Jumat, 06 Januari 2023
Kumpulan Puisi Pulo Lasman Simanjuntak - GULA DARAH DALAM PUISI
MENU MAKANAN HARI INI
Sajak : Pulo Lasman Simanjuntak
menu makanan hari ini-
tak lagi memesan makanan
berlemak aku benci
kolestrol aku sunyi
karbohidrat aku bersahabat
protein aku bersatu
vitamin aku kunyah
menu makanan hari ini -
tak lagi memesan makanan
gula tinggi aku seperti beelzebul
garam asin aku seperti legion
kadar lemak aku seperti dewa molokh
maka,
menu makanan hari ini-
akan berjalan kaki seribu langkah
sampai tiba di perut matahari
membuang limbah racun
paling mematikan
memasak dengan
menu vegan
Jakarta, Rabu, 4 Januari 2023
GULA DARAH DALAM PUISI
Sajak : Pulo Lasman Simanjuntak
gula darah dalam puisi ini
seperti menjelma
jadi roh ketakutan
mematikan saraf mata
saat berjalan
mengejar matahari sorehari
yang mau bersentuhan
dengan air hujan
pada hari perhentian
tanpa puasa
gula darah dalam puisi ini
menjelma lagi jadi amarah
"kalian harus gerak badan sambil terus menulis puisi dan berita hutang negara harus dibayar dengan pembangunan jalan tol, kereta api cepat, jembatan gantung, bendungan, gedung pencakar langit, sampai impor beras lima ratus ton," pesan lelaki berjas merah seraya mengunyah alat ukur tensi darah
maka sebagai pujangga yang telah melanggar
hukum-hukum kesehatan
aku jadi mengerti
gula darah dalam puisi ini
sungguh beracun
sangat mematikan
harus segera diakhiri
tanpa ada perlawanan brutal
sampai nantinya bait-bait puisinya
kembali normal
bersekutu dengan nyanyian kemenangan
Jakarta, Selasa, 3 Januari 2023
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
KOLESTEROL
di sebuah rumah ibadah tua
sekujur tubuhku dibalut lemak
jahat seperti raja ahab
keji seperti puteri atalya
kadang terbakar api liar
yang menyembur dari ribuan rambut
sampai tembus ke katup jantung
kini aku rajin menyiram tanaman hijau
berpuasa tanpa makan daging lembu
gerak badan menari di bawah matahari
melepas sauh pikiran mencemaskan
pada akhirnya harus berakhir
di dalam rumah gizi
tak lagi sunyi
sendiri lagi
Jakarta, Kamis, 19 Januari 2023
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
PETRA BUTA MENARI DALAM DUKA
petra buta tiba
dengan ucapan selamat datang
dari pastor pendatang
dari pulau seberang
bersama dua tongkat
yang sudah matang
kusodorkan cawan lebur penderitaan
seperti pengemis salah beri uang
petra buta lalu mulai menari-nari
dalam duka mengerikan
sedalam sumur tua
di samping rumah
kehidupannya yang terus berkembangbiak
mulai dari benturan keras
di atas aspal jalanan
sampai terapi tubuh
yang tak lagi tumbuh
“mari kita tulis bahwa kelaparan ini karena korupsi yang makin membuat sajakku sunyi, ataukah virus pandemi tak mampu lagi menjalin kemesraan pewarta menggelepar di pinggir jalan,” pesanku kepada petra buta sambil menelan rakus penyakit diabetes melitusnya yang makin membuat
tubuhnya semakin kurus
“ini ujian iman, ini ujian iman,” jawabnya dengan suara basah mengalir dari kacamata hitamnya
petra buta lalu berdiam diri
mengusap masa lalu
tertulis dalam ijazah
dari negeri cina
“ayo, jual terus harta bendamu, rumah yang dibangun di atas batu, sepeda motor yang sering berseliweran dalam sajakmu, atau apa saja yang tersimpan dalam pikiranmu supaya mesin surga ini mau bekerja,” pesan petra buta menutup pintu hari perhentian
Jakarta, Sabtu, 27 Agustus 2022
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
INTERNET
lagu puji-pujian
belum kudendangkan
sosok ini muncul
di layar telepon seluler
wajahnya
sungguh menakutkan
aliran-aliran darahnya
kemudian pecah
pada jaringan sunyi di udara
sampai tembus ke benua-benua
terluar
siap menagih
tumpukan mata uang
berbunga kematian
sambil terus berkomunikasi
lewat chat orang-orang kelaparan
seperti tak ada solusi
untuk membayar setiap
kegelisahan menahun
dalam diri ini
tiap dinihari
Jakarta, Senin, 16 Januari 2023
CATATAN PURBA
Sajak : Pulo Lasman Simanjuntak
tengoklah,
suatu peristiwa langka
akan terjadi di sini
manakala ada kubawa diam-diam
keriuhan rindumu tempohari
mengaca di peta para tetangga baru
setia mendendangkan koor bersama
gaudeamusnya silih berganti
ada kalanya burung-burung terbang
tanpa sayap
membuat sepertiga lingkaran batu
di tengah amukan hutan terbakar
hingga kita masih sempat
dibuatnya terkejut
oleh cuaca melepuh
segala keraguan
turut menggenapkan usia kita
waktu tiba untuk saling bercumbu
selebihnya hanya wajah kita lagi
yang makin enggan bersembahyang gaib
seakan teka-teki yang lalu-lalang dihati
jadi sebuah sepi
tak berarti
kita pun lalu saling bertanya
luka membusuk siapa
yang menyebar baunya
ke dalam bait-bait sajak ini
Jakarta, Kamis 26 Januari 2023
MASA PERJALANAN
Sajak : Pulo Lasman Simanjuntak
telah jamnya tiba
pejalan kaki tak pernah merayu
kudanya mati di rawa
betapapun gunung-gunung buta
jadi sepond cinta
kehilangan makna
matahari berpacu dalam pot
memburu anak-anak kampung
hijrah dari tanah-tanah keramat
menggigit bukit
hingga sepi sejenak
selanjutnya dari sini
hanya terlihat selintas
di jantungnya yang sebelah kiri
sebuah perahu pucat
berlayar di tengah lautan
tak tertulis lagi
dalam peta perjalanan
Jakarta, Rabu, 25 Januari 2023
Catatan :
**/Puisi INTERNET telah dimuat (dipublish) pada Senin malam (16/1/2023) di website indonesiana.id yang merupakan media online group perusahaan media Majalah TEMPO
Biodata :
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961.Menempuh pendidikan diSekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP-Jakarta).Belajar sastra secara otodidak.Hasil karya sajaknya pertama kali dipublikasikan sewaktu masih duduk di bangku SMP, yakni dimuat di ruang sanjak anak-anak Harian Umum KOMPAS, Juli 1977.
Setelah itu karya puisinya (1980-2022) dimuat (dipublish) diberbagai suratkabar, majalah, media online, media sosial serta majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal (1997-2021) dan 20 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia.
Namanya juga telah masuk dalam Buku Leksikon Sastra Indonesia (Pamusuk Eneste/Kompas/Gramedia )dan buku "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia).
Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar