UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 02 September 2020

Kumpulan Puisi Mohammad As'adi - AIR MATAKU


AIR MATAKU

air mataku sunyi
Arrahman terasa mencengkeram
Bersama desir angin penuh harap
Cinta menari bersama aroma mawar
: nikmat tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan ?
-aku terbata mengeja alif –
: nikmat tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan ?

Sunyiku bersama tetes embun
Menyiram remangnya subuh
Lalu al kahfi, aku mengejar cahaya
Dari kegelapan
Berlapis menuju Baitullah
Berlapis dalam tujuh putaran
Menepis dajjal

makin tak surut rindu ku
Seperti embun menyiram pagi
Tak pernah lupa datang
Seperti juga matahari
Menebar kehangatan

Temanggung 22082020



CINTAKU MENGELANA
(Sebuah nyanyian kematian)

Cintaku mengelana
Berjiwa dawis menghamba
Dalam tari semesta
Alif
Wawu
Lam alif

Cinta bersama cinta
Hidup adalah kematian
Mengejar kesejatian
Dibalik barzah

Rumi
Rabiah al Adawiyah
Menjelma semesta
Jiwa hidup dalam jiwa
Jiwa mati dalam jiwa

: aku terperangkap
Dalam ketakmampuan membaca
Kehadiran embun
Menyiram subuh

Aku terperangkap
Mengelana tanpa perisai
Di padang perburuan
Bidang dadaku terbuka
Bagi anak-anak panah
Milik siapapun
Yang ingin melepas
Dari busurnya

Temanggung 19082020



ASMARADHANA
(sajak buat sahabat baikku)

Semula kita seperti dalam satu kalimat
: duka oleh sebab kematian
Mencoba menyusuri beribu reruntuhan
Ada sebenih cinta bersinar
Menyalakan tungku
Ada seberkas rindu
Tergores
:ah sudahlah
Biarkan cinta tanpa dirimu
Meletihkan jiwaku

Kematian mengajarkan padaku sebuah kepastian
Kegetiran biarlah bersama angin
Lalu hinggap di dahan-dahan
Bersama perasaan lusuh kita
Lalu kita termangu
Di sebuah pelabuhan tanpa suara laut
Atau kapal-kapal membuang jangkar

Kita tak lebih sebagai usia terus merambat
Berkapal tanpa kelasi dan nakhoda
Kapan berhenti kapan tenggelam
Seperti kematian tak tahu kapan datangnya
Tapi itulah dermaga terakhir
Dan kita bakal sampai

Kematian adalah cinta dalam senyap
Kerinduan adalah sepihan hati
Melewati letih jiwa dalam kegelisahan
Untuk mereguk cintaku bersama Nya
Dan
Untuk dirimu
Bersama cintaku kugoreskan luka
Bersama lukaku kutikamkan sepiku
Dan
Kuhela
Menuju kebadian
Bersama senja
:Biarlah semesta
Mengheningkan cipta

Temanggung 02092020


ASMARADHANA (2)

Senja selalu menandai
Makin habisnya sebuah harapan
Karena setiap orang mengenggam waktunya sendiri
Kadang segugusan embun berbincang
Tentang rindu dan kelopak mawar berguguran
Kadang sepi menanti jatuhnya daun-daun kering
Sampai waktunya tiba suara berpendaran
Seperti cahaya mengemas kegelapan
Dalam sunyi penuh kata-kata
: aku menanti hingga menjelang subuh
Lalu mengarungi fajar
Harapan itu
Dalam mengarungi perjalanan
Akankah terbuang lalu menjelma kesiaan panjang ?

Cintaku adalah senja, aku selalu menunggu waktunya tiba
Seperti usia yang merambat
cintaku adalah menuju waktu penghabisan
Sambil mengemas pahitnya sunyi sebuah sepi
-kita adalah asap dari sebuah nyala
kita adalah asap kegetiran
kita adalah asap harapan dan impian
sekaligus sebuah kematian yang kita jelang kepastiannya

Pada senja tanpa rintik hujan aku menunggu waktu
Dan kau yang menyalakan api menyisakan bara
Aku genggam dalam diam : tak boleh padam karena hujan
Pada senja aku katakan : jangan habiskan dulu waktuku
Karena aku ingin mendengar cerita yang pernah ia katakan padaku

Temanggung02092020



KIDUNG CINTAKU


1
Telalu lama hati berkubang genangan alpa
Kini malam selalu menghina:
- Setelah patah sayapmu
Kau baru mengerti, cinta tanpa makna
Karena kaki berpijak pada angan sementara-

Binar-binar cahaya tersingkap kini
Setiap perjalanan malam menuju fajar
kutumpahkan mengalir tanpa habis
dalam perih hati menuju bahagia sepi
melampaui hakekat rindu..cintaku
:engkau seperti mengaliri seluruh nadi
Engkau seperti menepis-nepis hati
Ya Raab….rindukan aku …rindukan aku
Seperti aku merindukan kekasih hatiku
Ya Raab…Ya Raab….sepikan aku dalam sunyi
Dalam cinta Mu tak menepi

2
Seperti kelopak –kelopak bunga, inginku mekar
Menebar aroma bersama bermiliar butir embun
Menghadirkan kupu-kupu dalam sentuhan kelembutan angin
Setiap musim datang tumbuh saling berganti
Tapi inginku…hanya engkau menggengamnya
Seperti waktu dalam genggaman Mu selalu

Harapan selalu hadir..impian melahirkan kepedihan
Menggoreskan luka dalam kehampaan

Ya Rabiah….Rabiah ..perempuan sunyi
Dalam senandung seruling cinta
Aku terpesona
-Lalu siapa yang menikamkan cinta
Begitu dalam ?

Temangung 23082020



SUBUH REBAH


Subuh rebah, bulan setengah usia
Menepis gelisah angin gunung
Setelah semalam mencari celah
Di ruang-ruang hampa

Rebah dalam suara hati luka
Pada desir angin menyusup
Cahaya bermiliar bintang
Menggenapkan sunyi

:air mata terlepas
Selepas hati mengalirkan rindu semesta
Selepas hati melesatkan harapan
-ingin meneguk secawan anggur
Yang Kau tuang setiap aku bertamu
Di malam-malam jelang Kau lewatkan
Semburat merah dan kuning
Menabur benih semua kehidupan

Subuh rebah setelah pertiga malam
Berganti semesta berdebu
Semua orang menjelajah ruang-ruang bertanya
Masihkah ada harapan sebelum tenggelam
Akankah tidak tenggelam sebelum menuai
Akankah menuai seumpama buah surga
Atau sebaliknya terbakar matahari
Dalam bilik sunyi, menekuk kedua kaki
Lalu gemetaran ?

Temanggung 082020



MENUJU KEABADIAN ?


Hela …Hela
Aku hela resah jiwaku letih jiwaku
Sepi lorong-lorong sepi aku lewati
Jalan lengang ,tak ada cahaya
Lalu kapan aku disebut seorang manusia ?
Berapa banyak hamparan langit yang harus kulipat
berapa banyak lagi jalan yang harus kutempuh
Lalu aku disebut – manusia ?-

Ya Raab, kenapa Kau kirim lagi puncak kerinduan
di selasar cintaku ?
Akankah aku harus tidur di atas pasir
Sebelum melipat lautan, lalu Kau menyebutku sebagai-manusia?-
Atau aku harus bertelanjang dada meringkuk di bawah bebatuan
Sebelum mencengkeram puncak gunung lalu Kau menyebutku-manusia ?-
:Aku adalah kerapuhan –sebutlah aku manusia !
Penderitaan dalam penghambaan, manusia adalah penderitaan.
Rindu , cinta dalam ketakberdayaan- sebutlah aku manusia !

2
Ya Raab Beri Aku Waktu ! Beri aku waktu sejenak sebelum terbaring
Di bawah kerak bumi
Akan kuwariskan jiwa indahku pada anak-anakku , lukisan dan kata-kata
- Dan wahai anak-anakku, kukatakan berkali-kali di atas makam pada ibumu :Inilah Cintaku ,Rinduku dan hidupku

Hanya jiwa indah yang ku punya, hanya jiwa resah yang kupunya
Biarlah aku berlabuh sendiri untuk memahami bahwa kerinduan
adalah kehidupan, rumahku adalah kehidupan dan kehidupan adalah keindahan
kegetiran adalah keindahan, cinta suka sekaligus duka dan kerinduan sepanjang masa, sampai waktuku tiba kembali memeluk dan mencium keningnya.

2
Hela… aku hela segala rupa penderitaan menuju hakekatnya. Kesunyian. Keabadian . Kutegakkan batu nisan dengan namaku dan namanya : kita akan berpelukan selamanya dalam hening sayang.

Temanggung 09092020



SAJAK SEPERTIGA MALAM


Dibalik Bermiliar bintang menghias ketenangan langit
Aku mengeja nama-nama Mu, menjejaki bumi yang tenang
Dengan bahasa cinta kelopak mawar dan madu
embun dan perdu.
Para pecinta menghela resah jiwa sunyi
-rabbana atina milladungka rahmatan wa hayyi` lana min amrina rasyada
Cahaya Mu berpendar jiwa menghela semesta, indah bersama Mu puisi menari
Jiwa melesat dalam sunyi. Bersama Mu ya Raab bersama Mu … dalam pelukan
Berselimut ujung gamis Mu.. dalam sunyi yang kau ciptakan meresahkan para pendosa- Aku ingin hanya Engkau yang mendengar , tangisku menggetar , jiwa dalam cinta : ini sungguh hidup yang berani berpaling dari api yang setiap saat membakar hati petualang-petualang dalam jalan kehidupan menyesatkan .

Ya rabb,…hakekat cinta dalam penglihatan agung Kau hidangkan seperti dalam sebuah pesta besar, tapi aku tersesat dalam pesona kesementaraan
:sungguh aku seperti seekor keledai yang dihela ketakberdayaan untuk mengenali Mu. Kesedihan tak mampu memancarkan cahaya, sedu sedan tak mampu menggetarkan ars Mu
-lalu siapa lagi kalau bukan Engkau merenggut luka yang dalam, kesedihan yang mengalirkan resah , meletakkan dalam sebuah cawan lalu Kau tuangkan sebagai lelehan cahaya?

Temanggung 06092020



DUA SAJAK DALAM SEMALAM SEMBILAN PURNAMA
(Sepenggal Rindu bagi Nurul Karimah)

Bayangan bulan dan jatuhnya cahaya
Merawat cintaku yang tersembunyi dibalik musim
Sembilan purnama masih tetap terjaga
Dan jiwa yang muram menangkapnya sebagai serpihan
: Aku belum selesai menyusun cerita kita
Dan mengatakan sebuah cerita ihwal sebuah impian
Sedu sedan, sepi mencekam dan taman langit meredup
merangkai nada-nada di setiap purnama
menyatu dalam sebuah penyelesaian yang sempurna
Sajak-sajak indah yang tak pernah terucap
kuucap dengan pilu, kutulis dari sudut sudut purnama terluka
Sembilan purnama
Sembilan purnama
Tuhan telah menyelesaikan dengan sempurna

Bayangan bulan meredup, menyisakan sedikit cahaya
Itukah jalanku untuk berpulang ?
Angin tak berirama, jalin menjalin dalam tarian daun
Pada purnama-purnama terluka
Asmara kita menjelma awan berarak
Kerinduan makin mencekam ,aku hanya mengiring dengan kebisuan
Kata terpendam, bersesakan
Berserakan bersama air mata
Sebagai puisi terpanjang dalam senyum sayup

Temanggung 05092020



CINTA ADALAH SECAWAN ANGGURr
(Sajak bagi Teman Baikku)

Malam merapat pulang
Kenangan menggenang
Di sebuah jalan yang terkikis kelam
Di bawah purnama
Aku bersimpuh lelah
Tak mampu lagi berkelana jauh
Mengayuh biduk di malam- malam sunyi
Menunggu isyarat cinta sambil menatap langit Mu
Kusirnakan aku
Kulenyapkan aku
Hingga tanpa batas
:Cinta menorehkan luka
Cinta meremukredamkan jiwa
Cinta adalah langit tanpa tepi
Dan Cinta adalah secawan anggur memabukkan
Ingin meneguknya berkali-kali

Temanggung 05092



FAJAR MERENTANGKAN DHUHA

Fajar merentangkan dhuha
Angin pancaroba sebelum musim tiba
Membuat butiran embun menjelmakan gigil
Di hamparan rerumputan yang belum bertunas
Puncak gunun merambatkan harapan
Perempuan-perempuan yang tak lagi bergelung
Ratapan daun-daun tembakau menjelma dalam mijil dan megatruh
Bergelatungan diantara asmara perempuan-perempuan gunung
-amboi cinta tak kenal letih jiwa tertindas
Impian berlari-lari diantara retak jiwa
Antara tawa dan tangis
: Hidup adalah hari, monumen, artefak
Hidup adalah hati , nadi dan nafas
Di situlah kenangan , rencana dan impian
Timbul tenggelam dan ketakpastian
Jiwa selalu menghamba pada ketakberdayaan

Fajar yang merentangkan dhuha
Pada tunas yang belum tumbuh dan ratapan duka
Pada jiwa –jiwa yang tak berjiwa
Di gunung tempatku berlabuh
Selalu merapatkan kenangan
-Mestinya ia yang telah pergi tak boleh selalu datang
Berlalu lalang seperti angin
kadang membadai menghempaskan semua yang terlewati
kadang perlahan selembut butiran embun
mengusap daun-daun dalam irama liuk ilalang

Fajar merentangkan dhuha
Sisa kelepak sayap Elang gunung
Mengejar arundaya
Melewati angkasa gelisah jiwa
Lenggok perempuan-perempuan gunung
Rintih daun-daun tembakau
Rindu dan kegetiran
Menjelma gending-gending
Mengiring hentakan kaki
Mengiring jiwa lara
Mengiring jiwa puspa
Menggiring jiwa –jiwa indah
Menjelmakan keindahan
Pada jiwa dan hati setegar puncak gunung
-Aku kembali leleh
Dalam ratapan
Yang tak boleh aku lagukan
Sebagai sebuah artefak
Aku simpan di seluruh gigir gunung
Setiap saat menunggu
Fajar merentangkan dhuha
Bersama perempuan-perempuan tak bergelung

Temanggung 05092020


SURAT CINTAKU KE 17 KEPADA SEMESTA

Sepetak kenangan, cinta menggenang
Sejak semula kita menikam dada kita
dengan setumpuk kerinduan
Dan Cinta yang tak pernah tidur
:Aku menatapmu setiap menjelang tidur
Dan kau melepas malam dengan sebuah ciuman
Kadang malamku seperti berkaca-kaca
Dalam pelukan, sekarang terasa sunyi,
Hanya gigil yang menghibur
‘’tak boleh musim merenggut mekarnya bunga
dan rimbunnya dedaunan’’
Katamu suatu ketika
Tapi mantra langit yang membias purnama
Melepas takdir kita
37 tahun menyisakan kenangan
Kau melenggang dalam genggaman Nya
Aku terbata-bata membaca makna
Bahwa –Hidup tak lebih hanya
Persinggahan…..tak lebih-

Di penghujung waktumu
Kau sempat bersandar pada sebatang cemara
Di tepi telaga air yang membucahkan kaca
Ketika musim gigil, kita meraba tanda waktu
Kita tak menyadari, esok tak ada hari lagi
merambati perbukitan, bersama lembutnya angin
merapatkan pelukan dengan kehangatan cinta
menyibak kabut yang tak pernah surut
menyelimuti pohon-pohon cemara dan puncak gunung
waktu tanpa kata terus menderu-

Aku mendengar nafas mu berkata-kata diam
Saat resah angin menanti pergantian musim
-Cakarwala yang jauh, menanti kita selalu
Menanti kita selalu. Kita berdua, abai dalam waktu
Kekasihku, tinggallah dalam mantra
Cinta kita yang meratap dan merindu
Di seluas bimasakti
Seperti ketika Padang Arafah memeluk kita
ucapkan lafal-lafal penyempurna cinta
kita tak bisa menerka
padang luas terbuka

Temanggung 10092020

MOHAMMAD AS'ADI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar