UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 11 Juli 2019

Kumpulan Puisi Puji Astuti - TERKADANG



TERKADANG
(Di dalam sebutir embun)

Setangkai cinta
Enggan ku suarakan
Meski aku tau, lengkingnya kuat menyentuh awan
Hanya sesaat saja, ketika matahari mulai menghapus sisa fajar

Segenggam sayang
Tak pernah ingin ku perlihatkan
Meski aku tau, kilaunya tajam membelah langit
Hanya sesaat saja
Ketika butir bening di dedaunan mula bias oleh teriknya hari yang meninggi

Secangkir rindu
Ku aduk didalam segelas kopi tanpa gula
Meski aku tau, manisnya tetap mampu kau reguk di tiap kali kau pejamkan matamu
Sesaat saja,
Sebelum hiruk pikuk alam mewarnai segenap harimu.

Lihatlah
Senyum masih bisa terkembang, meski hati digoda terkadang cinta, sayang, juga rindu
Aku tau
Hari esok tak pernah ingkar untuk hadir
Dan hari esok masih ada
Mesi sesaat saja, padanya ku sampaikan segenap rasa.

RSUD kepahiang, 11 Juli 2019
08.38



MENYINGSING JANJI


Di batas waktu
Ku aksarakan setetes rindu
Yang ku hirup semalam, dari sudut bibirmu
Ini rindu,
Yang membawa bentangan alam jadi sekecil kelopak mawar
Digaris ruas merahnya, aku melukis indah namamu

Kau,
Sebuah janji yang disingsingkan dari sejuta luka
Lalu madahnya disematkan sebagai seberkas cahaya yang menyinari sudut mataku
Kau adalah butiran air mata yang mengalir tak kasat mata
Melalui setiap baris bait rasaku

Aku akan menunggumu,
Sebagai sebuah janji yang memang diciptakan untukku
Walau kadang dengan mata basah
Pun dengan suara yang tak pernah mampu kau dengar.

Aku tak akan lelah
Menunggumu di bawah pinus cinta
Yang di tiap helai daunnya kulukis warna-warna kita
meski kemudian lebur bersama jingganya senja
Aku akan menunggumu hingga janjimu mencuri aku dari Takdirku

Kepahiang, 04 Juli 2019
05.36



TENTANG TETESAN HUJAN

Adalah kamu,
Keindahan yang tak terbingkai
Dalam muara sungai
Juga deburan ombak

Kamu,
Pemilik bola mata indah
Yang kerlingnya selembut tetesan hujan
Membuaiku
Kadang dalam senyum terkadang dalam luka

Adalah kamu,
Penawar segala sedu sedan
Ketika tangis juga kesedihan
Sedang berpeluk riang dalam diriku

Kamu,
Yang ku maknai sebagai tetesan hujan
Kamu tumbuhkan bunga
Ketika jiwa begitu tandus
Kamu alirkan mata air
Ketika diri begitu haus

Tentangmu
Tak kan usai kutulis,
Karna kamu
Mawarku, mahkota yang tak bersinggasana
Kamu intan
Yang tak usai hadirkan keindahan
Dalam terang juga gelapku

Dan aku
Memaknai hembusan nafas ini
Sebagai tanda baktiku
Untuk terus menggenggam tanganmu

Kepahiang, 22 Juni 2019
21.42
*malammingguberpuisi



LUKA?


Pernahkah kau tanya luka
Ketika seutas senyum...merona diwajah rembulan
Disaat kau sedang bercumbu
Dengan raga tanpa jiwa

Pernahkah kau tanya luka
Yang sedang ingin kuseka
Tanpa kasa
Tanpa rupa penawarnya

Pernahkah kau tanya luka
Ketika bibir rembulan
Sedang menyungging dijamah malam
Senyumnya yang pecah
Mampu membawa alam keperaduan tanpa tilam

Kau tau
Luka seperti apa yang telah kau goreskan
Dengan sebilah cinta berwarna hitam
Menghiris malam
Dengan sayatan begitu dalam

Kau tak mengerti
Begitupun aku
Setiap malam yang kita lalui
Kita maknai cinta
Tapi ia selalu sayatkan luka
Yang tak mampu kita terjemahkan
Dengan bahasa rasa

Kepahiang, 20 Juni 2019
22.58



CATATAN TENTANG LANGIT

Biarlah malam ini saja
Kutinggalkan matahari yang selalu menemankiku dalam meniti siangku, sepanjang hari
lalu kemudian pergi tinggalkanku dalam gelap.

Biarlah malam ini saja, kutinggalkan cahaya bulan juga kedip genit bintang bintang yang seringkali gambarkan bahwa malam tak selalu mencekam
malam bisa bawamu dalam sendunya rindu juga manja merayu
yang kemudian juga menghilang setelah cahaya pagi memantul pada butiran embun di bibir daun daun.

Malam ini saja.
Biar kudekap langitku
yang tak pernah tinggalkanku dalam siang juga malamku.

Ya
Langitku tak selalu indah adakalanya ia terik kemudian mendung, bahkan hujan
Kadang tampak seram dengan cahaya kilat juga gemuruh menggelegar saat ia murka.
Tapi langitku tetaplah langitku
Ia tetap menaungiku meski aku kesal
Ia tetap di atas kepalaku meski aku sedang gusar oleh duka juga amarah
Dan ia tetap menjagaku mengawasiku saat aku riang dengan tawa gembira.

Ya....
Langitku tak pernah tinggalkanku
Dalam siang juga malamku
Bila nanti saat nafas ini tak lagi ada dalam ragaku.
Langit tetap teguh diatas kepalaku
memandangku entah dengan suka ataupun luka

Kepahiang, 15 Juni 2019
19.33
#malammingguberpuisi



INI BUKAN KELEMBUTAN


Setiap kata yang kurangkai
Dan kurangkum sebagai puisi
Bukanlah sebuah penanda akan sisi lembutku
Tapi sebuah keniscayaan atas ketidak berdayaanku

Aku,
Wanita yang didera begitu keras gelombang rasa
Yang pada batasan asa aku terdiam
Menetapi titian takdir yang telah digariskan bagiku

Ini bukan tentang sisi lembutku
Tapi aku wanita
Yang berkali dipaksa menggenggam api
Lalu kobarannya pula kulaburkan pada setiap lukaku

Dan aku
Kembali berdiri dengan wajah lebam bahkan menghitam
Untuk kemudian menyeka tetes peluh juga air mata
Agar bara yang kugenggam tetap nyala
Dalam siang juga malamku
Seperti langit yang tak usai beriku atap
Seperti itu kusediakan seluas luas hatiku
Bagi setiap lara

Kepahiang, 09 Juni 2019
21.04



RUANG

Aku menyadur makna
Dari sebuah ruang
Yang di dalamnya kutuang banyak rasa
Tentang luka
Juga tentang rindu yang kuntumnya berwarna biru

Ruang itu terbiar
Sebagai sebuah wadah
Yang tak pernah penuh
Meski jutaan rasa tak usai kutuang

Kamulah ruang itu
Yang selalu kosong, di tiap kali aku kembali
Kamu
Sebuah ruang yang sedia di tumbuhi
Terkadang mawar terkadang duri

Kau tau
Pada bait kesekian yang kutulis
Ribuan baris kosong kembali kau hamparkan
Dan aku memaknainya sebagai balasan rasa

Tak apa
Jika kau hanya sebuah ruang
Yang tak lelah biarkan ku berteduh
Menetapi sebuah rasa
Yang kau bingkai dalam jutaan rasa

Kepahiang, 08 Juni 2019
20.15
#malammingguberpuisi



SEPOTONG HATI DIDEKAP LARA

Malam ini,
Malam tidak sendiri
Malam menyatu dengan tetesan hujan yang telah hadir sejak senja belum dimula
Malam resah
Bulan murung sembunyikan wajah.

Di sebuah sudut malam,
Sepotong hati diam terpaku
Hati yang sejak lama di diami begitu banyak kisah resah
Hati yang sejak lama tak pernah lagi berpeluk riang
Meski jutaan tangkai bunga di sajikan sebagai pengindah pandangnya.

Sudah sangat lama,
Sejak sang pemilik hati nyatakan bahwa adanya tiada.
Sudah sangat lama,
Sejak percik-percik luka itu menyatu dalam rasa.
Luka yang diciptakan oleh penyembuh luka
Luka yang digoreskan oleh pencipta rindu
Sudah lama sekali,dan luka itu tetap berdarah setiap kali senja usai rasa sakit selalu kian mendera.

Kini sepotong hati itu tetap sendiri,
Selalu sendiri
Meski sebuah nama telah disatukan dengan nama sang pemilik hati
Oleh sebuah upacara yang berakhir dengan kata "sah"

Kerlingan nakal dan lucu anak-anaknya mampu menghadang genangan air mata nya,
Namun tak mampu membawanya ke singgasana bahagia.
Sudah begitu lama dan tetap terbiar begitu saja
Raga hati itu melepuh,
Terbakar setiap kali matahari hampir tenggelam jelang senja.

Oh Tuhan...
Sampai kapan, mengapa rasa itu tiada iba terus terjaga lalui setiap malam dengan butir-butir air mata yang bahkan tak mampu ia tangis kan.
Sampai kapan...
Tuhan

Kepahiang, 14 Desember 2019
20.34 wib



ALUNAN BIOLA IBRAHIM


Betapa ketamakan seorang wanita mampu membunuh segenap cinta.
Betapa berkuasa seorang wanita, ketika hati-hati yang tulus telah tunduk di sela selangkangan nya.

Lihatlah, bagaimana bujuk Alexandra membuat sang Sultan tak bergeming. Meski kecintaannya begitu besar pada Ibrahim.

Ibrahim, seorang anak nelayan dari parga
Yang telah memberikan cinta, mempertaruhkan nyawa untuk sang sultan, ibrahim yang selalu sedia melantunkan biola setiap kali sang sultan tengah terluka.

Ibrahim yang memberikan cintanya kepada Khadijah, adik tercinta sang sultan yang selalu dirundung duka sejak kematian suaminya di medan perang, bagaimana seorang Raja seagung nya melupakan itu semua.

Bujuk dan fitnah Alexandra menjadi malapetaka...
Ibrahim, yang diberi julukan makbul yang berarti kesayangan menjadi maktul, mati atas perintah sultan, di kamar sang sultan, disaksikan sang sultan. Ibrahim mati ditangan para algojo kerajaan atas kehendaknya pula.

Ohhhhhh Ibrahim
Kau mati dengan bibir sunggingkan senyum, sementara air mata menetes di sudut matamu. Mata yang kau gunakan setajamnya untuk menjaga keselamatan sang sultan, mata yang kau gunakan selembutnya saat melerai kesedihan sang sultan.
Ohhhh Ibrahim, seorang sahabat, yang mati atas perintah sahabatnya sendiri.

Para algojo tanpa hati menyeret tubuh ibrahim yang telah menjadi mayat,
Sementara sulaiman menyaksikan dari sudut peraduanya.
Sulaiman menunduk, hatinya penuh kecamuk.
Airmata tak henti-henti mengaliri wajahnya,
Sulaiman terluka... Alunan biola Ibrahim terdengar tiada mau dihentikan,
Sulaiman terluka hatinya menjerit.
Sulaiman terluka atas kematian ibrahim, dan sulaiman tau
Kematian Ibrahim adalah pula peanda kematian cinta Khadijah adiknya.
Sulaiman terluka sementara di istana wanita Alexandra tertawa penuh suka.
Sulaiman terluka sementara Alexandra begitu bahagia, tak henti ia mereguk arak seolah inginkan terlepas dari segala dahaga.

Dan alunan biola Ibrahim tetap mengalun menemani jiwa mati Khadijah dan menjadi penanda betapa pengabdian dan cinta begitu mudah dibunuh oleh intrik dengan cara yang licik.

Kepahiang 13 Desember 2019
00.34 wib



PUISI CINTA MEILIYA KEPADA ANTONY

Semua mata tertuju pada mimbar di mana Meiliya harus memberi kesaksian pada hakim di ruang sidang.
Bergetar bibirnya ketika hakim bertanya perihal keinginan nya.

"Pak hakim yang terhormat, aku hanya menginginkan sebuah perceraian.
Aku meninggalkan duniaku untuk bersamanya, apa yang tidak kulakukan untuknya.
Aku bahkan telah meninggalkan titel yang telah kudapat dengan tetesan keringat bahkan air mata kedua orang tuaku.
Tapi apa yang kudapat, aku dibohongi, aku dikhianati.
Saat malam aku menantinya seorang diri dan dia justru mereguk madu dari perempuan bernilai murah."

Tangis Meiliya pecah, sementara di seberang Antony hanya diam dengan mata berkaca.
Bibirnya bergumam,

''Meiliya, aku sangat mencintaimu. Ingin aku menjelaskan bagaimana malam nista itu bisa berlaku...tapi aku tau kau tengah marah dan kau tak akan sudi mendengarkan aku. Aku tak akan lebih melukaimu dengan memaksamu mendengar pembelaanku''

Meiliya menghela nafas panjang, kisah cinta yang telah 13 tahun dirajutnya mencabik-cabik hatinya. Lalu segera ia menegarkan diri dan melanjutkan kalimatnya.

"Tak ada pembelaan yang bisa dia ajukan pak hakim, raga nya telah kotor jiwanya telah kotor. Bahkan jika kotoran binatang ditaburkan pada raga nya tak akan mampu mengurai aroma busuk itu, aku merasa jijik pak hakim'' ungkap meiliya seraya berteriak tertahan.

''Antony, laki-laki itu sungguh tak pantas untuk sebuah kesempatan pak hakim.
Aku hanya ingin bercerai aku tak ingin lagi tertulis namanya di lembar hidupku''

Meiliya menutup kalimatnya dengan semua mata terpana atas kesaksian ya.
Jarum jam berputar sampai ketukan palu menggetarkan seisi ruang sidang.

Semua sudah meninggalkan ruang persidangan, sementara Antony berdiri menatap meiliya yang telah hilang di persimpangan jalan. Antony tak dapat menahan air matanya, ia menengadah ke langit dan bicara pada Tuhan.

"Tuhanku, Engkau saksinya... Dengan menandatangani surat cerai,hubungan ini tidak akan putus begitu saja...nama yang ditulis dihati tidak akan bisa dihapus oleh pengadilan tertinggi sekalipun. Engkau saksinya Tuhanku, kesalahanku tidak akan pernah menghapus rasa cintaku. Dan bila di penghujung jalan nanti ia masih mengingat ku maka aku akan menjemputnya dengan segenap cintaku. Ini ikrarlu dihadap -Mu Tuhan"

Antony menyeka air matanya dan berjalan gontai meninggalkan ruang sidang dengan jiwa yang patah dan ikrar serta pembelaan yang tak pernah diucapkan.

Kepahiang, 11 Desember 2019
22.44 wib.



PUISI CINTA MEILIYA KEPADA ANTONY 2
(Menapak Malam Seusai Senja)

Bertahun setelah perpisahan, palu hakim masih terus bergema di setiap malam-malam meiliya.
Hingga kerap kali meiliya alami mimpi buruk, bahkan sebelum ia terlena.

Sementara di sebrang seorang lelaki tersenyum seorang diri, tangannya tak lepas dari ponsel dan di layar nya terpampam wanita dengan senyum manis.
Tanpa mampu ditahan dibuka aplikasi whatsapp dan tertuju pada nama meiliya ia menuliskan pesan.
"Meiliya, begitu lama kau terkurung murung. Begitu lama kutatap matamu yang selalu berembun. Sampai kapan mey.....sampai kapan kau hukum dirimu atas kesalahan yang tak pernah kau lakukan. Kumohon, beri aku kesempatan menghapus air matamu mey"

Ponsel meiliya bergetar, dengan enggan dia membuka pesan whatsapp yang baru saja diterimanya.
Hatinya berdesir halus, Wahyudi laki-laki yang menemani bertahun sejak perceraiannya. Membantu selesaikan setiap masalah yang menghimpitnya, bagaimana bisa ia menolaknya. Setelah begitu lama ia meyakinkan bahwa dia layak untuk dicinta, layak untuk dipanggil ayah.
"Besok ba'da asar temui aku di di taman, temani lah aku menanti senja" tutup meiliya lalu switch off ponsel mengakhirinya.

Sore ba'da asar meiliya dan wahyudi bertemu di taman, meiliya tersenyum tetap dengan mata berembun.
"Wahyudi, telah kubuka diriku untuk menerima cintamu, aku tau hatiku tak pantas karna nama lain tak pernah beranjak darinya. Hanya saja aku tau engkau yang tau segalanya tentang deritaku, air mataku, lukaku. Dan aku tau hanya engkau yang mau menerima rasaku yang hanya puing-puing ini" ungkap meiliya lirih yang disambut lembut jari jemari wahyudi menggenggam tangan meiliya.
"Aku tau meiliya, aku tau rasamu tak sempurna aku tau hatimu tak utuh, percayalah aku akan sembuhkan laramu akan kubalut lukamu dengan kasa yang kupintal dari lembaran kasih sayang tulus dihatiku. Percayalah sayangku semua akan baik-baik saja dan engkau akan aku bahagiakan."

Waktu berjalan cepat, matahari hampir tenggelam dan hadirkan cahaya senja begitu indah, jemari wahyudi dan meiliya saling bertautan. Lara masih menjelaga di kedalaman hati meiliya, tapi tetap ia coba tersenyum dan berharap setelah senja usai suara ketukan palu hakim tak akan kembali bertalu mengusiknya dan menghadirkan mimpi buruk dalam keterjagaan.

Kepahiang12 Desember 2019
10.19 wib



PUISI CINTA MEILIYA DAN ANTONY 3
(Ketika Pekik Masalalu Kembali Hadir)

Dan hati Meiliya berkerudung berjuta harap
Ketika Wahyudi menyematkan cincin dijari manis nya.
Sebuah cincin sederhana yang melambangkan betapa masa depan sedang menanti sebagai do'a yang tak pernah terucap namun Tuhan mengijabahnya.


Di depan kedua orang tua dan anak-anak Meiliya wahyudi berikrar
"Meiliya, kekasihku
Kekasih yang tak pernah meminta kasih
Hari ini aku ikrarkan padamu, aku akan mencintaimu dengan segenap raga jiwaku.
Aku akan memberimu hidupku, aku akan menyeka setiap tetes air matamu.
Aku akan menjadi ayah bagi anak-anakmu yang akan segera menjadi anak-anak kita.
Ini tidak akan lama mey, ini tidak akan lama hanya 11 hari maka janji suci akan segera mengantarmu menjadi pengantin ku.
11 hari yang akan mengikis masa lalu mu lalu akan kita kubur bersama di bilik senja."

Meiliya tersenyum, air matanya mengalir yang setiap orang memaknainya sebagai air mata kebahagiaan.
Tapi di kejauhan Meiliya mendengar kidung-kidung pilu yang dilantunkan melalui sekat sunyi tempat Antony mengubur diri.

Riuh para tamu bercengkerama, bercerita, seraya menikmati hidangan yang tersedia.
Dan Meiliya melangkah mundur ke sebuah ruang kosong, ruang yang sepi,
Meiliya mencium aroma mawar yang dulu kerap dibawa Antony kepadanya.
Meiliya takjub, Antony datang dengan setangkai mawar merah.

"Antony........" desis Meiliya lirih
"Antony, Antony kau datang, aku tau kau pasti datang."
Meiliya memejamkan mata membiarkan Antony menyentuh wajah nya.
"Antony, aku sudah memaafkanmu. Cincin yang disematkan dijari ini menyadarkan ku betapa kau tak pantas kubiarkan sendiri."

Meiliya mengakhiri ucapnya dengan kecupan le.but Antony di bibirnya.
Tiba-tiba pilar rumah seakan bergetar
Meiliya menggigil, tubuhnya terhuyung dan terjatuh di tengah keramaian.
Semua mata menatap penuh tanya
Ada apa, kenapa wanita ini tiba-tiba tumbang ditengah pesta.

Sepasang mata menatap iba, hatinya penuh gejolak.
Kesedihan, luka hati, cemburu semua disisihkan di sudut rasa terjauhnya. Hatinya berbisik lirih
"Meiliya....
Kekasihku, calon istriku
Aku akan menyembuhkan luka di sekujur jiwamu.
Aku akan membahagiakan mu, tangan ini yang akan menyeka setiap kali air matamu tumpah.
Ini sumpah ku."
11 hari yang telah ditentukan akan menjadi bukti akan keikhlasan
11 hari yang telah dite tukan akan menjadi awal, tentu....
Jika Tuhan berkenan.

Kepahiang, 12 Desember 2019



LARA RAGA LUKA ASA

Suara angin membawah rupa kisah resah.
Aku diam, kelu, beku, pilu
Betapa ingin aku mengutip serpihan rasa sakit
Lalu kusemadikan kedalam bilik sempit agar dada ini tak kian terhimpit.

Aku berusaha tegar kan raga
Meski malam selalu tiba seusai senja
Bukan bermusuhan dengan kelam
Atau takut akan kegelapan
Tapi malam selalu menuntunku pada titik asa yang kerap ku eja
Dan selalu berakhir pada air mata.

Tuhan,
Aku tak berani ajukan tanya
Tapi mengapa selalu saja aku dihempas asa-asa yang tak bisa kugapai menjadi nyata.
Tuhanku
Aku tau rupaku tak pantas untuk sebuah pinta.
Aku papa, aku hina, pendosa

Keraskan lagi hati ini, kumohon
Agar tak terlalu mudah tersayat
Hatiku tak dapat jaga rasaku lagi,
Jika memang aku harus kuat
Beri aku satu pijakan untuk menopang sisa hayat ini,
Tuhan……

Aku tak lagi miliki jemari untuk seka air mata yang terus menghujani bumi jiwaku.
Bahkan bahu malam pun menghindar,
Tak sudi biarkan aku bersandar padanya.
Hingga aku tak bisa rebah dan selalu llalui malam dalam jaga

Suara angin membawa rupa kisa peraduan sunyi pada bilik hatiku
Dan lara yang kukutip kembali menguburi raga jiwaku.
Raga jiwaku lara, asa ku luka,
Aliran darah menganak sungai dan membenamkan jiwaku dalam aroma anyir yang menyesakkan.

Malam ku panjang
Aku terjaga
Aku terluka
Aku jaga nikmati jutaan luka

Kepahiang, 9 Desember 2019
23.10 wib..



MALAM KELAM DAN AIR MATA

Waktu bergulir lambat
Malam tiba-tiba kelam
Lebih kelam dari segala kelam yang pernah kudiami

Bulir bening tiba-tiba hadir
Menyeka segala kisah yang memberi luka-luka
Sakit masih sakit
Perih masih perih
Lembar-lembar usang yang telah kusimpan rapi tiba-tiba terhampar di hadapanku.

Bagaimana aku mengeja kisahku
Sementara menoleh nya saja mampu buat mata ini berkaca.
Tidak, jangan paksa aku
Aku tak ingin lembaran usang itu kembali menjadi lembar-lembar yang harus kutapaki.

Sudah, sudahlah kumohon….
Ijinkan aku nafas kan napasku yang masih tersisa
Biarkan aku kelabuhi bumiku dengan senyumku

Kenapa malam ini menjadi semakin kelam
Kenapa bekas lukaku kembali terluka
Sejenak saja,
Beriku waktu untuk lena

Berhentilah bercanda wahai air mata
Tinggalkan aku
Aku sudah lelah menyekamu
Berhentilah.

Kepahiang, 8 Desember 20019
23.37



JATUH CINTA

Aku tak perduli irama gending atau gamelan yang kau ciptakan untukku.
Karna saat bersamamu, suara sendawamu pun kunikmati, senikmat alunan biola yang disajikan Ibrahim Parga kepada Khadijah di istana raja sulaiman.

Aku menikmati bahkan setiap hela nafasmu.
Seharum mawar yang di curi Alexandra dari taman Gulbahar Sultan.
Tak perduli meski baru saja kau menghisap berlinting-linting tembakau.

Karna cintaku
Ragamu bagiku adalah buaian terhebat yang mampu membawaku pada lenguh panjang lalu rebah dalam buaian malam.

Mari bercinta sayang, meski kita tak memiliki selendang.
Menarilah kita seraya mereguk arak yang tersaji dari bibirmu juga aku.
Malam ini milik kita.
Dan bumi langit adalah kelambu yang akan menjaga kita hingga lelap dan terbangun esok pagi.

Kepahiang, 6 Desember 2019
23.32 wib



MASA INDAH BERSAMAMU


Rintik hujan terjebak dalam diksi-diksi
Kilau matahari pun sama
Mengikat senyum di antara lekuk peluk riang mu
Kita tersipu, saat itu, saat jari-jari sang bayu merapikan rambut yang terurai di dahi kita.

Apa kau ingat
Itu adalah saat dimana kita begitu bangga akan masa kecil kita
Kita selalu berpekik girang ketika matahari hadir mempercantik liuk bayangan pohon tempat kita bermain.

Kini kita telah lalui masa-masa itu
Peeguliran jarum jam di titik yang sama mengantarkan kita pada masa dewasa
Maka tiadalah jalan lain bagi kita kecuali melangkah membentangkan harapan seluasnya demi ruang-ruang labirin seisi alam ini untuk hari esok
Agar puncak pengharapan tetap terjaga, meniti takdir baik yang disuguhkan Tuhan bagi kita

Teman...
Sehelai puisi ini kutulis untukmu
Meski ia meliuk ritmis dan jatuh ke tanah
Tapi tetap terjuntai pertanda di tiap barisnya
Bahwa engkau tak pernah ku lupa.
Meski masing-masing kita sibuk berhitung dengan usia
Namun canda tawa dan peluk riang kita tetap hadir di pelupuk mata.

Setidaknya dalam sekejap sebelum lenaku
Aku mengingat mu
Sungguh,
Ketika hati dirundung lara...
Ingin rasa aku membedah berjuta aksara
Bersamamu
Lalu kembali kita tertawa dibawah cahaya langit
Yang kita jebak dalam puisi

Kepahiang,18 Desember 2019
20.38 wib



Tidak ada komentar:

Posting Komentar