Kelahiran adalah catatan takdir
Tergores di lembar waktu
Dengan warna rindu mendelu
Sebagai termaktub oleh kasih
Kelahiran berdegup harap cita
Genggam cinta pada detak bahagia
Segenap senyum sematkan rindu
Hangatkan
peluk
tangisan haru
Kehidupan sebagaimana hitungan nasib
Jaraknya terukur oleh baris kecewa
Dihias segenap onak tajam
Berkelok seumpama jalan berbatas pikir
Setiap lelah yang terhempas
Ada harap yang menghampir
Ketika batas air di titik nadir
Sirna beban hilang sukma
Akhir lelaku dusta hanyalah ajal
Catatan maut dan pertautan usia
Hitungan jurnal jiwa yang lupa
Sebagai penanda tiap jejak dosa
TITO SEMIAWAN
280321
----------<0>----------
SETERU DAN TARUNG
Ludah terbiasa perciki amarah
Suntik tuba ke nadi akal sehat
Sekecap kata hanya debur ombak
Pecahan tajam kontestasi
Ketika benar serupa piala
Setiap babak adalah umpat
Garang tolok ukur ucap
Lidah berkilah api memijah
Seteru dan tarung terluka
Segenap tipu menjadi daya
Seperti materi dan anti
Semua lebur jadi nihil
TITO SEMIAWAN
280321
----------<0>----------
MIMPI SUREALIS
Jalan menanjak melandai menuju ufuk
Matahari tertahan di ceruk membelah biru
Seumpama rumput menguning
Bebatuan tersapu angin puting
Jalan mulai bergelombang
Onak tersembul di tiap tikung
Di depan jembatan berderit
Bergoyang bertelekan tanaman rambat
Sungai tak hendak beriak
Berwarna kesumba dan diam
Selintas ikan berenang melenggok
Seringai gigi dan tajam sirip
Jejak langkah di rumah kaca
Bintang berkedip kunang-kunang
Serumpun kemuning menatap langit
Kelopaknya sebagai pigura. Asing
Luasan cakrawala nuansa telur asin
Setangkup awan digiring sekawan punai
Gunungan menancapkan kaki dalam-dalam
Aku dan pelangi sendiri berbagi sepi
Nyamuk terperangkap hilang dengung
Memijah di hamparan nuansa kerontang
Aku terpana bentuk abstrak di tembok mimpi
Seolah semua merajam kesadaran
Tiba-tiba,
mataku nyalang
keringat mengalir
langit kamar tertindih gelap
Di sisiku, istri tertidur
Memeluk mimpi
Mendengkur halus
Damai
TITO SEMIAWAN
040421
----------<0>----------
AKU TERMANGU
Garis wajah lugas tertatah sebab panas dan angin
Tegas warisi sudra pangku derajat brahman
Kulit tembaga tua warna tanah tumpah
Mengecap selera pawon simbok di lembur
Busana modis berbanding lurus bangku pendidikan
Duduk elegan berhak tinggi komunitas eksklusif
Jelata menaiki langit berbekal bimbang dan canggung
Satu kaki memijak ambisi kaki lain terpincang
Tahbiskan cita diri sebagai warganegara dunia
Batas tiada halang untuk berbaur gaul
Jarak merapat serupa pernikahan antar ras
Semesta alit dan jagat wadag berpadu satu
Negara beragama dunia sekte teknologi
Budaya berbasis cepat saji dan industri
Koneksi terhubung oleh serat dan cahaya
Sekat hanya norma yang sering kali kalah
Komunikasi hanya berbatas kuota dan harga
Tegur sapa membentuk tingkat kelas sosial
Ketika bunda memanggil mengirim pesan rindu
Lidah terbata mengeja cinta dengan bahasa ibu
TITO SEMIAWAN
040421
---------<0>----------
KAKIKU TERANTUK
Kakiku terantuk daun pintu
Sakitnya melesat cepat ke otak
Spontan mulutku teriak: "Bangsat!"
Engsel pintu berderit
Terkekeh di atas deritaku
Pintu bergoyang menari
Sakit perlahan berdenyut
Ada luka menitik merah
Kulit ari terkelupas
Tertatih aku menuju lemari
Sebotol obat luka kurogoh
Kuteteskan pada luka. Namun kosong
Kucoba tuang ke telapak
Tak ada cair mengalir
Kubanting tutup dan membatin: "Bangsat!"
TITO SEMIAWAN
040421
----------<0>----------
KERAH BIRU
Matahari timur merambah acak
Pepohonan melepas bayang
Ada kicau burung kutilang
Ada derum mesin mengerang
Sekelumit sinar menerobos
Lewat sobekan lapuk tirai
Menarik mimpiku hingga terjerembab
Dan menggugah mataku mengantuk
Lewat sentuhan jemari cahaya
Ku hempas kantuk dengan air
Ku tepis malas aroma sabun
Di meja berkaki tiga
Secangkir kopi jagung melepas asap
Wanginya memadati kamar
Dan sebatang rokok kretek sisa semalam
Aku kenakan seragam pabrik
Menatap kaca mematut kerut
Menggaris rambut
Lalu duduk menghadap kopi jagung dan rokok kretek
Sepatu kets asli palsu, sudah
Gadget cina angsuran, sudah
Jaket lokal kulit imitasi, sudah
Motor kredit, dikeluarkan perlahan
Di start dan mendengking lembut
Gelombang menyemut carut marut
Dengan warna dan gerak seragam
Tinggalkan gubuk buruk bertumpuk
Berjalan bersama ribuan wajah
Masuki gerbang serupa mulut menganga
Menjual tenaga dan waktu
Diayak sistem dan mesin
Untuk mendapatkan UMR
TITO SEMIAWAN
110421
----------<0>----------
BICARA WAJAH
(Sepotong wajah selintas resah
Sekerat kisah sepintas desah)
Sejarah dibentuk oleh genangan darah
Menyimpan sakit pada seulas merah
Lukanya menjadi gurat nestapa
Tangisnya suara putus asa
Setiap kerut wajah durjana
Tersenyum keji pada rahasia
Tatap tetap mencari tumbal raga
Sebagai hias sebatas bayang amarah
(Seraut wajah serabut duka
Sewarna tanah sekilas muka)
Waktu menulis takdir dengan seksama
Mantra kutuk ucap serapah
Mulut terkatup baris pagar kata
Pikiran diam sembunyi dalam gundah
Mata menjadi pintu angkara
Sinarnya menyapu tiap terbit tanya
Jiwa yang terpendam kelam maya
Tercetak jelas di raut menua
(Sesimpul wajah segenap usia
Setajam bilah seulas jumawa)
TITO SEMIAWAN
110421
----------<0>----------
MATAMU PERLAHAN MEMERAH
Malam bintang kembar
Angin masih terasa hangat kemarau
Wajahmu jatuh menghadap duka
Dengan diam yang menghujat
Sinar matamu mendesak
Menanti ucap yang tercekat
Sementara semua bayang
Padati ruang kenang
Melesat cepat
Serupa kilas balik
Seperti labirin cinta kita
Segenap kata yang telahir
Sebagai pelengkap rindu terukir
Seperti langkah bidak tertatih
Perlahan mengepung cinta teralih
Malam kian hitam
Kelamnya memasung bintang
Beranda lengang hilang riang
Bibir kita terkatup berjuta kira
Mata menatap asing
Sedang hatipun berpaling
Peluh perlahan mengalir
Menahan sesak panas
Menggenangi kecewa
Birahi yang dulu tujuan
Terasa usang berubah nasib
Matamu perlahan memerah
Mengembang air mata luka menganga
Dan sedu sedan lemah
Tanda mata perpisahan
TITO SEMIAWAN
110421
----------<0>----------
BELAJAR TERBANG
Helai pengetahuan tumbuh
Memenuhi kesadaran inti
Berwarna perak kemilau
Terpapar matahari pagi
Pandang tajam menyapu
Kaki menjejak bumi
Sayap mengepak ilmu
Melepas ragu gravitasi
Langit tanya berpola biru
Diluasan gigih mencari
Dengan jarak ingin tahu
Perlahan merenggut informasi
Terkadang memintal waktu
Mundur untuk mencoba berbagi
Ada saat diam termangu
Sejenak meluruskan hati
Ketika otot hilang kelu
Terbang akal menembus langit
Segala ragu tersapu tuju
Hingga menyentuh senja hari
TITO SEMIAWAN
190421
----------<0>----------
RUMAH DIJUAL
Rumah bercat putih
Masih bertembok kenangan
Jendelanya menatap angin rindu
Desirnya kadang melenggang di tingkap
Ditingkahi kicau genit prenjak
Daunpun berguguran
Seperti selendang bidadari
Berserakan di hamparan senja
Rumah bercat putih
Berpagar kayu mahoni
Dimana beranda hati berteduh
Ditimpali wangi bunga kenanga
Meja kursi rotan memberi aksen
Tempat sore terhidang
Dengan secangkir kopi panas
Serta obrolan sebagai kudapan
Rumah bercat putih
Seruas umur kita habiskan
Jejak cinta telah berdebu
Berdegup di tiap ruang sepi
Segenap sesal dan haru
Tumpah ruah air mata
Luka pada cabikan papan mengelupas
Di punggungnya tertulis "Rumah dijual"
TITO SEMIAWAN
190421
----------<0>----------
FIRASAT
Kucing seberangi malam. Hitam.
Matanya melirik tajam
Menatap bulir cahaya
Berjalan perlahan menuju gelap
Hari berjalan lambat
Kita hanya diam
Kau pandangi teve
Aku menatapmu
Malam telah tua
Kantuk menggelandang
Kau mengajakku tidur
Esok hari lelah untuk terbang
Rintihan kedasih menutup senja
Di batang Kamboja tua
Kepak sayapnya muram
Terbang menuju kelam
Rumah terasa lengang
Lampu sudut menyala
Ku seduh secangkir kopi
Ku duduk di tempat dudukmu kemarin
Teve menyala kabar berita
Tertulis Breaking News
Remote terjatuh aku terpana
Pandang buram menetes air mata
TITO SEMIAWAN
190421
----------<0>----------
SEJATINYA PAHLAWAN
Selamat tinggal kampungku, gersang
Juga teman dan handai taulan
Terutama sembah sungkem
kagem Bapak dan Si Mbok
Sapimu, si Boleng, kan ku ganti
Sedapatnya gajiku di perantauan
Di penampungan
Tanpa kontak hilang bebas
Makan terbatas hukum sepihak
Kadang siksa mendera
Hanya setitik harapan pegangan
Tengah malam dibangunkan
Berkemas melintas mengejar pantai
Sekoci kecil sarat beban
Diombang ambingkan ombak
Aku berhimpitan dengan harapan
Hatiku bergemuruh
"Tanah perjanjian, aku datang!!!"
TITO SEMIAWAN
250421
----------<0>----------
MALAM, SUATU KETIKA
Malam pekat menghampir
Uluk salam lewat beranda
Mengetuk pintu dengan desir
Maaf, tidakkah angin melintas?, tanyanya
Di ruang tengah ia menanti
Semoga tidak menyibak onar
Kubawakan buah tangan
Nyamuk dengan dengung lembut
Dapat mengusik sepi dan melepas kantuk
Kuharap jendela tetap terbuka
Sebab kelamku menambah terang lampu
Dan aku bisa tetap menatap diam khayalmu
TITO SEMIAWAN
250421
----------<0>----------
DI TAMAN SURGA
Di timur taman bahagia
Cinta adalah hamparan pagi
Dan warna warni hati
Kita telanjang berkulit tembaga
Berjalan menyusuri permadani
Tenunan semak kembang setaman
Aneka buah bertangkai rindu
Memeluk cabang rendah
Berwarna matang aroma dahaga
Sinar menerobos lembut
Melesati rimbunan daun sukacita
Membentuk garis miring bening
Kadang kicau burung riang
Bersahutan dengan desir angin syahdu
Kita terpana dialun tetabuhan
Diantara taman-taman Eden
Jalan setapak berhias batu kali
Membelah hamparan rumput
Garisnya kontras berwarna coklat
Diapit pagar tanaman rambat
Berakhir di danau berkaca biru
Segala kenikmatan tunduk dan datang
Terjangkau tangan dan langkah
Terlihat pandang dimana menatap
Hanya sebuah pantang dan larang
Mendekati pohon pengetahuan
Dan memetik merah tragedi
Ular pengejawantahan beludak
Mendesis dengan hasut bahna iri
Tawarkan keabadian lewat apel
TITO SEMIAWAN
250421
----------<0>----------
TITO SEMIAWAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar