Malam berselancar air mata
cintaku mengejar ruh Mu
Jiwa mengalir
Antara ruh dengan ruh
Dalam rahasia persekutuan
:inikah yang dinamakan mati ?
Sunyi tak sunyi
Wajah hilang rupa
bersama Mu
Nestapa karena tak sampai-sampai
Pengembaraan batin mencapai
Puncak pertemuan di sebuah altar
Perhelatan suci sebuah percintaan abadi
:Laillaha illallah almalikul haqul mubin
gamis Mu mengibaskan angin
menyusup remang kabut
hening meminang risik daun
seperti ada seseorang menjemputku
:kasud Mu kah yag bersuara
di semua sudut ruang ada tiadaku ?
cintaku mengeja nama Mu
cintaku dalam peluk hangat rindu
Salallahu ala Muhammad
Salallahhu alaihi wassalam
Selembut kabut salam ku
Mengeja kekasih Mu
membuatku terkenang-kenang
Sebuah altar hijau di Nabawi
Taman jiwa , keindahan rindu
Berjuta kaki tanpa kasud
Berjuta sujud dalam hanyut
“Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii
wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika.
mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu
abuu u laka bini’ matika ‘alayya
wa abuu-u bidzanbii faghfir lii
fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta.”
Sajadah seluas semesta
Meminang langit tanpa angin
ku ingin mendengar
Bisik Mu, melepas rindu
Lewat hujan atau reruntuhan kabut
Kuingin segera sampai pada pelukan
Kuingin mencium kening dan jubahnya
:Ya Raab pesonanya adalah pesona Mu
Membuat aku malu karena rautku berdebu
Temanggung 11112021
HUJAN MEMINANG SAJAK
Setelah sekian lama tertahan di balik senja
Akhirnya jatuh:Hujan meminang sajak
dua puluh empat purnama
antara hampa dan tiada
seperti butiran kabut
tak bosan teteskan embun
setiap jelang subuh bayangmu matahari
pada kilau pucuk dedaunan
-itulah kenapa kujadikan tempat berlabuh
sebagai alasan menemuimu-
setiap huruf masa lampau
pada bulir bulir embun
adalah senyumanmu
seperti menjaring cahaya
kurajut kembali serpih demi serpih
tapi selalu ada yang jatuh di atas makam
atau lenyap seketika oleh hujan
tak kan pernah lelah
menunggu sebuah pelukan
sampai ribuan
yang tak pernah tersentuh kehangatannya
dalam waktu bergumpal awan
tapa menoleh pada senja
karena hujan memilihkan sajak
:tak pernah sepi dari sunyi
-Suatu saat akan berhenti
entah dimana-
Temanggung 21112021
DIALOG MISTERY DALAM SUNYI
aku tak tahu siapa yang datang malam ini.
Aku hanya mendengar risik daun pada hujan
-kaukah itu ?-
‘’aku membawa suara belalang bertasbih
membuka misteri langit ‘’
-aku selalu mengigil di malam tak berangin-
‘’pertanda sunyi meminangmu
untuk menjadi sepasang pengantin’’
-matikah itu ?-
‘’harapan dan kehidupan ‘’
-Aku hanyalah bahasa,
kata dalam serpihan sajak
Debu
Kalau aku seseorang
Selalu mengendap endap
menyisir tepian kehampaan –
‘’Hampa adalah hamparan harapan
dalam detak waktu penderitaan
keduanya adalah kehidupan
serupa dalam hakekat
: menuju satu hamparan lain
Bernama kebahagiaan
- penderitaan dan kebahagiaan dua tepi sama sisi
bergerak menuju kepastian ?-
‘’ Lalu menyatu dalam satu bingkai
:hidup yang sesungguhnya’’
Lalu aku seperti terlempar jauh
Di ruang tak bernama
Temanggung24112021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar