Jumat, 13 Januari 2023
Kumpulan Puisi Merawati May - PADA BESI-BESI HITAM SAJAK ITU
Merawati May
ZIARAH CINTA
( Untuk Rusdi Kraying )
tanah hitam itu kini gersang
datar, landai, dan lapang
di sinilah cinta kita terpendam
seiring taburan kamboja pun
kering dalam beberapa musim kerinduan
dari masa percintaan itu berlalu
kau datangi pusara itu
karena kematian adalah tidur panjang
seiring mimpi-mimpi indah di petilasan
tempat cinta kita bertopang
dari detak jantung bicara tentang rindu
kita sepakat romansanya dikuburkan
sebelum hancur berkeping-keping
lalu kau pun pergi mengarungi lautan
dengan sampan tanpa layar
entah ke mana arah tujuan
yang aku tahu di batas langit itu
kugantung puisi bermanik pualam
permata paling rupawan
kuharap kau berlabuh di tepian lazuardi
seperti di rumah paling syahdu kita tempati
nyatanya, bertahun kabarmu tak berperi
kemarin kau datangi pusara cinta
dan tak kau jumpai sepenggal nama
pada epitaf tanah kematian
semua sirna, mungkin bersama rasa
yang dulu pernah kita puja
antara suka dan tak suka
karena harum aroma tubuhmu
tertinggal di samping nisan
lalu kau hidupkan lagi harapan kita
tentang cinta yang telah mati
berkali-kali dan kita pun berusaha
melupakan segalanya
Lampung, 2023
Merawati May
GETAR CINTAKU TELAH BERSEMI
desir angin pagi mendebarkan dadaku
ketika bunga cintamu merekah di ruang ketulusan hatiku
dari arus kuat itulah tiap tetesan cintamu
mencairkan hatiku yang membeku sedingin salju
kasih, getaran cintamu telah menggerakkan sel-sel cintaku
yang lama terkubur dan membatu
maka inilah aku! hidup di antara cintamu
yang kusiram dengan nada-nada asmara
agar tumbuh dalam kekakuan rasa
kasih, gejolak cintamu mengukuhkan dinding jiwaku
hingga harum cintaku hanya kuberikan kepadamu
maka biarkan harummu menyerap ke balik senyum itu
karena cintamu cintaku, mengalir bening di hatiku
maka dari desir angin dan bunga-bunga cintamu
aku tunduk pada harummu sebagai kekuatan cinta kita
di hari-hari sebelum ajal tiba
Bengkulu, 2022
Merawati May
RINDU DALAM SEPIRING GECO CIANJUR
entah di mana aku mengenalmu, Noedji
karena dari racikan tanganmu
aku tenggelam dalam cinta pada sepiring geco
yang mengucap kangen di pengecapku
pada makanan nikmat dan selezat itu
lidah ini menari-nari di atas imajiku
setelah cuaca cianjur yang dingin membeku
menerpa dinding-dinding kalbu
aku hanyut pada gelap-gelap malam
membayangkan rasa yang tidak biasa
ketika kugubah lagu rindu yang kuusap dari pipimu
sedahsyat racikan geco dari tanganmu, Noedji?
oh Noedji, hidangkan aku sepiring diksi
pada asam manis tauco dan cuka lahangmu!
aku rindu melahap gecomu yang nikmat penuhi syarat
setelah diksi-diksi racikanmu masuk ke kerongkonganku
tunggu kedatanganku lewat perahu tambatan hati
terlempar gelombang pasang untuk memelukmu, Cianjur
sebab tak peduli pada apapun; karena lautan rindu ini
telah mengombak dalam gecomu, Noedji
Cianjur, 2022
Merawati May
PADA BESI-BESI HITAM SAJAK ITU
pada besi-besi hitam
di rel kehidupan,
kata kata pun bertaburan
ke roda kereta api
sebab puncak ide dan gagasan meletup
ke dalam benakku
puisi hanya kata
namun muatan orang-orang yang datang
lewat gerbong kereta api
di stasiun Sawahlunto,
berbondong-bondong
dalam kalimat sajakku
geliat para penyair
yang menghitung-hitung
pikiran di dalam cerita,
telah membentuk kisah kehadiran kata-kata sajakku ramah
ketika masing-masing
membacakan puisi,
dari pintu lokomotif,l
terdengar lengkingan kereta menceritakan kedatangan pengabdi kata kata
sebab dari batu batu cadas pada stasiun itu
berhamburan diksi-diksi
pilihan untuk saling menyayangi
sebab tiap puisi
yang ditebarkan ke udara lepas, akan menjelaskan
nilai isi dan pengabdian
di perjalanan sastra
o sejauh apa nilai arti
ketika kata kata tumbang
dalam penempatan diksi
yang terkulai lelah di stasiun sawahlunto ?
*Sawahlunto*
29 November 2022
( Edisi penyair lokomotif kereta api photo dari Ferdy Shungkhiank katanya sih gaya rumah adat )
Merawati May
HARI-HARI PADA MILADMU
1/
Tapak-tapak tangan pun menyatu saling kukuh
dalam debaran hati,
karena tiap kata selalu mengucap kesetiaan
di antara kepak sayap bidadari yang terbang antara syair puisi
Tiap kalimat selalu berombak dalam kebersamaan yang kukuh dan setia
Tak ada bercak kebencian
di antara wajah-wajah kebersamaan yang tercatat sebagai syair bidadari
"Selamat, ini tahun ketiga kepak sayapmu berkembang dan terbang di cakrawala, mari kita kejar kesetiaan yang tiap saat kukalungkan di lehermu," katanya
2/
Dari lembaran kisah
setelah tercatat dalam kebersamaan itu,
ratusan kata dalam syair itu mengembara dari kalimat ke kalimat syair bidadari
Kepada apa telah
kau letakkan kue ulang tahun itu dalam catatan ketiga di antara angka-angka almanak dinding rumah kita?
Lalu mata kebersamaan itu pun menatap
ke diri sendiri; di antara diksi yang dipilih sebagai rangkaian jabaran
cinta kasih
Maka kata-kata pun terucap setelah kesetiaan itu menjadi
ribuan bidadari yang
menjadi syair ketiga
di ulang tahunmu
Mengembaralah ke langit lepas, setelah kuucap
seutas kata yang merangkai hari-hari indah ke dalam kesetiaan bersama, bidadariku
Bengkulu, 21 Oktober 2022
Merawati May
AIR MATAMU, IBU
Air matamu bergelombang, ibu. Karena pantai kesedihan telah tergeletak basah setelah tangan-tangan maut gagal merebut cinta-Nya
Dalam perjalanan panjang, Kau catat segala logika tentang hidup matinya perasaan ini, ibu
Karena pecahan waktu berhamburan di hamparan jalan itu. hanya air matamu sebagai hujan menyejukkan kemarahan dan ketakutan anakmu
Ke pada-Nya aku bertanya, ibu. Mampukah peristiwa itu membaca belai kasih atas pelukan-Nya dalam gempuran maut itu?
Ibu, inilah airmataku. Bernada dalam tiap isakan. Tatkala sejumlah nasihatmu mengisi kekejaman situasi, kukembalikan kepasrahan ini kepada-Nya
Bengkulu, 8 Desember 2022
Merawati May
KENANGANKU
Apa yang harus kuucap,
ketika jatuh cinta pada matamu berulangkali
Seperti kesejukan air danau di hutan, yang menelusup ke dalam ingatanku
Berabad lalu,
telah kuucap selamat tinggal pada apa pun yang berbau kisah klasik masa silam
Namun cinta seperti sebotol Coca-Cola, atau film Disney yang tak pernah mati, tokoh di dalamnya
Ia juga bukan rumi yang menari genit pada waktu tertentu. Sebab di kornea matamu membayang sejumlah musim, sejarah, serta sesuatu membangkitkan ingatanku. Hanya sikap, suatu ketika waktu pun berhenti. Lalu kusapa engkau
O begitu mesra. Bahkan wajahmu samar kuingat !
Haruskah kuucap pengakuan ini, aku jatuh cinta berulangkali pada matamu. Sebab sejernih danau di hutan negeri ajaib yang menelusup jauh dalam ingatan itu
Atau akukah yang mengepak sayap sembilan puluh sembilan burung Attar yang terbakar; cinta ?
Barangkali kegagapanku mengecup sepasang alismu, karena cinta tak berujud sekotak popok kertas yang mudah terbakar api kerinduanku
*Bengkulu*
10 Desember 2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar