Karya : Puji Astuti
Genre : Prosais
Berlarian aku mengejar detik waktu yang kita janjikan. Sore ini kau mengajakku bertemu di sebuah taman. Yah .... sudah 3 minggu tak bersua walau sebenarnya bisa. Namun kesibukan tak memihak kesempatan kita.
Entah mengapa, aku saat ini seperti hilang semangat bila berada di senyapnya rasa. Hand Phone jarang berdenting membuat jiwaku resah tak beraturan begini. Pertanyaan demi pertanyaan mendera batin. Apakah kau di sana baik-baik saja?. Atau mungkin malah lupa denganku?.
Sejak pertemuan di kantor siang itu. Aku perhatikan lekat-lekat wajahmu yang tepat lurus di depanku. Hanya sekat meja besar tempat rapat yang menjadi jaraknya. Dengan lugas kau bicara. Menunjukkan dedikasi siapa kau sesungguhnya. Seorang pria dewasa penuh dengan kharismatik yang kau bawa.
Aku seorang wanita yang sedang mencari cinta. Terpana dan serasa mendem kangen jika lama tak jumpa. Namun waktumu adalah kesibukanmu. Inilah rasa hati ini. Rindu lekat menggantung jiwaku.
Hingga tiga minggu yang lalu. Pernyataan dari rasamu menggetarkan jantungku. Kau memberi ruang khusus untuk aku di hatimu.
Walaupun ada luka lama yang kau ceritakan tak membuat aku bergeser dari bisik relungku, bahwa engkau adalah jodohku.
Jelang senja ini, di taman asri tempat dua hati bertemu. Kau dan aku duduk di bangku tua. Tak banyak bicara karena mata kita telah mewakilinya. Genggam tanganmu juga menjadi isyarat kuatnya rindu. Sampai saat lenganmu memelukku menjadi keindahan tak terkirakan.
Aku ingin menikahimu. Kata yang menyanjungkan rasa dan sekujur kalbuku. Aku hanya mengangguk perlahan dan tertunduk. Daguku kau angkat, kau sibakkan rambutku yang berserak terhembus angin senja. Aku mencintaimu Kirana.
Kata-kata yang kunantikan di arena mendem kangenku selama ini terbalaskan sudah.
Bulan depan kau akan datang ke orang tuaku untuk melamar dan meminta restu.
Sabar Kirana, sebulan tak lama dan kau akan melepaskan semua cinta, rindu terutama mendem kangenmu yang selalu membara. Bisik hati kecilku tuk menenangkanku.
Jogja, 19.08.2020
TAK PERNAH LELAH MENANTI
Karya : Puji Astuti
Mungkin ribuan kilometer jarak kutempuh
Berjuta kelopak bunga mawar menebar di sudut hati
Genggam erat jemarimu selalu kutunggu
Seperti tak pernah lelah menanti sepanjang hari
Cinta ini bukan seumur jagung
Satu purnama bersama mendayung asmara
Memenuhi sudut-sudut lesahnya rasa
Membahagiakan detik-detik waktu saat berdua
Kekasih
Ingatkah saat kecup pertama
Berguguran rinai air mata
Telah termilikinya ikatan benang kasih
Sampai kini memunajatkan doa
Semoga terkabulkan penantian menuju ikrar
Di dekapan restu kedua orang tua
Bingkai indah dalam mahligai akad nikah kita
Jogja, 20.08.2020
ALASAN TETAP DISINI
Sebenarnya ingin aku pergi
Setelah tahu apa yang sebenarnya terjadi
Kau permainkan rasaku tanpa peduli
Membuat jiwa ini semakin terasa terkebiri
Cinta tak bisa dibohongi
Menyulam di sudut-sudut hati
Mewarnai dengan pussel mejikuhibiniu
Hingga kanvas hidup menjadi berarti
Merah jingga kuning hijau biru nila dan ungu
Bak pelangi merona di langit senja lalu
Terasa indah relung jiwaku
Itulah alasan bertahan tetap di sini bersamamu
Kututup mataku
Kubisukan suaraku
Kutulikan telingaku
Kubuang segala resahku
Aku tak berpikir miring
Perjuangkan cinta ini tanpa banding
Agar bisa selalu bersanding
Dirimu yang telah mengikatku dan membuat hati pantang bergeming
~ Puji Astuti ~
Jogja, 23.01.2020
MALAM MISTERI
Berduyun-duyun warga menuju tanah lapang. Ya ... malam ini ada pertunjukan
wayang untuk peringatan hari ulang tahun desa. Sangat peduli Pemerintah Daerah
dalam melestarikan seni kebudayaan. Salah satunya Wayang Kulit yang masih
digemari masyarakat sampai saat ini.
Tak ketinggalan aku dan kawan-kawan sekampung. Sejak sore sudah mempersiapkan
keperluan untuk mendukung acara. Selain menjadi panitia, kami adalah
sukarelawan dalam berbagai acara di wilayah desa. Semoga tidak hujan malam ini
... pintaku.
Semarak, ramai dan meriah. Warga dari tetangga desa banyak yang datang.
Berbagai sajian penjual jajanan tak ketinggalan ikut memetik keuntungan. Sampai
mendekati tengah malam masih ramai pengunjung yang tetap bertahan.
Dini hari tepatnya pukul 03.00 usai pertunjukan, aku dan kawan-kawan beranjak
pulang. Di ujung gang sepi ada sepasang remaja sedang berasyik-masyuk pacaran.
Terlintas di benak untuk mengganggu mereka, pasti anak seberang pikir kami.
Mengendap-endap kami kagetkan mereka berdua. Kok diam saja ... sekali lagi kami
kagetkan mereka. Mendadak mereka berpaling .... dan ... wajah datar tanpa rupa
membuat kami terkejut dan lari terberai. Keberanian hampir hilang untuk bisa
pulang, padahal tadi tersenyum-senyum terbayang bisa menggodain mereka yang
sedang berduaan. Nyali adalah penyedap rasa hilanglah sudah, tergantikan
ketakutan berwajah pucat pasi karena hati terasa ngeri.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 23.01.2020
GELISAH
By : Puji Astuti
Tersirat sekat rasa yang berontak
Terdampar dalam bayang jingga
Mencungkil tepian kesendirian
Tuk menjamah jelajah hati dan asa
Segenggam ketersanjungan
Meluluhkan setumpuk pundi kusam
Yang merontakan kebutaan jiwa
Tuk melebur di dalam bejana tirta
Resah dan gelisah dalam tirai kalbu
Menggulirkan decak yang bertalu
Di keheningan sunyi bertabuh sangat riuh
Selaksa gelas erotik tercabik panik
Teguk setetes nira kelu
Meracuni lapis-lapis rindu
Rotasi jala terlarung di jenggala
Meretas tilas batas yang lepas
Madu candu turunkan sendu
Menggelora di pacuan cendana biru
Sentramu bak nilai mutiara kalbu
Membahanakan rasa di resah gelisah itu
JOGJA, 3/5/2017
RANGKAIAN ASA
By : Puji Astuti
Suntingan sisa malam
Deburan ombak masih bergejolak
Begitupun getar-getar di jiwa
Sesegar untaian kuntum mawar
Seharum kelopak melati putih
Gelisah perlahan menepi
Setenang air danau yang dalam
Keresahan pun larut terbang
Lantunan elegi berwarna jingga
Seperti warna pelangi setelah rintik hujan
Begitu sejuk menenangkan rasa
Lukisan indah merasuk jiwa
Gubahan ini bicara cinta
Bercerita tentang kisah asmara
Seperti kamajaya yang bahagia
Seakan getas-getas sudah tak berbekas
Rembulan malam indah nian
Seindah lukisan bingkai tepi hati
Berbalut benang kemilau keemasan
Berhiaskan setangkai angrek ungu
Penuhi kisi hati dengan bunga mimpi
Lari kecil kaki di atas pasir putih
Memanjakan jemari dengan riak pantai
Selapang pandang ke laut biru
Kelegaan akan Kegungan Yang Kuasa
Hati ini melebur dalam ketenangan
Camar berkicau riuh
Seriuh harpaku melantunkan melodi
Nada nada indah merayu sukma
Memenuhi rongga jiwa
Penuh dengan kesyukuran akan anugerah bahagia yang aku rasa
JOGJA, 3/5/2017
* elegi puswa warna *
PAGIKU
By : Puji Astuti
Yang terbentang di dalam rasa
Mengukur arti dalamnya jiwa
Aku remahkan untuk dirimu
Yang mencintaiku dengan segenap nyawamu
Tersudut di dinding sketsa
Melumuri hari dengan berbagai warna
Indah sungguh gubahan hati
Yang menyisir di tepian dinging grafiti
Bangunkan jika aku mulai berilusi
Menumpuk mimpi sampai tak terperi
Riak-riak rasa di dada seakan ingin mengepak
Agar tumpah semua yang terasa
Religi hari terasa berkumandang
Diantara bisikan penetraan cinta
Ruh rasa menggelayut tuk kita
Yang kini telah bersatu menempuh asa
Sengketa kalbu mentralisir nyata
Segenap jiwa memboyong segenggam percaya
Satu mimpi tuk peluk harga diri
Itulah realita yang harus dicerna dengan hati
Mimpi bunganya tidur
Janganlah berdusta yang bikin hancur
Luruhkan hati satukan hakiki
Kita ini adalah lakon jiwa sejati
JOGJA, 2/5/2017
MANIS CINTA
By : Puji Astuti
Ada yang mengalir di sudut hati
Menyusuri ruangku dan jendelamu
Terbatas akan sebuah pagar emas
Yang terlarang tuk disinggahi
Hati menyatu dalam bingkai lukis
Kanvas kehidupan pun tetap menorehkan garis-garis nilai sakral
Penuhi kuas dengan berjuta warna
Gelinjang raga ikut di dalam tiap goresannya
Berlayar kita susuri luasnya lautan
Melenakan sukma yang melebur jadi satu keinginan
Bergayut di geladak kapal asmara
Pagut manisnya buah kehidupan dan buihnya cinta
Gugusan harapan menggunung tinggi sudah
Membentuk kristal padas keras
Momen-momen berpacu dengan waktu yang melaju
Kita pun sempat terpaku sejenak sebelum kembali berjalan berpacu
Kita adalah pelakon kehidupan
JOGJA, 7 MEI 2017
PEPUJANING RASA
By : Puji Astuti
Ndungkap wacana kang suminar
Regenging sarira amargi rasa kang gumebyar
Ngebaki dina-dina kang lumampah dawa
Ora krasa amarga anane slira
Pepujaning ati lan jiwa
Daksumuruping raga kang lagi lara
Nandhang asmara lali wayah lan papan
Anane mung gumanthil ana sak jroning impen
Sedela rumaos sewindu
Nora krasa angelangut dawaning atiku
Esem madu.. cahya netra kang lugu
Jroning dhadha ora ana liya mung sliramu
Dhuh... pepujaning jiwa
Wedharing sukma amarga salira
Gegayuhan mugi sageda katampi
Jumbuh impen kang nggogrokna ati
Adohing paran nora angreridhu jangkah
Samekta enggal kalampah
Cumandhak sak jroning taman asmara
Kebak kaendahing rasa suka lan candra
Setya tuhu marang janji
Ingkang sampun katampi
Gegandhengan asta kang tansah kajagi
Tanpa tandhas wektu lan margi
#Rerempening_ati_________
JOGJA, 7 MEI 2017
INGINKU
By : Puji Astuti
Hangat mentari menyentuh dingin kulit ini
Sehangat rindu yang menemani jiwa
Senyum kulum bibir tipis manis
Tersenyumlah tuk hiasan mimpi
Kerontang sisa tadi malam
Menyembul di ujung pucuk ilalang
Belalang terbangun karena hentakkan pijakku
Yang menanti sapamu di tiap pagiku
Kepakku berirama gelora
Melantun puisi-puisi isyarat
Berbisik tuk hatimu
Bahwa aku ada di sini adalah belahmu
Waktu berlalu ragu
Detik terisi bisu
Hari mencuatkan irama pasti
Bulan pun akan terlewati
JOGJA, 5 MEI 2017
KISAH
By : Puji Astuti
Aku genggam sepenggal kisah
Bagai seribu satu malam cerita
Asmara Jonggrang dan Bondowoso
Yah.. hanya semalam..!
Realita kisah mengharu jiwa
Menorehkan cinta sesaat
Memalungkan desiran hasrat kalbu
Meremas jantung merah ini
Turuti langkah kaki gontai
Menyusuri tepian rasa imajinasi
Seakan kau melambai
Sambut kedua jemari lentik ini
Sepenggal kisah malam
Di antara sepi senyapnya ragam
Gerisik dua hati yang tertawan
Terbang di dunia yang mengambangkan rasa
Rindu hanya di lantunan
Cinta kiasan asa, kalbu dan hati
Kasih aksara serasi namun basi
Karena tepiannya kini tak tertulis lagi
Jantung masih berdetak keras
Tak akan berhenti hanya karena ambisi
Nurani ini masih murni suci
Tak tergoyah oleh bisikan tirani
Sepenggal kisah semu
Janganlah kalbu menjadi kelu
Runtuh jatuh dan luruh
Hari esok masih indah tuk disentuh
Dan jantung merah masih berdetak tuk bisa meraih mimpi yang utuh
JOGJA, 5 Mei 2017
* coretan jelang pagi *
PASRAH
By : Puji Astuti
Tertatih letih melangkahkan kaki
Kosong tanpa harapan pasti
Berkelebat bagai slide semua yang terjadi
Ironi membungkus jiwa tirani
Pengembaraan mencari jati diri
Perpungkasi sudah dan terkebiri
Luapan emosi terhambur tak terperi
Seakan hidup tinggal hari ini
Bersujud di panjangnya permadani
Meleburkan segala dosa semoga ter-ampuni
Mencekik di leher semua dilema ini
Ter-isak tangis di dalam hati
Telah berlenggang waktu demi waktu
Tak terasa bahwa umur tinggal satu tambah satu
Menangis jiwa menyesali derai kalbu
Yang tiada sadar telah menyakiti sukmaku
Kaki berjalan di hamparan pasir
Panas membakar sekujur badan nan rapuh
Peluh bersimbah jatuhkan harga diri
Terhina di hadapan Yang Maha Suci
Terkatup bibir membisu
Perenungan membilurkan bercak-bercak biru
Hati, jiwa, sukma serta kalbu
Teringat nyawa pergi tiadalah yang tahu
Sesak di dadaku
JOGJA, 9 MEI 2017
HANTARAN
By : Puji Astuti
Lepas landas bagai dua merpati
Terbang di awan putih berarak
Bersama bayu ikuti mata angin
Mencari suatu pastian
Aku yang tengadah
Di bawah rembulan tadi malam
Mencari seraut wajah kasih
Yang samar terbalut senyuman
Kuhitung dengan jari waktu bergulir
Detik, menit, jam dan hari
Seakan ada ketakutan yang dalam
Mewarnai wajah yang lusuh kumuh
Genggam jemari
Jangan sampai getaran ini terlumpuhkan
Hadirmu adalah anugerah
Hilangmu adalah putusnya nadi
Hening semalam adalah renungan
Diam adalah peletakan jiwa
Menunggu hadirmu bersama harapan
Bahwa ilusi ini bukanlah khayalan
Tersenyum mendengar bisikmu
Melantunkan aksara penuh harap
Bawalah merpatiku pulang
Untuk menepati janji yang sudah terpatri
JOGJA, 8 MEI 2017
JIKA WAKTU ITU TIBA
By : Puji Astuti
Terlindung karena RahmatNya
Dan limpahan rejeki selalu tersedia
Apalagi yang akan dipungkiri
Inilah takdir hidup dan harus dijalani
Bersanding dengan belahan jiwa
Melintasi meditasi sehari-hari dengan rasa
Manis asinnya hidup dengan berbagi
Seakan sempurna seluruh bejana hati
Namun apa daya jika waktu telah tiba
Indahnya dan bahagia dengan orang terkasih tiada
Sendiri di gelapnya alam berbeda
Tertinggal segala yang dulu bergelora
Tiada lagi waktu tuk sesali dalam dada
Terputus sudah segala rantai tuk ibadah
Hanya membawa bekal amal yang terjalani
Dan menunggu hari penghakiman hakiki
Sendiri dan sendiri
Sesal jika beban dosa tinggi
Bersyukur saat rahmat ada di diri
Karena pintu taubat telah terkunci
Yang masih hidup mari bakali jiwa
Kasihan jika nyawa kita tak berharga
Semasa masih ada sisa waktu
Tuk perbaiki selubung amal yang belum menentu
Dosa masih terampuni selagi nyawa masih ada
Jangan sia-siakan hanya tuk berhura
Titik penjemputan tidak ada yang tahu
Persiapkan saja dengan bersih hati dan kalbu
Kembalilah ke retasan rahmatNya
Telisik semua tingkah polah jiwa
Semoga tersisa waktu tuk raga hidup
Sambil menunggu waktu tiba saat berhenti terkatup
Nasehat pada diri
JOGJA, 31 MEI 2017
PERJALANAN MASA
By : Puji Astuti
Sekian lama kaki melangkah tegar
Dengan pantang menyerah bagai prajurit perang di medan laga
Terus melaju tiada rasa ragu
Di segala sisi yang akan dituju
Tanpa terasa terbawa ombak kehidupan
Melingkarkan pelukan mesra di pinggang
Menghangatkan sanubari jiwa penuh legit
Dengan segala dilema yang kian menyempit
Senandung lagu irama bias-bias laras
Memalingkan segalanya yang mulai terlepas
Kandas di atas goresan tinta kanvas
Melarungkan kinerja jiwa yang merawan lugas
Kini kebisuan tersematkan di lembaran mada
Tertanggalnya sobekan-sobekan penuh tinta hitam
Bergeser menjadikan lembaran kian terang
Dengan korban hati dan perasaan yang kini berjatuhan
Langkah mendekati sempurnanya jati
Terbuang yang dulu menggayuti jiwa hati
Hengkang jauh meninggalkan teriakan nyeri
Tuk kembali ke hulu yang senantiasa memberi pengorbanan sejati
Segala keresahan berdatangan
Memilukan dinding-dinding hati bernyawa
Tetesan air mata menderai jiwa
Tak mungkin jemari menampung linang derasnya
Pergumulan ini terhenti
Di tengah jalan setapak penuh onak duri
Wahai jiwa yang meronta
Maafkan segala dera yang kini meletupkan kidung irama penuh terisaknya tangis
Kembalinya sang pengembara
JOGJA, 29 MEI 2017
SEPI DI UJUNG BATAS
By : Puji Astuti
Semenjak kehadiran bayangan
Sejak itu pula jiwaku terkoyak
Ringkih hati dan perasaan terkebiri
Saat sepi menggerogoti sanubari naluri
Sepenuh air embun di bejana gelas bening
Tetesan air mata seakan menemani waktu ini
Pelukan rindu membuncah di tengah ragu
Akankah semua hanya sebuah ilusi beku
Memandu kalbu yang kian berseteru
Dengan seberkas rasa tuk menepiskan pilu
Cinta ini tak pernah pergi
Hanya menepi tuk memberi segar angin pagi
Membenih rasa di jiwa
JOGJA, 23/6/2017
TERLUKA
By : Puji Astuti
Aku tapaki waktu yang berputar
Dengan telanjang kaki tanpa alas
Pedih yang terasakan
Saat telapak menginjak kerikil-kerikil tajam
Bertahan dan terus berjalan
Tanpa hiraukan perih darah yang mengalir
Karena ini tak seperih rasa di dada
Di saat tetes bening basahi seraut wajah
Kugulung perasaan bagai permadani
Terkerut tanpa bicara dan sunggingan
Menahan riak-riak teriakan jiwa
Semua adalah luruhnya di batas asa
Berpeluk tanpa bayang
Berpegang tanpa digenggam
Berlabuh tanpa tepian
Kutertunduk dalam perjalanan
Rangkaian ini terasa panjang bergelombang
Memenuhi kemegahan bahana jiwa
Sesepi di sudut pandang ketinggian
Aku, yang sendiri dalam alur persemaian
JOGJA, titisan 17/7/2017
BIAS KASIH
By : Puji Astuti
Di ujung malam lintang
Terbangun dan tertegun
Seulas kulum senyum menggoda hati
Memberi isyarat cinta sejati
Aku,
Yang tenggelam dalam peluk
Menangis dalam isak di dadamu
Tertangkup selalu ber-ujung rindu
Biasmu berpendar
Di sekeliling cahaya lilin
Memantul di remang malam
Memapah hati yang sedang menyulam
Kuserap jiwamu
Dan ambil sari cintamu
Kuletakkan di kisi hati
Yang tak dimengerti yang lain
Hariku tetap bergulir
Bersama detik-detik waktu
Tak akan hilang sekejap pun
Dalam melingkarkan rasa di dadaku
JOGJA, ulas 15 juni 2012
GEJOLAK
By : Puji Astuti
Di kala sebuah biduk rasa sirna
Karena tudingan picu yang menggema
Di belantara jantung dan asa
Terbantai gelegak berserak
Cinta itu apa..?
Jika keselarasan berjurang menganga
Merobek tanpa belas kasihan
Yang penting jiwa terpuaskan
Apakah kau sadari..?
Cinta itu harus sejati
Melahirkan harmoni
Bukan hanya caci maki
Bertahun kukulum sendiri
Berpijak sebelah kaki
Ternoda kening dengan tinta
Yang tak hilang karena lekang
Jelagaku bergolak
Terdidih di titik letih
Berjuntai duri menancap pedih
Darahku menetes pelan dan perih
Tiada kata yang manis terucap
Noda noda seakan selalu mengecap
Sungging senyum primadona sirna
Terganti tetes bening bulir air mata
Kututup pesona cakra
Yang menggelantung di sudut saga
Bertirai benang suci candra
Inilah akhir dari telapak kaki pujangga
#kisi_pedut_malam__
JOGJA, 4 Juni 2017
KIDUNG LAYUNG
By : Puji Astuti
Sejumput kepekatan ini
Terlanjur terselami
Menghirup inti sari
Meremah kujamah setara hati
Dengan sepatah jiwa yang buncah
Berserakan rindu dan amarah
Bercarut dengan sepenggal genggam lara
Mengikuti alur langkahmu
Berpijaki di tiap jengkal titisanmu
Seakan aku adalah pelacak keberadaan istana singgahmu
Tertegun menatap sendu sayu
Terlintas akan keasingan yang ada
Bergumul dengan senyum
Menahan gejolak di dadaku kuyu
Menelisik mewakili rasa
Seakan impian adalah penggalan asa raga
Yang terlalu jauh tergapai sarinya makna
Lihatlah aku termangu
Di antara bilur yang tertinggal
Melalap semua kesemuan rasa
Meraung di pekatnya malam
Menatapi purnama gerhana
Di situ kutelanjangi keadaan sempurna
Bahwa aku adalah aku
Bukan kamu atau pun dia
Karena bilahku adalah titik nadi jiwa
JOGJA, 14/7/2017
CABIK
By : Puji Astuti
Secarik kertas lusuh kugenggam
Dengan sederetan kisah merejam
Kucoba larutkan dalam syair
Karena ini desir pembuka tabir
Aku ikuti dalam kisah cintamu
Yang membiru sekujur ragamu
Berteriak tak kunjung lepas
Bergumam tak jua jelas
Murung wajah sahajamu
Meniti kegelisahan yang dalam
Meneteskan pilu kasih rindu
Di ujung sana langkahmu menuju
Kesendirianmu di lorong berkabut
Menguliti hari yang terbalut
Waktu tak terasa telah merenggut
Usia dan kerut wajahmu yang kian surut
Rasamu menusuk jantungku
Pedihmu kini mengaliriku
Kepekaan yang mendulang ragu
Ikutlah bisikan hati nuranimu
Sayapmu bukannya patah
Karena masih tersisa akan kisah kasihmu
Penggalan perjalanan tertunda
Tak usah hiraukan kegundahan itu
Duhai Sang pelantun kalbu
Bangkit dan berdirilah seperti dulu
Yang kokoh tak bergeming
Menyusuri tepian kegersangan
Memory itu jadikan motivasi rasa
Karena engkau tidak sendiri dalam meleraikan debur-debur jiwa.
#salam___hati____
Diunggah ulang
JOGJA, 10 Juni 2017
LAMUNAN
By : Puji Astuti
Tersentak di gayutan pagi mendung menggantung
Sekumpulan hasrat membubungkan putik-putik pilu
Membangunkan segenggam lamunan usang
Yang makin rapat menghimpit belahan rasa
Purnama telah berlalu dua musim
Yang menenggelamkan sederetan kenangan
Semalam di bawah sinar pijarnya
Terasa kembali aliran darah ini menyeruak sesak
Hempas napas seakan pelampiasan jiwa
Berat mewakili onggokan angan
Tuk bisa melukis lagi di atas lembar usang
Yang penuh goretan tinta penuh warna
Di sini tergantung lagi setumpuk lamunan
Berderu dengan kenyataan yang berdendang
Berlalu, tertumpuk di secawan kecewa
Meraungkan titik punah tak berterumbukan tunas
Kubungkus dengan sutera rasa
Ruang kalbu terpijar sinar lilin yang hampir padam
Tak lagi terang tuk tempat bersua jiwa
Kosong terpaku gelap di tingginya altar pusara
Mendung kotaku
JOGJA, 9 Juni 2017
CINTA JIWA
BY : Puji Astuti
Kuteguk secawan madu nikmat
Dalam lambaran derai angan yang menggeliat
Sepucuk daun melati aroma magis suci
Yang membaluri sekujur tubuh ini
Kidungku menggelantung bak lembayung
Menjuntai bagai gemulai liuk perawan sedang bersenandung
Jentik yang mulus tanpa bercak merah merona
Senandung cinta dalam lirih decaknya
Titik titik jatuh di tatapan nan teduh
Tersembunyikan ketawa kecil yang riuh
Senandung rindu di telaga warna
Dengan kecipak air di pusaran derasnya
Ooooohhhh... kamajaya sastra
Tuliskan bait-bait yang berirama
Sentuhlah jiwa-jiwa berdetak tertata
Tuk bingkiskan secarik kata pelega karya asa
Edisi love
JOGJA, 8 Juli 2017
HASRAT
By : Puji Astuti
Rengkuh hati di malam senyap
Dingin desiran angin menggoyang ranting dahan bergeretak
Setara dengan gelitik jiwa ranaku
Memagut senyum kulum resah terkatub
Dawai ini merdu terasa di dada
Getarnya menggugah gairah rasa
Debur gemuruh sekilas gelisahkan diri
Di tepian malam yang hampa tanpa terang bintang
Dear ... ungkapan rasa hasrat jiwa
Cakrawala senja kini semburat keemasan
Kemilau lembayung mengusung suntinganku
Sentuhlah dengan ujung jemari lentikmu
Luruh,
Pasrah,
Harpaku menyusun melodi syahdu
Menari kalbuku di atas terumbu cinta biru
Dengan irama ritme-ritme geliat sukma
Tuk habiskan detik waktu yang mulai menguasai jiwa di dada
JOGJA, 19 Juli 2017
KU TEMUKAN CIPTA LOPE-LOPE
By : Puji Astuti
Runcahlah
Berjalan ditenggarai rumpun
Mengais bait-bait kelam
Dikau terdiam
Engkau tenggelam di baris malam
Suara lirih ungkapkan teriris kesakitan hati
Tengoklah puja
Bulan pun indah di atas sana
Bintang pun kemilau sinarnnya
Walau semilir angin terpa tubuhmu
Namun dalam hati ada seberkas rindu yang kelu
Kau melerai kisi duka
Jangan pekik kau bilur sendiri
Biarkan rasa ini ikut terkuliti
Tuk bersama berderai air mata di titik sepi
Pujaku
Peluk ragaku agar kau tak merasa sendiri
Genggam tanganku agar hangat jiwamu
Rona kesakitanmu menggaung di cakrawala
Menggumpal hitam menggantungi mega-mega
Jiwaku tersakiti jika kau begini
Terduduk di teras gelap sendiri
Terpaku di sudut keputusasaan
Puja
Pandang mataku dengan penetraanmu
Lihat jantungku dengan mata bathinmu
Secukup mendulang harapan
Tuk Meraup kenyataan ini
Melihat apa yang kita cari
Meniti hari tanpa ragu lagi di hati
Biaskan ronamu puja
Lepaskan kegelisahan jiwa yang ada
Bias kerlip kunang terbang
Menandakan betapa indahnya sisa hidup kita
Biar puing geming itu terlupakan sejenak
Gelak ini kita ciptakan padu
Karena senyummu merupakan kebahagiaanku
( Diunggah ulang karya cipta 2015 )
JOGJA, 19 Juli 2017
SEROJA KERING
By : Puji Astuti
Terbutakan oleh bayang yang kukejar
Menyisakan seonggok pernik tanda tanya
Tertimpakan puja warna
Mendesiskan racun rasa
Kuliti jiwa tanpa ragu
Menorehkan sacarut hina
Tinggalkan di lorong gelap buntu
Bersama pedas cadas kerling membisu
Kupanggil diam beku
Berbisik apalah arti di pulasan bibir membiru
Serasa kematian ada di jiwa ini
Yang lumpuh seketika karena sakitnya terkebiri sepi
JOGJA, 28 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar