UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 07 November 2021

Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu - MENGECUPI MIMPI


GERIMIS SENJA
Yuni Tri Wahyu


Aku melihat senja semakin merona, jingga berkejaran dengan kuning emas. Terkadang menjadi tumpukan warna menawan hati.

Pada senja kali ini diiringi gerimis lantunan doa pun derai pinta, agar awan tak berubah menjadi kelabu. Meski hitam berarak menyelimuti putihnya hati.

Kita tak pernah tahu, apakah kumandang azan maghrib benar-benar menjemput sujud dan mengantarkan pada peraduan hening.

Sempatkah bergandeng merapal ikrar suci, atau kebersamaan sebatas mengikat hati?
Tetaplah melangkah dengan keyakinan, "Dialah Maha dari Segala Maha"

Tangerang, 05 November 2021



JAWAB TANPA TANYA
Yuni Tri Wahyu


Serangkai tanya bermain di tempurung kepala
Menimbang ucap tancap luka
Diam simpan di sudut rahasia, Barangkali tersingkap tirai tanpa membuka

Duduk tekuk lutut simak angin sepoi berembus
Kibas gerah berdiang bungkam
Cericit pipit riuh masa panen tiba
Meruah nyanyian tak berirama, lembut tikam luka

Aku simak tutur jujur simpan cemas
Mengalir deras menuju entah
Kebaikan siapa dijaga, komunitas
Atau takut tidak ada alasan jelas, tahukah?

Itu jawaban yang teringini tanpa harus bertanya lagi
Maaf kusimpulkan sendiri
Selayaknya aku pergi bersama sunyi, sepi tanpa tinggalkan jejak
Dan kubiarkan pipit terus bernyanyi
Hingga tersadar sendiri, lengang

Tangerang, 04 November 2021



PUNGGUNG PINGGANG PANGGUNG
Yuni Tri Wahyu


Punggung tanggung pikul harap kelak
Pinggang pegal tidak patahkan semangat
Langkah tegap pacu peluh bercucuran
Melukis pelangi pada bibir bidadari

Bukan sekedar hiasi panggung kehidupan
Nyata warnai episode-episode terkisahkan
Riwayat tergaris tebal tipis dalam kanvas-Nya

Punggung pinggang pasang bongkar panggung
Rasa pun berperan tanpa kemilau kesah, hanya senyum berjuta makna

Tangerang, 03 November 2021



ANGAN INGIN TERBERAI ANGIN
Yuni Tri Wahyu


Angan melambung jauh lampaui ingin
Bergandeng tangan memadu temu
Pada peraduan hening, syahdu
Bertaut bening pikir merakit zikir

Semesta mengaminkan pinta
Bermekaran bunga-bunga nestapa
Lantas lepas satu persatu kelopak lara
Tertiup riuh gumam doa

Angan ingin gundukan kenang lebam
Tersapu erosi rata tanpa sisa
Lumut-lumut menutupi kerak kepercayaan
Lenyap terberai angin, terserap sari pati keyakinan esok hari

Tangerang, 19 Oktober 2021



MENGECUPI MIMPI
Yuni Tri Wahyu

Tanam sedalam harapan
Rindu berbaris lingkari riwayat perjalanan
Kisah indah berbalut lebam

Seperti malam kemarin awan hitam berkejaran
Tutupi bulan sabit berhias sambut fajar
Sejenak mata terpejam, bibir perlahan bergetar mengecupi mimpi

Hingga kumandang subuh membangunkan
Diksi-diksi tertidur dalam pelukan imajinasi
Dan pagi antarkan kehangatan

Sementara puisi masih saja bergulat dengan kalimat
" Rindu terikat di tiang keyakinan, tetapkah yakin berdiri tegak?"
Tangan takdir menggenggam kata berserah, pasrah

Tangerang, 29 Oktober 2021



DARI BALIK KACA
Yuni Tri Wahyu


Senandung itu begitu lirih, sunyi bergema di rongga dada
Ada debar mengetuk kebekuan
Tentang riwayat luka remuk redam
Jejak terjal liku perjalanan

Kasih-Mu penuntun langkah
Tetap terarah, meski badai menerjang terjang
Di antara gemuruhnya aku diam membaca tarian ranting
Di balik kaca, mata menatap ... sepi, hanya sepi terjaring dalam pikiran

Semakin merunduk, berkata hati, "aku tunduk pada kuasa-Mu"
Betapia kecil, terkapar jika jarimu jentikan kisah ini
Di balik kaca, lantunan doa tiada jeda
"Ya Robb, lindungi kami hingga sampai tujuan"

Serang-Tangerang, 28 0ktober 2021



PULANG
Yuni Tri Wahyu


Tiga windu lalu bertemu
Serasa kembali kasih sayang hilang
Pengukir jiwa raga pulang

Aku diam nikmati sunyi
Melukis mimpi tanpa berani menatap realita
Sepi hati merangkai imajinasi

Setelah dewasa kuasa-Nya hadirkanmu
Penyambung kasih tertunda keabadian
Bukan pengganti, tapi nyata kurasakan

Ayah, darahmu tidak mengalir di tubuhku
Kasih sayangmu serupa penyambung nyawa ini
Maafkan tak bisa temani saat embus nafas terakhir

Ayah-ayahku tenanglah di sana
Surga tempat pulang
Semoga kalian bertemu, melihatku dengan senyuman

Pandeglang-Tangerang, 28 Oktober 2021



BUKA MATA TUTUP HATI
Yuni Tri Wahyu

Selebar mungkin buka mata pandang dunia dengan segala tipu daya
Rasa sia-sia sanjung setia jika kata aroma bunga cerita
Episode akhir terkuak getir paling nadir

Puja-puji bersekutu syahdu pilu
Serang damai sejuta rindu, palsu
Hunus pedang kasih tikam dendam teramat fasih

Sobek lipatan luka dengan senyum ranum
Ternyata ulat berpesta isap manis, habis
Sisakan sepah dibuang sayang dekap tanpa makna

Kembali buka mata, diam membisu berlalu
Genggam sunyi dalam hening
Tutup hati serapat mungkin

Tangerang, 19 November 2021



HARUS USAI
Yuni.Tri Wahyu

Getar tidak lagi bergetar detik enggan berdetak
Napas memburu kini bisu terpenggal tajam sengketa

Pembenaran saling tikam meruah darah kental pemikiran
Bertahan hanya luka memar kenyataan

Sunyi yang didekap erat jernihkan hening paling nikmat
Terkubur umpat laknat dalam damai tak bersyarat

Harus usai untuk mulai
Tempuh jalan sendiri-sendiri

Tangerang,16 November 2021



PENGEMBARA CINTA
Yuni Tri Wahyu

Berjalan menyusuri tepian harap, terkadang jatuh kedalam lubang dosa
Tersesat pada pesona sesaat lupa sesungguhnya cinta
Tidak ada langkah sempurna, sedemikian kuat menjaga pasti pernah tersandung juga

Pengembara cinta terus menjelajah belantara
Mencari sejatinya kasih tempat kembali
Tidak akan ditemui, meski ke ujung pengendali pikiran
Berhentilah, nikmati sepi paling sunyi

Pada keheningan jernihkan hati, ada di sini di dalam dada ini
Kasih yang engkau cari tanpa henti
Di jiwa yang bening temukan dengan zikir
Usah lagi mengembara mencari cinta
Hanya kepada-Nya tempat kembali, abadi

Tangerang, 10 November 2021



JEMARIKU KAKU
Yuni Tri Wahyu


Riuh kais nafkah hingga naskah enggan tertulis
Jemariku kaku sentuh majas, sapa inspirasi
Imajinasi terduduk ngantuk malas terpejam

Kata-kata jauh dari kalimat bernas
Paragraf terangkum hampa seumpama teduh di ruang kedap udara
Hanya gema memantul lemah
Makna kian sumbang berdendang tanpa irama

Duhai puisi, apa yang terjadi jika jemariku kaku
Merangkai gemuruh rindu
Renta raga terbaring di atas remah lara purba, terpaku pilu
Kembalilah menari jemari, jangan biarkan inspirasi terkebiri!

Tangerang, 21 November 2021



KEMBALI
Yuni Tri Wahyu


Merambahi belukar sesat tersesat menyesatkan
Fatamorgana pesona menyilaukan
Membias, jumawa tak terkalahkan
Lupa pentingnya kebersamaan, berseru " aku paling di antara ter"

Batin bergejolak congkak, ketika senyum ketulusan ingatkan
Ambisi racuni hati, harga diri terkebiri
Lari kejar kepuasan diri

Kerikil-kerikil tajam lukai kaki, berdarah nanah
Tidak membuat jengah, terus menggerus salju hati
Hingga peka tersungkur, mati suri
Kembali ... kembaliah pada fitrah-Nya, semoga masih ada waktu

Tangerang, 27 November 2021



LESAP
Yuni Tri Wahyu


Lebam diam mendekam di sudut kenang, hadirkan senyum getir
Temani langkah sekejap pun enggan menyingkir
Manis lapis bibir kusambut setulus kasih
Cabik palung paling jantung

Waktu pertemukan sahaja belai mesra
Laku biru sibak kelabu, syahdu haru sendu
Perlahan luka pudar tanpa tawar, seberapa harus kubayar
Mengalir lembut, lesap terserap hening

Diam tafakur tengadah syukur
Berlalu pilu rangkaian masa lalu
Segenggam yakin bernaung di dada juang, berserah pada alur tergaris
Lukis senyum ikhlas, lesap lipatan gundah

Tangerang, 24 November 2021



KAPANKAH
Yuni Tri Wahyu


Kapankah kita berlabuh di pantai impian?

Begitu kataku, saat berlayar di tengah samudera. Hanya ada laut dan lautan, sementara biduk teramat rapuh. Sekelompok batu karang siap remukkan pun badai selalu menghadang.

Kita hanya punya satu keyakinan sebagai layar mencari arah angin.

Demikian jawabmu setenang samudera seusai badai.

Tangerang, 22 November 2021
YUNI TRI WAHYU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar