BETAH
Aku saksikan ia yang duduk di beranda
Wajahnya menatap hujan
dimana derainya menusuki jiwa
Rambutnya telah banyak memutih
Tanda ribuan cerita telah terkumpul dan menumpuk di kepalanya
Dari kepalanya aku bisa berkaca
Tentang silam yang penuh makna
Dia beranjak....
Senyumnya mengembang menghitung luka
Luka lama yang perlahan mengering
Matanya terlihat seperti mengeja waktu
Waktu yang telah lama membelenggunya
Belenggu yang memberat dalam menapaki hari-hari
Bibirnya yang kering sesekali bergumam lirih
Gumam yang melontarkan ribuan doa
Demi membasahi jiwanya yang kering merana
Ia telah kenyang dengan kebohongan
Ia telah kenyang dengan kemunafikan
Ia telah muak dengan kepalsuan
Ia tak pernah kenyang dengan keimanan
Ia selamanya lapar tentang kebenaran
Ia selamanya haus akan kebajikan
Sekarang.....
Ia kembali duduk di semula
Tepekur tetirah dan tengadah
Untuk kembali meyakini bahwa waktu akan binasa
Dan jiwa lah yang akan abadi bersatu dengan-NYA
Pasar Pon, Siang yang Kerontang, 21 07 2014-13:31o
OMBAK
Aku ingin engkau
Mengobati kelamku
Dan
Aku belajar memahami
Gemetaranmu
Namun,
Engkau bagai ombak
Yang tak pernah bosan
Bercengkerama
Dengan
Badai...
#SumobitoKamis13Agustus2020
LORONG
Aku
Masuki hatimu
Di kala
Ada getar
Yang menggeletar
Dan
Juga air mata sunyi
Di malam yang sepi
Di hatimu,
Kurangkai cemas
Was was
Dan kegetiran
Kan kujadikan
Kalung kalung
Bermata rindu
Aku
Berharap betah
Meski lelah
Kubangun rumah
Di hatimu
Untuk
Mengobati kelam
Merawat muram
Yang selalu engkau eja
Di senja
Bersemburat jingga
Dik …
Bagiku
Engkau bagai lorong
Tanpa cahaya
Di malam malam diamku
Tubuh dan kata katamu
Selalu menanak rencana
Yang tak pernah terurai sempurna
Suaramu menyerupai puisi
Yang tertulis di hati yang sunyi
Dan,
Senyummu adalah kisah
Yang tak pernah tertuliskan
Dalam sejarah ….
#S4S/S4E
RanduBlatung, 16Agustus2020
SEJARAH
Sejarah telah menuliskan puisi
Tentang kita dik….
Puisi yang dituliskan
Ketika,
Purnama di atas telaga
Dan,
Kita...
Bergandengan tangan
Menelusuri telaga
Sambil bercerita
Tentang rasa
Yang selalu menghentak hentak
Di dalam dada
Kita…
Sejarah juga yang menuliskan
Puisi tentang hujan
Dik...
Hujan yang selalu turun
Di hatiku
Dan di hatimu
Hujan yang meluluhkan
Hujan yang menghapus perih
Hujan yang menyejukkan
Dan hujan yang menumbuhkan
Ingatlah dik...
Sejarah pula yang mencatat
Rindu kita…
Yang matang oleh keheningan rasa
Dan dipandu cinta
Yang setia
Tak pernah beranjak dari dalam dada
KAWUNG, 31 Mei 2020/12:21WIB
#S4E
PUISI
Puisiku
tengah berbunga
Dik…
Bermekaran
Di kala
Senja
Menyambut purnama
Dan,
Senyummu
Pun
Kembali menyinari
Hari hari
Ku
Melayari sunyi
Kawung 03 juni 2020/12:12 WIB
#S4E
TOLONG (DIK)
Kemarilah dik…
Masuklah ke dalam kepalaku
Dan tolong bersihkan
Isi kepalaku
Dari pecahan kaca
Paku paku
Kerikil kerikil
Serta debu debu
Agar,
Mataku tidak menjadi rabun
Sebab,
Memandangi senyumanmu
Kemudian
Turunlah ke jantungku
Masuklah ke bilik sebelah kanan
Apakah disana
Masih tertulis nama kita?
Jika
Telah memudar
Tolong ambil darah
Di bilik sebelah kiri ..lalu,
Tuliskan kembali nama kita dik
Dengan tinta darah ku itu…
Aku tak ingin
Nama kita memudar
Hanya karena diselimuti waktu
Teruslah turun ke bawah dik…
Perhatikan
Jejak jejak kaki ku
Jejak yang pernah melukiskan
Perjalanan kita
Ada jejak setenang air telaga
Ada pula seganas samudera
Sekarang jejak jejak itu
Telah membeku
Segeralah buatkan api unggun
Berbahan bakar kata katamu
Dan renyah tawamu
Dik ...
Susunlah sedemikian rupa
Agar
Yang membeku
Segera beranjak menuju hatimu…
Sumobito, 18 Juni 2020
545 #S4E
KERJA
Jika aku rindu
Aku simpan keringatku
Kan kujadikan tinta
Kan kulukis senyummu
Di dinding Hatiku
Sumobito, 11 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar