Rabu, 23 September 2020
Kumpulan Puisi Indudewi/BDH - SIKSA
SIKSA
Karya: Indudewi/BDH
Duhai mahajelita
Dara cempaka kupuja
Menawan senyumanmu manja
Tatapan mata,terpana,terlena
Kukejar setitik cahaya Jauh bagai perjalanan mimpi
Sebelas masaku nan gulita
Aku berlari,menggapai tanpa henti
Dengarlah nafasku tersengal
Jatuh tersimpuh dalam aral
Pedih,perih dalam kesendirian
Sunyi tergiang ikrar kesetiaan
Asmarakala,baiduri ratna
Bilakah tanpa henti air mata
Menyebut namamu
Merinduimu
Lihatlah guguran kelopak jiwa
Jatuh di haribaan temaram
Kelu penuh lara
Hilang tenggelam di telan bayangan
Aku bidadari mematah sayap
Menanggalkan keabadian
Untuk dirimu rela terikat
Siksa asmara sepanjang zaman
wilwatikta.230920.
LEMAH
Karya:D.A.P Indudewi/BDH
Ku hirup racun kesedihan
Kutaburkan garam pada kelukaan
Biar redam kecewa
Biar tersembunyi air mata
Betapa lara sendiri berharap
Menanti asmara telah berkarat
Menggayut impian di akar lapuk
Tak sadar sia-sia hati remuk
Luhku, seperti pasir
Keras terhempas air
Luruh terhanyut dan tenggelam
Tak tergapai ,terpisahkan
Ciamis.190220.05:53
SATU BINTANG
Karya : Indudewi /BDH.
Pandangi langit nan terang
Penuh untaian baiduri manikam
Petik untukku satu bintang
Ukirkan asmara dalam rayuan
Wahai dingin bayu malam
Sampaikanlah igau kerinduan
Katakanlah berulang-ulang
Bagai kerlip kunang-kunang
Kuseduh kasih dan kesetiaan
Kutuangi cawan suci harapan
Pada peraduan kasih nan mulia
Kita reguk bersama penuh cinta
Lihatlah pipiku bersemu merah
Sambutlah jemariku manja
Tataplah mata,kecuplah mesra
Dekaplah jiwa,hangatkan bahagia
Mojokerto.170719.18:53
MENANGGAL SAYAP
Karya : indudewi / BDH.
Air mata jatuh ke bumi
Membasah cempaka kering rapuh
Ia terluka dan terbelenggu
Pasrah di selimuti sepi
Jejak kenangan sirna
Tak tahu kemana merindu
Sejarah cinta terlupa masa
Jiwa tersesat sendu
Aku bidadari menanggal sayap
Mabuk cintamu dalam senyap
Erat terikat tanpa daya
Lemas terlena
Mojokerto.090419.05:53
IDENTIK (bagian ketiga)
Karya : Indudewi / BDH
Berkacalah cermin jiwa
Lihatlah bayangannya
Dalam tentangan mata
Menatap antara kita
Berdua terpana
Kulihat diriku padamu
Bertutur segala hatiku
Tanpa cela ,tanpa salah
Sempurna engkau berkisah
Bagai sekedar membaca naskah
Kasihku adalah kasihmu
Segalaku,engkaulah adanya
Pada dirimu adanya jiwaku
Kita satu dalam waktu dan masa
Sebatas berbeda ruang semu
Dalam janji restu kehidupan
Terlahirlah kita sebagai insan
Kita berdua butiran pasir
Terhempas angin berdesir
Menjalankan kepastian takdir
Indudewi/BDH.mojokerto.260520.11:44
CERITA LEBARAN
Karya : Indudewi /BDH
Semalam aku ke rumahmu
Sepenuh rindu untuk bertemu
Tapi ternyata begitu sial
Hati terasa kesal
Karena gang rumahmu di portal
Duh Gusti...
Susah benar saat ini
Untuk sekedar silaturahmi
Aku tak mau lewat udara
Terasa hambar ,kurang makna
Lebaran oh lebaran
Betapa kurindu kampung halaman
Terbayang mamak tersenyum bahagia
Menyambut kepulangan putranya
Penuh cinta ,penuh cerita
Indudewi/BDH.260520.12:46
TERTAWAN
Karya : Indudewi / BDH
Danghyang ahayu
Begitu bening sinaran
Membiaskan tatapan rindu
Manis bermekar senyuman
Layaknya lautan manikam
Penuh kemilau membutakan
Asmaraku tertawan
Luruh rela,luluh terdiam
Seperti mati
Desah nafasku sepi
Melayung kasmaran
Sebatas mimpi igauan
Ku ulurkan setangkup hati
Tertuang kasihku nan suci
Sudikah Maha jelita
Mereguk persembahan hamba
Aku sudra sahaya
Seharga takdir tiada mulia
Sekalang tanah berdebu
Terlupa jemu,memeluk sendu
Indudewi / BDH.gianyar.13juni2020
KELING
Karya : Indudewi / BDH
Keling,nafasku tersengal
Mengimbangi lari bahagiamu
Erat jemariku kau cekal
Membawaku pada mahidhara rindu
Berikan aku seikat
Karangan bunga nan indah
Lukiskan cinta berwarna pekat
Biar legam menoreh jiwa
Keling,tersenyumlah
Biar kulihat lesung manismu
Nan belia tersipu manja
Menyeduh rona-rona asmara
Dengarlah kidung rayuanku
Gubahan seketika rasa hatiku
Lelaplah berpeluk bahu
Mimpilah tenang berselimut rindu
Indudewi/BDH.Gianyar.11juni2020
HARU BIRU
Karya : Indudewi /BDH
Selamat pagi Bandar Bangi
Dinginmu bersanding hangat mentari
Antara riuh merdu kenari
Kuhirup wangi taman kasturi
Adakah tatap-tatap mata
Berselindung sejuk menyapa kata
Mengurai warna pesona asmara
Membawaku berlari ke alam lena
Wahai nuan dara ayu
Pejamkan matamu
Biarkan jiwa melesat jauh
Menembus batas waktu
Tiada sesungguhnya rahasia
Lembar-lembar naskah terbuka adanya
Bacalah dan ingatlah kisah lama
Masa bersama,antara kita
Bilanya tak jua mengerti
Mengapa airmata basahi pipi
Takkan mampu diri mendustai hati
Walau terpisah garis reinkarnasi
Aku kutipkan cahaya untukmu
Sebagai penuntun rindumu
Semoga harapan mengharu biru
Di suatu masa bertemu dan bersatu
Indudewi /BDH.mojokerto.010619.09:37
GEMILANG SUCI
Karya : Indudewi / BDH
Dalam gelap ruang semu
Luh berjalan mencarimu
Menepis keluh dan jemu
Pasrah takdir menuntun rindu
Igau-igau di setiap lena
Mimpi-mimpi indahnya berjumpa
Tiada padam sinaran cinta
Terang gemilang sepanjang usia
Indudewi / BDH.Mojokerto.22mei2019.02:30
JATUH
Karya : Indudewi / BDH
Sedu sedanku
Berguman tentangmu
Berputar kencang
Meregang sejuta bayang terkenang
Aku jatuh
Di hempas deru bayu
Tumbang menghantam pelataran
Tersengal dan terabaikan
Layu,rapuh
Kering di makan waktu
Sirna menjadi debu
Mati dalam cinta padamu...
Indudewi / BDH.mojokerto.13mei2019.11:21
TERKENANG
keheningan menggelayut perasaan
terngiang janji masa silam
terkenang bersama penuh kebahagiaan
titis air mata jatuh berlinangan
seiring dedaunan kering berguguran
cinta berakhir di ruas kasta dan perbezaan
jiwa terluka di dalam diam
menggigit bibir penuh penyesalan
engkaulah cinta sejati
tenggelam di dasar terdalam dari sanubari
selamanya tak terganti
Karya : Dyah Ayu Paramitha Indudewi
indudewi.wilwatikta010818-18:46
Kumpulan Puisi Riri Angreini - KEPADA KISAH YANG TAK SUDAH
KEPADA KISAH YANG TAK SUDAH
Karya Riri Angreini
Kutuntaskan rindu pada kesiur angin malam
Bersama lembaran putih dan sebatang cahaya
Kucoba lukis tentang seraut wajah
Dalam sajak dan prosa yang tak sudah
Ah! Gumam ini penuh ragu dan tanya
Selaksa kalimat berderet-deret
Memenuhi ruang imaji
Bila diungkap mungkinkah dijawab?
Duhai engkau ...
Teragak yang tak pernah padam
Apa kabar malam-mu,
Adakah pelita bersama kesendirian syahdumu?
Sebelum pintu langit tertutup
Sepotong angin membawa berita
Mengisahkan tentang diri-mu di ambang senja
Masih tetap dalam persemedian panjang
Wahai kalbu yang teguh!
Terima kasih, untuk sendiri 'tak bertepi
Kelak kisah ini terbingkai
Dalam Sampul Putih Biru
Indonesia, 24 September 2020.
01.37
#ra
BOROBUDUR
Karya Riri Angreini
dua tahun berlalu ...
namun pesonamu kian nyata
terlukis apik di ruang mata
getarkan dada dunia
elokmu bangkitkan gairah
semangat melangkah tiada lelah
di puncak tertinggimu
tempatku merajut hari
penuh rindu dan cinta
Indonesia, 200920.
DERANA
Riri Angreini
untuk-mu yang sejak lama
menetap di hati
mengapa lama berdiam
bicaralah ... kali ini saja
meski se"kali"mat ucapan:
"Selamat Tinggal."
Indonesia, 210920.
#ra
NAN BATIN
Karya Riri Angreini
rindu dan hujan ...
kisah yang tak pernah usai diuraikan
aromanya menyeruak keempat penjuru
namun tak ditemukan jua yang dituju
kini senja tak lagi jingga
nuansanya berubah padam
tiada pelita penerang jalan
cukup rasa jadi penopang
Indonesia, 22 September 2020.
#ra
LELAKIKU
(Bahasa Kalbu)
: Riri Angreini
bersama lelaki ini,
di keramaian aku lebih sering
mempergunakan bahasa telepati
sebab jika mulut yang bersuara hati kami merasa terabaikan
dan lebur bersama hiruk pikuk yang ada
Jkt, 020419.
#RPS_RA
GADIS KECIL
(Si Pembela)
: Riri Angreini
di antara riuhnya suara alam
senandungmu paling mengesankan
kau nyanyikan; sabda-Nya
tentang penawar luka
bagi anak negeri
yang terancam dalam tikaman
saling ejek dan menyakiti
lirikmu tajam, menikam sukma
hingga mereka memusuhimu
sebab irama pengiring senandungmu
nadanya mematahkan setiap ranting kebohongan
Bekasi, 050419.
#RSP_RA
ANAK DAGANG
: Riri Angreini
pada jejak yang membekas
kutitip kenangan
hingga waktu menjelang
memanggil untuk kembali
pada keakraban paling rantau
Halim Perdanakusuma, 060419.
#RPS_RA
IBU
: Riri Angreini
dia yang menerima kepulangan
dengan tangan terbuka
merangkul tanpa sekat di dada
tiada sorak bengis yang pecah
selain lembut sapa dalam santun
paling alam...
Pesisir Selatan, 080419.
#RPS_RA
SAHABAT
: Riri Angreini
dia yang selalu menyambut kedatangan
dengan tulusnya senyuman
dan tangan terbuka
merangkul penuh keakraban
paling natural
Pesisir Selatan, 080419.
#RSP_RA
KEKUASAAN
: Riri Angreini
Aku melihat kaki lain
dalam ringannya langkah
aku melihat tangan asing
saat kau memberi dan menerima
Aku melihat itu dalam remang pagi ini
Padang Panjang 1 Kambang, 090419.
#RPS_RA
ANAK NEGERI
: Riri Angreini
Cahaya langit Ranah Minang
Menyinari semesta generasi bangsa
Tapak kecil menuju masa depan
Harapan negeri tercinta
Padang Panjang 1 Kambang, 100419.
#RPS_RA
HILANG
: Riri Angreini
Kesunyian itu bersarang di relung mata
Hingga hujan yang tumpah tak lagi berirama
Hanya nada pilu sesekali mengiringi
Setiap lirik sendu dari nyanyian alam
Di mana rasa itu tercampakkan
Sehingga hening jadi tawar yang pahit
Serasa sekam tersekat di tenggorokan
Seolah maut datang menjemput
Ranah Minang, 110419.
#RPS_RA
DIKAU
: Riri Angreini
hei, dikau yang di sana
mengapa menjelma merupa hujan?
belum puaskah menyuburkan segala ingat
tentang kerinduan...?
RA_140419
#RPS_RA
TANAH MOYANG
: Riri Angreini
sebelum bunga diksi kuronce
jadi kalung sajak
dia telah lebih dulu
dan sangat nyata
merupa
puisi
dalam lukisan maha karya-Nya
Ranah Pasisia, 150419.
#RPS_RA
RASO NAN LAMO
: Riri Angreini
Sajuaknyo Ranah Pasisia
Sasajuak angin rindu nan badasia
Ranah Minang, 160419.
#RPS_RA
PASAN MANDEH
: Riri Angreini
pagi kian menua
jingga pun elok menyapa
sebaris cahaya
melisankan amanah
kusimpan dalam derai tawa
di balik lipatan air mata
Ranah Pasisia, 160419.
#RPS_RA
NAPAK TILAS
:Riri Angreini
lorong ini pernah kutapaki
tapi dulu sekali
masa seragam putih biru
jadi andalan
saat menimba ilmu
banyak nian
coretan kenangan
pada setiap jejak yang tertinggal
; berkisah tentang kau, aku, dia dan mereka
sepulang sekolah
Ranah Pasisia, 160419.
#RPS_RA
RINDU
: Riri Angreini
setiap kali hujan turun
telaga ini kian basah
ingatan jauh mengenang
segala tentangmu...
Padang Panjang 1 KAMBANG, 160419.
#RPS_RA
HINGGA SENJA
: Riri Angreini
Rindu ini tak akan pernah usai
Biarlah kucoba rasai
Menikmati jarak
Hingga awan berarak
Menuju petang
Ranah Minang, 170419.
#RPS_RA
SEPANJANG PERJALANAN PESISIR
: Riri Angreini
dari Kambang sampai memasuki kota Padang
mato dunsanak akan dimanjakan dengan eloknyo; pesona pantai pesisir
dengan hijaunya tumbuhan liar menghiasi bibir pantai nan landai
hilanglah segala kepenatan yang bersarang di raga dan pikiran
sesekali debur ombak akan menyapa;
dengan ketinggian seperti seorang sahabat melambaikan tangan
menyambut dengan keakraban
angin yang sepoi-sepoi berhembus syahdu
seolah berbisik penuh cinta dan mesra;
jaga kelestarian nagari pasisia tercinta
Tanah Rantau, 190419.
#RPS_RA
KENANGAN
: Riri Angreini
Kemarin itu masih nyata
Dan hari ini tinggal cerita
Dalam sepenggal kisah
Bekasi, 20 April 2019.
#RPS_RA
MARANTAU
: Riri Angreini
Selembar senyum yang kusimpan dalam lipatan kain serong
Jadi tanda bahwa diperjalanan aku tidak akan baik-baik saja
Ada rindu dan enggan untuk beranjak dari tanah moyang
Bersaksi dalam linangan air mata
Selangkah dua kucoba paksakan jua
Mengayun tangan dan langkah meski timpang
Ada gejolak bergemuruh di hulu dada
Saat kupandang balik wajah kedua orang tua
Dalam tatapan sayu kedua pasang mata itu
Dapat kubaca betapa rindu belumlah tunai
Ada sepasang janji yang saling bertautan
Dalam lingkaran hati yang enggan saling untuk melepaskan
Tuhan...
Sebelum langkah ini benar-benar kian berjarak
Dan pandangan mata ini kian sayup
Pada-Mu segala tanda kupinta
Bila kelak angin tak sanggup memberi kabar
Tentang segala kerinduan batin yang terpendam
Tolong berikan isyarat pada seluruh raga
Dengan menyebut nama-Mu hadirkan diriku dalam sekejap
Tanah Jao, 220419.
#RPS_RA
Minggu, 13 September 2020
GERSANG TANPA MENTARI
Merapuhnya sebuah hati
Menanti janji
Kekasih
Melangkah tanpa henti
Menuju cita
Harapan
Terbakar tanpa api
Kering menyendiri
Gersang tanpa mentari
Membara tanpa bara
Rindu dendam
Meredup paksa
Impian dalam jaga
Percuma sahaja
Kisah dapat menjadi akhir
Akhir tak selalu membawa kisah cerita
**Goresan Wanita Penata Nada dalam Pena**
ANTING PUTRI
KALBAR ,11 September 2020
Kumpulan Puisi Galucus Tomananta - PUISI UNTUK SAHABAT
Di tempat ku ada jarankepang,
Ada yang bawa cemeti
Ada yang bawa beling
Pembawa cemeti, sibuk dan sigap pandangi mangsanya untuk di besit
Pembawa beling sibuk unjuk pamor kedikjayaan nya.
Mereka tidak memahami tempat ku ini di tata dengan iman dan taqwa
Di taburi tanaman benih kasih sayang, sapaan sapaan mesra persaudaraan.
Aku muak melihat sinetron besit cemeti
Aku gerah memandang ketangkasan kekebalan diri.
Begini saja ....
Ambil sajadah mu rukuk dan sujud lah....
Duduk tawaduk istighfarlah....
Karena aku ingin mengulang kaji ku
Jangan kalian ribut, itu bukan hak mu...
Eiiiiit jangan kau marah
Karena marah itu tak penah ada dalam senda gurau ku....
Kajian ku masih tentang aku....
Masih rendah dan tak sampai pada kajian diri mu .
Jadi heningkan lah nalar emosi mu
Cipta karsalah dalam tazuk kedamian egois mu.
Kerang city 492020
Galucus Tomananta
PUISI UNTUK SAHABAT
Aku punya sahabat, tapi sahabatku itu pendiam
ia pemalu, bukan seperti aku manusia yang tak tau malu
Sahabat ku itu sangat pintar, Dia mampu menyembunyikan kesedihan nya pada ku, aku ingin banyak belajar dengan sahabat ku itu.
Tadi malam aku menghadiri pesta kecil,
di acara pesta itu yang hadir akan di beri hadiah.
mata ku bagai kalilawar melirik hadirkah sahabat ku itu di sana...?
Ternyata Tidak...!
Sobat....! besok besok hari kunjungilah Pesta pesta kecil kaum marjinal.
disana dirimu dapat lawan tanding kesedihan,
air mata mereka dari buih panasnya api neraka
kesedihan nya beraut sakaratul maut.
Mungkin Kesedihan yang selama ini kau rasakan kalah jauh dengan mereka.
Jujur... aku malu menerima hadiah yang tadi malam ku dapatkan dari pesta kecil kaum marjinal itu...
aku akan menyerahkannya pada Mu.
Tolong jangan Lari ketika aku datang...
Jangan memalingkan muka di saat orang hitam ini menjelma di hadapan mu.
Yakinlah sahabat ..., aku tak sanggup menerima hadiah ini. Bantu aku untuk menerima nya. dan ajari aku untuk menyembunyikan kesedihan ini.
Korang City 120920
Galucus Tomananta
SKETSA DIRI
Dulu aku adalah rona
Dengan puja puji sanjung membuai
Sekarang mendiam karena murung yang kau cipta
Inilah hidup Bertasbih diatas roda kehidupan
Oleh : Galucus Tomananta
Kerang city
03032020
Memakna Kehidupan Lewat Pemberian Ikhlas.
Tak ada yang dapat mengukur berat
timbangan kebaikan
Bagi pemberi ia akan tetap merasa kurang banyak lagi yang harus di beri...
walau nyatanya sudah banyak memberi, Anehnya si penerima juga merasa hal yang
sama.
Dalam Realita Manusia yang jauh
dari Keikhlasan
Yang merasa dendam, akan terus senantiasa berupaya untuk berbuat jahat.
Yang membenci, akan terus mencari koloninya untuk bergabung membentuk pasukan
penghancur.
Yakinlah....!, semua pasti akan musnah di saat perjuangan dibarengi dengan niat Bersih dan Ikhlas.
Insyha Allah... Amiiin..!
Kerang City 1792020
Ordo Novus Seclorum
Galucus Tomananta
Kamis, 10 September 2020
Kumpulan Puisi Nur Fuad - LAGU HATI
Cinta...
Lihatlah asa telah mengikat segala
Menapak tiap jejak-jejak rindu tak tentu
Warna tiap mega hanyalah dirimu
Adakah di hatimu semburat rindu walau sebutir debu?
Nur Fuad
Blora
LAGU HATI
Denting gitar irama sumbang
Nyaring diantara gerak jemari
Senar bergetar merangkai nada
Melodi cinta mengangkasa
Bersama lembut angin menyapu
Ritme berlari lewati malam
Bersahutan diantara warna suara
Kurangkai nada-nada rindu
Masih kupetik dawai asmara
Merupa rasa serupa nyata
Kucoba samakan ketukan jiwa
Agar selaras melodi hati
Wahai kekasih
Laguku tak seindah hayalmu
Suaraku tak semerdu bayanganmu
Namun tercipta dari cinta
Kubernyanyi dari hati
Nur Fuad
Blora
Wahai Junjungan
Buih menepi mengelus pantai
Gemulai merayapi pasir dangkal
Bergulung melumat kerang
Debur menghantam karang-karang rindu
Dalam bahari tak tertembus mentari
Dingin mendekap ombak laut biru
Arus emosi menari di palung rasa
Di terumbu karang ragu hati menari gemulai
Hamba terjerebab di curam asmara
Diantara batu terjal dinding jurang
Hendak kulabuhkan perahu cinta
Namun...
Terbenam lumpur tiada daya
Oh...junjungan
Pasang surut rasamu
Bolehkah kugambar seperti itu?
Nur Fuad
Blora
Cemburu
Panas memanggang
Terselubung bumbu
Kaku terikat rasa
Pedas meluncur sempurna
Nyala membiru
Meraba tiap jiwa
Terdidih segumpal darah
Ditungku perapian
Ah...keparat
Nur Fuad
Blora
Padamu
Asaku bukan asamu
Hasratku beda bagimu
Rasaku tak sepadan untukmu
Mengambang bimbang di perjalanan
Tiap tetes kusimpan harap
Kutakar nyali dari caci
Entah berbilang hari kucoba dekati
Coba kupintal benang-benang mimpi
Aku ranting kering rapuh
Engkau cakrawala dunia
Diriku benih tak bertunas mulia
Adakah...berlian memadu tulang hina
Wahai ruh yang menebar kasmaran
Lepaskan tusukan rindu menyiksa
Penggal segala harap yang membuncah
Matikan rasaku...harapku...cintaku...padanya
Seandainya aku mampu...
Nur Fuad
Blora
Kemuning
Liuk gemulai kemuning berbunga
Gemerisik lirih daun rindunya
Menebar wangi aroma kasmaran
Mengudara diantara bunga asmara
Penuh sudah rongga dada
Penat merapat di lorong nadi
Terbata melukis cinta
Tersungkur jatuh di satu hati
Seiring larut temaram malam
Terkirim asa wangi kemuning
Dibumi gersang cinta berkembang
Berharap menjalar di bunga mimpi
Blora
CAWAN RINDU
Jika masih tersisa minuman
dalam cawan cawan rindu itu
Maka minumlah sendiri
Habiskanlah
Atau buanglah
Siramkan saja pada kolam kecil.di depan rumah
Siapa tahu ada beberapa ekor katak yang kehausan di musim kemarau ini
atau ada beberapa ekor burung Pipit yang kehausan dan singgah minum
di kolam kecil itu
Aku bahkan sudah tidak tertarik lagi
minum dari cawan cawan rindumu
Minumlah sendiri
atau buanglah anggur dari cawan rindumu
Hari sudah senja aku harus pergi
#srihan_cawan rindu
Bandung 10 sep 2020
Rabu, 02 September 2020
Kumpulan Puisi Emmelia M - MENJAHIT PEMBERONTAKAN
MENJAHIT PEMBERONTAKAN
mesin jahit hitam,
merk Butterfly,
penuh perhitungan,
jarum dan benang,
kain dan kancing,
berirama,
menembus jendela dan pintu,
ibuku menjahit pemberontakannya,
atas tiran gaji dan inflasi,
atas anak-anak buah rahimnya,
atas suami berkelana menembus nafkah.
mesin jahit hitam,
merk Butterfly,
dendang kupu-kupu beterbangan,
hinggap di meja makan dan periuk nasi di dapur,
di bohlam ruang tamu dan kamar tidur,
rumah terasa lebih hidup,
bosanlah merana
menjauh hingga ke ujung harapan.
Karya : Emmelia M
Bogor, 27 Agustus 2020
CORONA MEMILIKI WAKTU
Halo Corona,
kemanapun engkau pergi,
engkau menyapu bersih,
Sang Ego,
Sang Takut.
Sungguh,
apakah dirimu sejenis penyakit?
atau
seorang pahlawan tanpa nama?
ataukah
engkau Sang Kiamat,
Sang Pembersih Pamungkas?
Aku bertanya-tanya,
dalam meditasi karantina,
sel tembus pandang,
ke dalam angan,
ke luar bayangan,
aku lupa siang dan malam,
semua putih,
semua hitam,
mungkin juga abu-abu.
Tapi Corona,
kuingat namamu sejenis mobil,
mungkinkah
kita berdua
berkendara meniti jalan panjang
ke surga,
jantungku sudah lelah
dengan beban karam.
Marilah!
Bogor, 28 Maret 2020
HIJAUNYA KATA_KATA
hujan tinggal rintik-rintik,
sepasang kucing abu-abu tidur bersama
dalam bakul reyot;
sebuah pesan rehat
untuk duniaku
yang berhenti
dalam karsa,
bertumbuh dalam
hijaunya kata-kata,
dalam pot nalar,
bejana penuh rasa.
Pojok Bising, 26 Maret 2020
ORANG-ORANG MONOTON
aku tidak pergi kepadamu,
tidak juga menuju
kepadamu;
tidak menuai alasan
ataupun resah,
seandainya ada benih praduga,
dinyalakan diam-diam
lalu ditaburkan
saat malam menjelang.
kini tiba
kita menjemput ingin
dan muslihat luruh
sebelum berkibar,
karena ini jujur
berkata-kata,
bukan kebasian makna
ataupun kehidupan monoton.
tak ada titik koma
menahan senyap,
memang ini kita bertamu,
sejauh sapa dalam angin
dan lalu lalang
rutin melintas menjauh.
jangan membuang diri
dalam keluh dan sepuh,
aku tetap tidak menuju kepadamu,
sampai kau ingat
aku dalam
dasar jiwamu.
Bogor, 16 April 2020
PESAN DI ANGIN
Dalam keheningan,
Kami dengan.
Dalam kata-kata,
Kita terpisah.
Dalam damai,
Kami sedang jatuh cinta.
Dalam kebencian,
Kami tetap memaafkan.
Dalam kematian,
Kita bersatu.
Bogor, Feb 28th, 2020
LUBUK HATI KAKAKKU, AMINAH
bagaimana salamku
akan sampai
ke lubuk hatimu, Kakak?
kau terbayang selalu
dalam sujud dan airmataku,
tak ada jumpa dan cerita,
seperti kita dahulu
di ladang dan kali,
akankah aku mencium pipimu
sekali lagi?
engkau meratap
dalam mimpiku,
sunyi hidup ini
tersayat duka hitammu,
dan
kupeluk dinginmu
dalam sujud tawakalku,
dari negeri jiran,
kaubawa misterimu,
hingga kulupakan
sedih isak,
kau tak ingin diratapi,
kau ingin diurapi
ampun penuh rindu.
selamat jalan,
lubuk hati kakakku, Aminah!
diammu
kami suarkan
atas mimbar orang-orang hilang.
Bogor, 27 Feb 2020
#humantrafficking
HUJAN, HUJAANN
Mama, aku sudah pulang!
kuterobos hujan lebat,
tak akan aku demam,
karena
aku kangen banget dengan mama,
PR dapat nilai bagus,
ulangan bahasa Jawa
dapat nilai 65,
untuk mama dan masakan mama,
yang selalu hangat di hati,
sepanjang hari.
Stasiun Kemayoran,
13 Maret 2020
SENYUM PUISI
datangnya harimu,
hari yang terbaik,
walau hanya
seulas senyum
dalam seulas bait -bait pengantar,
selalu kunanti,
senyum dan puisimu
memukau
puisi senyumku.
Stasiun Kemayoran, 13 Maret 2020
MEMBANGUN DARI PUING-PUING
membangun dari puing-puing,
memungut batu-batu buangan,
dan palang kayu tua,
menjahit jendela,
meresapkan hujan
dan sinar hari,
menyusup
ke dalam lumut -lumut
abadi,
rasa syukur
yang tak bersedih.
membangun dari nyeri,
jerih payah
yang tak penat,
luka yang tersembunyi
dalam senyum, gula,
kopi dan lauk pauk.
di balik lusuhnya
baju sang pengemis dan buruh kasar,
ada Tuhan sedang berziarah.
Bogor, 4 Februari 2020
TANPA CREDO
tanpa credo,
syafaat,
purna wujud,
tak panjang,
tak sedikit.
cuma diam,
cuma
aku dan Dikau,
kita jatuh cinta,
senantiasa.
Bogor, 31 Januari 2020
KIDUNG RUMAH DUKA
mendengarkan
kegelapan,
ruang kuat,
penuh senar -senar misteri,
bukan milikku.
mendengarkan,
gigil erangan kegelapan,
pembimbing tapa,
ke jantung getar,
denyut degup
redup diri.
kegelapan,
merayap penuh adil,
jika nanti
aku tiba digandeng
waktuku,
engkau menciumku
penuh rindu,
menyapu seluruh
hatimu,
ke haribaanku;
"kaubawa aku,
hatiku kepada
rumah duka cinta abadi."
Bogor, 31 Januari 2020
SEBUAH LAGU DI JALAN SEMPIT
mengapa mencintai kebencian?
mengapa membenci yang kau cintai?
memilih bisikan lirih hatimu,
sebelum ia pupus
dan melayang mimpi,
di jalan lebar
penuh jeram.
lalu,
sebuah lagu memanggilmu,
berbisik nyaris sepuh,
di rahim dadamu,
mengirimkan debar -debar jejaknya,
ke sebuah jalan sempit,
para martir cinta,
rubiah doa,
mengusik rasa raga,
dan jiwamu,
sekali ini,
mencintai cinta,
mencintai perih rindu,
manisnya waktu menunggu,
pintu hati terbuka.
sebuah lagu,
membimbingku,
untuk mencintai,
merindukan,
pertemuan dan perpisahan,
itu lagu,
terus mengalir.
Bogor, 31 Januari 2020
KUNTUM HARI MINGGU
hari Minggu adalah kenangan,
berjalan -jalan di perbukitan,
dan menyapa kabut
diantara pepohonan lawas,
senyum bunga-bunga tak dikenal,
mengintip surya.
kuntum dan perjumpaan,
cinta dan perpisahan,
kenang -kenangan
berziarah
ke dalam hati yang baru.
Bogor, 25 Jan 2020
UGAHARI
terlalu malam,
untuk meratap,
jadilah diam.
terlalu malam,
untuk jatuh hati,
jadilah selibat,
dalam awan cahaya.
gerbang hijau rimbun,
ditembusi cahaya,
jadilah pagi,
jadilah embun,
hati pun bangkit.
menoreh,
menuliskan renungan-renungan,
untuk kaukunjungi,
entah tengah malam
atau saat kau ingin melupakanku.
Bogor, 23 Januari 2020
SENYUM KUPU-KUPU
sepasang kupu-kupu hitam ,
riang beterbangan,
dekat gerobakku.
"KUkirimkan sepasang kupu-kupu,
senyummu cerahkan hari."
Bogor, 22 Januari 2020
TIADA BELUM BERAKHIR
aku belum
berjumpa tanka,
gogyoshi ataupun haiku,
jiwaku
belum menangkap
cahayanya.
bukankah
dalam jejak ini,
senyum
dan hatimu,
nyala kireji
haiku
hadirku
dalam
ruang musimmu?
dan kertas-kertas
bersajak merdu,
mengalun seirama
musim berpadu.
Bogor, 20 Januari 2020
SELAMAT TINGGAL PERPISAHAN
selamat berhari....
sepanjang itu,
adakah mengingatmu
dengan bahagia,
atau tawar hati?
berlalu,
banyak ucapan
dan banyolan harapan-harapan,
namun di sudut hati
ada sebait puisi
duduk termenung
dekat jendela senyum.
selamat tinggal perpisahan,
sampai berjumpa
di sebuah keabadian,
milik orang-orang merdeka,
kaum merdeka berbudaya,
selalu mengakhiri
dengan cinta.
Bogor, 22 Feb 2020
TIRAI YANG PENDIAM
diam dan diam,
matamu mengarungi,
lekuk mataku,
aku diam,
mendengarkan
jantungku,
"Mungkinkah engkau
sedang berbisik?"
diam mengalir,
ke arah saling menarik,
tak pernah
kau ingkari,
gerak perkasa
himpunan kata -katamu,
dalam satu bidik seru,
"Tersenyumlah, aku di sini ."
lalu
hujan semanis rindu,
perlahan membasahi
kerinduan.
"Aku hanya ingin,
hidup mendampingimu,"
semua diam berdiam diri,
biarkan
kami satu berdetak.
Bogor, 21 Feb 2020
MENYALAKAN LAMPU TEPLOK
menyalakan lampu teplok,
teranglah hatiku,
berpendar ke pojok -pojok pawon,
masa kecil dan remaja,
masa aku hanya mencintai
ayah, ibu dan saudaraku,
tiada hangat di negeri ini
sehangat hati dan jiwa mereka;
lampu teplok
penerang kenangan
dan semangat.
kutebus tanah dan rumah ini,
dari bank penyita,
lalu aku sedekah
syukur menyalakan lampu teplok,
dan setampah juadah kampung.
"Mari kita bersama lagi,
di rumah ini,
di keluarga kita."
Bogor, 19 Feb 2020
MEMBUKA JENDELA SORE
ia membuka
jendela hatinya,
dan
bertamu di pelataran cinta,
cinta pertama ,
terakhir dan abadi.
dan jiwanya
mengerti
jalannya untuk pulang,
kepada cinta abadi.
Bogor, 19 Feb 2020
KITAB PUJIAN KEPADA KENANGAN
sebuah kitab
penuh kenangan,
dipuji,
dipeluk,
tanpa huruf dan nada,
seperti burung Phoenix,
dalam api harapan,
ia lahir kembali
dari debu abu
yang selalu
memujinya,
memujanya,
demi
kenangan - kenangan,
bercahaya
menembus kabut kedunguan.
Bogor, 16 Feb 2020
PAYUNG HATI
payung hati,
sehati ibunda dan adinda,
terlihat semarak
saat berjumpa hujan ,
terasa teduh
saat terik melanda.
payung hati,
gerak langkah
seiring perjalanan ,
kelak ibunda
tinggal menetap
dalam hati adinda.
Bogor, 10 Feb 2020
BUNGA ILALANG DAN TAHUN BARU
nampak bunga ilalang
serumpun
dalam bingkai
surya menurun,
bulan kecil,
lahir di ufuk,
ada tahun yang baru,
menanti didoakan,
menanti dicintai.
Bogor, 30 Des 2019
PEKATNYA SEKAT
pekat
dalam sekat,
hela nafas
dan peluh berkarat,
terasa juang,
pandang hayat;
bencana
itu
jembatan kasih.
salam berdoa,
dariku,
tak bernama,
nyali sejagat.
Bogor, 4 Januari 2020
AIR BATIN PUISI
puisi,
yang dipahatkan
dalam kenangan,
waktu
tak terhalau,
dalam bias
kecupan rindu.
semata wayang,
puisi,
air batin.
Bogor, 4 Jan 2020
ALUN-ALUN GEMURUH
pasang gemuruh,
alunan lagu angin,
gaung pidato,
"Aku adalah keadilan,
aku kesejahteraan!"
sungut cedera,
berlalu enggan,
karsa demi
karya.
Bogor, 2 Januari 2020
KITAB KERIPUT
keriput itu
sunyi,
sepanjang saat,
ikhlas
untuk dijemput.
Bogor, 2 Januari 2020
NESTAPA
nestapa,
bukan kenangan,
nasehat pahit,
penegur acuh.
Bogor, 2 Januari 2020
PELUKAN AIR MATA
embun,
lembut memudar,
namun
haru pelukanmu,
mengisi
hari -hariku,
musim
dan waktu bergantian,
doa hangatmu
mendampingi
cita -cita kita.
Bogor, 11 Januari 2020
TANAH AIR KASIH
pada mulanya,
kasih bersemayam,
dalam Sang Sabda;
lahir
mendiami
jiwa -jiwa di bumi.
Bogor, 9 Januari 2020
SONG OF STILLNESS
Tenderness
is your soul,
Loving you
is caressing
our stillness,
no fight or anger,
divine of heavenly
heart,
no one of us
can stay put
in silence,
I am your air,
you're my breath.
Bogor, January 8th, 2020
DEMITRIA
di ujung
tapak penat,
lambaian
remang-remang pelita,
secangkir doa
hangat mengepul,
dari Demitria
hingga
Novena tengah kelam.
Bogor, 7 Januari 2020
DI TAMAN BIARA
sepasang kupu-kupu,
lembut kelopak mawar,
sehangat
cumbu cahaya siang,
di taman biara.
Bogor, 5 Januari 2020
ROTAN, AUR, DAN TERATAI
saudara rotan,
setia berakar
di Bumi Khatulistiwa,
penjaga nan lestari.
saudara aur,
tekun mencintai air,
karunia bening sang wana.
saudari teratai,
tetap menatap cahaya,
menapak dalam lumpur,
cahaya sang tasik.
seperti aku dan Engkau,
adalah satu.
Bogor, 10 Juni 2019
KOTA TERAKHIR
awal diri
di kota terakhir
ujung dari riuh
tak penuh di tepi -tepi sawah,
di sini kuwariskan
hati dalam kenangan,
rumah
untukmu kembali.
Bogor, 19 Des 2019
OMAH PUISI
sebuah puisi,
adalah pelataran,
beranda tamu,
ruang makan bersama,
dapur memasak,
ada kebersamaan,
pecerahan
dalam bisu,
yang jauh,
terasa dekat,
dan
tak malu
untuk tak paham,
boleh mengerti,
bahkan saat
waktu
tidak berjumpa lagi.
Bogor, 21 Desember 2019
BAJU DOA IBU
ibuku,
seorang penjahit;
banyak pelanggan,
dari yang naik mobil mewah
hingga pemulung,
"Mereka butuh baju
untuk hangat, bekerja,
beribadah, berteman."
ibuku penjahit,
bahkan juga kain-kain perca,
menjadi selimut hangat
atau gaun pesta yang cantik.
kuintip ibu sedang lembur,
semalaman menggunting
dan mesin jahit terus berdetak,
ibu menjahit kain-kain perca,
dan baju indah bak mozaik di jendela gereja,
hari ini ulang tahunku.
"Hillary, selamat ulang tahun. Ini baju barumu.
Maaf ibu tidak siapkan kue ultahmu."
kupeluk ibuku,
kukalungkan rosario putih untuknya,
"Terima kasih, ibu.
Ini baju doa ibu untukku,
selamanya."
Bogor, 18 Januari 2020
#puisiuntukanak-anak
PEMBARINGAN ABADI
Untuk alm. Abang Hairul Haq
.
waktu berhenti
mendung dengan gerimis
hati berduka
selamat jalan
baroqah ikhlas jiwa
teriring doa
Bogor, 18 Januari 2020
SEEKOR IKAN YANG DISEBUT EMMELIA
ikan pelangi
Dalam sebuah mangkuk,
Namanya Emmelia.
Mangkuk dengan
Tanaman warna-warni,
Rumah kecil yang indah
untuk ikan kecil seperti itu.
Mangkuk itu menyala
panel jendela,
dengan pemandangan
Jalan sibuk, kiriman lampu
dan bangunan,
Emmelia baru saja menikmati
Sinar matahari dan
sinar bulan.
dia merindukan
mata manis pemiliknya,
Seorang anak sekolah bernama Aries,
matanya kebahagiaan,
mata lautan biru besar,
Matanya benar-benar rumah.
Bogor, January 17th, 2020
#childrenpoetry
HUJAN RIMA
rima hujan ini,
seperti usapanmu
menghapus
senyap airmataku,
kehangatan yang
menepikan
gema kata-kata,
hanya untuk
dua hati
bicara.
Bogor, 16 Januari 2020
EMPAT PULUH WAKTU
engkau
kembali dalam
binar syahdu,
empat puluh waktu,
kita mencintai,
jarak yang bias,
penuh buta,
tunaikan rindu.
empat puluh waktu,
antara pilar dan jembatan,
kita
saling mengampuni,
dan
hati bertaut sepenuh,
empat puluh waktu
pun tiada lagi,
tinggal
pelangi berjejak,
penuntun rindu maharani.
Bogor, 16 Januari 2020
A POEM OF A BLUE BLANKET
I am sleeping
with your love letters,
covering my heart,
as a rainy blanket,
rain of true blue,
as blue as
your warm kisses,
kisses of your love letters.
Bogor, January 16th, 2020
BUNGA HUJAN
gadis kecil,
berkepang dua,
berpayung jambon,
mengejar kupu-kupu lincah,
derai gerimis,
kupu-kupu manis,
hinggap di
bunga putih
berkalung bulir -bulir hujan,
gadis kecil bahagia.
penuh senyum,
"Mama, aku kangen,"
sang bunga hujan,
padu hati Ibu Bumi
dan Ayah Hujan.
gadis kecil,
menyusuri
jejak segar,
riang haru
pulang ke rumah,
pulang demi
mencintai lebih
dalam lagi.
Bogor, 15 Jan 2020
ASRI DALAM MENDUNG
ada yang puitis
hanya dalam
goresan kalbu,
menitik
ilham asri .
ada yang
syahdu
berkidung hati,
menyinari
senyum
jiwa -jiwa,
tiada
mega terselubung.
Bogor, 20 Januari 2020
DARI SEKAYU UNTUK HIROKO
(untuk alm. Ibu N.H.Dini)
aku
selalu menyukai
kelembutan pena ibu,
selalu halus,
seperti bulu-bulu
puisi dan fiksi pemikirannya,
"Penderitaan kita sudah gempita,
ibu ingin menuliskan
ketenangan seperti matamu,
hati ibu selalu
merindukanmu."
aku,
selalu membawa pena ibu
merantau ke kota-kota
yang diimpikannya,
dan kubawa
oleh-oleh surya dan bunga-bunga,
"Ibu, ini bunga-bunga
dari pena ibu."
aku
tidur
di pembaringan terakhir ibu,
menaruh penanya
di telapak tangannya yang beku,
kutaruh puisi dan fiksi ibu
di dadanya yang putih,
"Ibu, aku telah belajar darimu,
kenangan cintamu,
jadi pena kisahku kini."
aku menciumi
pipi ibu membeku,
sungai indahmu,
selamat jalan.
Bogor, 3 November 2019
PENINDAS DOA
menumpahkan
doa
orang-orang miskin
tertindas,
ke jurang
undang-undang.
Bogor, 2 November 2019
RINDU MAMA HUJAN
seorang bocah
penuh ingus dan dekil,
menadah baskom kosong,
di bawah langit mendung,
gelap berguntur riuh,
"Bapa, lihatlah baskomku kosong.
Biarkan Mama Hujan
tinggal di sini, di tanah beta."
"Beta rindu Mama Hujan."
Bogor, 1 November 2019
HUJAN LANGIT DAN BUMI
sayap-sayap hujan,
menghiasi langit dan bumi,
yang saling merindukan,
menerjemahkan
musim-musim yang berlarian
menggoreskan jejak-jejak
petunjuk cahaya.
cinta yang dicurahkan,
dalam ke batin
anak-anak manusia,
tercipta hasrat baru,
mengawali hidup.
Bogor, 4 November 2019
RIWAYAT SANG KENANGAN
Memulihkan kenangan
yang terpilin rindu
tanpa jeda.
Mengibarkan kenangan
gemulai indah
seiring angin
selepas dini hari,
indah berkilau
ditimpa senyum sang surya.
Berselimutkan kenangan,
hangat di tengah gerimis
tanpa jeda,
dijemput sang gelap malam.
Ia selalu menciumku
dalam gelora impian.
Bogor, 9 Oktober 2016.
BALADA KESEDIHAN HUJAN
Hujan menangis
di helai-helai pelepah
daun pisang.
Hujan bersedih
mencari kekasih
buah hati
yang biasa
bermain-main,
bercanda ria
di antara
pohon-pohon pisang.
Dusun manis
di tepi bukit,
kini sepi tanpa bocah-bocah lugu.
Hujan tetap turun,
selayang pandang
merintikkan rindu,
membasahi
pembaringan kering
tanpa cinta.
Bogor, 29 September 2016
NYIUR SENJA KALA
Melambai nyiur
kepada senyum
senja kala.
Terbilang rindu
tanpa akhir,
memuja sang kekasih
pergi
melaut
ke tepi malam.
Keringat dalam
nestapa,
tak dirasa
demi cinta
menyatukan
hidup.
Bogor, 19 September 2016
RACUN YANG INGIN HIDUP
hidup itu,
meminum racun tersembunyi
dan engkau tetap ada.
hidup itu,
tetap kuat saat gelap
manis menikammu.
hidup itu
sementara,
milikNya waktu dan nafas,
maka kita pun dijagaNya.
Bogor, 5 Oktober 2019
SYAIR PASIR
pasir peragu
hanyut dan kembali
antara laut dan pantai
ayun terlelap
indahnya mimpi.
pasir yang teguh
keras antara bebatuan
kali kering
terpanggang kemarau
buah nafkah
buruh musiman
pasir manis
di kebun
koral, rumput dan pepohonan
terasing dari kali dan laut,
tak nampak rindu dan cinta,
terpasung semen dan tanah,
berpijak,
hilang bentuk.
Bogor, 2 Oktober 2019
TIRAI MALAM
Malam gelap itu
serupa tirai
menutupi
waktu jaga surya,
memisahkan
antara rinduku
dan rindumu.
Sang Malam
cemburu,
mengintip
cinta kita
hangat
bersanding
Sang Surya.
Bogor, 2 Oktober 2016
TEMBANG HIJAU DAUN
Warna hijau daun
mungkin
terlihat sama di mata kita,
namun setiap kilaunya
unik istimewa
karena bagiNya
setiap hijau
bercerita
keunikan Sang Khalik.
Bogor, 2 Oktober 2016
POHON KEHIDUPAN
Ketika kata kalimatku
digunting sang ilmu,
sang makna
menaburnya
dalam cinta masa.
Ketika ibadahku
tampak sia-sia,
Nyala Kudus berkunjung
diam-diam,
menolongku.
Ketika aku lenyap
di tengah kehidupan,
seorang petani
menggendongku pulang.
Dan ia
mengajarkanku
menjadi diriku,
yang dicintainya
sepenuh hati.
Karena itu
hati kami
abadi.
Bogor, 10 Juli 2017
AKU MENCINTAI JENUH
aku enggan menutup kertasku,
aku enggan membuang buku-bukuku,
tidak juga sampai kututup mataku
dan membuka
hati senantiasa.
yang berbicara
adalah kesunyianku,
dalam keteduhanMu.
biarpun bosan kerap bertamu,
mimpi dan doa
bertahan dalam kamarku,
berbaur dalam pustakaku.
bernyali suatu nanti,
wanita tua yang cantik.
Bogor, 29 September 2019
KOPI KENANGAN
Aku
hanya ingin
menikmati sunyinya
sepeninggalmu,
di dalam secangkir kopi
dalam kamar hatiku.
Aku hanya
menikmatimu seorang
dan
waktu pun
tidak kembali.
Bogor, 2 Oktober 2019
#emass
BIDADARI TANAH KAPUR
Bidadari tanah kapur
adalah perempuan-perempuan
pengangkut air,
penggerak roda kehidupan.
Aku pernah minum
dari tangan keriput kaku
sang bidadari tanah kapur.
Bogor, 13 April 2017
SYAIR SEPEDA
para buruh pulang
deru sepeda
lewati
bayang-bayang senja,
menjemput malam
di pembaringan.
penyair bersepeda
menuliskan bulan
di pinggir trotoar.
Bogor, 29 Oktober 2019
HUJAN YANG MENCINTAI MAWAR
kelopak-kelopak mawar
lembut gugur
bersama
deras hujan,
bersatu kembali
ke haribaan bumi,
menunggu musim
memanggilnya
untuk berbunga.
Bogor, 28 Oktober 2019
ANGKRINGAN SENJA
kenangan cintamu,
memanggilku
kembali ke kotamu.
hanya ada seuntai kenangan indah,
sejuk,
hening,
membius kerinduan.
mungkin
Tuhan ingin menyampaikan
pesan rahasiaNya,
untukku.
kutak mampu bersua denganmu,
biar kurasakan saja damai
yang pernah engkau berikan
dalam sapaan bayu semilir,
dalam alunan debur ombak
keindahan kenangan ini
tetap abadi
Bogor, 27 Oktober 2019
MADAH MATA
Senyum matamu
menghentikan
badai
yang mengamuk
dalam hatiku.
Selamanya.
Bogor, 26 Oktober 2019
GERILYA
gerilya
si akar rumput,
perjuangan hakikat
menguatkan akar republik.
gerilya,
derita kemenangan disatukan,
mengigil maju
dalam rimba primodialisme.
gerilya,
ragi yang benar
membentuk roti kebangsaan.
Bogor, 25 Oktober 2019
ANDAI AKU PEDULI
andai aku menyapamu,
senyummu mengingatkanku
rahmat pagi.
andai aku mau mendengar curhatmu,
aku masih berjumpa denganmu,
di pojok perpustakaan kampus.
andai aku pulang bersamamu semalam,
tak akan kujumpai
tubuh bekumu
di sungai ini.
semua andai tiada arti,
karena engkau
memaksa berjumpa
sang maut.
Bogor, 24 Oktober 2017
DOA CINTA
Bukan ingin memiliki,
binar indah senja
di matamu
dan lekuk
cahaya senyum
manismu.
Hanya mencintaimu,
dikau tali senar
gitar jiwaku.
Dikaulah
doaku yang
dikabulkan.
Bogor, 21 Oktober 2016
PELANGI DALAM CERMIN
Pelangi dalam cermin
penuh bayang
dari masa silam.
Ketika rupa tak ingin
dipandang,
pelangi bersinar bijak
menyegarkan jiwa.
Ketika rupa adalah tujuan,
pelangi bersimpuh
mohon pamit.
Pelangi dalam cermin
pantulan sinar jiwa
batin yang merdeka.
Bogor, 20 Oktober 2019
CAHAYA SYUKUR
lantai batu dingin,
bangku coklat melepuh,
diam ini bersujud,
melebur nestapa,
debu abu pemikiran,
"Selamat pulang, anakKu!"
Bogor, 19 Oktober 2019
NYIUR ASMARA
tiba sepuh asmara,
nyiur melambai
selalu muda
merajai
segala musim.
Bogor, 19 Oktober 2019
LANGGAM BIRU
birunya langit
secerah hatiku
padamu,
ingin kugenggam
tanganmu,
bersinar
padu kasih,
menembus
langit biru.
Bogor, 18 Oktober 2019
SENJA BERPIKIR
ya,
aku sudah
keluar
dari inginku.
rasa-rasa
adalah
lukisan ampas.
ampas
adalah humus,
mendasar
hingga
nir wujud.
salam,
untuk keindahanmu,
teman berpikir
diskusi
hingga lewat.
Bogor, 18 Oktober 2019
JANJI
sebelum berangkat
ke ujung malam,
angin berjanji
kepada ranting-ranting cemara,
"Duhai, sahabatku cemara,
aku akan kembali
membawa hujan rindu,
penyembuh kemarau
ranting-ranting dan
lesu akarmu."
alam berpadu,
membawa cinta
ke penjuru
hati.
Bogor, 18 Oktober 2019
#laudatoSi
RUMAH NOMOR TIGA
kilau
butiran hujan
daun-daun palma,
cahaya
lampu jalanan.
bersanding
terang purnama.
rumah bata
tak berpagar,
nomor tiga;
aku mencintaimu,
engkau tersedu
di balik pintumu.
hati tersekat,
"Aku menyayangimu, mas"
wajah
dan suaramu,
tersamar
kepulan asap rokokku.
Bogor, 17 Oktober 2019
#emass
JEJAK MENGETUK PINTU
jejak
di dalam terik,
berteduh
dalam bayang,
sejuk ingin
kuketuk pintu-pintu,
berat dan karat,
kaku tak berhati,
sirna kecewa.
jejak
di tepi rumput,
dangau pengusir sepi,
berbaring di alam,
bersandar pada hati,
cinta dan kasih
penuh damai,
tinggalkan
bahagia
dalam ingatan.
Bogor, 17 Oktober 2019
TUGU
kematian
yang selalu
dirayakan.
Bogor, 16 Oktober 2019
TITIK-TITIK
titik dahaga,
dari balik
titik dan koma.
titik lapar,
dari balik
gencar kalimat,
pose lentur
semua aksara.
titik lupa,
tinggalkan
kandang ego,
dompet
melayang-langkah,
eh sejarah?
ilham di titik nol,
pusat
segala penjuru,
kau
tak temukanku,
nasib mimpi-mimpi
membawaku,
entah.
Bogor, 16 Oktober 2019
STASIUN TERAKHIR
semua kepulanganku
tertulis
dalam tiket
untuk pergi
menjauh ke udik
terujung kompas.
dari
stasiun Pasar Senen
beku udara
kesepian merayap,
karcisku hanya
satu kepulangan;
memaafkan
tanah dan pohon-pohon
yang kulupakan,
matamu yang
mencium seluruh
nafas pori-poriku,
detak genggam waktu.
kekasih,
stasiun terakhirku.
Bogor, 16 Oktober 2019
#emass
HUJAN SELEPAS SORE
belum ingin
menyeka
butiran hujan
di payungku,
ada
temaram ingin
menghalau dingin,
sambut hangatmu,
selepas
dian sore..
Bogor, 16 Oktober 2019
#emass
PIJAR LAKSANA
setara anggun,
desah kesejukan,
tersirat nyaman,
syahdu lekuk senyummu,
terkenang
hangatnya rumah,
teduhnya puisi.
Bogor, 16 Oktober 2019.
KEBUN JIWA
dan
ku tetap mencintai
keheningan
senyummu
di hatiku.
rindu itu selalu.
hangat
tatapan matamu
di bibirku.
tak siapapun
yang tahu
dan
mengerti dirimu
selain hatiku.
tak siapapun
yang tahu
dan
mengerti diriku
selain hatimu.
tak ada yang lain,
hanya dirimu....
untukku...
Bogor, 16 Oktober 2019
PAGI BERULANG TAHUN
terima kasih, Rie
ada matahari,
dalam mawarmu.
Bogor, 14 Oktober 2019.
cc. Musafir Aksara
RUANG UJIAN
sunyi
debu ragawi,
riuh semi
di alam pikir,
kepadaNya
aku berkelakar,
"Alam adalah Engkau.
aku terlalu angkuh,
sesamaku
adalah aku."
belas kasih.
Bogor, 14 Oktober 2019
Terima kasih Bapak Guru Albertus Muda Atun.
DOA SI PENCURI HATI
Tuhan,
ku telah mencuri hatinya,
namun hatiku
telah Kautaruh
di relung jiwanya.
Tuhan,
kusadar
cintaMu yang adil
sempurnakan
kefanaanku.
Bogor, 14 Oktober 2016
ELEGI DEMI
cinta
yang terlambat disadari,
tak dapat
kembali padamu,
pun semua kenangannya,
terlambat menyadari
terlambat memilihnya,
sampai tiba
saatnya pergi
membawa waktu,
membawa separuh hidupmu,
memberimu
kematian jiwa.
mencintainya,
dengan
jiwamu
yang telah mati.
Bogor, 11 Oktober 2019
HIDUP SEPASANG SAYAP
Rindu ingin terbang
namun satu sayapnya patah,
dibelainya dengan doa
helai-helainya bertumbuh.
Waktu menua,
sayap rindu belum kuat
menentang badai.
Rindu tetap ingin terbang
meraih bintang hatinya.
Bogor, 13 Oktober 2019
MENCINTAI CINTA
bersentuhan
dengan jiwa-jiwa baru,
pemikiran jadi segar.
tak melupakan
kesetiaan cinta.
jiwa cinta,
tak pernah usang.
Bogor, 13 Oktober 2019
GUGUR SENJA
daun-daun gugur
diiringi cahaya senja
rinduku satu
luruh dipeluk waktu.
Bogor, 12 Oktober 2017
SANG BULAN DI TELAGABODAS
Oleh : Emil
Sang bulan
mencuci selendang peraknya,
di Telagabodas.
Runduk ilalang
menyambut
seri rona
Sang Bulan.
Menyebar harum
hati yang luka
ditikam
rindu tak berujung.
Alam malam
diam bertapa,
lahir kembali
mengantarkan
Sang Bulan
ke Istana Langit.
Bogor, 10 September 2016
ARUM HANOMAN
Arum Hanoman,
putih dari perjuangan,
putih dari renungan,
putih dari kelam dosa,
putih dari bening.
Arum Hanoman,
arum anomali,
arum jujur,
arum ingin insani,
arum mencintai;
kehidupan
dan waktu,
memilih
wujud tinggal
dalamnya.
Bogor, 28 Juli 2019
#thepeacemaker
BUKAN PEMIMPI
oleh : Emil
Aku juga demikian,
tidak mengapa
dan
tidak mengeluh,
kesetiaan adalah
cinta abadi,
seperti puisi,
seperti cerita,
bukan pemimpi.
Kata kalimat
dipahatkan dalam putih,
buram bercermin,
bukan keluh dan umpat
bukan ego dan ambisi,
langit kelam,
butuh terang puisi,
penyair
berpuasa luka.
diam itu
mengukir rindu
sejati jati.
Bogor, 1 September 2019
RINDU INGIN PULANG
Sepanjang hidup,
Rindu lama berpisah
dari rumah Cinta.
Rindu tak pernah
bertemu Cinta
yang diimpikan
jiwanya.
Hari ini Rindu
ingin pulang,
berlari melawan
waktu yang menipis.
Rindu tak ingin berpisah lagi
dari jiwanya, Sang Cinta,
yang telah menunggunya
di rumah.
"Cinta, akulah Rindumu."
Bogor, 29 Agustus 2016
#emass
KAPITALISME HORMAT
manifestasi kapital,
tak tersirat
dalam
ide-ide pencerahan.
Ia pencipta tantangan,
namun
kalah olehnya.
Bogor, 23 Agustus 2017
MANTRA BULAN AGUSTUS
Agustus bukan kemarau
banyak jumawa berlarian
mengguncang langit
memutar angin
tersesat kembali
Agustus milik sang pengolok-olok
air dan pelangi pudar
tersimpan
doa-doa pengantar asa
Agustus tergantung ucap
mantra-mantra merayap
tak terhitung
tak terhubung
Marilah Agustus,
pintu ke mata air
musim dari segala musim
penuh kebaikan
penuh belas
penuh ugahari
Bogor, 3 Agustus 2019
LELAKI YANG MENIKAHI SAMUDRA
di dalam ombak,
berpagut rindu.
di kelam topan,
mutiara yang sunyi.
jauh ke dalam
samudra,
melebur
kuatnya duka,
geramnya ingin
ke pelukan biru.
daratan yang menunggu,
sauh yang berani,
pukat yang tabah,
dayung penemu,
biduk hatiku.
ini pilihan,
bukan pemilikku.
Bogor, 6 Agustus 2019
EKSIL
orang mati
perlu bicara,
lewat kematiannya
yang tabu
dibicarakan,
sebuah dosa
yang tak terampuni.
lalu,
punya siapakah
sebuah pengampunan itu?,
sebuah dosa yang tak terampuni itu?
kematian itu?
Bogor, 7 Agustus 2019
PELABUHAN MATI
pelabuhan
banyak perahu,
lalu lalang orang-orang,
niaga dan bertukar,
kayu dan besi,
maha kuat,
namun
tak sekuat
bayang-bayangmu
menjerat rinduku.
pelabuhan
terasa
mencekam,
teriring
matinya
surya.
Bogor, 7 Agustus 2019
PUISI DALAM KUE KLEPON
puisi itu imut-imut,
lembut, manja,
gurih dengan
kejutan rasa,
seperti kue klepon.
Bogor, 8 Agustus 2019
DIRGANTARA HABIBIE
di manakah
puncak tertinggi?
aku membawa
semua sayapku
dan menetap
langit terluas,
biru penuh impian.
kubentangkan
kuat tajam
kepak-kepak besi,
milik Merah Putih,
dirgantara
hingga
tak lagi
kulihat tapal batas.
Bogor, 11 September 2019
#wafatpresidenke3
#bjhabibie
TPA
Dan jalan raya,
adalah
tempat pembuangan akhir,
mutilasi senyap,
derita tabrak lari,
sampah-sampah bersemi,
sisi lain
peradaban.
Bogor, 17 April 2017.
*TPA = tempat pembuangan akhir
CINTA
waktu yang berlalu,
hanya kembali
dalam
kenangan jiwa.
waktu mengajarkan
kebajikan
yang bijaksana.
tak pernah memaksa
untuk dipilih dan
dicintai,
karena ia
merdeka.
Bogor, 14 September 2016
#emass
DARI HATI KAKANDA
menangislah di dadaku...
luapkanlah semua luka di hati..
di batinmu....
menyimpan luka di hatimu...
tak ada ruang tersisa untuk
kebahagiaanmu...
oh kekasihku....
menangislah di dadaku...
alirilah dadaku ini ...
dengan kehangatan air matamu...
bukan tertumpah sia-sia,
namun menyuburkan benih-benih ..
cintaku padamu...
keikhlasan ini ....
hanya untukmu ...
adinda hatiku....
Bogor, 28 Oktober 2014
RAHMAT PURNAMA (GALAXY GIRL)
kepada purnama,
anakku terkasih,
kembang jiwaku
terlampaui jarak,
doaku menyelimuti
tubuh mungilmu.
percayalah,
aku tak jauh darimu;
seperti purnama ini
menyinari dahimu,
rambut lurusmu,
sampaikan
rahmat rinduku.
secepat waktu,
aku kembali
dalam celoteh riangmu,
dalam lentik senyummu,
"Ayah, aku mau sekolah
sampai ke bulan!"
Bogor, 17 Juli 2019
SABANA DAN STEPA
padang berangin,
menebarkan rindu tertahan,
iringi kuda-kuda liar,
menyepi
ke ujung senja.
dan malam pun
bermanja semanis
nafasmu
dalam dadaku..
Bogor, 15 September 2018
TATAPAN SENJA
alur minor,
seindah yang termungil,
menghangatkan hati,
ingin dituliskan
dalam kabar terjauh,
sejauh senja
dalam tatapmu.
Bogor, 15 September 2018
BERBAGI BAYANGAN
berbagi bayangan,
tidak suam-suam kuku,
berbagi sendu dan rindu,
tiada yang tahu,
pun memahami,
selain
bayanganku
bayanganmu,
setia mendampingi.
Bogor, 20 September 2019
WAKTU TELAH KEMBALI
selalu,
sebuah doa
di dalam nafas,
untuk kepulanganmu;
adamu
adalah berarti,
hati dipenuhi
waktu lagi.
Bogor, 21 September 2019
BUAH RINDU
Dinding penuh waktu
kenangan bersama
wangi senyummu,
ria kerlingannu,
bernas pemikiranmu.
Kau lekatkan hatimu
dalam hatiku.
Hingga aku tak miliki
rindu lagi.
Bogor, 18 September 2017
DIA
Dia berbicara dengan
maskara yang glamor,
tapi matanya sedih.
Dia berbicara dengan
Lipstik merah matte-nya,
tapi senyumnya pahit,
Cermin yang rusak.
Dia bersinar dengan
Bedak wajah yang menakjubkan,
tapi wajah Shinny masih pucat,
Pucat seperti sinar bulan telanjang.
Dia adalah sonata sinar bulan saya,
Embun madu saya di pagi hari saya,
tapi dia terus berbicara,
Mencintai kosmetik-nya.
" Aku mencintaimu, bulan pucat saya,
Bahkan kamu takut kehilangan hatiku "
" Kamu cantik apa adanya,
Mari kita tua bersama-sama."
Bogor, August 29th, 2016.
DEWA API DAN DEWI AIR
api yang membakar lilin,
api yang menempa besi,
api yang tertidur
dalam pelukan air.
api yang menghangatkan
jantung dewi air.
Bogor, 22 September 2019
#emass
DENYUT IDEALISME
Idealis,
belum berduit,
miskin koneksi,
dilucuti prestasi.
idealis,
sendiri kepentingan,
menarik hati,
setapak yang curam,
arus sunyi.
idealis,
kosong airmata,
membongkar tanya.
Bogor, 25 Sept 2018
DI PINGGIR JALAN SABANG
di pinggir Jalan Sabang,
di sisi pertokoan,
aku hanya
menata hidup,
dari sehari ke sehari.
di pinggir Jalan Sabang,
trotoar dan parkir motor,
lebam dan sengit,
menyusur jalur berita,
aku pun berjuang,
agar kebenaran
ada senyatanya.
di pinggir Jalan Sabang,
aku menata hidup
dari puing-puing bata hancur,
puntung-puntung rokok
yang tak sempat diisap,
semua hidupku
berserakan
diinjak serampangan.
di pinggir Jalan Sabang,
sebelum sholat taraweh
melewati Idul Fitri,
aku mau hidup lagi.
Bogor, 18 Juni 2019
DOA BHAYANGKARA
jalan aspal,
kasur terhangat,
sisa-sisa tapak
kuda-kuda binal,
berkejaran
memburu api hoax.
jalan aspal,
kasur terhangat,
di bawah cahaya
lampu jalanan,
melepas doa selamat
untuk pemilik
negeri ini.
jalan aspal,
peluh dan darah tertumpah,
dilebur doa cinta terkasih,
aku melindungi
tempatku berpijak,
pemilik negeri ini.
Bogor, 18 Juni 2019
DALAMNYA SUNYI
malam,
tak pernah hadir,
pagi pun
tak pernah kembali.
waktu hanya diam
untuk dirinya sendiri.
ia selalu pulang,
kepada puisi dan kopi,
hanya mereka
yang punya
hati untuk mendengarnya.
Bogor, 25 Sept 3018
EMMELIA M |