018
MEMETIK RINDU FAJAR
Karya : Suyatri Yatri
Fajar berembun suci
Muhasabah diri
Zikir pada Ilahi Robbi
Di bentangan sajadah sunyi
Memintal doa hati
Merapal kalam memetik rindu di pucuk sepi
Kulingkarkan tafakur
Tak ingin jiwaku kufur
Raga tersungkur
saat dini mendengkur
Tetesan bening mengalir munajatkan syukur
Rohul, 18 April 2018
TUAN PERGI
Karya : Suyatri Yatri
Tanpa sadar tuan telah menyentuh hati yang lama terkunci
Kini tuan pergi
membawa tanda tanya di ujung hari
Antara abu-abu dan merah hati
di manakah tuan berdiri
Aku telah berkeliling berlari
Mencari ke seluruh negeri
namun tuan tak bernyali
Ungkapkan rasa ini
Tuan bersembunyi
hilang di telan bumi
Haruskah aku kembali
menawarkan kasih suci
Menjadi cadas tajam di lembah sunyi
Berharap kematian hadir menghampiri
Rokan Hulu, 17 April 2018
BAIT AKSARA DI LANGIT BIRU
Karya : Suyatri Yatri
Bila hadirku menuai cemburu
Jangan usik rumahku
Katakan dengan sejujur kalbu
Aku pahami maksud tanpa berseteru
Bila ingin hentikan kekataku
Maaf imajiku menolak itu
Sebab inspirasi jiwaku menggebu
Berputar diksi di kepalaku
Jangan sirami luka dengan sembilu
Beri penawar getah betadin yang teramu
Agar tak berkarat di hatimu
Bait aksara menjadi sasaran lakumu
Aku kembali goreskan makna rindu
Berpayung langit biru
Senyumku menyatu pada senandung syahdu
Syairku terus melukis estetika di lembaran merah jambu
Rohul, 30 April 2018
PEKIK CAMAR AKSARA JINGGA
Lincahnya kepak camar
membuat manufer diksi yang tak samar
Terbang menari di percikan air laut, bertengger di atas karang
tanpa rasa takut dihempas gelombang
Sudah terbiasa dengan asinnya garam senyuman riak berpusara membaur di permukaan tak karam
Ukiran aksara menancap di lembaran terumbu karang
Berwarna biru terang
bergradasi hijau yang menawan
Hadirkan bait rindu di pelabuhan
Larik pun menjadi sebuah kebahagiaan
Menyaksikan senja bersandar makna
Di antara inspirasi dari telaah diri
Bukan hasil mematahkan ranting suci
Dari silaturahmi
Pekik camar berpayung etika
membentuk karakter jiwa
Memungut kata menjadi estetika
Tanpa debat dan prasangka
Perisai motivasi suarakan hati nurani
Camar, 29 April 2018
MENYULAM RENDA BAHAGIA BIRU
Karya : Suyatri Yatri
Ingin kunikmati hangatnya pelukmu
namun sayapku tersangkut di antara ranting kayu
Kupandangi senyum bidadari cantik berpoles madu
Menyulam renda bahagia biru
Genggaman rasa menyentuh rindu
Di beranda, duduk setia menunggu
"Maaf sayang, bila langitku masih kelabu"
Dilema dari pergolakan trauma terus mengikutiku
Bersanding luka di dinding kalbu
Saat hati terkunci mati membeku
Kau hadir dalam canda yang mendamaikan jiwaku
"Biarkan sayap camarku merentang walau bergumul debu."
Kuncup tunas bersemi tanpa ragu
Terjaga hijau takkan layu
Di hatiku ingin berseru
membisik rindu menjadi satu
Di bawah payung kebersamaan tak berseteru
Menjadikan cahaya terang beraroma gaharu
Senyum ikhlas senandungkan gita cinta nan syahdu
Rohul, 28 April 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar