HATI
Memenangkan hatimu adalah satu hal
Diawali janji tersirat dalam percakapan
Menautkan hati di malam musim hujan yang basah
Sambil melangkah di jalan rindang angsana
Sentuhan kecil yang menyengat
Menulis harap pada langit berbintang
Hingga akhir jam dimana kita berpisah
Mencantumkan seikat bahagia dan segaris senyum
Menjaga hatimu adalah hal yang lain
Telisik dan pertengkaran kecil
Juga bara hangat cemburu
Coba pahami senyum di malam kelabu
Sedang pikiran kita mengkristal
Mencari tautan hati
Menetapi perbedaan yang mulai merekah
Jarak dan waktu yang berkilah
Meninggalkan hatimu adalah takdir
Setelah sekian purnama seiring
Ada onak di jalan yang kita lalui
Juga kerikil yang tajamkan arah
Tujuan kita sekejap berlawanan
Masing-masing membawa luka dan duka
Jalan kian terjal dan hati memudar
Menjauh dari bayang-bayangmu
Tito Semiawan
07/20
KITA MENYEBUTNYA CINTA
Kita menyebutnya cinta
Ketika pertengkaran kecil adalah hari
Tugas rumahtangga yang tak pernah usai
Jeritan anak minta perhatian
Malam-malam penuh syahwat
Kita menyebutnya cinta
Ketika rutinitas mengganti sentuhan kecil di siang berangin
Mafhum dengan amplop gaji yang kian menipis
Deretan tanggal tua yang kian panjang
Kebutuhan mendesak menyesakkan dada
Kita menyebutnya cinta
Ketika tahun merenggangkan kita
Rengekan anak adalah prioritas
Uang receh penyambung hari-hari yang melambat
Dan pertautan menjadi asing di benak
Kita menyebutnya cinta
Karena selalu ada cara untuk mengakali hidup
Gali lobang tutup lobang
Janji sana janji sini
Menyematkan doa di ujung bibir
Kita menyebutnya cinta
Selama duka dan duka bergantian
Lelah terhapus riang
Pertengkaran merekatkan niat
Dan kau memeluk aku dalam diam
Kita menyebutnya cinta
Karena masih bersama
menyatukan langkah
mengarungi nasib
dalam biduk yang bernama keluarga
Tito Semiawan
08/20
LANSKAP SENJA
Nampaknya hari telah mencapai ujung perlintasan
Temaram condong merangkul sepi
Hujan tertuang di pojok cakrawala
Pepohonan berderak iringi angin
Aku berdiri sejajar teritis
Memandang lamunan merebak
Waktu berdetak lembut
Menyulam pikiran merenda luka
Burung terbang lintasi senja
Mengepak sayap membentang kelam
Suara malam alunan doa
Tanggalkan mimpi di peraduan
Tito Semiawan
08/20
PERSIMPANGAN
Banyak tahun berusaha genapi janji
Amarah dan air mata jadi tenunan cinta
Biduk nyaris menepi
Menyingkap riak memecah gelombang
Pertautan hati dan kata jembatani keniscayaan
Seperti musim memeluk cakrawala
Angin datang dan pergi torehkan kabar
Tito Semiawan
08/20
MATI
Kita hanya selangkah menuju mati
Lompati waktu dan terbujur
Manunggal kembang setaman
Sanak tersedu
Mangantar tanah leluhur
di ujung desa di atas bukit
Nisan sebagai pertanda
Jejak kaki dan debu
Doa dan setanggi merebak
Diiringi tangis rindu
Handai letakkan duka sepi
di gundukan tanah merah
Tito Semiawan
08/20
KENANGAN
Terasa jauh kenangan tinggalkan usia
Kian tinggi merambah senja
Serpihan nasib tautkan doa dan dosa
Jejak mencari jalan setapak
Putari sejarah dan pagari rindu
Hilang menjadi riak kecil kesadaran
Sisa bau tubuhmu terpeta, samar
Merayap dalam ingatan memudar
Airmata coba menghapus dahaga
Dalam janji sejuta bintang
Kerinduan perlahan menyatu
Memeluk siluetmu dalam sunyi
Tito Semiawan
08/20
AKHIR PERJALANAN
Ziarahku mencapai kulminasi
Sebagai tanda termaktub
Semak meranggas di sekitar
Warnanya pudar serupa mozaik
Dahagaku siang berangin samum
Mencari seteguk air
Jejak langkah tinggalkan takdir
Sebagai kesadaran nurani
Hatiku lurluh bersimpuh peluk
Bersimbah darah duka menikam
Mengecap kesenyapan baka yang asing
Tanda baca dari garis warna
Tujuh lingkar doa merambah langit
Mengukir tanda di lontar suci
Tangan di bawah menadah janji
Madah angin berbisik
Di akhir pesinggahan
Hari semakin senja dan tua
Sedikit kenangan menjawab ragu
Dan pedalaman pikiran berbisik lirih
Tito Semiawan
08/20
PATAH
Beribu janji menguak takdir
Nada menganyam cinta
Malam syahwat tak nanti berakhir
Berbagi cerita melukis suka
Masa terentang
Jarak meregang
Kau tak tersentuh, bayang
Kita bersetubuh dalam waktu
Malukis mimpi dengan rindu
Merentang garis dengan semu
Mengikat hati dengan haru
Di akhir malam
Hanya ada kelam
dan luka yang dalam
082020
HUJAN AKHIR MUSIM
Langit merekah
Hujan menghujam
Tanah membelah
Daun menguning
Seribu doa melesat mengajuk janji
Senja bergayut
Petir benderang
Pohon berderak
Teritis berderai
Seribu satu kenangan mengoyak hati
082020
DUA KUTUB
(Untuk penderita bipolar)
Di malam tanpa tepi
Marah membuncah ke langit
Takut mencapai titik nadir kepedihan
Semesta mengecil dalam kamar
Aku tetap disini,
Bersama pikiran gaduh
Hati yang gundah
Terduduk meratapi malam
082020
TITO SEMIAWAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar