Di antara derai hujan yang jatuh
Aku melihat nyata sekali
Ia duduk di bangku tua itu
Ditemani secangkir kopi
Sesulut rokok nipah
Asap mengepul ke udara
Pandangannya nanar menatap jauh
Seolah menunggu penuh kerinduan
Aku juga melihat sesekali ia mengusap sudut matanya
Ada percikan hujan yang membasahi dari hati
Aku tak berani mendekati
Aku tahu ia asyik berdialog
Antara hati dan pikirnya
Aku tak mau menggangu
Aku hanya asyik mengamati
Kesendirian yang tak bertepi
Di usia senja bergumal rindu
Hingga kedua tangan memeluk dada
Bekasi, 271021.
© Riri Angreini
NGILU TERSAYAT SEMBILU RINDU
Dini hari
Rindu menulis kisahnya di sudut malam
Bertintakan bulir bening
Bermuasal dari naluri terhulu
Pada tiap lembar malam
Jeritan batinnya dilukis
Dalam teriakan paling parau
Berharap didengar hingga surga
Di sana tempat cinta pertamanya
Bernaung jauh dari pandang
dan sentuh lembut jemari dunia
Pada angin ia berkisah
Pada cahaya ia berbagi
Detak jantungnya selalu
Memanggil satu nama
Nama yang begitu mulia
Nama yang begitu dihormatinya
Kini hilang sudah dari pandangan
Keabadian telah jadi tempat
terbaik
"Ayah .."
Rindu itu memeluk penuh rasa perih
Dari tingkap malam yang kian kelam
Hingga bayang pun ditiadakan ..
Bekasi, 241021.
Minggu, 00.56
PANORAMA SENJA AWAL JULI
: Riri Angreini
senja di awal juli
menampilkan jingga yang aduhai
menawan sungguh memikat hati
cahaya menyusup sinari bumi
dari bangku taman di bibir pantai
elokmu kian menguar
buat pandangan tak jemu
meski debur ombak mengusik dalam asyik
duhai bayu yang merayu
membujuk naluri 'tuk berdansa
dengan kilaumu kian entah
meski hadirmu sekejap saja
, 010719.
DAMAI ITU INDAH
: Riri Angreini
sepilu, sekecewa, dan sebahagia apapun; tetaplah kembali saling merangkul
dan berjabat tangan
sebab perkara itu telah diputuskan: sah!
jangan ada lagi saling sindir; caci maki
apalagi pertumbuhan darah
hingga tak menyisakan napas hari esok
kita masih satu negeri
anak anak nusantara
dengan warna darah
dan tulang yang sama
mari saling memberi pelangi
untuk warna langit Indonesia
sebab di dada
masih mengepak sayap garuda yang sama
Indonesia, 280619.
URAK SUDAH
: Riri Angreini (Minang Maimbau)
telah kupuisikan segala rindu pada pertemuan terakhir
tak akan kau dengar lagi diksi diksi saling bersahutan
biarlah hening tempat pulang segala kalimat
dari apa yang telah dipaparkan rasa
jangan pernah tanya semula
di mana semua itu diletakkan
biarlah abadi menjadi persembunyian
tempat paling asyik menyulam segala sendu
kini tatapan itu usai sudah
langkah pun telah diurak
biar masing-masing jadi apa dan siapa
tiada lagi yang perlu dibaca dengan seksama
Bekasi, 240619.
#seninpagi8012.
SEDALAM INI RINDU MENCINTAIMU
; Riri Angreini
seluruh tubuh akan bergetar
air mata gugur mencium tanah kerinduan
di hati pertama aku letakkan
di sana namamu kupatri sepanjang kenangan
jangan tanya seberapa dalam kerinduan ini aku kubur
lihatlah mata air yang mengalir
menganak sungai di setiap sudut mataku
di sana segala cinta suci berlayar menuju dermaga hatimu
Bekasi, 240719.
PUTARAN WAKTU
: Riri Angreini
semua akan datang dan pergi
silih berganti mengisi hari
demi masa yang ditapaki
demi ucap yang dilafazkan
tiada sesempurna menyemai kebaikan
selamat pagi cinta yang mulia
selamat atas segala kesabaran
dalam merenda kehidupan
kini kemenangan milik setiap insan
yang selalu berjalan ikut aturan
duhai, engkau yang wahai
tiada kata terlambat untuk memulai
dengan menyebut asma-Nya
semoga keberkahan milik seluruh alam
tercurah rahmat dan nikmat
pada setiap insan yang tawakal
Bekasi, 260719.
SEJATINYA
: Riri Angreini
aku melihat puisi pada bahasa tubuhnya
menyimpan beribu diksi cinta
yang enggan ia ucap lewat suara
sebab angin bisa menggantinya
dengan kalimat apa saja
lewat gerbong-gerbong tanpa penutup
Bekasi, 190719.
CINTAKU KANDAS SETENGAH PENYEBERANGAN
; Riri Angreini
pergilah...
tak perlu pamit itu kau ucapkan semula
tiada lagi air mata untuk pembayar segala perahu duka
yang berlabuh di dermaga hati ini
biarlah gulungan ombak membawa serta segala yang tersisa
aku pun tiada kuasa untuk segala rasa yang bergejolak
menghantam bunga karang yang tumbuh di hulu dada
pergilah...
rela ini pun sedia jadi pendayung untuk bisa kau sampai pada tujuan yang dimaksud
Bekasi, 140719.
CINTA
: Riri Angreini
pergilah untuk tidak kembali
berjalanlah seperti arah mata air
mengalir tidak pada satu tujuan
namun berhenti pada satu muara
Bekasi, 140719.
MATAHARIKU
; Riri Angreini
selamat pagi hari yang penuh riak
tetaplah sealur dengan ketetapan waktu
sebab tak ada yang sia-sia dalam melarung detik
jadilah seperti apa semestinya
sebab muasal selalu menanti keajaiban
tanpa kepura-puraan
Bekasi, 250719.
: Riri Angreini
senja di awal juli
menampilkan jingga yang aduhai
menawan sungguh memikat hati
cahaya menyusup sinari bumi
dari bangku taman di bibir pantai
elokmu kian menguar
buat pandangan tak jemu
meski debur ombak mengusik dalam asyik
duhai bayu yang merayu
membujuk naluri 'tuk berdansa
dengan kilaumu kian entah
meski hadirmu sekejap saja
, 010719.
DAMAI ITU INDAH
: Riri Angreini
sepilu, sekecewa, dan sebahagia apapun; tetaplah kembali saling merangkul
dan berjabat tangan
sebab perkara itu telah diputuskan: sah!
jangan ada lagi saling sindir; caci maki
apalagi pertumbuhan darah
hingga tak menyisakan napas hari esok
kita masih satu negeri
anak anak nusantara
dengan warna darah
dan tulang yang sama
mari saling memberi pelangi
untuk warna langit Indonesia
sebab di dada
masih mengepak sayap garuda yang sama
Indonesia, 280619.
URAK SUDAH
: Riri Angreini (Minang Maimbau)
telah kupuisikan segala rindu pada pertemuan terakhir
tak akan kau dengar lagi diksi diksi saling bersahutan
biarlah hening tempat pulang segala kalimat
dari apa yang telah dipaparkan rasa
jangan pernah tanya semula
di mana semua itu diletakkan
biarlah abadi menjadi persembunyian
tempat paling asyik menyulam segala sendu
kini tatapan itu usai sudah
langkah pun telah diurak
biar masing-masing jadi apa dan siapa
tiada lagi yang perlu dibaca dengan seksama
Bekasi, 240619.
#seninpagi8012.
SEDALAM INI RINDU MENCINTAIMU
; Riri Angreini
seluruh tubuh akan bergetar
air mata gugur mencium tanah kerinduan
di hati pertama aku letakkan
di sana namamu kupatri sepanjang kenangan
jangan tanya seberapa dalam kerinduan ini aku kubur
lihatlah mata air yang mengalir
menganak sungai di setiap sudut mataku
di sana segala cinta suci berlayar menuju dermaga hatimu
Bekasi, 240719.
PUTARAN WAKTU
: Riri Angreini
semua akan datang dan pergi
silih berganti mengisi hari
demi masa yang ditapaki
demi ucap yang dilafazkan
tiada sesempurna menyemai kebaikan
selamat pagi cinta yang mulia
selamat atas segala kesabaran
dalam merenda kehidupan
kini kemenangan milik setiap insan
yang selalu berjalan ikut aturan
duhai, engkau yang wahai
tiada kata terlambat untuk memulai
dengan menyebut asma-Nya
semoga keberkahan milik seluruh alam
tercurah rahmat dan nikmat
pada setiap insan yang tawakal
Bekasi, 260719.
SEJATINYA
: Riri Angreini
aku melihat puisi pada bahasa tubuhnya
menyimpan beribu diksi cinta
yang enggan ia ucap lewat suara
sebab angin bisa menggantinya
dengan kalimat apa saja
lewat gerbong-gerbong tanpa penutup
Bekasi, 190719.
CINTAKU KANDAS SETENGAH PENYEBERANGAN
; Riri Angreini
pergilah...
tak perlu pamit itu kau ucapkan semula
tiada lagi air mata untuk pembayar segala perahu duka
yang berlabuh di dermaga hati ini
biarlah gulungan ombak membawa serta segala yang tersisa
aku pun tiada kuasa untuk segala rasa yang bergejolak
menghantam bunga karang yang tumbuh di hulu dada
pergilah...
rela ini pun sedia jadi pendayung untuk bisa kau sampai pada tujuan yang dimaksud
Bekasi, 140719.
CINTA
: Riri Angreini
pergilah untuk tidak kembali
berjalanlah seperti arah mata air
mengalir tidak pada satu tujuan
namun berhenti pada satu muara
Bekasi, 140719.
MATAHARIKU
; Riri Angreini
selamat pagi hari yang penuh riak
tetaplah sealur dengan ketetapan waktu
sebab tak ada yang sia-sia dalam melarung detik
jadilah seperti apa semestinya
sebab muasal selalu menanti keajaiban
tanpa kepura-puraan
Bekasi, 250719.
RIRI ANGREINI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar