Minggu, 07 November 2021
Kumpulan Puisi Siamir Marulafau - SYAIRKU PADA NEGERIKU
Siamir Marulafau
CELAKA
Mobil itu melaju bagai halilintar
Kemudinya tak terkendali
Jalan tol terbentang
Siapa salah?
Nyawa melayang
Terisak tangis yang tak terbendung
Apakah kau ngantuk
Mengapa kau jalankan roda itu tak terkendali
Pohon-pohon di pinggir jalan tertegun
Ada apa dengan pengendara ini
Mau hidup atau mati
Jalan itu tak salah
Ia sudah mau berteriak
Pedal itu di injak, tuan
Nyawa orang melayang
Mabuk atau tidur kau
Bocah pun selamat
Tapi kau kok hanya lecet
Ada apa di balik ini semua
Aku tak yakin , aku tak pasrah
Harapan itu hancur bagai bubur
Tak akan kembali jadi nasi lagi
Sungguh kau tak terkendali
Rumah besi jadi berkeping-keping
Medan, 04-11-2021
Siamir Marulafau
MENJEMPUT JEJAKMU (70)
jejakmu belum sirna dihembus angin sepoi
tersemai di bumi pertiwi tercinta
mengukir semangat dan meretas dalam harapan
raja negeri mulia tersanjung di tabir perjuangan
memukau insan dalam sikap
semangat dipacu meraih nama
di saat menjemput jejakmu, terlontar kata-kata segar
memupuk kedamaian dalam kilauan cahaya
menyuguhkan sinar indah dalam hati setiap insan
jejak dan derap langkahmu mengguncang lara
seraya rinai hujan menuangkan kesegaran
di bumi pertiwi kau semayamkan nilai amat berharga
meniupkan angin segar ke seluruh pelosok
ini adalah kisah indah
memayungi bumi terhindar dari kemelaratan
kisah yang tersimpan dalam lingkaran cinta
mengelus kata-kata yang tak dapat dilupakan
Medan, 03-11-2021
Siamir Marulafau
SYAIR TENTANG KAU (70)
aku yakin kau tak lupa
ulasan kata-kata merangkai madu
manis katamu bagai madu menyentuh
hati tertegun menyiram suram
di bawah bendera pusaka
duduk termangu, menanti harapan di ujung tanduk
sungguh aku tak keliru
tersemai dalam relung
aku yakin kau tak lupa
pada kata berbingkai perak
tawaran hangat mengukir kemajuan
lalu kutuliskan apa yang diucapkan
tak membelah goresan indah
ingkar janji memuat dosa
tertanam dalam syair membahana
berburu rusa di hutan rimba
tak keliru menanam angan
tergapai sudah misi ke depan
raja negeri sungguh berkata
Merajut benang jadi kain pembungkus jasad
Medan, 03-11-2021 —
Siamir Marulafau
SAJAK PETUAH
Sajak bertandang menoreh bimbang
Terselip rindu yang lalu lalang
Jalan dilalui buram
Meniti waktu yang suram
Waktu berlalu terus
Menelusuri jalan penuh rerumputan
Mencoba melangkah ke kiri dan ke kanan
Ini sajak mengukir petuah
Hendak dibawa ke mana kaki berpijak
Bila jalan dilalui tak berbenah
Raja negeri bergegas dalam impian
Melebur lelah melangkah ke depan
Menaburkan bunga tanda setia
Kau dan aku berseberangan tidak
Pikiran dan jiwa terukir sama
Mewujudkan mimpi buat masa
Berjuang ke depan tindakan kemajuan
Medan, 03-11-2021
Siamir Marulafau
JALAN TAK BERLIKU
Jalan itu tak berliku
Dipandang bagaikan langit biru
Aku tinggal diam membenahi diriku
Sebelum kulalui dengan kudaku
Aku kadang baca puisi dengan kudaku
Di kala syairku melantun di setiap waktu
Baris-baris terbaca dengan syahdu
Kubacakan untuk rajaku
Semangat bergelora membangun negeriku
Menyapa jalan tak berliku
Raja negeriku antusias dengan alamku
Tuhan maha tahu siapa rajaku
Seumur hidup aku tak melalui jalan berliku
Menjerat tubuh dalam tindakan berbau busuk
Kembalilah ke jalan tak berliku
Karena Tuhan maha tahu
Apa pun langkah dan gerakmu terbingkai di mata Tuhanku
Bila pamer hartamu dan tak jika tak mengukir citra pada insan-Ku
Kau akan terkubur dalam bara api tak sejuk
Ingatkan dirimu sebelum kau tidur di tanah tak bersuluh
Medan, 02-11-2021
NYANYIAN SUNYI
Karya : Siamir Marulafau
inilah nyanyian alam yang sangat merdu
melantun di celah deburan ombak saling bersahut
deburan ombak itu meretas sunyi
di kala langit digapai membiru
burung camar elok bernyanyi dengan senang hati
ketika pemimpinku bersahut pada rakyat negeriku
di tengah laut burung camar mengepahkan sayap mencari tahu
siapa yang berlafaz nyanyian sunyi
tuhan adalah kerinduan yang amat dimuliakan
raja negeriku menyapa sambil tersenyum
ia akan memberi isyarat pada burung-burung
jangan terbang jika badai melanda negeriku
karena wabah virus mengancam maut
ikutilah aturan negeri di bawah bendera pusakaku
nyanyian ini bukan mengada-ada
sementara rembulan menerang dan bercahaya
di langit biru terukir hembusan angin menderu
semua rakyat berdzikir dan bertakzim
memupuk rasa rindu pada Ilahi
merangkul kesetiaan pada insan dunia yang bersahut
Medan, 02-11-2021
JEJAK
Karya : Siamir Marulafau
jejakmu itu terurai
tak ada berkas di atas rumput
hanya mengukir kata-kata segar
sukar diikuti
jejakmu itu terurai
berbisik di setiap kuping
terlalu menyelimat di siang hari
melontarkan segala kata-kata
tapi membuat lara tertegun
sangat indah dan mempesona
murni bersama dengan aku
berkata jujur
sukar ditiru
itulah wajah pemimpinku
tak ada basa basi
biar kau tahu
siapa ia sebenarnya
sederhana dalam penampilan
tak seperti gunung meninggi
tak seperti tong kosong nyaring bunyinya
salut sungguh hatiku
tirulah gaya pemimpinku
dahsyat dalam ucapan
menyenangkan dalam sikap
berkata seadanya
tak berbohong
unggul akan perintah
berani berutang
berani bersahabat
tak ada kekeliruan
sebagai sosok pahlawan
Medan, 02-11-2021
DERMAGA MANA BERLABUH
Karya : Siamir Marulafau
Bertahun sudah biduk ini berlayar
Mengaruni lautan dalam
Layar terkembang kadang tercabik
Badai mengancam setiap waktu
Akan ke mana biduk ini dialamatkan
Air laut surut terus menerus
Akan kering sebelum tiba di dermaga
Haluan biduk mulai melamban
Hidup dilalui tak seindah lautan
Membalut luka pedih tanpa air garam
Apakah ini jalan yang dilalui
Karang laut akan bertanya
Jalan laut amat menyenangkan atau tidak?
Aku bukan mengkritik
Dalam irama melayu dinyanyikan
Nyanyian itu sunyi di kala langit tak bersahabat
Layarkanlah biduk itu sebelum lautan kering
Jangan mengunduh harapan
Bila biduk tak berpaling
Di mana kau sembunyikan tali jangkar itu?
Ikatkanlah ke dermaga dituju
Sebelum senja terkapar di tanah tak bersuluh
Kau tak usah bertanya lagi
Segalanya kembali pada Ilahi
Medan, 02-11-2021
HUJAN DI ATAS JEMBATAN
Karya : Siamir Marulafau
hujan itu tak menderas
membuat jasad kedinginan
tak ada angin menghempas
tak ada petir membakar
tak ada batu menghancurkan
hujan itu bagai air terjun
deburan menyasar ke mana-mana
tujuan hanya satu
membuat tapak kaki tak luntur
Menjadikan waktu singkat
walaupun hujan turun
jembatan tak akan runtuh
jembatan itu diriku
menghubungkan antara satu dengan yang satu
akan menjadi dua berbadan satu
ingat suara pada hujan yang jatuh
pamer harta akan musnah
lembaran rupiah akan hanyut
akan basah kuyup
tak ada arti jika tak bersatu
hujan itu bergaram
rasanya tajam seperti pisau
mengapa kau hanyutkan di atas jembatan
nyanyilah di atas hujan
hujan itu akan tak menimpa
dan semua kembali kepada Pencipta
Medan, 02-11-2021
LASKAR PELANGI
Karya : Siamir Marulafau
Menjadikan pelangi di angkasa
Yang selalu melingkar di bawah awan
Kadang kau jadi awan
Mengembara di bawah langit
Menjadilah pelangi di angkasa
Memberi petuah bagi rumput-rumput di bumi
Mencegah hujan di siang hari
Bagi segala petani di darat dan nelayan di laut
Sebagai pemantul darat hijau
Yang luntur akan sirna tanpa aba-aba
Sebagai cermin biru tua
Yang basah akan dihanyutkan
Menjadilah pelangi sebagai raja
Membuka citra bagi insan berkembang
Menghanguskan karir bagi insan yang menentang
Baru tahu dunia bergulir bukan seenaknya
Yang lentur melunakkan karang tajam
Cintailah kelembutan berwajah sederhana
Angin itu akan membuat kesegaran di segala arah
Medan, 02-11-2021
GARAM DI BAWAH JEMBATAN
Karya : Siamir Marulafau
sebutir garam terdampar di bawah jembatan
merangkai jiwa bersemayam di celah-celah karang
karang-karang bersenandung :
kami akan menampungnya juga
garam itu berkibar di lembah sejarah bangsa
berbudi luhur di setiap negeri
pada penafsiran ingatanku
tersemai garam tajam mengukir kemajuan
pada saat ini aromanya terbaca
garam ini bukan sembarang garam
peminat pada setiap ruang dan waktu ditentukan
di kelopak hatiku kau adalah bangkai
yang tidak memberikan angin pada rumput
ia adalah rajaku di negeri tercinta
melirik apakah rumput-rumput dibabat atau tidak
di depanku sepenggal syair terbaca
aku ini garam, penyedap dari semua makanan
tak usah risau dan pilu
banyak lagi garam-garam di bawah jembatan
tapi asin buat yang lainnya
bila korupsimu menghempaskan garam disantap
kau akan musnah ditelan air di kolom jembatan
bersikap baiklah memiliki garam
tentang garam kau cicipi belum rampung
akan diperhitungkan bila negeri terselip dalam kebangkrutan
Medan, 02-11-2021
SYAIRKU PADA NEGERIKU
Karya : Siamir Marulafau
apa yang kutulis mulai sekarang dan sebelumnya
baris-kata itu hampir sama
lalu mengeja setiap kata yang membuat aku tersenyum
tadinya hanya gumpalan tanah tak berharga
kini negeri itu berwajah manis
berharap lagi pada rindu yang berbau syair
negeri itu negeri terpuji
daratan terbentang dari ujung ke ujung
bersemayam di jalur khatulistiwa
aku gelar daratan itu bumi indah
lautnya pun membiru dan mengibarkan bendera
ini daratanku, ini lautku
tak akan dibiarkan dijamah tanpa kata-kata
lalu menambahkan rona jingga di sana sini
mengukir sinar menelusuri lembah tak kecewa
sepanjang ruang dan waktu itu tak terpisahkan
akhirnya menemukan cinta akan negeriku
berharap lagi sinar-sinar itu menjamah ranting setiap saat
aku tak memasung hasrat yang tak berkelanjutan
mengulurkan tangan dengan segala usaha
Medan, 02-11-2021
BANDARA DI NEGERIKU
Karya : Siamir Marulafau
Sekian lama aku dilanda kerinduan yang tak berujung
Hari ini kerinduan itu bersinar di ufuk timur
Di kala mentari menerpa bumi tak retak
Aku pun bersembunyi di balik pohon rindang
Aku bukan pendusta memberi kabar berita
Di semenanjung pantai terucap oleh kerikil tajam
Rajaku punya naluri kuat menerka impianku
Mimpi yang amat tajam bagai mata pisau
Ada apa dan mengapa berkisah begitu
Pasir-pasir pantai menguap tabir kemajuan
Di setiap negeri terurai bandara mengepahkan sayap
Ini bukan syair canda
Sekian lama aku dilanda kerinduan yang tak berujung
Tapi kini telah menjadi buah yang amat lezat untuk dibawa terbang
Aku tak kesan dalam syairku
Memilih sebuah kata yang menerangi negeriku
membuat perjalananku singkat
Sementara ikrarku dalam memilih kata itu tak sia-sia
Kepada siapa lagi jika bukan pada raja pilihanku
Menggapai sasaran peluru berbekas dari ujung ke ujung
Rasa tak kesal itu membututi setiap langkahku
Aku merasa lega dan tak meniupkan angin yang hampa
Negeriku dihinggap burung besi setiap detik
Bandaraku mengepahkan sayap-sayap tak berhenti
Menjadikan langit sebagai tempat bernaung dengan awan putih
Sekian lama aku dilanda kerinduan yang tak berujung
Dari masa ke masa hasrat ini menumpul
Bersandar pada daratan tak memayungi
Kini sayap itu kokoh dan bersinar dari titik nol sampai ke ujung dunia
Medan, 02-11-2021
RAJA YANG DIHUJAH
Karya : Siamir Marulafau
Jangan kau biarkan hujan itu memandikan matahari
sinarnya akan meredup sepanjang hari
dari balik pintu itu kelihatan gerak dan langkah ke depan
memuncak pada setiap kata-kata
Jangan kau biarkan hujan itu memandikan matahari
jika hujah itu tak bermakna
ia adalah mentari menyinari bumi
akan menghanguskan pilar-pilar tak berkasih
biarlah saling mengeja pada lekuk aksara rintih
sepanjang dunia tak bergulir
siapa tahu ranting lain bagaikan benalu mengupas kulit
akan keropos dibalut ulat-ulat siang hari
Jangan kau biarkan hujan itu memandikan matahari
jika mentari itu berhasrat menyinari bumi
sementara hujan enggan turun membasahi bumi
biarlah saling mengail ikan di sungai
sepanjang biduk tak hanyut ke muara tak bertepi
Jangan kau biarkan hujan memandikan matahari
jika anganan kau semai tak berarti
sementara kedengkian terukir di bibir senja tak tergapai
biarlah ia bersenandung dari titik nol sampai ke papua nugini
Jika kau menghujah yang tak berarti
mentari itu akan kabur dan bumi berlumpuh dari pagi sampai mati
biarlah biduk itu didayung menuju pulau
sepanjang gelombang tak menepuk
Medan, 02-11-2021
PEMIMPIN BERBAJU PUTIH
Karya : Siamir Marulafau
rindu itu selalu mengintipku
akan ke mana kubuang rasa haru ini
tak ada satu pun tong sampah menyimpan
aku ingin berlari menyembunyikannya
tapi hati ini tak tega membuangnya
bajunya putih dan bersih bagaikan awan putih
mengembara dari satu tempat ke tempat lain
bercahaya pada rakyat terpimpin
apa salahnya jika daun selasih ini hidup seribu tahun lagi
ketimbang daun-daun benalu mengupas kulit
tak mungkin dunia kabur dan berlari di jurang gunung kerinci
tak mungkin,,,,tak mungkin
aromanya mewangi dalam setiap relung
baju putih itu lambang kesucian dalam negeri
mengukir kejujuran , kegigihan yang bersih
jangan kau kotori negeri dengan comberan parit tak berarti
ini syair bukan kisah dalam mimpi
kini aku ingin menelusuri dan berlari di lembah anai
mengukir cita raja negeri
terpandang sejati menggelayutkan senyum pada rakyat miskin
aku semakin tak bimbang menemukan cinta dan kasih di balik tirai tersemai
Medan, 02-11-2021
KOTA JAKARTA KOTA SAJAKKU
Karya : Siamir Marulafau
rumah-rumah kumuh berjejeran
gedung –gedung pencakar langit meninggi bagaikan gunung
daratan menurun ke bawah
akan ke mana berlari meniti buih
bila lautan marah dan enggan tak bersahabat
ini catatan silam dan sekarang terurai dalam sebuah kisah
langit pun mulai cerah dan tak kelam
kota jakarta kota metropolitan dengan raja yang ketat
penuh dengan ucapan basa basi dihiasi dengan kata puitis indah
syair Asnur pun membahana dalam setiap ruang dan waktu
menyapa insan berbudaya
dalam perhelatan sastra tertanam kemesraan
tak peduli siapa kau dan aku, bersemayam dalam satu wadah
ini negeriku negeri diukir oleh raja
memikat budayawan menyeret kuruptor di tong sampah
sepanjang tahun syair bertebaran
kenduri syair merangkul kesetiaan
aku bukan membumbui pemimpin dan para seniman
syair hanya berceloteh dalam arah yang sama
sepanjang hukum dan adat dilestarikan
mulut seorang pemimpin berbisa bagaikan ular derik dalam gua gelap
aku bacakan syair ini di atas pohon dan kadang di atas kuda
bukan diungkit dalam kejujuran
tapi ini impian tengah malam bukan impian siang hari
menenggelamkan tikus-tikus rakus dengan mata uang
diberi ganjaran karena budaya disepelekan
andaikan daun-daun pohon itu dipetik tak sembarang
terali besi akan lunak dan mulus bagaikan embun pagi
sinar itu ditantang
membuat diri binasa terkapar di atas karang terjal tak berpilar
dan tak seekor ikan pun melirik seketika
Medan, 02-11-2021
JOKO WIDODO SERIBU TAHUN LAGI
Karya : Siamir Marulafau
Aku bukan membuka bingkai emas
Negeriku hanya menyimpan tembaga
Syair ini ditaburkan di atas pasir putih
Mungkin karena pasirnya suci
Kesucian itu menjadi pelangi
Di siang hari ini kembali menata rindu
Rindu bersemayam dalam lara
Tak akan ke mana dan tak akan lari ke mana-mana
Impian itu tercuat dalam ingatan
Wajahnya terlukis indah dan berseri
Aku mulai merindukan cahaya
Ingin cahaya itu menerang seribu tahun lagi
Walaupun semut-semut mencakar bulan
Cahayanya tak akan ke mana
Bila hati bersatu padu bagai besi tuang
Namanya sampai ke ujung dunia
Menerang di dalam negeri
Derap kakinya menyelinap dalam mimpi
Bukan ilusi tapi fakta jadi noktah
Catatan hariku mengingatnya
Sebagai pahlawan pagi menjelang mentari terbenam
Aku ingin angin sepoi itu menghembus seribu tahun lagi
Di kala negeri ini terbelenggu dengan kehidupan tak ada arah
kemungkinan angin sepoi itu tak membelok ke selatan
Biduk didayung berharap sampai ke dermaga
Di kala layar tak tercabit oleh tikus-tikus kelaparan
Medan, 02-11-2021
MENGINGAT JOKO WIDODO
Karya : Siamir Marulafau
Di negeri itu terlampir keheningan
Terhembus angin segar
Pantainya tak melandai
Ingatanku pada Pak Joko
Mungkin seperti Chairil
Berjalan di jalan yang lurus
Walaupun sepi dan sunyi
Di kala ombak memecah
Buihnya ditabur di sepanjang pantai
Ada mentari, ada sinar memancar
Ingatanku tak meleset dan tak sia-sia
Sambil mengintip di balik awan
Aku yakin Ia juga melirik
Dengan senyum mengalun ke dalam hati
Ketegasan dan kejujuran jadi jati diri
Salut seribu kali dalam impian negeri
Angin mendesir di balik awan
Langit pun mulai cerah
Gerimis enggan membasahi bumi
Wajah berseri-seri
Membuat harapan jadi emas berantai
Lantas
Harinya indah seindah pelangi
Alam tak kabut
Di mata rindunya, tercuat ramutan
Cahanyanya meretas di segala arah
Ia adalah pejuang dalam negeri berjasa
Medan, 02-11-2021
MENCUMBU MALAM
Karya : Siamir Marulafau
Kepada malam kutitip rindu
Aku sedang bercerita
Mengapa kau berkisah di malam hari
Udara sejuk menyemai kerinduan
Liuk angin menggerayani tubuh
Napas lega menderu tanpa suara
Aku pasrah pada arah angin
Mencumbu malam kelabu
Senja tak akan terkapar
Bila angin itu tersemai dalam lara
Aku yakin arahnya tak membelok
Raja negeriku berbudi luhur
Pengayom di malam rembulan
Yang dibawa dalam seribu mimpi
Tapi hati gentar mencumbu malam
Berjalan di atas cahaya
Walaupun menunggu datangnya sinar
Menuntun dalam cahaya cemerlang
Berlindung pada badai menghempas
Berusaha mendekap dalam pelukan tak lepas
Medan, 02-11-2021
DI BAWAH JEMBATAN DILALUI
Karya : Siamir Marulafau
Di bawah jembatan itu senja menyepi
Mataku mencari-cari biduk ke sana sini
Biduk itu telah hanyut
Karena air deras dari hulu
Tak ada penghalang dan terus mengalir
Hatiku mulai gelisah akan kehabisan akal
Tali dipegang mulai putus
Satu pun orang tak ada yang tahu menahu
Biduk itu terbawa arus
Jembatan pun mulai goyang
Mengapa beton-beton jembatan ini retak
Arus sungai menghadang dengan tiada perasaan
Saku-saku bajunya basah dengan tumpukan kertas
Tak ada yang kering walaupun sinar mentari bakal datang
Sementara tak ada bicara
Saran-saran transportasi bertebaran ke mana-mana
Aku duduk melirik di bawah jembatan itu
Karena dunia ini terasa basah kuyup
Tapi rajaku tak enggan menghadang air deras itu
Keteguhan dalam mengembangkan negeriku
Medan, 02-11-2011
GERIMIS DI KOTAKU
Karya : Siamir Marulafau
Gerimis itu terasa terngiang dan meraung
Ritmisnya menderu sepanjang malam
Sepertinya rinai yang dicatat pada pojok kotaku
Desahnya terdengar sebelum mimpi
Aku menikmati bias kilauan cahaya dari kota seberang
Tak kalah dengan gegas merancang cahaya
Menyiapkan rencana yang sebelumnya
Menyikapi apa yang bakal dibuat
Mulai memupuk benih- benih semaian kata
Syair tak dibiarkan begitu saja
Sejak gerimis itu bersemayam dalam riuh
Walaupun hanya sekejap menetes dari langit
Kehadiran sucimu bertabur cinta
Di kala tahta kau emban di negeri tercinta
Menyiapkan satu rencana pada masa depan
Sungguh benih-benih ditaburkan di atas tanah kering
Menjadikan pohon-pohon subur
Tumbuh dengan segar dari segala arah
Mengukir dalam kilauan cahaya bermakna
Rinai gerimis itu berubah jadi emas
Medan, 02-11-2021
PELANGI DI NEGERIKU
Karya : Siamir Marulafau
Di ufuk timur itu berbayang pelangi
Warnanya merona ke bumi dipijak
Wajahnya tak kelam dan tak buram
Akan ke mana ditanya tentang pelangi itu
Terselip dalam relung setiap insan
Tak pernah lepas dari rasa cinta
Cinta akan pelangi yang berwarna merah putih
Ada apa dan mengapa
Yang sering dibaca dalam majalah
Walaupun di bawah bendera pusaka
Ini bukan imajinasi
menjadi satu tanda dan fakta
Aku berharap pelangi itu bersemayam tetap
Dalam ruang dan waktu yang tak terbatas
Di kala langit itu mengizinkan
Ia kini benar menjadi Pemimpinku
Semua ini terukir dalam syair
Pertanda keagungan seorang pemimpin
Yang tak pernah keluh kesah
Di saat negeriku tak berbayang pelangi
Tak ada rasa takut dan gelisah
Walau hanya sekejap
Pertumbuhan dengan penuh gembira
Harapan dan rindu itu akan berwajah bagaikan pelangi
Medan, 01-11-2021
BUMI PERTIWIKU
Karya : Siamir Marulafau
Bumi pertiwiku tanah leluhurku
Begitu indah saat mentari datang
Tampak benderang membidik mata
Sungguh membuat lara bergoncang
Wajahnya amat indah
Mimpi indah para petani dan nelayan terwujud sudah
Kini bisa berdendang
Di kala bumi tak kelam
Oh,..., bumi pertiwiku, tempat tinggalku
Rasa kecemasan telah menghilang
Hatiku mulai tenteram dan tak cemas
Bumi pertiwiku mengukir harapan
Masa depan itu berbayang sekejap
Lambat laun merapat ke dermaga
Akankah harapan itu telah tertanam
Rindu itu akan mencuat
Dalam syair dibentangkan
Mengupas kerinduan masa depan
Bumi pertiwiku merangkul keunggulan
Di kala raja negeriku naik tahta
Medan, 01-11-2011
SINAR YANG KELAM
Karya : Siamir Marulafau
siang ini terlalu sepi untuk dikhianati
saat kaki melangkah dalam tahta baru
sinar itu terasa kelam
kadang aromanya tidak enak dihirup
mengabarkan semua penduduk hidup bagai bulan yang buram
mengais mimpi di sudut senyum beku
ke mana sandaran hidup itu bergantung
merasa terasing di negeri pertiwi sendiri
mengapa itu semua terjadi
jika impian hanya sekadar mainan
tapi bila diri bercucuran keringat menggapai harapan
bagaimana aroma itu tak tergapai
sungguh biduk berlayar mencari dermaga
di saat layar tak berkembang
menunggu saat berlabuh
layarkan biduk itu sampai ke hamparan
pulau yang dituju akan berbayang di pelupuk mata
percayalah,,,dan percayalah
walaupun layar itu tak bermata
akan diterpa sinar pada suatu masa
meraih kemenangan di setiap pintu terbuka
Medan, 01-11-2021
JALAN YANG BERGETAR
karya : Siamir Marulafau
bumi terbentang dari segala arah
lintasan khatulistiwa berucap
bumi papua akan jaya
sinar mentari mulai memanas
uang rupiah juga mengganas
untuk apa aku disimpan ke mana-mana
sementara bumiku tak mendapatkan sinar
pikirlah, pikirlah
aku bukan bertanya dan kritik pada tuan
sekian lama raja –raja di negeri ini tak ada
hanya melirik sebelah mata
memijak segumpal tanah pun enggan
apa ini sebuah mimpi yang terkapar
atau bagaimana?
kami punya adat, hati nurani dan pikiran yang jernih
bersemayam dalam garuda berasaskan pancasila
akan ke mana diri ini berlindung?
jika bukan pada tapak tiang bendera pusaka
shukurlah syair kami didendangkan
jeritan rakyat yang tak sia-sia
jeritan itu tersebar di setiap pojok desa, kabupaten kota
Medan, 30-10-2021
JALAN YANG MULUS
Karya : Siamir Marulafau
Mengapa kau jalan di jalan tikus?
Jangan mulus di dalam negeriku
Terbentang dari titik nol sampai ke ujung
Apakah tak bersyukur?
Lampu-lampu jalan pun tak berkedip
Menerang akan ke sana sini
Mentari terkesan menerang
Di kala tapak kaki tak terjeblos
Jalan kau lalui menyimpan syair
Baris-baris syair tersenyum
Jalanlah di atas uang yang licin
Menggapai citra bahagia dunia berkepanjangan
Tak akan mungkin dunia beku
Sepanjang hati terbuka bagai jendela
Dan di sana akan kau lihat keunggulan
Duna permata tercipta
Jalanlah pada jalan yang lurus
Rumput tak mencongkel betis-betis mulus
Sepanjang jalan kenagan dilestarikan
Di negeri pertiwi tercinta
Jalanlah pada jalan yang mulus
Sepanjang bintang di langit tak berhamburan
Dan di sana kau menyulam cahaya
Walaupun hanya sekejap cahaya menerang di malam gelap
Medan, 30-10-2021
JALAN YANG TAK DILALUI
Karya : Siamir Marulafau
Jalan itu buntu
Tak ada penghuni
Apakah harus dilalui
Berpikir sekejap
Sebelum senja terbenam
Aku hanya berhitung
Jika firasat itu tepat
Mengapa jalan itu tak dilalui?
Pertanyaanku sederhana
Daratan ditempuh dipenuhi hutan
Tak ada yang bisa lalu lalang
Aku berpikir, dan berpikir terus
Sebelum hujan turun
Aku mencari jalan terbuka
Tapi lalang itu semak dan tajam
Menelusuri pegunungan terjal
Di sana dapat petunjuk
Membuka jalan-jalan yang
tak bisa dilalui
Jalannya terbuka dan tersenyum
Untuk siapa dan mengapa tak berbelok
Meluruskan langkah yang patah
Jalan itu buntu
Hatiku pun tak akan buntu
Mengukir haluan di bawah langit dijunjung
Membuka tabir berkesinambungan
Medan, 01-11-2021
SUARA HATI
Karya : Siamir Marulafau
Suara itu terucap dengan dahsyat
Jujur terukir dari relung yang mendalam
Di kala sinar membentangkan cahaya
Langit pun cerah melirik ke bumi Tuhan
Salam tanpa sapa dan kepala tak berpaling
Aku bukan angkat bicara tanpa pilar
Jujur aku berkata
Walaupun hanya dalam baris-baris syair
membentang di jagat raya
Mengapa dan apa sebenarnya?
Tanpa kata terucap hanya terasa dalam hati membara
Suara hatiku adalah suara rakyat
Menyelam di dasar laut yang amat dalam
Terukir benang-benang pengikat kebersamaan
Dalam sinar harapan yang tak terbenam dalam negeri
Uluran tanganku menampung siap
Atas suara hati yang tersemai dari setiap insan
Curahkan suara hati nurani jernih
Saatnya berguling dalam pelestarian negeri
Jalan-jalan akan terbuka
Jendela kehidupan juga akan terbuka
Kehidupan selayaknya akan bersinar
Alam akan memberi kesegaran
Jika budi dan kejujuran bersemayam dalam bilik hati
Suaranya akan menjadi fakta
Suara hati itu tak akan berbau anyir
Bersemayam dalam suara emas bergelora
Sepanjang negeri pertiwi tak berguling-guling
Ikrarkan sepenuh hati dalam menggapai misi
Medan, 01-11-2021
AKU SEORANG PEMIMPIN
Karya : Siami Marulafau
Aku bukan penyihir
Yang memberikan arti pada mantera tersemai
Aku bukan seorang penyair
Yang memberikan kata-kata indah berupa puisi
Aku bukan seorang pemimpi
Yang menerangkan tentang impian mengusik sepi
Aku bukan seorang penyanyi
Yang mengukir kata dengan irama lagu menyenangkan hati
Tapi aku seorang pemimpin mengayomi rakyat kaya miskin
Merangkul cahaya pada siang kelam
Percayalah,,,percayalah
Wahai rakyatku, aku mencoba menyulam cahaya berkedip
Jika tangismu tanpa air mata dengan rasa pilu
Sebelum ruang dan waktu terkubur di tanah tak menerang
Medan, 31-10-2021
SAJAK TENTANG PRESIDENKU
Karya : Siamir Marulafau
Sajak ini bukan sembarang sajak
Mengupas kerinduan yang sudah-sudah
Biarpun mentari membakar lara
Aku tak gentar bercerita dalam sajak
Kritik demi kritik telah berbelok ke kiri dan ke kanan
Sungguhkah itu jadi fakta?
Rupanya tidak keliru
Aku hempaskan kritik itu ke lautan terbentang
Karena semua itu tak benar
Kusemai itu antara bintang dan bulan di malam gelap gulita
Aku mencoba merangkul bulan dalam kegelapan
Sepanjang bulan memberi cahaya
Aku tekun mencari bintang berkelip di alam bebas
Sungguh kau menerangi ucapan
Rajaku berwajah seperti bulan
Menerang pada setiap sudut jalan
Ini sajak bukan sembarang
Mengupas kerinduan sebelum senja terbenam di tanah diam
Apakah ada sinar mentari menjenguk
Sinar itu membias di semua sudut kota
Cahaya itu tersenyum dan melangkah dalam setiap gerak
Sungguh menggugah lara
Tak ada keganjilan dalam penampilan
Membiaskan sinar yang berkepanjangan
Medan, 31-10-2021
MENYAPA JALAN SUNYI TANPA KATA
Karya : Siamir Marulafau
di sini dibentangkan tanah leluhur mulia
sepanjang langit tak mengutuk
walaupun jalan sunyi tanpa kata ditempuh
akan merona dalam batas waktu
dan di sana aku berjalan dan melihat
apakah jalan itu terbelah dua atau tidak
tanpa kata tersurat, tinta pena akan mengembang
aku mau menuju rumah kata
tanpa basa basi meluncur ke dunia ajaib
menemukan apakan jalan sunyi itu berliku-liku apa tidak
jalan itu kadang berbayang
tapi bagaikan fatamogana di siang hari
sungguhkah jalan itu meretas sunyi
aku tak sanggung berteman dengan sunyiku sendiri
kini setiap mencoba berjalan di jalan sunyi
bulu kudukku terasa merinding
pikiran pun lelah sungguh bila bercerita tentang sunyi
karena dunia tak sunyi
banyak penghuni yang tak merasa sunyi
berbaur dengan masa menentang sunyi
walaupun namaku menggapai langit
aku tak merasa diriku berada di atas langit
karena ada langit di atas langit
dan aku tak bisa hidup dalam sunyi tanpa kata
mengukir kata-kata membahana pada setiap gerak
langkah pun dihiasi dengan ucapan bernoktah pada kata
goresan yang dapat dicerna dalam setiap ucapan
Medan, 31-10-2021
KOTA YANG TERLUKA
Karya : Siamir Marulafau
Sembilu dan rindu menggores lara
Sepertinya aku terpasung di kota ini dan tak bisa bergerak
Gedung pencakar langit meraung-raung
Merasa tercekam
Denting takbir menggema di setiap kota
Kota itu terluka dengan wajah menganga
Politik semakin memanas dan menggila
Covid semakin merajalela dan tersebar ke mana-mana
Sementara aku meringkuk di pojok kota
Karena aku tak yakin kota itu tak luka
Mengapa harus beralih ke kota lain
Ada apa dan mengapa?
Rakyat kecil pada menjerit
Periuk kosong berguling-guling
Jalan yang ditempuh kabur dan tak berbayang
Rasanya virus ini menggila
Menguburkan harapan yang tak kunjung datang
Mencekam ke segala arah
Tak ada jalan ke luar
Jalan-jalan ditutup dan tak bisa masuk keluar
Luka menganga tak terbius lagi
Dengan pedih perih tak tertahankan
Apa virus ini berakhir dengan begitu saja
Tak ada bulan dan tahun yang pasti
Hanya omongan ilusi saja
Tak berkesudahan
Sementara perutku lapar
Harapan itu tak bersinar seperti sediakala
Medan, 31-10-2021
JATI DIRI YANG CEMERLANG
Karya : Siamir Marulafau
pada kata-kata yang diucapkan tercipta jati dirinya
ia mengatakan hanya sekadar menuliskannya
impian-impian itu kenyataan
bukan ilusi semata
berlomba jadi raja di negeri tercinta
pada kata-kata yang diucapkan tercipta jati dirinya
ia mengukir rencananya
memaparkan apa yang ada dalam isi hati
tapi sungguhkah itu jadi kenyataan? nya
pada kata-kata yang diucapkan tercipta jati dirinya
ia mengatakan sesuatu yang mengukir harapan
ia tak mengharapkan apa-apa
mata batinnya tajam setajam pisau
pada kata-kata yang diucapkan tercipta jati dirinya
kenyataan itu tak jauh melambung ke udara
ia yakin akan apa yang dibuatnya
sungguh membuat hati tenang
pada kata-kata yang diucapkan tercipta jati dirinya
gambaran yang diukir bertebaran
ia yakin akan apa yang dibuatnya
ternyata jalan-jalan dilalui mulus bagaikan jalan ke surga
berlomba jadi raja menjadi idola yang menggiurkan
tak seperti yang lain tak pada jalan sebenarnya
ia berkata tegas dan tepat
ini bukan perkataan lamunan tak berarti
Medan, 31-10-2021
KAPAL-KAPAL BERSANDAR
Karya : Siamir Marulafau
Dermaga terbentang di bawa langit biru
Kapal bersandar dan terdiam
Walaupun gelombang laut bernyanyi terus
Bintang di langit semakin tak peduli
Angan itu bukan awan yang mengembara tanpa tujuan
Aku ini apalah
Hanya sosok yang berkemeja putih
Tak manis kadang di pelupuk mata
Syair ini bukan sembarang
Melirik pada setiap gaharu cendana pula
Ini namanya syair
Diolah dari masa ke masa
Tujuan dan maksud mengikat tangan dan pikiran
Mengukir tali persaudaraan
Berlabuh pada setiap dermaga
Dan di sana kau akan tahu siapa kau dan aku
Kapal-kapal bersandar tanpa aba-aba
Menghias gelombang laut bermata impian
Membuka cakrawala dalam pelayaran
Ikatkanlah tali kapal kau layarkan
Medan, 30-01-2021
LAUT MENYAPA
Karya : Siamir Marulafau
Sapaan itu bagai sinar lembayung
Terhempas tidak dalam pikiran
Memupuk citra berkelanjutan
Laut itu menyapa sekejap
Aromanya tak berbau anyir
Rasa garamnya mengena dalam lara
Walaupun gelombang kuaruni semakin meninggi
Tapi hati tak gentar berjuang
Sampai ujung dunia diperjuangkan
Sepanjang langit biru menatap kesungguhan
Aku ini bukan bahan pujian
Syair bergema di seluruh kota
Siapa dia sebenarnya
Zaman ke zaman berubah-ubah
Di pinggiran laut terhitung tanda-tanda
keajaiban yang merekat pada setiap pikiran
Mengapa dan ada apa dalam perjuangan
Hanya tanda dan isyarat yang tak lenyap
Mencuat di atas daratan tercinta
Laut pun hanya menenggek di pinggiran dermaga
Di sini kapal-kapal bermuara
Berdiam sekejap sebelum berlayar
Dengan membawa syair terbaca raja di negeri tercinta
Siapa raja dan ratunya?
Medan, 30-10-2021
KOTA BARU
Karya : Siamir Marulafau
Gerimis bakal datang lagi
Aku tak tahu dari langit mana dia datang
Dia bercerita, dengan wajah memukau
Aku tak berani tinggal di kota ini
Ini kota baru tertanam dalam agenda
Walaupun angin tak peduli
Aku hanya memberi kabar gembira
Kota baru berwajah ibu kota
Mengapa kau tak terima?
Alam sudah mendung
Awan-awan berputar di setiap sudut kota
Apakah tak takut terendam
Gerimis itu masih bercerita dan kadang tersenyum
Jalanan masih pulas, mimpimu bakal tergapai tuan
Kota baruku berwajah kelabu
Tapi langit ditatap tak kelam
Aku pindah ke kota baru
Terserah bila awan-awan itu berteman
Raja negeri tak peduli walaupun banyak angin yang menghadang
Ini kota baru, kota surga tak kalah dalam impian
Tinggalkan kota lama
Tak menguap tabir pada ruang
Gerimis masih bercerita, ingin turun ke ibu kota
Jangan kau mengupas mimpi lama
Gerimisku akan menyebar di seluruh pojok kota
Tak sanggup kau berenang
Jika tak mau hanyut ke lautan
Kota baru diukir bagaikan surga, pesan gerimis yang mulia
Medan, 31-10-2021
JALAN YANG TAK TERENDAM
Karya : Siamir Marulafau
Jalan itu tak basah kuyup
Di kala langit tak berteman
Walaupun awan-awan menangis sedu sedan
Laut kering mengecam
Comberan meluap dan berteriak
Apakah aku dibuang habis
Pikirkanlah sebelum dibuang ke laut
Laut pun tak bisa menampung
Laut tak bisa lagi merangkul
karena laut kering
Impian itu jangan dibiarkan kering
Deru debu terangkat
Angin menderu dan melintas di jalan itu
Jalan kehidupan dilalui menguap tabir
Raja negeri melintas dan bernyanyi
Kicau burung -burung terdeteksi
di atas ranting melapuk
Di sini kami tak enggan turun
Jalan dilalui tak berdebu
Medn, 31-10-2021
JALAN KEHIDUPAN
Karya : Siamir Marulafau
aku tak bercerita bohong
jika jalan ditempuh membisu
bersinar selalu di siang hari kutempuh
mengapa tidak?
jantung berdebar dan berdetak setiap waktu
akan jalan kehidupan dilalui
tak membisu dari ujung ke ujung
jalan cerah dan menerang
tak akan ada kedipan bintang malam
menelusuri setiap langkah dan gerak
mengapa kau menatap selalu?
jika jalan itu tak memanas di lembaran kertas bernilai
itu adalah jalan pikiranku
semua pohon-pohon tersemai berucap salam
di kala lumpur terseret di setiap ruas dan ruang
membidik salam pada tuan
dan tak menangis akan bangkrut
percayalah pada diri yang gentar
akan membuat dunia damai dan bersinar
sepanjang mentari tak membakar impian tersulam
tak akan terhempas dengan badai dan gelombang
Percayalah pada ikrar bertujuan
Dalam menggapai visi dan misi ke depan
Indonesia akan jaya tetap
membahana di setiap sinar yang memancar
Medan, 30-10-2021
JALAN YANG MULUS
Karya : Siamir Marulafau
Mengapa kau jalan di jalan tikus?
Jangan mulus di dalam negeriku
Terbentang dari titik nol sampai ke ujung
Apakah tak bersyukur?
Lampu-lampu jalan pun tak berkedip
Menerang akan ke sana sini
Mentari terkesan menerang
Di kala tapak kaki tak terjeblos
Jalan kau lalui menyimpan syair
Baris-baris syair tersenyum
Jalanlah di atas uang yang licin
Menggapai citra bahagia dunia berkepanjangan
Tak akan mungkin dunia beku
Sepanjang hati terbuka bagai jendela
Dan di sana akan kau lihat keunggulan
Duna permata tercipta
Jalanlah pada jalan yang lurus
Rumput tak mencongkel betis-betis mulus
Sepanjang jalan kenagan dilestarikan
Di negeri pertiwi tercinta
Jalanlah pada jalan yang mulus
Sepanjang bintang di langit tak berhamburan
Dan di sana kau menyulam cahaya
Walaupun hanya sekejap cahaya menerang di malam gelap
Medan, 30-10-2021
JALAN YANG BERGETAR
karya : Siamir Marulafau
bumi terbentang dari segala arah
lintasan khatulistiwa berucap
bumi papua akan jaya
sinar mentari mulai memanas
uang rupiah juga mengganas
untuk apa aku disimpan ke mana-mana
sementara bumiku tak mendapatkan sinar
pikirlah, pikirlah
aku bukan bertanya dan kritik pada tuan
sekian lama raja –raja di negeri ini tak ada
hanya melirik sebelah mata
memijak segumpal tanah pun enggan
apa ini sebuah mimpi yang terkapar
atau bagaimana?
kami punya adat, hati nurani dan pikiran yang jernih
bersemayam dalam garuda berasaskan pancasila
akan ke mana diri ini berlindung?
jika bukan pada tapak tiang bendera pusaka
shukurlah syair kami didendangkan
jeritan rakyat yang tak sia-sia
jeritan itu tersebar di setiap pojok desa, kabupaten kota
Medan, 30-10-2021
SYAIRKU DI PAPUA
Karya : Siamir Marulafau
langit Papua tersenyum
sekian lama udaranya tak menyentuh
aromanya hilir mudik
meskipun bumi terbenatng
dengan pohon-pohon menjulang tinggi
gunung-gunung semakin terjal
lembahnya pun berbalut daun-daun hijau melambai
akan hutan itu disulam dengan syair?
hatiku bertanya selalu pada penduduk
biar daerahnya tak aman
tapi hati nuraninya menyepuh dalam kalbu
mengapa dan apa syair ini diterbangkan ke Papua?
sunguh setiap larik menyejuk
aku hanya membacakan syairku
dengan saudara-saudarku
betangkanlah sinar mentari dari ufuk timur
dan di sana akan kau lihat hutan itu bernyanyi
bukakanlah pintu dan jalan kedamaian bagi kami
bertahun sudah jalan ini tak dilalui
hanya makhluk satwa menerobos
helikopter pun menangis di udara terkait
sungguh jalan itu mulus dalam harapan visi dan misi
tak terselubung dalam impian berguling-guling
nyata sepanjang langit digapai memberkati
bacalah syairku dalam impian nyata bersyahdu
Medan, 30-10-2021
DUA JALAN TERPISAH
Karya : Siamir Marulafau
Ada dua jalan dilalui
Yang satu membelok ke kiri
Dan yang lainnya membelok ke kanan
Aku pun bingung memilihnya
Kian hari dilalui membuat hati tak tenang
Apakah bertanya pada rembulan malam?
Hati semakin gusar dan tak keruan
Tapi aku tetap berpikir
Walaupun jalan ke kanan tak pernah dilalui
Aku menempatkan siasat
Karena jati diriku amatlah kuat
Pikiran itu akan tak ke mana
Sungguh jalan itu membingungkan
Sepanjang dunia tak semu
Rembulan akan bercakap
Tempuhlah jalan yang tak pernah dilalui
Di sana akan kau lihat
Siapa kau sebenarnya
Menjalani liku-liku hidup yang tak berujung
Tetapkanlah hati dalam impian sejati
Jika hati tak terbenam dalam pusara tak bertuan
Rembulan itu akan mencari ruang setiap detik
Akan tersenyum dalam ungkapan dan gerak langkah yang pasti
Tak akan terkubur di tanah tandus tak berarti
Medan, 30-10-2021
TATAPAN SINAR (24)
Karya : Siamir Marulafau
Jalan itu hanya setapak
Rumput-rumput tak ada yang bergoyang
Kelihatannya menjerit setiap malam
Malam dilalui gelap bagaikan gua
Lampu-lampu tak menerang
Pojok setiap kota berhias comberan
Akan ke mana kotoran ini dilimpahkan?
Jika kota ini bukan tempat hiasan
Sinar enggan menatap
Tak ada ucapan yang menggema
Sepertinya udara dan aromanya mencekam
Apakah karena virus korona
Tatapan sinar kadang menghilang
Akan ke mana mata itu dialamtkan
Jalan setapak itu tak melebar
Tak mulus seperti pada jantung harapan
Tapi setelah tahta itu dinobatkan
Caya rembulan mulai tersenyum
Menyulam kegagalan di bulan purnama
Jalan itu terbias sinar
Walaupun hanya setapak
Dari jauh kuseberang dan tak ada lubang
Tak akan ada gundulan
Jalan itu mulus seperti salju
Senyumlah pada setiap ruas jalan dilalui
Harapan itu tak akan terdampar di atas karang berduri
Dendangkan syair sebagai penyejuk
Hati akan tenang karena jalanku mulus
Medan, 30-10-2021
JALAN YANG DILALUI
Karya : Siamir Marulafau
Jalan itu tak menghambat
Langkah dan gerak lancar
Tak ada genangan air
Lurus ke depan
Fatamorgana kelihatan dan tersenyum
Bulan purnama tersulam di tengah jalan
Bercahaya pada malam gelap
Walaupun rinai hujan turun menderas
Tapi tujuan ke jalan itu tak terkapar
Akan kulalui jalan yang lurus?
Aku hanya meniti jembatan yang tak rapuh
Menggapai citra dalam perjalananku
Tak ada jalan yang ke kiri
Jalan yang kupilih terbentang di jalur kanan
Aspalnya pun mendesir
Ular-ular tak bisa merayap
Hanya tikus-tikus yang rakus mengkritik
Aku sungguh geleng kepala
Mengapa kau jalan di jalur alternatif
Jika tapak kaki tak menerima
Biar rembulan malam menerangi
Jika hati terang dan tak menggelapkan cahaya
Rumput-rumput di pinggir jalan akan tersenyum
Tingkah laku manusia tak bisa diatur
Salama menempuh jalanku yang dapat dilalui
Medan, 30-10-2021
JALAN YANG LURUS
Karya : Siamir Marulafau
Jalan itu lurus
Jalan mulus dan tak seperti dulu
Hutan - hutan dilalui sudah lurus
Hati nurani pun lurus
Betangkanlah matamu melihat ke depan
Jalan berliku pun sudah mulus
Mulus seperti sutra kau pakai di pilpres
Mengapa kau tak jalan di jalan yang mulus
Jika jalan itu kau jalani
Lutut dan tapak kakimu tak akan lecet
Aku bukan Pemimpin dalam ilusi
Segenap janji dan kaji tak dimungkiri
Medan, 26/06/2021
SEBERKAS SINAR
Karya : Siamir Marulafau
Sinar itu akan ditatap
Walaupun seberkas membekas ke dalam lara
Sungguh membuat dunia terbakar
Di kala jasadmu terpendam di tanah diam
Langit pun tak enggan membiarkan
Sepanjang bumi bergetar dan menangis
Alunan suaramu terlantun di dunia maya
Daun-daun di ranting melapuk pun menari-nari
Bila suara itu menggema
Tapi mengapa kau pergi begitu saja
Sungguh nada dan irama lagumu melingkar di setiap pojok kota
Kerinduan itu bersemayam di bingkai emas
Tak akan seorang pun yang bisa menjemputnya
Hanya kecemburuan meniti jembatan ambruk
Walaupun pusaramu tak berbenah 26 tahun silam
Medan, 28-10-2021
SELIMUT RUNTUH
Karya :siamir marulafau
Mengapa aku merangkul kerinduanmu?
Kesepian yang menghantui diriku
Sepanjang awan kabut
Hujan grimis terus melilit nafsu
Mau ke mana rindumu?
Serba terlarang dalam kerinduan
Di keheningan malam tak berteduh
Meskipun hujan mengguyur
Tak ada yang menggerayani tubuh
Mau ke mana rindumu?
Jika hanya bertepuk sebelah tangan
Di kala bintang tak berkelip lagi
Hanya rasa pilu tersuguhkan
Jika selimut malam tak terangkai dalam tubuh
sm/26/06/2018
SALAM
Siamir Marulafau
Gemersik air mengukir salam
Membahana pada setiap percikan
Memohon maaf belaian kasih Allah
Hablum Minannas menyerap kestiaan
Memaafkan tindakan mulia
Allah tersenyum di Aras-Nya
Dosa-dosa terlebur
Hanyut di deburan air bergelombang
Hanya doa kutitipkan
Dengan uluran tangan tersalam
Pada semua pihak
Di kala idil fitri merangkul kesucian
Di awal syawal terukir kebajikan
Setiap tahun menggema
Di dalam dada terbuka
Terhembus dengan napas sebelum ajal
Bersilaturahmi mengenang Allah
Moga hidup barokah jelas,,,tak ada benang melintang,amiin
sm/22/06/2016
DI KALA LAYAR TERKEMBANG
Karya :siamir marulafau
Pinggiran pantai kubendung
Ikan-ikan tak mengamuk
Ombak-ombak memecah sampai ke pasir putih
Nelayan di negeriku mengkail
Hasil laut terolah sampai ke karang tak berlumut
Apakah deburan ombak mengamuk?
Bukan nelayan sebarang berkayuh di tengah laut
Tak terduka layar terkembang mengapung
Hasilnya dikerumuni semut-semut
Di kala ikan-ikan berenang
Akan kunantikan di jaring-jaring bergulung
Siapa kau dan aku?
Menguras sampai habis di dasar laut
Karang-karang berwarna pun enggan bersahabat
Ulahmu dari negeri seberang menyelimat
Menongol setiap harinya
Akan kubakar sampai habis
Mengapa datang lagi ke hamparan lautan tak berkasih
Sampai algen laut kusemai tak membiru lagi
Tak melapuk di siang hari
Tanaman laut tak menyanyi lagi
Di kala sinar tak sampai,,di kala sinar tak sampai
Redup, retak sampai ke dasar laut kunanti
Esok lusa tak terampuni
sm/12/07/2018,Mdn
TAK AKAN GELAP
Karya : Siamir Marulafau
Dari yang gelap ke dunia terang
Mengukir kecerdasan sampai ke akhirat
Merangkul generasi tak berpaling ke lembah nista
Melibatkan jasad dan napas ke arah yang benar
Meskipun jalan berliku dan berlembah
Hanya guruku berfatwah mengubah citra
Kehidupan tak akan sesat
Apa pun warna menikam pemikiran ke masa depan
Guru berperan: Guruku tersanjung di malam gelap
Membidik sinar menerang
Sampai dunia kupijak tak berlumpur sampai ujung dunia
Dan apa jadinya?
Bagaikan sekuntum bunga mentari bersinar di pagi hari
Jalan setapak akan meluas sampai ke negeri seberang
Hakikat mengukir keindahan membahana sampai akhir hayat
Di kala bumi terpijak tersenyum membelai organ otak manusia
Meskipun mulut guruku berbuih sebanyak buih di lautan
Tak akan berserak dalam jangkauan pemikiran
Berlayarlah sampai ke negeri China
Fatwah para ilmuan dari masa kemasa
sm/29/05/2018
HARAPAN
Karya : Siamir Marulafau
Tak akan ada jalan terbentang
Jika hati tak terukir di hamparan lautan menggema
Hanya titipan buih di penantian kucetuskan
Sepanjang napas tak menerawang
Apa kuharapkan?
Jalan kulalui menghias pohon-pohon melapuk tidak dalam impian
Sepanjang bumi kupijak tak retak
Berguling pun akan utuh dalam harapan
Apa kuharapkan?
Tak akan menghias sinar sampai menerang
Jika napas berkira di temaram malam kelam
Merangkul keajaiban hidup menyisir pantai
sambil menyelam
Ikan - ikan pun tersenyum bertasbih
Merangkul kemenangan tak terhingga
Bila dunia tak terhempas dalam impian
Sepanjang harapan tak tenggelam di dasar laut tak berkarang
sm/29/05/2018
APA YANG KUPIKIRKAN?
Karya : Siamir Marulafau
Sepertinya sekuntum kembang mengering
Jika air tak tersiram dari masa kemasa
Tak melekat pada karang kulalui
Meskipun kuberteriak sampai ujung dunia
Hanya kritik menghantui bersila lidah
Apa kupikirkan?
Apakah kubiarkan merapuh di tanah gersang
Dengan rayap di setiap batang
Jika ilmu sirna tanpa catatan
Mustahil serpihan keilmuan tak menjalar di lorong-lorong bukit tak menjulang ke langit cerah
Aromanya akan meluas
Meskipun sampai ke negeri China
Apa yang kupikirkan?
Mustahil kegunaannya akan terbuang begitu saja
Jika tertanam dalam jasad
Apa pun seharusnya tegak bagai pohon beringin dengan daun merimbun
Sampai rerumputan tak mengering
Meskipun curah hujan tak deras
Manfaatnya tak akan dipertanyakan
Jika sesuatunya terpikirkan dan apakah tak berpikir?
sm/30/05/2018
DUA WAJAH SATU NAPAS
Karya :siamir marulafau
Syair-mu mengukir kedamaian
Hati nuraniku menggebu di atas bukit
Akan menyatukan dua daratan terpisah
Bersatu dalam aksara
Tak ada kata dalam kata
Siapa kau dan aku?
Bersyair terus mengikat lara
Roh suci terurai dalam deretan aksara
Dr.Kemala sastrawan negara
Membiaskan sinar pada alam redup setiap saat
Menggapai sasaran berjiwa besar
Hanya syair-mu MIM 40 mensyukuri nikmat
Tak akan sirna sepanjang masa
Ilahi menggema, melambaikan tangan
Memberi sejahtera dunia akhirat
Bersatu pikiran,perasaan dalam setiap ciptaan
Dua wajah satu napas
Allahu Akbar
sm/19/03/2018,Brunei
SAHABATKU
Karya : samir marulafau
Bertahun sudah kerinduan berlepas
Tangisan tanpa tetesan air mata
Mengukir sastra tertanam dalam pustaka
Meskipun senja mengapung di ufuk barat
Sanubari terdiam
Mengenang masa silam di kala senja berkobar
Tak akan sirna di pelupuk mata
Meskipun petualangan jauh amat
Langkah kaki-ku terasa ringan
Walaupun hanya sekejap
Syairmu membahana selalu
Tak akan terkapar di karang terjal
Deburan ombak akan mengangkat
Sepanjang Brunei bersinar dalam lara
sm/13/03/2018,Brunei
LANGKAH KAKIKU
Karya :siamir marulafau
Hanya melangkahkan kakiku
Menyeberang titi kugapai
Dengan daun-daun hijau melambai
Kuikrarkan kesyukuran pada-Mu
Ya,,,Ilahi
Sungguh alam-Mu
Merangkul ketakwaan
Hanya pada-Mu
akan kembali jasad-ku
Perteballah iman-ku
Sampai kuhanyut dalam surga-Mu
Tak akan kulalaikan sedetik pun
Tugas-ku sebagai hamba-Mu
Moga tak berpaling kepada-ku
Sujudku untuk-Mu
sm/19/03/2018,Sandakan
BEDUK
Karya :siamir marulafau
Beduk-mu merintis jalanku
Bersyalawat atas Rasulku
Berzikir untuk-MU
Bersujud untuk-Mu
Ya,,,Ilahi,ampunilah dosaku
Di kala napasku dalam jasadku
Berdendang ke Aras-Mu
Memukul beduk sebagai tanda bersujud pada-Mu
Ya,,,,Ilahi ampunilah dosaku
Perkenanlah pintaku
Menggapai surga-Mu
Tambahkanlah rezekiku
Untuk beribadah sungguh pada-Mu
Tak akan ingkar pada perintah-Mu
Larangan-Mu tak akan kubiaskan dalam diriku
Sepanjang dunia kupijak sampai ke tanah tak bersuluh
Ya,,,Ilahi ampunilah dosaku
1/3 malam sujudku, tahjudku untuk-Mu
Allhu Akbar,,,,Allahu Akbar,,,Allahu Akbar
sm/13/03/2018,Brunei
TITIPAN PANDANG
siamir marulafau
Hamparan lautan dikau pandang
Tak akan sejauh ke tepian cinta tertanam
Cinta dan kasih dikau rangkul tak dapat diukur
Membias di atas deburan ombak
Di kala memecah dalam sanubari
Membiru di penghujung antara langit dan bumi
Meskipun bukit di kejauhan tak berceloteh
Demi cinta dan kasih dikau teteskan dalam lara
Aku hanya menanti kedatanganmu
Apakah dikau sanggup berenang dan mendaki bukit?
Memeluk bayangan di kejauhan
Aku sudah berada di sana
Meskipun gemersik air laut bergaram
Tak memudar,,,,membiru terus menerus sampai hatimu tak gusar
Bersyukurlah dikau merenungkan Chalid-mu
Sepanjang angin sepoi tak menghanyutkan selendang merahmu
Dikala senyuman dikau suguhkan membias di pasir kuning,menyapa
Hanya tetesan air mata tak mengalir lagi kusap tak berkesudahan
Sepanjang pandanganmu membahana dalam sukma
Bertanyalah pada karang,,,,apa dan siapa kupandang?
sm/03/04/2018,Mdn
TERALI BESI
Karya :siamir marulafau
JANGAN SEMBARANG BERPUISI,AKAN MENJERAT MULUT DAN TANGANMU DI TERALI BESI BERUKIR
#pdlc/06/04/2018#
Puisi:
Syairmu bagaikan gunung meletus seiring barisnya berserakan dan berkeping di tanah tandus tak terurus,terkutuk
#sm 2305208#
Puisi dua bait:
Bulan sabit tersenyum di kala langit menerangi hati redup bersemayam di temaram malam syahdu
sm/23/05/2018
Puisi :
Face book berwajah malaikat dalam media sosial jika napasmu mengukir amal mengingat alif lam mim
sm/23/05/2018
Puisi :
jemarimu menggeliat di atas leter huruf tak berembun di pagi hari tak bersinar,membawa maut
sm/23052018
PUISI :
Jangan mengedit sesuatunya membuat sanubari insan terdampar di atas bara api menyala tak dapat dipadamkan
sm/23/05/3018
Puisi:
1/3 malam-Mu kulalui dengan tahjud mengukir surga-Mu sampai organ tubuhku
bersatu dengan asma-Mu
sm/23/05/2018
LET THE MOON BE SMILE
siamir marulafau
Let the moon be smile
While the earth is in cold
And the sea will not be roaring
To see what man is doing
Let the trees wave
Though the wind blows up all days
As long as the heart be united
With no conflict of each
That the peace is the window of all
To secure the body from the sin
As long as the sun will be there with us
To keep it in mind
For the lives of benefit
To run the life on the earth
As what is being thought
Before going to sleep at silent land
sm/26/06/2018
WHAT IS GOING TO BE?
siamir marulafau
Nothing to be worried about
If the moon will be smiling always
As long as the earth has no conflict
And the lives will be in saved and sound
It sounds like no thunder be afraid of
How this world be in ours
That the sea will not be roaring as a tiger
Whereas the ship is calmly to enchor
Be a smart to think over and over
As long as this world will not be in the dust
For a nuclear is a King of damage
Where is humanity ?
If it is so,,,to make lives be useless
Let keep this in mind for a while
Before sleeping in the silent land
And that's the last message urged by the sun
sm/18/06/2018copyright
WHEN THE SKY IS DARK
siamir marulafau
When the sky is dark
None of the stars will be coming up
And the hope will running away
Since the earth will be crying
So as to make the sun will be smiling
To gaze everything on the earth for living
Not because of conflict
But humanity is slowly going down
To bring man's in the sunlight
Whereas the sun will be a help to give a bright
Is it possible to avoid it?
Let it be like what is being thought
That's the hope for all the dream
Keep it well in mind,,,,keep it well in mind
As a reward for the lives
To be a need for all human beings before going to sleep
sm/18/06/2018,copyright
I AM IN THE LOVE
siamir marulafau
I am in the love
You are the lover
You are the melody of thy heart
As long as thy breath in flesh
That all hope will be there
To plant like vegetarian
And it looks like the crops
Whenever i like to pick it up
For all of mine
Not to throw it away from
To be kept in heart always
That's the love i say
No one except,,,no one except
So hard to avoid
For it a fuel of thy heart
To bring everywhere to go
Unable to put it away
For the sake of pure love
As like a pearl to give a shine
All days and nights be a remembrance
sm/18/06/2018,copyright
LET THE SUN BE BRIGHT
siamir marulafau
Let the sun be bright for us as long as there is no hatred among that brings disaster for all if the daytime has no bravery to acknowledge the disappointment of man caused by the lack of solidarity in social communities
Please say something for it
As an essay poem to urge from the beginning
Up to the end of lives
Before going to sleep,,,,before going to sleep
sm/18/06/2018,copyright
COME BACK TO NATURE
siamir marulafau
Never I feel complaint
For the earth is a fine place
The water, the blue sky, cloud river, and sea
All are natural gift
I thank to Almighty
For providing I gain since the lives
That this world though for a while
And no wall can separate
That really be enjoyed
Not to throw in the dustbin
For the mercy of God many times
Should be noticed so often
Rather than to miss by thought
As long as the soul in thyself
Whereas nature is mine
For all creatures be inside
No farms can separate
That all the livings will be smiling
For the mercy of Lord from radiant claims
That fate determined from the pass, now till to die
sm/13/07/2018,copyright
NO WALL CAN BE DESTROYED
siamir marulafau
I used to open my eyes in the Spring
When your smile in thy heart
Whereas the flowers are blooming under the trees
And the mountains are waving to gaze
That you are in the love on that day
Why is the love missing for a while?
Until now i am confusing for waiting
And no wall can be destroyed
For the love is now like a daffodil
Is a golden fish be caught i the stream
Though it flows under the river near by
But it can't be exchanged for thousand times
Since your love is the fuel of thy heart
That the wind in the blue moon brings
As it is like lighting in the mid night
To enlighten to walk using a stick
And no wall can be destroyed
For the love was built up from the beginning up to die
Never be missed away,,,,never be missed away
Since the pass,,,,,now and then be in thy heart always
sm/12/07/2018,copyright,Mdn
WHAT THIS WORLD TO BE ?
siamir marulafau
Don't let this world be damaged
If humanity is in not under hottest sun
What to be worried about is the lighting
And autumn can cool it
And no ice can soothe it for the damage
Let this world be in justice,,,,let this world be in justice
Many of the settlers will be smiling
That the wind will not blow hard as we gaze
Since consciousness is the Queen of all
To make life be bright as like the blue sky
Because of humanity be like as a paradise
To bring up good name for the sake
That is the vision and mission be kept in lives
For there is no bound,,,for there is no bound
Who you are and who i am in solidarity
Is like a blooming violet in the Spring
That might be a true way
To create peace among from now up to then
That might be a true way
To create peace among from now up to then
sm/12/07/2018, copyright,Mdn
FLYING ONCE IN LIVES
siamir marulafau
I don't let you fly freely as long as strong wind be there to blow since your wing looks like cloud to cover my suffering.
I don't let you fly freely in the sky as long as the thick cloud be there to make you be in trouble to fly down on the earth
I don't let you fly freely above the cloud where as the sun is too hot for you to steer up
Try to cover my crying when you fly in the sky as long as there is no rain to weep
And I really convey my warm greeting as far as you are away from me
That earth will be feeling sad all nights and days since your voice is hardly heard from now and then
Let me hold up your wings for a while before you are flying freely
Not only sadness covers my suffering but your warm expression and impression have been planted in a garden of spring
I dare say so for you have never stopped flying in the blue sky
And no even a single word be left on the earth I burst out of crying
That's a reason why i don't let you fly freely from thy side
I don't think you are as the sun to shine if never i remind for a while
For it a natural piety to acknowledge that you look no like a bird to fly without gazing
It is a hope be reminded,,,,it is a hope be reminded
Should be in remembrance as along as your wings not broken into pieces
If it is so,how disappointed feeling will be there to conceal
That this world is not nice as sugar to live in
Since your flight is in thy heart which never be urged for thousand times in thy lives
sm/29/05/2018,copyright
OPTIMISM
siamir marulafau
It is like fruits in the trees
Be expected in the lives
It says how great and nice they are
If the hope will be fact
Optimism is grace provided
Which is touched by heart
That be expected in futurity
As a result of effort doing in the lives
Let optimism be in the lives
So as to ensure competence
Which is a target to achieve
sm/02/04/2018,copyright
PURSUIT
To believe or not is not a must
Life demands to achieve
Is like a dream in lives
Is sometimes becomes true
And it sometimes is not true
Let the lives be in pursuit
So as to gain more a develop vision
That life be in complete
That's an image for lives
It needs strong principle
To gain what will be there to achieve
So as to accept destiny
Let it be as like bees
To make a net for developing
That Lord will be giving grace
Up to this world be at the end
sm/02/04/2018,copyright
PILGRIMAGE
It is one of the very intended
be found in lives
Since it is an ideal to grasp
Not to be put off away from
That life should do pilgrimage
So as to improve the way how to move away from
The original pilgrimage
As one of the things be conducted
As long as the breath be in flesh
Let it be like a nest
To gain high reputation in lives
As long as the holy soul be in blood
Keep it well for the divine
Keep it well as a light
So as a stick when you are in the land
To steer your aircraft in the air
sm/02/04/2018,copyright
PERFECTION
siamir marulafau
Every people needs perfection
It is a glory of Lord be given
No one can establish to gain
Since this world is not merely ours
Man may be considered as to have ego
Libido is a friend of ego
To drive his mind and heart to possess
That perfection will be a gold in heart
Perfection is something that make a force
That man can't control libido
Let perfection be in life
As long as there will be no damage
To gain peace in lives
That perfection be necessary to think
Before the sun put off its shining
To enlighten the world no as a whole
sm/02/04/2018,copyright
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar