UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 16 April 2021

Kumpulan Puisi Tito Semiawan - KELAHIRAN KEHIDUPAN



KELAHIRAN KEHIDUPAN

Kelahiran adalah catatan takdir
Tergores di lembar waktu
Dengan warna rindu mendelu
Sebagai termaktub oleh kasih

Kelahiran berdegup harap cita
Genggam cinta pada detak bahagia
Segenap senyum sematkan rindu
Hangatkan
peluk
tangisan haru

Kehidupan sebagaimana hitungan nasib
Jaraknya terukur oleh baris kecewa
Dihias segenap onak tajam
Berkelok seumpama jalan berbatas pikir

Setiap lelah yang terhempas
Ada harap yang menghampir
Ketika batas air di titik nadir
Sirna beban hilang sukma

Akhir lelaku dusta hanyalah ajal
Catatan maut dan pertautan usia
Hitungan jurnal jiwa yang lupa
Sebagai penanda tiap jejak dosa

TITO SEMIAWAN
280321
----------<0>----------



SETERU DAN TARUNG

Ludah terbiasa perciki amarah
Suntik tuba ke nadi akal sehat
Sekecap kata hanya debur ombak
Pecahan tajam kontestasi

Ketika benar serupa piala
Setiap babak adalah umpat
Garang tolok ukur ucap
Lidah berkilah api memijah

Seteru dan tarung terluka
Segenap tipu menjadi daya
Seperti materi dan anti
Semua lebur jadi nihil

TITO SEMIAWAN
280321
----------<0>----------




MIMPI SUREALIS

Jalan menanjak melandai menuju ufuk
Matahari tertahan di ceruk membelah biru
Seumpama rumput menguning
Bebatuan tersapu angin puting

Jalan mulai bergelombang
Onak tersembul di tiap tikung
Di depan jembatan berderit
Bergoyang bertelekan tanaman rambat

Sungai tak hendak beriak
Berwarna kesumba dan diam
Selintas ikan berenang melenggok
Seringai gigi dan tajam sirip

Jejak langkah di rumah kaca
Bintang berkedip kunang-kunang
Serumpun kemuning menatap langit
Kelopaknya sebagai pigura. Asing

Luasan cakrawala nuansa telur asin
Setangkup awan digiring sekawan punai
Gunungan menancapkan kaki dalam-dalam
Aku dan pelangi sendiri berbagi sepi

Nyamuk terperangkap hilang dengung
Memijah di hamparan nuansa kerontang
Aku terpana bentuk abstrak di tembok mimpi
Seolah semua merajam kesadaran

Tiba-tiba,
mataku nyalang
keringat mengalir
langit kamar tertindih gelap

Di sisiku, istri tertidur
Memeluk mimpi
Mendengkur halus
Damai

TITO SEMIAWAN
040421
----------<0>----------



AKU TERMANGU


Garis wajah lugas tertatah sebab panas dan angin
Tegas warisi sudra pangku derajat brahman
Kulit tembaga tua warna tanah tumpah
Mengecap selera pawon simbok di lembur

Busana modis berbanding lurus bangku pendidikan
Duduk elegan berhak tinggi komunitas eksklusif
Jelata menaiki langit berbekal bimbang dan canggung
Satu kaki memijak ambisi kaki lain terpincang

Tahbiskan cita diri sebagai warganegara dunia
Batas tiada halang untuk berbaur gaul
Jarak merapat serupa pernikahan antar ras
Semesta alit dan jagat wadag berpadu satu

Negara beragama dunia sekte teknologi
Budaya berbasis cepat saji dan industri
Koneksi terhubung oleh serat dan cahaya
Sekat hanya norma yang sering kali kalah

Komunikasi hanya berbatas kuota dan harga
Tegur sapa membentuk tingkat kelas sosial
Ketika bunda memanggil mengirim pesan rindu
Lidah terbata mengeja cinta dengan bahasa ibu

TITO SEMIAWAN
040421
---------<0>----------



KAKIKU TERANTUK

Kakiku terantuk daun pintu
Sakitnya melesat cepat ke otak
Spontan mulutku teriak: "Bangsat!"

Engsel pintu berderit
Terkekeh di atas deritaku
Pintu bergoyang menari

Sakit perlahan berdenyut
Ada luka menitik merah
Kulit ari terkelupas

Tertatih aku menuju lemari
Sebotol obat luka kurogoh
Kuteteskan pada luka. Namun kosong

Kucoba tuang ke telapak
Tak ada cair mengalir
Kubanting tutup dan membatin: "Bangsat!"

TITO SEMIAWAN
040421
----------<0>----------




KERAH BIRU

Matahari timur merambah acak
Pepohonan melepas bayang
Ada kicau burung kutilang
Ada derum mesin mengerang
Sekelumit sinar menerobos
Lewat sobekan lapuk tirai
Menarik mimpiku hingga terjerembab
Dan menggugah mataku mengantuk
Lewat sentuhan jemari cahaya

Ku hempas kantuk dengan air
Ku tepis malas aroma sabun

Di meja berkaki tiga
Secangkir kopi jagung melepas asap
Wanginya memadati kamar
Dan sebatang rokok kretek sisa semalam

Aku kenakan seragam pabrik
Menatap kaca mematut kerut
Menggaris rambut
Lalu duduk menghadap kopi jagung dan rokok kretek

Sepatu kets asli palsu, sudah
Gadget cina angsuran, sudah
Jaket lokal kulit imitasi, sudah
Motor kredit, dikeluarkan perlahan
Di start dan mendengking lembut

Gelombang menyemut carut marut
Dengan warna dan gerak seragam
Tinggalkan gubuk buruk bertumpuk

Berjalan bersama ribuan wajah
Masuki gerbang serupa mulut menganga
Menjual tenaga dan waktu
Diayak sistem dan mesin
Untuk mendapatkan UMR

TITO SEMIAWAN
110421
----------<0>----------



BICARA WAJAH

(Sepotong wajah selintas resah
Sekerat kisah sepintas desah)

Sejarah dibentuk oleh genangan darah
Menyimpan sakit pada seulas merah
Lukanya menjadi gurat nestapa
Tangisnya suara putus asa
Setiap kerut wajah durjana
Tersenyum keji pada rahasia
Tatap tetap mencari tumbal raga
Sebagai hias sebatas bayang amarah

(Seraut wajah serabut duka
Sewarna tanah sekilas muka)

Waktu menulis takdir dengan seksama
Mantra kutuk ucap serapah
Mulut terkatup baris pagar kata
Pikiran diam sembunyi dalam gundah
Mata menjadi pintu angkara
Sinarnya menyapu tiap terbit tanya
Jiwa yang terpendam kelam maya
Tercetak jelas di raut menua

(Sesimpul wajah segenap usia
Setajam bilah seulas jumawa)

TITO SEMIAWAN
110421
----------<0>----------



MATAMU PERLAHAN MEMERAH

Malam bintang kembar
Angin masih terasa hangat kemarau
Wajahmu jatuh menghadap duka
Dengan diam yang menghujat
Sinar matamu mendesak
Menanti ucap yang tercekat
Sementara semua bayang
Padati ruang kenang
Melesat cepat
Serupa kilas balik
Seperti labirin cinta kita

Segenap kata yang telahir
Sebagai pelengkap rindu terukir
Seperti langkah bidak tertatih
Perlahan mengepung cinta teralih

Malam kian hitam
Kelamnya memasung bintang
Beranda lengang hilang riang
Bibir kita terkatup berjuta kira
Mata menatap asing
Sedang hatipun berpaling
Peluh perlahan mengalir
Menahan sesak panas
Menggenangi kecewa
Birahi yang dulu tujuan
Terasa usang berubah nasib

Matamu perlahan memerah
Mengembang air mata luka menganga
Dan sedu sedan lemah
Tanda mata perpisahan

TITO SEMIAWAN
110421
----------<0>----------



BELAJAR TERBANG

Helai pengetahuan tumbuh
Memenuhi kesadaran inti
Berwarna perak kemilau
Terpapar matahari pagi

Pandang tajam menyapu
Kaki menjejak bumi
Sayap mengepak ilmu
Melepas ragu gravitasi

Langit tanya berpola biru
Diluasan gigih mencari
Dengan jarak ingin tahu
Perlahan merenggut informasi

Terkadang memintal waktu
Mundur untuk mencoba berbagi
Ada saat diam termangu
Sejenak meluruskan hati

Ketika otot hilang kelu
Terbang akal menembus langit
Segala ragu tersapu tuju
Hingga menyentuh senja hari

TITO SEMIAWAN
190421
----------<0>----------



RUMAH DIJUAL

Rumah bercat putih
Masih bertembok kenangan
Jendelanya menatap angin rindu
Desirnya kadang melenggang di tingkap
Ditingkahi kicau genit prenjak
Daunpun berguguran
Seperti selendang bidadari
Berserakan di hamparan senja

Rumah bercat putih
Berpagar kayu mahoni
Dimana beranda hati berteduh
Ditimpali wangi bunga kenanga
Meja kursi rotan memberi aksen
Tempat sore terhidang
Dengan secangkir kopi panas
Serta obrolan sebagai kudapan

Rumah bercat putih
Seruas umur kita habiskan
Jejak cinta telah berdebu
Berdegup di tiap ruang sepi
Segenap sesal dan haru
Tumpah ruah air mata
Luka pada cabikan papan mengelupas
Di punggungnya tertulis "Rumah dijual"

TITO SEMIAWAN
190421
----------<0>----------



FIRASAT

Kucing seberangi malam. Hitam.
Matanya melirik tajam
Menatap bulir cahaya
Berjalan perlahan menuju gelap

Hari berjalan lambat
Kita hanya diam
Kau pandangi teve
Aku menatapmu

Malam telah tua
Kantuk menggelandang
Kau mengajakku tidur
Esok hari lelah untuk terbang

Rintihan kedasih menutup senja
Di batang Kamboja tua
Kepak sayapnya muram
Terbang menuju kelam

Rumah terasa lengang
Lampu sudut menyala
Ku seduh secangkir kopi
Ku duduk di tempat dudukmu kemarin

Teve menyala kabar berita
Tertulis Breaking News
Remote terjatuh aku terpana
Pandang buram menetes air mata

TITO SEMIAWAN
190421
----------<0>----------



SEJATINYA PAHLAWAN

Selamat tinggal kampungku, gersang
Juga teman dan handai taulan
Terutama sembah sungkem
kagem Bapak dan Si Mbok
Sapimu, si Boleng, kan ku ganti
Sedapatnya gajiku di perantauan

Di penampungan
Tanpa kontak hilang bebas
Makan terbatas hukum sepihak
Kadang siksa mendera
Hanya setitik harapan pegangan

Tengah malam dibangunkan
Berkemas melintas mengejar pantai
Sekoci kecil sarat beban
Diombang ambingkan ombak
Aku berhimpitan dengan harapan
Hatiku bergemuruh
"Tanah perjanjian, aku datang!!!"

TITO SEMIAWAN
250421
----------<0>----------



MALAM, SUATU KETIKA

Malam pekat menghampir
Uluk salam lewat beranda
Mengetuk pintu dengan desir

Maaf, tidakkah angin melintas?, tanyanya
Di ruang tengah ia menanti
Semoga tidak menyibak onar

Kubawakan buah tangan
Nyamuk dengan dengung lembut
Dapat mengusik sepi dan melepas kantuk

Kuharap jendela tetap terbuka
Sebab kelamku menambah terang lampu
Dan aku bisa tetap menatap diam khayalmu

TITO SEMIAWAN
250421
----------<0>----------



DI TAMAN SURGA

Di timur taman bahagia
Cinta adalah hamparan pagi
Dan warna warni hati

Kita telanjang berkulit tembaga
Berjalan menyusuri permadani
Tenunan semak kembang setaman

Aneka buah bertangkai rindu
Memeluk cabang rendah
Berwarna matang aroma dahaga

Sinar menerobos lembut
Melesati rimbunan daun sukacita
Membentuk garis miring bening

Kadang kicau burung riang
Bersahutan dengan desir angin syahdu
Kita terpana dialun tetabuhan

Diantara taman-taman Eden
Jalan setapak berhias batu kali
Membelah hamparan rumput

Garisnya kontras berwarna coklat
Diapit pagar tanaman rambat
Berakhir di danau berkaca biru

Segala kenikmatan tunduk dan datang
Terjangkau tangan dan langkah
Terlihat pandang dimana menatap

Hanya sebuah pantang dan larang
Mendekati pohon pengetahuan
Dan memetik merah tragedi

Ular pengejawantahan beludak
Mendesis dengan hasut bahna iri
Tawarkan keabadian lewat apel

TITO SEMIAWAN
250421
----------<0>----------
TITO SEMIAWAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar