UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 02 September 2020

Kumpulan Puisi Ade Saputra Sunankaligandu - ELEGI RAJA MIMPI



ELEGI RAJA MIMPI

Kita, pemimpi di puncak malam nan birahi
Bercengkerama dengan angin nan hinggap di reranting
Menelanjangi malam nan bermanik gemintang
Bersetubuh dengan tiap tetes gerimis nan gemulai

Aku hanya sepotong, dan engkau pun cuma sepenggal
Menari di tiap denyut nada nadi nan berirama binal
Lalu, kita pun berseteru pada sebentang sahara bisu
Kita hanya separuh, sisanya telah lama beku

Kita, raja dan ratu mimpi, yang dipatri pada singgasana nyata
Coba mengukir prasasti, pada dinding-dinding surgawi
Dengan tinta dari jelaga cahaya lentera penawar gulita
Tentang asa, tuk bakar renjana di puncak malam nan birahi

Karya : Ade Saputra Sunankaligandu
#DewaBumiRaflesia_31_08_20



NOKTAH DI JELAGA
By. Ade Saputra Sunankaligandu



Kuntum renjana, di rimba dada
Menggurita, dari nadir hingga kulminasi
Lesakkan nyanyian rima rindu tanpa jeda
Penuhi tiap inci tanpa garis dimensi

Lalu, mengabu dilumat titik bara
Ketika ambigu tanpa cahaya lentera
Nanar, frekuwensi imaji tapaki alibi
Hanya setitik, noktah berjelaga di kain sari

Kini sepi, kidung mimpi-mimpi berlari pergi
Sirnakan rupa wajah-wajah elegi esok pagi
Tanggalkan, lencana di pundak sahaja
Yang tersisa, warna buta tak ter-eja

Biarkan, tetap di antara garis bumi dan langit
Hingga melebur dalam rintik rinai
Pecah remah, digerus awan yang menjerit
Lalu punah, sisakan arwah tiup serunai

#DewaBumiRaflesia_15_02_20



BUKAN BUNGA SEROJA
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Angin di beranda meniup punggung angan
Angan, yang kian membara pada suhu titik beku
Air muka mati ekspresi, bertopang tubuh kaku
Menggelinjang sukma, jamah lara tanpa persimpangan

Ah, aku terbiasa mati suri di secawan mimpi basi
Lalu bangkit dari pusara tanpa nama, pun karangan bunga
Himpun serpihan nyali di sekeping rentanya raga
Merayap di titik nadir, hingga kuasa berdiri di titik kulminasi

Angin, mari bercengkerama dalam diam
Diam yang punya arti, laksanamu di setiap hela napas
Biarkan aku diam, hingga yang tercabik usai disulam
Sambil kulambungkan pinta pada Sang pemilik aras

#DewaBumiRaflesia_28_06_20



LELAKI MATA BELATI
By. Ade Saputra Sunankaligandu

Aku, bola mata belati sang penyamun
Binarnya, curi tiap inci rupa raga pendosa
Menjarah, hingga sudut relung paling rasa
Berkelana, tanpa bawa kitab qanun

Namun kini, binarnya tak lagi binal
Utuh bersimpuh, pada raga gemulai sintal
Pada seraut rupa indah paripurna
Pada kemilau cahaya renjana mempesona

Sungguh, bola mata yang belati
Telah berselongsong di dasar hati
Tak akan lagi mengembara
Karena seisi dunia, engkau tiada tara

DewaBumiRaflesia_13_03_20
Catatan : Qanun = undang-undang, peraturan, hukum, kaidah



WANITA BERHIJAB DUSTA
By. Ade saputra sunankaligandu


Lenggok melenggang di titian ilusi
Sedari pagi, mengejar halusinasi
Tentang pria nan perkasa
‘Tuk puaskan birahi tanpa sisa

Hujamkan belati, di dada para pecinta
Merampas napas, para punggawa
Hingga masa, berlalu tuk kembali berburu
Tak kenal tabu, menjaring mangsa baru

Cantikmu, kini telah pudar
Dimangsa usia nan kian senja
Ragamu, kini hanya terkapar
Dihimpit sakit tanpa jeda

DewaBumiRaflesia_10_03_20




PULANG 

Malam,maafkan aku bila
Sejenak pernah dibuai lena
Solek molek lukisan mayapada
Terpedayaku pada sepenggal juwita
Bermanik binar gemintang di angkasa
Cantik menawan paras cakrawala

Malam, engkau hanya
Benalu sukma menuju semedi
Selimut kabut menuju elegi pagi
Penabur mashur mimpi-mimpi ilusi
Cemeti sepi pendera di jeruji tirani

Malam, aku alfa
Bahwa nyala lentera di depan netra warna nyata
Pemandu mata pena guratkan legenda
Memang remang, namun cerita perkasa direnda

Malam,aku akan selalu ada
Untuk jiwa - jiwa dahaga rupa cinta
Tiada henti jemari menari mengisi ruang asa

Malam, aku tetap setia
Mengunci temali ikrar maha cinta

Malam, rupaku, cintaku, ada untuk yang nyata
‪#‎DewaBumiRaflesia24_05_16‬



HUJAN DI MUSIM SEMI
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Ada hujan yang kubenci
Tetesnya basahi sudut retina
Sedangkan musim, belumlah berganti
Masih semi, di kelopak aneka bunga

Tetaplah di sini ...
Di bangku ayun, taman kasturi
Eja bersama tiap detak degup jantung
Getarnya, mampu leburkan gunung

Musimku, masih semi
Rona pelangi bersandar di bahu kiri
Semilir angin, kecup tiap helai rambut
Burung-burung bernyanyi saling sahut

Tetaplah di sini
Duduk bersama di taman kasturi
Nikmati syair melodi hati
Agar kau tahu, tiap nada punya arti

#DewaBumiRaflesia
Sulteng_Palu_15_11_19



NYANYIAN ANGIN DALAM LACI
BY. Ade Saputra Sunankaligandu

Ingin, kutanya angin nan jatuhkan putik di serbuk sari
Atau, pada awan nan tumpahkan hujan di beranda
Namun, aku terhimpit sekat ruang dimensi
Limbung, kaku, membeku laksana arca

Lalu, mengapa kau yang mati suri
Terkapar di altar, berkafan puisi
Kemudian bangkit, mencari alibi bertubi
Naif, aku hanya bisa diam tanpa ekspresi

Sudahlah, usah sebut aku pendusta
Karena dosaku, penuhi tiap kasta
Pun, usah kau tunjuk jalanan surgawi
Karena, tiketnya tak mampu kubeli

Biarkan, aku berkelana dalam laci
Memahat angin yang telah mati
Bersenggama bersama rima aksara
Hingga masa tak terhingga, atau anggap binasa

#DewaBumiRaflesia
Mamasa_30_07_19




LIS
By. Ade Saputra Sunankaligandu

Lis ....
Masih berjelaga, di sudut retina
Masih hingar, di ruang memoar
Legenda usang di malam malam kita
Masih subur tak mampu kukubur

Lis ...
Sajak itu, kini tak lagi bijak
Meski kukemas di sekuntum rindu
Tentang desah nafas kita yang menderu
Udar dinginnya malam yang mencekik

Lis...
Kisah kita, bukan kisah Romeo dan Juliet
Namun, tentang rasa dari awal sebuah rasa
Entah itu sebagai cinta monyet
Lalu berakhir di indahnya kisah remaja

Lis...
Aku mencarimu di setiap sudut malam
Meski aku tahu, tak mungkin kujumpa
Aku, hanya ingin menatap dalam diam
Dengan gemuruh yang masih sama

#DewaBumiRaflesia_12_05_19



RIMBA AKSARA KITA
By. Ade Saputra Sunankaligandu

Denting angin, tiup ubun-ubun malam
Jerit jangkrik, rimakan irama sama
Pun, gulita kian pongah menjelma
Semua, adalah puisi goresan alam

Sedang aku, masih letih tertatih
Dalam rimbunnya rimba aksara
Yang kusemai berbenih asih
Lalu subur menjadi belantara renjana

Biarkan, kueja tiap detak nada nadi
Menghitung langkah jejak telapak
Agar aku tahu, mimpi kita tak berjarak
Agar dapat kuramu, elegi di pintu pagi

Masihkah, kan kau tanya luas sahara
Sedang benih, telah jadi belantara
Menyatupadu, di rimba rindu
Meski dalam figura tabu

#DewaBumiRaflesia_31_05_19



TAPAKI TEMALI HATI
By. Ade Saputra Sunankaligandu


Kita, di bait angan memintal tubuh
Menelisik dibisik semilir angin asa
Mengeja rupa senja di ufuk jingga
Akankah, menarik ujung rentang nan jauh

Kita, terperangkap jaring laba-laba
Dalam dimensi ruang hati
Rimakan detak nada nadi
Lalu kaku, membisu di jelaga buta

Pada senja ini
Aku masih menghitung bait puisi
Kan tetap ku tapaki
Hingga ujung utas tali

#DewaBumiRaflesia_24_03_19



NYANYIAN SEPI


Kutepis rindu yang mengiris
Di hela untaian napas
Namun, kian larut dibingkai malam
Kian ranum kasih dipendam

Meronta dengan sukma arca
Tertatih, merintih rasa pedih
Dimangsa gulita tanpa rupa
Dalam diam kuberserah

Kau, syair tanpa aksara cinta
Merenggut separuh asa
Dalam bait-bait sunyi
Tersirat guratan hati

Seperti senandung malam
Iramanya bisa kueja
Masih tentang berjuta asa
Yang tertinggal di lorong kelam

Oleh : Ade Saputra Sunankaligandu
#DewaBumiRaflesia_30_01_17



KISI-KISI KITA


Kita, tak lagi dipatri
Pada bait-bait rintihan imaji
Hitung melodi dawai kecapi
Dikuliti belati hari-hari sepi

Kita, telah kembali ukir waktu
Gelakkan tawa, hingga tak tersisa
Melebur Mahameru salju rindu
Buah karya bentangan antara

Kita, kan tetap begini
Rimakan bait-bait puisi hati
Di sepanjang jalanan elegi
Menuai bulir-bulir kasturi

Hingga, remah tumbuh di Sahara
Mekar bersemi di ujung senja
Bertabur bunga-bunga melati
Di atas pusara taman surgawi

By Ade Saputra Sunankaligandu
#DewaBumiRaflesia_12_01_19
ADE SAPUTRA
SUNANKALIGANDU



Tidak ada komentar:

Posting Komentar