UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 02 Desember 2021

Kumpulan Puisi Eko Windarto - MENGINTIP


 
MENGINTIP

Dari balik jendela
Taman-taman di masa depan tidak melulu dihuni bunga-bunga,
tapi dipenuhi pot-pot teknologi baterai

Dan manusia berevolusi
Mandiri dalam membangun torsi
Hingga rumah seluas halaman hati menjadi emisi

Batu, 30112021



GUNUNG SEMERU

aku kira kabut pekat Semeru menggenangi matamu
debu-debu kecil dan runcing berserakan di sawah jiwaku

senja terasa merubah wajahku
sebab magma adalah rindu disimpan waktu

angin tak bisa diprediksi dan tak mau tahu
saat aku berguru pada letusan waktu
yang tak pernah berontak di dalam hatiku

kedalaman lautmu tak bisa dipungkiri begitu saja
manusia harusnya membaca
dari arah mana gempa tak disangka-sangka

sebab akibat adalah pemicunya
rupanya ingatan kita telah dikutuk sajak cinta
yang lama telah dilupakan para dewa
hingga tsunami bercerita dalam bahasaku yang penuh tanya

Batu, 4122021



PRIHATIN DAN KEINGINAN


Sudah lama aku tidak tega
Melihat anak-anak kita lupa membawa jiwa satrianya
Padahal masih banyak belum selesai dibaca

Lihat lainnya
Berjuang menerjang gelombang samudera
Untuk mendapatkan cahaya

Ya...aku ingin anak cucu menjadi bangsa yang besar
Dalam persatuan dan kebhinekaan yang kekar
Tanpa harus lupa akar

Sekarputih, 11122021



HARAPAN

Sebelum ditinggalkan kekuatan peradaban
Kami tanami hati dengan norma dan gagasan
Demi mencapai komitmen dan tujuan

Satu hal yang pasti:
Setiap tarikan nafas kita
menawarkan kemenangan dan bencana
Maka cinta menjadi warisan anak cucu kita

Sekarputih, 11122021



DI LADANG SUNYI

kupanen puisi di ladang-ladang sunyi
saat orang-orang sibuk mencari matahari

Batu,1612018



SEGELAS KOPI

kutuang segelas kopi hati
sebelum pagimu menyimpan matahari



DI SUATU SENJA

kulihat daun-daun runcing melayang
ketika burung-burung pulang
membawa suara hatiku yang bergelinjang
menimang cinta-Mu di antara jiwaku yang gamang

oh.....angin sore yang menciptakan gelombang senjaku
betapa merdu memainkan barat dayaku
saat rembang petang semakin cepat mengantarku menuju rumah purnama-Mu

Batu, 922018



MAYA

Maya, senyummu seperti putik bunga
menanti datangnya pagi buta

Maya, namamu serasa berkilauan di retina mataku
saat siang memetik doaku

Maya, wajahmu seakan lukisan senja
seperti halnya bulir embun memberi tekstur daun hatiku

Maya, doamu menyusuri cinta dan kematianku
sebelum taman-taman sunyi menjemput ku menutup pintu

Batu,2622018



MELEPAS ANGAN

kenanglah lagunya sebelum haru biru
tiba-tiba membayangkan gigil pertamamu

kembalikan angan tentang gambaran masa silammu
bermain petak umpet menandingi dingin lekuk malamku

betapa batinku dan hatimu merupakan kupu-kupu
melepas pengembaraan dalam taman-taman qolbu

ah...melepas angan dalam sajak-sajak
ternyata seperti jejak digaris roda gerobak

Batu,532018



PESONA MALAM

warna-warni pesona malam terangkum mempersunting kata-kata
meronce perasaan cinta
menimbulkan getaran dedaunan bertingkat-tingkat merasuk ke dalam sunyi hati yang luka

sungai-sungai sunyi malam mengundang upacara cintaku
menyatukan alam di luar ruhku
hingga darahku menemukan cahayamu
mengulum sir di bibir batinku

Batu,2122018



CAHAYA


dari desaku tanpa warna
cahaya puspawarna menghimbau heningku
luruh menjadi satu menujumu

angin dari kiblat mendengung seperti seruling pagi
menari di dalam hati menyaksikan keindahan sejati

percikan cahaya embun pagimu
terang menyusuri tekstur daun hatiku
menjemput sejumput sumpah batinku

Batudari 2018



DIALOG DAN PERJAMUAN

kusunting bunga-bunga di dadamu penuh warna

pada detak jantungmu menggurat senyum meniup waktu bahagia

sekelumit upacara membakar hidupmu menuju masa depan penuh pesona

dialog dan perjamuan seperti meniup lilin-lilin kecil mempersembahkan hidup sebagai sesaji

di sini, kelelahan dan kemegahan adalah kekalahan menusuk jantungku
hingga waktu meraba-raba muara

lantaran sajak-sajakku seperti sayap kupu-kupu
mengitari harum putik bungamu
aku bayangkan embun melukis tekstur daun-daun itu
tiba-tiba saja malammu bersiul menguntit gerak langkahku yang biru
mengulum selapis bibirmu di batinku

Bali, 532020



KETIKA AZAN

kupungut suara azan di helai-helai rambutmu
kumasukkan telinga kalbu

sambil menempuh laku
setiap desah napas perjalanan akan bertemu

saat tangan menyedu rindu
waktu menuju satu pintu

Bali, 2432020



ADA APA DENGAN NEGERI INI?

telah lama kita hidup dalam satu bangsa satu bahasa
juga hidup dalam semboyan bhineka tunggal ika
tidak juga luput dari kesadaran kemanusiaan dan keadilan sosial bagi semua
tapi nyatanya telah terpecah-belah oleh caci maki dan hilang rasa
sampai satu jiwa satu rasa hilang entah kemana
hidup berbangsa hanya dijadikan panggung sandiwara
kebencian dan kemarahan dijadikan cinta
hingga kasih sayang lupa jalan pulang ke rumahnya
sedangkan supremasi hukum hanya dijadikan topeng belaka
dan, lupa bahwa dunia melihat dan menertawakan kita
terus kemana negeri gema ripah loh jinawi di bawa oleh pemuka?
Ah, mau bilang apa bila dusta merajalela

Sekarputih, 2332019



DI UJUNG TAHUN

sebagai penduduk negeri ini
aku mengeja ujung Desember penuh teka-teki
bara api menyundul-nyundul langit menebar arti yang tersembunyi
sementara suara-suara ngeri tak bertepi
di antara caci maki orang-orang yang tak mengerti luka hati

di penghujung tahun nanti
malam yang terasa tua dikoyak- koyak mimpi
menghiasi langit pertiwi
hanya wajah-wajah yang tertutup tirai
dijadikan tambal sulam cahaya warna-warni
petasan sejatinya sebagai ungkapan hati yang sepi
sementara korban gempa pelecehan dan kekerasan bergulat menahan diri
meredakan pilu dengan mengerti

Batu, 31122019



MALAM PERGANTIAN TAHUN

sepanjang malam menuju pergantian tahun ini
persiapan penyambutan seperti mau menyambut perayakan hari jadi
langit dihiasi kembang api sebagai tanda membakar harta harga diri
suara sorak-sorai menggema dalam hati
sementara angin sepoi dari rahim ibu pertiwi
merintih seperti nyanyian dikutuk hati sendiri

Batu, 30122018



DI CAFE

malam selalu hidup di cafe itu
lampu-lampu disko melukis wajah-wajah semu
lelaki wanita mempersempit jarak melupakan masa depannya
dentuman musik menggairahkan dada
senyuman manis dan lidah berbisa saling berpelukan mesra
cinta dan birahi lupa jalan kembali
perselingkuhan dan pengkhianatan adalah hal biasa terjadi
vodca dan visky cola mengaduk nada pendusta
sementara waktu terus bergerak meninggalkan mimpi mereka
bau keringat menyengat menyebarkan berita luka
di antara matinya kesadaran cinta
padahal, jalan menuju surga lebih murah dari pada jalan menuju dosa

Batu, 27122019



JULA JULI KEMBANGNYA HATI

jula juli kembangnya hati
jual beli jabatan zamannya reformasi

keluh kesah rakyat dibiarkan terjadi
sedangkan korupsi terus menerus ghegirisi

seperti dagelan di rapat paripurna
wakil rakyat mencatat kesengsaraan di meja neraka

karena hati kurang gizi
janji-janji politisi hanya ketumpulan belati

sebab dusta hal biasa
maka kau dan aku tak usah banyak bicara

Sekarputih Batu, 29122019



PENGEMBARAAN DI TANAH SURGAWI

kudengar nyanyian pematang nun jauh di sana
menghentak, memanggil jiwa-jiwa di atas tumpukan jerami anak gembala

para petani mendendangkan musim padi
melepas penat keringat hitam dibakar matahari

bisikan angin menangkap musim tiba
merindukan kaki-kaki telanjang memadukan lagu lesung pelepas senja

harapan dan kenikmatan menari pada letih petani
ketika pengembaraanku mengerti arti tanah surgawi

daun-daun melambai menangkap alunan lagu
yang bersumber dari sawah ladang asal semua nyanyian dan nada itu
duduklah di dalam musik kepenuhan diriku
akan kau temui kehangatan komposisiku

Batu, 23122017



MALAM INI
Buat: Dimas Arika Mihardja


Kang, malam ini kutuang doa untukmu
segelas aksaramu baru kemarin menyapaku di ruang tamu
berbagi cerita yang menyembunyikan laku

Kang, mulai malam ini kita merasakan sunyi sekali
tak ada lagi nyanyian sufi

Kang, detik ini juga
aku tak bisa menjadi juru bicara yang baik bagimu

Kang, maafkan aku
dalam resah dan gelisah, aku lengah membaca hatimu

Kang, di antara nyanyian sunyi malam ini
aku hanya bisa membuka perasaan doa lewat puisi

Batu, 542018



GERHANA MATAHARI

dari balik gerhana matahari, aku menduga rotasi bumi menggenangi hatiku
pantulan sinarnya memiliki siklus bermetamorfosa dengan siangku
mengiringi porosmu berputar pada revolusi jiwaku.
memainkan rotasi barat dan timur di antara taram dan terangku
memantulkan komposisi yang merdu

Batu,25122019



DALAM PERTEMUAN
Buat: Daru Maheldaswarha


setahun bertemu serasa sehari
buku harian selalu terbuka
lembar-lembar kalender tak bersuara
di hadapan para penjaga
yang lupa memeriksa pintu jiwa

gelas-gelas kosong selalu kita isi
dengan bahasa cinta tanpa henti
meski masalah besar mengikuti
kita tak perlu membodohi diri sendiri
sebab dada kami tempatnya matahari

kelaparan adalah hal biasa
bukan kegentingan budi pekerti yang mudah dimakan propaganda
hidup sekali musti berlangsung tanpa putus asa
meski tikam demi tikaman seperti puisi dusta

Batu, 21122019



SHOLAWAT


energi sholawat menggema dalam jiwa
menuturkan untaian kata-kata permata
mengaliri cawan, menghangatkan tempat yang menyala

lantaran zikir sir mengalir dalam hati
puisi-puisiku bercahaya menyeberangi sungai-sungai surgawi

Batu, 23122019



KESIUR ANGIN
Oleh: Eko Windarto

di ladang ketela pohon
titik-titik embun membongkar rahasia tanah kelahiran
kesiur angin yang digubah renungan
didendangkan oleh kesunyian dilipat oleh kebenaran
dipahami oleh cinta dan kesadaran
lalu dinyanyikan oleh sukma kasih sayang dan kesabaran
sebelum mencari bulan

Batu, 112020



CINTA 

1
ketika cinta datang kembali
hati menjadi asap yang diberkahi

2
saat rindu menghampiri
cinta tak bisa diurai

Batu,31122017



REKAM JEJAK

merekam jejak hari ini seperti memasuki hutan pinus siang hari

musim hujan bagai dewa-dewa menari di pucuk pandan wangi

banjir dan airmata melukis hati yang sepi
saat sumpah serapah kehilangan bumi

angin dari timur lingsut sendiri
sebelum melulur bening hati dari segala manifestasi

dan, ketika sampah-sampah ikut bicara
rekam jejak kita takkan hilang dimakan usia

Batu, 412020



SAJAK JANUARI


setelah Januari mengajakku bermain ombak
rumah yang kubangun warna warni menghapus warna dahak

dari ketinggian gelombang laut Januari itu
aroma karang mengubahmu menjadi nyanyian puisiku

anak-anak nelayan selalu membuka pintu pagi dengan senyum mentari
sebelum bola mataku memintal hatimu yang bernyanyi

atau dentuman ombak Januari mengubahmu menjadi ikan pari
setelah hatiku disiram lagu mentari pagi

ohhhh Januari penuh onak dan duri
kirimi aku secangkir kopi dan sepotong roti puisi
saat tembang pagi menyiram ladang-ladang sunyi

Batu, 112020



MATA

setiap rasa ada mata
setiap kejadian ada mata terluka
di mana-mana mata terbuka
sampai akhir cerita berbicara

Batu, 1212020



TRAGEDI KOLOBENDU

malam tegak di kolam tua
bulan mengangkang di atas kepala
orang-orang ramai bergunjing kematian ibu setengah tua
yang tersadap darah para lelaki bermuka dua

ibu Kolobendu namanya
cantiknya luar biasa
suka hura-hura dan senang menerima panggilan siapa saja
selalu lupa pada suami dan anak-anaknya
uang menjadi rujukan dan tolok ukurnya

lama ia tidak merasa tua
selalu melalang buana ke mana saja ia suka
soal cinta sesaat adalah hal biasa
apalagi dosa seakan tak mengenalnya
semua dianggapnya biasa dan nyata
hidup perlu dibela biar tidak jadi ibu jelata

waktu terus berjalan tanpa mengenal lelah siapa pun jua
Kalobendu terserang penyakit kelamin yang tak ada obatnya
ia baru sadar bahwa kesenangan yang semu harus di bayarnya
dengan penyesalan yang tiada tara

Kalobendu mati di rumah sakit harapan hati
suami dan anak-anaknya kaget sekali
melihat istri sekaligus ibu dari anak-anaknya terbungkus plastik yang tak boleh dibuka lagi
hingga tangis mereka tak terbendung lagi

malam sepi dan dingin sekali
ketika para pelayat bicara sendiri
tanpa menyembunyikan kedalaman hati

Batu, 19112018



KATA KATA 

I
Kata-kata adalah doa
Bila lepas dari tempatnya
Waktulah menentukan masing-masing yang sedang dipacu

II
Setiap kata-kata menentukan nasibnya
Dimana nantinya makna bersua

III
Kata-kata adalah luka-luka, liku-liku laku
Jera menjera dalam lubuk hati yang terjaga

Batu, 912020



DI TAMAN ASMARADANA

ketika rindu mendekapku
kau sunting cinta di hatiku

di taman asmaradana
rinduku menjemput cinta
mengubahku jadi puisi

daun-daun berseri membuka pintu pagi
pada embun cahaya menari

aku sendiri mencari arti sunyi
pada pagi yang menyimpan misteri

Batu,412018



PERCAKAPAN MALAM


mestinya kita tak perlu takut dengan waktu
bila di hati masih ada cahaya rindu

harusnya puisi itu merisalahkan cinta
sebelum musim hujan airmata

jika waktu kita hanya untuk memuja benda
kenikmatan bisa mengubah kesenyapan malam menjadi noda

bilamana puisi menjadi saksi
bulan purnama selalu kucari

kalau bulan bisa ngomong
diksi menjadi saksi di malam yang hening

Batu, 612020



KUTULIS PUISI INI

kutulis puisi ini ketika melihat pelangi di matamu
cahayanya seperti tirai aurora australis dan borealis-Mu
menciptakan warna berbeda-beda di mata batinku
sementara kombinasi dari waktu dan kondisi cuaca hatiku
berpendar merah, berubah warna menjadi hijau dan biru
hingga sampailah mimpiku di Pulau Stewart, Taman Nasional Aoraki, Tasmania, kawasan pesisir Catlins Selandia Baru

Batu, 182019



DEMI

Demi waktu
Jarum jam merapat ke angka yang dikelola

Demi masa
Sajakku menuturkan hujan lebat di langit jiwa

Demi ruang dan waktu
Kami buang adat dan ajaran usang itu

Demi kebenaran yang cerlang
Jagalah sawah ladang agar tak tergenang

Batu,612020



SEBUAH KISAH


ingin kukisahkan rindu di gurun sunyi puisi
sambil mengeja alif ba ta dalam hati

sedang nyanyian cinta berteduh di bawah buah kuldi
menemani Hawa meronce kesetiaan purbani

sambil mengunyah sepi kuqatamkan dan kukuburkan dendam di hati
lalu kumakamkan Darwin yang melahirkan evolusi

sedang Comte menelusuri seluruh kekuatan progesifku sampai pada kecenderungan asasi
aku terus-menerus memperbaiki nasib dalam segala situasi

Batu, 3172019



HUJAN
Oleh: Eko Windarto


hujan malam ini tak bisa menaklukkan pena
meski sunyi menjadi ilustrasi hati yang sama

buku-buku sastra telah kubaca
hujan terus saja menulis cerita

ya.... hujan terus saja menggoda
ketika puisi menjadi penyangga air mata di sana

sementara waktu bergulir begitu cepatnya
kisah kehidupan melahirkan berbagai tanya

bersama hujan malam ini
kita adalah dua mata yang tertinggal di tempat cinta bersemi

begitu hujan menitipkan pesan untukku
detik demi detik membawaku memasuki hatimu

Batu, 512020



HATIKU HATIMU

di luar jendela, hujan menggenangi matamu
padahal rinduku masih terikat nyanyian cinta yang merdu
sedang kabut-kabut itu masih menguntai air matamu
menjadi senja yang redup mengisi ruang hatiku

gemerisik angin menciptakan suara merdu
menggema ke udara napasmu
mengendalikan badai nafsuku
sebagai senja menyatukan rindu dalam warna hatimu

Batu, 612017



Wednesday, May 02, 2018
PUISI-PUISI SEKARPUTIH
BINTANGNUSA. com

DI PAGAR RUMAH

bunga-bunga mawar dan melati di pagar rumahku
mengintip jabat tanganmu

harum kelopak bunga menyimpan rindu di kuncup waktu
sebelum menutup percakapan kalbu

bulir-bulir embun masih lekat merawat lezat hatimu
ketika aku memendam partitur daun-daun itu

sungguh komposisi yang merdu

(Sekarputih, 14022017)



SEPENINGGAL SENJA

Sepeninggal senja
pelangi di matamu mewedar kesumba
kesiur angin membawa rindu di pucuk cemara
menciptakan lagu sendu pada metamorfosa bulan purnama

Pada daun berembun merdu
kutemukan peristiwa menyatu dalam warna hatimu
yang semadi menapaki sunyi kaligrafi kalbu

(Sekarputih, 4022017)



DI ATAS KOLAM

Bulan di atas kepala menyelami jiwa
hempasan angin mengaduk simponi sepi
seakan rindu memasuki lubuk hati
sedang kidung sunyi berguru pada ketulusan waktu yang tersembunyi

Sentuhan dingin malammu
menjadi ungkapan kalbu
saat rasa kumaknai sebagai orkestra haru
yang menyatukan peristiwa hatimu

(Sekarputih. 12022017)



CANGAR

Di atas gunung Arjuna, pucuk-pucuk pinus menabuh rasa
tarian angin memasuki goa-goa sukma

Kidung senja menjulur mengisi pelangi
melukis hatiku yang gundah gulana tak bertepi

Sedang anganku menyusuri angin sepoi
menapaki jalan terjal penuh onak dan duri

Bau belerang menyengat ke dalam renungan
waktu lelah kuketam

(Sekarputih, 1122017)



(Cangar adalah tempat wisata di lereng gunung Arjuno yang mempunyai sumber air panas berbau belerang)
DI REMBANG PETANG

Di rembang petang kupetik pelangi di dadamu
saat burung-burung berkicau bersama senja rinduku

Sore berjalan menyusuri bening matamu
seperti kelopak bunga berkilau
rindu belaian embun yang melukis daun daun itu

Penyair Sekarputih adalah sebutan untuk Eko Windarto. Penulis ini berasal dari Batu-Malang Jawa Timur.

Bintang Nusa



SEPENINGGAL SENJA

sepeninggal senja
pelangi di matamu mewedar kesumba
kesiur angin membawa rindu pucuk cemara
menciptakan lagu sendu pada metamorfosa bulan purnama

pada daun berembun merdu
kutemukan peristiwa menyatu dalam warna hatimu
yang semadi menapaki sunyi kaligrafi kalbu

Sekarputih, 4022017



PERJALANAN

aku tak tahu cara mengungkapkan perasaan dan hujatan
sebelum mengenal cermin kehidupan
sebab perjalanan belum sampai di puncak empat musim panen

melangkah pada perjalanan kebenaran
selalu menemukan robot dan otot berjualan gincu dan pupur murahan
korban tipu daya cermin kepercayaan

Batu, 2772019



HIDUP

dia adalah siang dan malam yang kadang memalingkan muka
dia juga tak pernah sekarat oleh cinta
kadang dia selembut mentega kala bercinta dengan fatamorgana
pada waktu, hidup hanyalah serpihan buih belaka

Bali, 322020



DI BALIK MENDUNG

di balik mendung, aku merindukan wajahmu
seperti halnya bunga merindukan jambangan kalbu

pada geludug cinta menjelma hujan
karena cinta hujan menjadi lautan

oh...Perahu Nuh yang menyimpan catatan
sesungguhnya kembaraku menyimpan sejumput rindu di buritan

Bali,3112020



PUISI DI LAMAN GAWAI

Mengkritisi keadaan puisi gawai yang sekarang lagi menjamur terutama puisi cinta anak bawang dan puisi curhat bukan karena tidak suka atau tidak senang, tapi semata-mata hanya memberi masukan atau menggugah semangat agar tidak semakin mundur sastra kita. Padahal saat ini adalah zaman melenial, masak puisi melenial kalah dengan zaman Amir Hamzah, Hamzah Fansuri, Chairil Anwar, HB Yasin, Rosihan Anwar, Rendra, Sutardji, Sapardi Djoko Damono dll. Apakah saat ini menulis puisi hanya untuk melepas keresahan hati karena sakit hati oleh pacarnya? Atau laman gawai lebih bebas karena diredakturi sendiri tanpa harus diperiksa atau diedit siapapun kecuali dirinya sendiri? Entahlah!

Kalau demikian keadaannya, maka sastra terutama puisi di laman gawai akan mati suri.

Bali, 122020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar