UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Senin, 02 Januari 2023

Kumpulan Puisi Eko Windarto - PUISI


PUISI

Puisi bukan cermin melulu
Harus bergerak tidak tergugu
Merumuskan laku dicumbu nun, ya', wau

Puisi bukan cermin melulu
Bergeser melukis ungu senja itu
Sebab ungu wajah laku tak lelah menanak kata-kata

Puisi bukan cermin melulu
Dua tiga setia menunggu
Aksi waktu bertemu

Sekarputih, 31122022




KASUNYATAN


aku berkelana dalam hati
saat kutemukan kandungan ilmu

kubakar lilin di hatiku
sebab kematian adalah asmaradana

Batu, 17122022



LAKU

setiap berjalan di pematang itu
rumput-rumput dan ilalang menjelma rindu
angin yang berhembus dari timur menunjukan kenanganku
menciptakan luka semesta yang menampung gemuruh hatiku

setiap cahaya matahari menerangi langkahku
garis batas langit biru telah menulis hikayat dari tetesan air matamu
sedang titik-titik cahaya bergerak sendiri masuk ke dalam lakuku
menjadi hamparan samudera kata-kata mengendap di dasar lautmu

ketika rindu mendekapku
kau sunting cinta di hatiku

di taman asmaradana
rinduku menjemput cinta

rindu dan cinta mengubahku jadi puisi
menari hingga sunyi

daun-daun berseri membuka pintu pagi
adalah cahaya embun menari

aku sendiri mencari arti sunyi
pada pagi yang menyimpan matahari

dengan gaya songong dan sombong
seorang pemuda menantang siang bolong
di punggungku yang gosong dikhianati nasib odong-odong
tanah bau keringat basah para pengepung jalang
yang mengutuki luka lima liang
saling silang sengkarut menghunus 99 doa yang kukandung

ketika gamelan mengumandang syahdu
detak jam memeram rindu
menghidupkan ruang ruang permainan waktu
seperti aku memainkan lakuku

musik robotik tak kuasa mengusir luka
hanya gamelan jawa mampu mengasah jiwa
menjabarkan gending pengasah rasa melesat ke angkasa apa adanya

di ladang-ladang jagung itu
degup jantungku berpacu liar menuju
bergumulah sepi dengan rindu

pada rumput-rumput tinggi
musim panen seperti burung tua menatap sepi
telanjang dalam hati

dan hujan turun di atas pematang
menggosok punggungku yang gosong
saat di dalam hujan kulihat masa lalu yang hilang

berjalan sendiri menyusuri jalan setapak di belantara itu
nampak pohon-pohon pinus menjadi saksi bisu
sebuah tulisan puisi terkoyak waktu

saat aku teringat pohon-pohon yang ditebangi
gema semesta memantulkan kesedihan hati
tanpa henti, berulang-ulang kembali

sungai dan hutan kehilangan kebebasan bicara
daun-daun kering kehilangan tanah-tanah basah dan berjiwa

bagai kehilangan jejak yang luput membaca isyaratnya
fajar terus bergerak apa adanya

hamparan langit menyerap nubuat-nubuat semesta
melahirkan namaku namamu dalam gempa alam semesta

jam dua belas malam
bulan seperti payung putih merajut ritual hitam
bunga sedap malam membisikkan simponi malam
angin yang kutangkap memberikan aroma
melahirkan nyanyian kehidupan jiwa
dan sajakku lahir dari bejana cahayamu paling bercahaya

bulan di atas kepala
menerka ruang kata kata
lewat lembar cahaya
waktu mengenalkan jejak masa
mengantarku mengecup kedalaman luka

cahaya malam menyisir pikiranku
ketika doa di atas daun hijau
mengantar pedagang kaki lima membungkus cintamu
tanpa rindu

ilmu tuaku melesat ke udara
lihai melompat bagai peluru sara
menembus lukisan cakrawala
mataku pun rabun di makan usia
sendi sendi keropos dimakan senja

aku adalah tembang petang
yang sebentar lagi menelusuri malam penuh bintang
menyita sepi memahat gumintang

Bali, 6102020




MALAM TAFAKUR

malam ini begitu dekat
tanpa sekat aku memeluk erat
entah berapa lama sepi tak berkabut

meski hujan rintik membasahi pori-pori keriput
detak nadiku tetap runtut
mengikuti cintamu yang tak pernah surut

drons di dalam hati
menjelajahi ruang murni
dan berhenti pada satu titik hakiki

Sekarputih, 25122022




MENGGALI POTENSI


di antara mayat-mayat
para buruh tersayat
semua preman melorot
dunia pucat
malaikat maut berkerut
melewati jalan tersebut
raja dan ratu menggali pertiwi
memperbaiki Morowali
mencuci pandemi
demi anak cucu nanti

Bali, 852020



SITUASI


karena metromini bukan Morowali
geopolitik bicara lagi

Batu, 22122020



GEOPOLITIK

pascacorona
Morowali berkibar
cahya lithium
menarik perhatian
mata setajam belati

Bali, 552020



PUISI INDONESIA


Morowali jaya
Indonesia sentosa
Mobil listrik terbuka
Dunia terbelalak matanya
Kolam susu menjadi nyata
Investor melirik sambil menganga
Lapangan kerja terbuka bagi semua
Waktu membuka jalan seluas samudera

Batu, 2222021



PELANGI DI TANAHKU


tanahku tanah surga
kolamnya kolam susu
diincar sebagian negara
Papua dan Morowali jadi incaran boneka
hingga menjadi cambuk bangsa Indonesia

kita biasakan bekerja keras lebih dari biasanya
biar anak-anak muda bisa belajar membaca cakrawala,
dan menangkap arti perang sesungguhnya
sebelum semuanya binasa dimakan raja berhala

ingat!
masa depan bukan melulu caci maki dari balik agama semata

Batu, 1752021
EKO WINDARTO


Tidak ada komentar:

Posting Komentar