UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Jumat, 16 April 2021

Kumpulan Puisi Leo Sastrawijaya - DI KEMBANG LANGIT




SRI

tiba-tiba aku teringat dirimu Sri,

bau ketiakmu yang khas
titik-titik keringat yang meleleh pada dahimu
serta wajah tanpa polesan rias
yang tidak membuatmu merasa jengah

kamu sering tertidur saat kita belajar
kelelahan karena sebagian besar harimu
habis di tengah hiruk pikuk pasar
pertarungan
juga kerja keras tiada henti
namun siapapun tahu
kamu selalu yang
terbaik
di antara kami
seakan kamu tidak perlu belajar
untuk menjadi mengerti

apakah kamu terluka Sri?
ketika masa kanak-kanak dan remajamu
direnggut oleh kesibukan
untuk sekedar bertahan
dalam hidup yang sendirian

'pada akhirnya siapapun harus bertarung,
dan aku beruntung telah memulainya
lebih awal'

jawabmu

dan ketika dahulu
aku harus memutuskan untuk
seorang pendamping
aku mengetuki semua pintu
berharap menemukan aroma ketiak
seperti aromamu
menemukan sepasang mata
yang cemerlang bersahaja
seperti sepasang matamu itu

Sri, semoga cinta melengkapi hidupmu
yang kamu temukan dalam keriuhan pasar
atau tempat manapun di muka bumi ini

seorang lelaki yang tahu menghargai
aroma ketiak yang muncul sebagai kabar
untuk harga diri dan kekuatan!

===================
"Sri"
=Kado Untuk Para Perempuan=



KUNCUP SERUNI

saat pertama bertemu kamu Mei-mei
kamu mengingatkanku kepada kuntum kembang Seruni
yang tengah bertumbuh untuk mekar mewangi

sebelum kemudian aku menyadari bila
kamu mungkin saja telah terlahirkan pada sebuah dunia
yang tak seharusnya

'mengapa kamu harus ada sebagai orang Jawa?'
'mengapa pula aku harus ada sebagai seorang Cina?'

semua jawabanku tak cukup membuatmu percaya
bahwa kita berdua harus ada
untuk melengkapi gambar pelangi di cakrawala

ah,
kamu memang telah terluka
saat kamu seharusnya bahkan belum perlu tahu
apa itu derita, apa itu luka jiwa?

jalan kita bahkan mungkin serupa pematang neraka
dengan duri dan pecahan kaca
tersebar di setiap inci permukaanya

Mei - mei, aku bahkan tak kuasa sekedar membayangkanya
bila suatu ketika kulit kaki indahmu terluka
saat berjingkat melaluinya

canda tawa kita di bawah kenari rindang
tak cukup bagimu menjadi penghiburan
tak cukup menahanmu untuk bertahan!

bahkan kau memilih untuk pergi saat belia
seperti sekuntum kuncup Seruni yang menolak mekar
meninggalkan sebuah dunia
yang rajutan budayanya
dibangun tanpa dukungan cinta

kamu yang telah menahanku sampai hari ini
sesudahnya aku tak bisa lagi ...

(lalu sekelebat
aku melihat bayangan rusa putih
menjemputmu
membawamu pergi selamanya)

dan setiap kali mengenangmu
aku selalu menangis, seperti bayi yang kehilangan seorang ibu

======= Kuncup Seruni ====



DI KEMBANG LANGIT

aku pernah menikmati perjalanan hening
bertemankan desau angin gunung
serta nyanyi sekawanan burung

mengitari jalan kecil
bermandikan rintik gerimis
beselimutkan kabut

di Kembang Langit !

awan-awan yang sedepa
seakan menunjukkan betapa
khayangan begitu dekat, sedikit di atas sana

tapi entah mengapa?
aku tiada ingin mendekat memperbesar asa ...

sebab untuk apa?

bahkan bila di khayangan ada sebuah istana
sedang dirimu entah di mana?

sebuah istana surga pun
tiada artinya
apalagi bila hanya bidadari-bidadarinya yang membeku!

aku rindu kamu
di kaki khayangan, di bumi Kembang Langit saat itu
lalu ku ulur birahiku
sepanjang yang aku mampu!

=============Di Kembang Langit======1999

Catatan:
Kembang Langit adalah nama desa/wilayah 'atas angin' yang DULU eksotis dan indah di kaki utara Gunung Dieng, masuk wilayah Kab. Batang bagian selatan.




SETELAH PRAHARA

bila aku adalah bagian dari yang tersisa
setelah prahara jagat raya ini reda

maka,

masihkah kamu bersedia?
menerima tubuh dan jiwaku yang penuh luka

aku tidak tahu apakah di saat itu masih ada
sisa dari semua yang pernah kita rindukan bersama

tetapi,

bila denganmu, aku percaya !
berdua kita bisa menciptakan apa saja
apalagi bila itu hanya mengobati sebuah luka

mari kita tunggu hingga prahara reda
sementara aku tetap akan merindukanmu dalam segala apa

===================setelah prahara



SEBUAH RAMADHAN, SUATU KETIKA

saat itu
aku tak menghiraukan aroma mulutmu

saat ia rekah
di tengah Ramadhan nan berkah

adakah aku telah mengganggu kekhusuanmu?
saat seluruh waktumu
seharusnya hanya terhubung dengan Yang Maha Tahu

(kamu melepas sebagian waktumu,
melirikku
dan memberi senyum yang tak mungkin tak kurindu!)

=Sebuah Ramadhan, Suatu Ketika=



MENARILAH DENGANKU

lihatlah barang sebentar di luar jendelamu Leo,

aku tengah menari!

dalam rimbun hujan
bermandikan cerlang sang surya

sudahlah Leo,
relakan saja semua
keluar dan menarilah denganku!

tak perlu kuajarkan tarianku
sebab yang kamu butuhkan hanya membiarkan jiwamu hanyut
dan semua gelombang rasamu
akan menggerakan setiap sendimu
dan kamu akan menari
bersamaku

Leo,
sudah lama kumatikan birahi ini
kubawa melewati musim-musim hampa
aku hanya ingin menari denganmu
dan kunikmati jiwamu ketika lepas dari cengkeraman pikiranmu

puisimu toh tak bisa menghentikan derai hujan
yang jatuh membasahi tangis gadis jelita
di sebuah pertigaan Jalan Pramuka
sekian ratus purnama lalu

kenangan itu melukaimu!

tapi semua orang pun terluka!
oleh aneka rupa dera

akupun terluka Leo!

tapi sudahlah
ikhlaskan saja semua luka
biarkan luruh tersapu hujan

lalu buka pintu
dan
menarilah denganku

sebab hujan kali ini
sepertinya tengah datang
dengan membawa kabar ceria

Leo keluarlah,
biar kurasakan bagaimana
sebuah jiwa mengalami orgasme
pada akhirnya....

========MENARILAH DENGANKU ====



PEREMPUAN DALAM HUJAN

pada sebuah malam nan beku
aku pernah bertemu

dengan seorang perempuan
yang menggigil dalam hujan

namun tak kusangka
matanya tetap menyala!

seakan mengabarkan kepada kehidupan

bahwa;

dia tidak akan pernah kalah
dan tidak mungkin dikalahkan

kupikir
dia adalah perempuan yang layak
untuk menjadi ibu bagi siapapun

seperti ibuku!

=========="Perempuan Dalam Hujan"==========



NANGGALA

selamat jalan wahai para pelaut
terbaik
negeri kami
kini kami telah tahu pasti

bahwa kalian telah mengambil keputusan sebagai prajurit pelaut sejati
penjaga kehormatan ibu pertiwi
kalian takkan kembali, takkan menginjakkan kaki di rumah kalian lagi

kalian telah memutuskan untuk selamanya menjaga setiap jengkal laut kita
dari setiap ancaman mara bahaya!

selamat jalan wahai para pelaut pemberani
selamat bertugas selamanya, dengarkan doa kami
mengalir dari seluruh penjuru negeri .....

Fair winds and following seas... KRI Nanggala - 402, on Eternal Patrol!
#NANGGALA

LEO SASTRAWIJAYA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar