DI MALAM PURNAMA
Sepi malam begitu hambar
Semilir angin berembus tanpa memberi kabar
Aku duduk dan bersandar
Menatap rembulan bundar
Di bawah pohon yang tak rindang
Seekor serigala melolong lantang
Mengadu pada Sang Purnama
Tentang perjalanan hidup di dunia
Berjuta bintang di langit sana
Berkelip riang dan manja
Seakan tersenyum pada serigala
Namun aku tak tahu, apakah artinya ...?
Takkan aku usik adanya
Biarlah semua jadi cerita jiwa
Karena setiap makhluk di dunia
Bertanggung jawab atas diri dan kehidupannya
Kediri, 28 Juni 2020
BEDA
Dulu ...
Di ruang tunggu Terminal dan Stasiun
Ku saksikan wajah-wajah sayu
Berdiam pasrah pada sandaran bangku
Menunggu ..., dan menunggu ...
Dulu ...
Ku saksikan orang-orang ceria
Mengantar dan menemani anak - anaknya ke berbagai acara
Sambil gembira, berbincang dengan kawan-kawan lama
Dulu ...
Teman-teman pejuang keluarga
Asik bercanda dan bercerita
Tentang suka-duka di kota metropolitan
Tentang kampung halaman, yang selalu ada dalam pikiran
Tapi kini ...
Semua tiada lagi
Corona merubah tampilan negeri
Tak bisa bebas kesana-kemari
Diri selalu dicurigai
Dianggap penuh dengan bakteri
Kediri, 06 Juli 2020
BAYANGAN MASA LALU
Ku terdiam merenung
Kala masalalu mengetuk pintu kalbu
Seiring lantunan suara musik yang mendayu
Seketika bayang wajahmu yang lugu hadir di hadapanku
Tersenyum manis bagai saat itu
Lemah terasa angan
Melihatmu dalam kenangan
Bukan ku tak ingin hadirmu
Hanya saja ada rasa yang menggangu kalbu
Maafkan jika ku tepis bayangan wajah cantikmu
Biarlah semua jadi masalalu yang membatu
Kraksaan, 03 Mei 2020
BARA KETIDAKBERDAYAAN
Saat ini ...
Kubiarkan semua mata memandang tajam penuh curiga
Saat ini ...
Kubiarkan semua jari-jari berkuku tajam, mencakar dan menguliti tubuhku
Saat ini ...
Kubiarkan semua mulut mengoceh dan memvonis sesukanya
Hingga nanti ...
Suatu saat yang akan tiba
Akan kuberi lidi di pelupuk matanya
Hingga mereka akan selalu melotot, tanpa bisa berkedip lagi
Akan kuikat tangannya
Hingga jari-jari yang berkuku itu tiada bisa lagi untuk sekedar mengorek upil mereka
Akan kusumpal mulut yang menganga dengan kain lap
Hingga mereka tiada lagi bisa untuk sekedar berkata : " Hai ..."
Kraksaan, 02 Mei 2020
MENIKMATI SENJA
Kurebahkan diri
Diantara jajaran bangku dan kursi di ruangan ini
Merasakan empuknya busa kasur yang tergelar
Sambil menatap langit-langit ruangan yang penuh bercak, sisa tetesan air hujan.
Sejenak ...
Kurasakan aroma masalalu
Yang membuatku teringat akan semua hal yang pernah kulakukan
Membayang ...
Diantara hembusan angin senja yang mengalir di sela-sela putaran kipas.
Kicauan burung-burung kecil di atas pohon mangga, seolah mengikuti goyangan rimbun pepohonan singkong di belakang gedung
Bagai mengembalikan semua memori silam.
Namun aku tak tahu, apa yang hendak kulakukan dengan masalalu itu
Apakah harus gembira ...
Atau diam, dan mengacuhkan semua ...
Sungguh ... Aku tak tahu harus bagaimana ...?
hembusan angin
kicauan burung senja
pohon singkong
nampak bergoyang-goyang
bagai ikuti rasa
Kraksaan, 28 April 2020
PELAJARAN PAGI
Kicauan burung-burung menyambut pagi
Merdu bagai pujian pada Ilahi
Menjadi pelajaran bagi diri
Tentang bagaimana cara mensyukuri kehidupan ini
Sang Surya yang memancarkan sinarnya
Perlahan mulai tampakkan raga
Menyapa seisi alam raya
Menjadi tanda awal masa
Si Jantan yang berkokok lantang
Ajarkan kita untuk tetap tenang
Hadapi kehidupan dengan semangat menantang
Meraih hasil akhir dengan menang, walau mungkin belum gemilang
Sang Induk yang beraksi di pagi buta
Bersama anak-anak kesayangannya
Mengorek-ngorek tanah dengan cakarnya
Ajarkan kita ..., mencari makan sambil menjaga keluarga
Proling, 28 April 2020
MENJALANI KEHIDUPAN
Kabut hitam yang perlahan muncul menutupi matahari
Bukanlah sesuatu yang harus ditakuti
Sebab itu hanya peristiwa alam
Yang akan selalu hadir, bila dunia akan turun hujan
Tak perlu resah
Buanglah rasa gundah
Hadapi kenyataan hidup dengan iman
Tetapkan hati, selalu dalam jalan Tuhan
Tak perlu berandai-andai
Akan adanya bahaya yang mengintai
Hidup ini sudah digariskan
Kita hanya perlu menjalankan
Berpikirlah terbuka
Karena kita hidup di dunia yang juga terbuka
Jangan menutup diri dan pikiran
Hanya akan menyusahkan kita dalam menjalani kehidupan
Tenang saja, jangan panik
Dunia ini tak hanya berjalan dalam sedetik
Jika alam memang sudah tidak aman
Tentunya hewan-hewan sudah pada berhamburan
Kraksaan, 04 Mei 2020
DI SUDUT MALAM
Merasakan dinginnya udara malam ini ...
Sendiri tanpa sesiapa. Hanya suara jangkrik kecil yang bernyanyi di sudut pagar tembok rumah.
Aku ingin menemaninya ...
Tapi aku tak tahu, lagu apa yang sedang dinyanyikan olehnya.
Lalu ..., Jangkrik itupun berhenti bernyanyi. Tatapannya tajam mengarah padaku ...
Seolah ia berkata : " Wahai kau ...
Sedang apa di sini ...?
Ini sudah larut malam ..., Pergilah istirahat ...
Temuilah mimpi indahmu ..., Agar besok kau bisa ceria dan semangat menghadapi dan menjalani kehidupan.
Sebab tugasmu besok, tentulah lebih berat dari pada aku yang hanya mengisi hari-hari dengan makan dan bernyanyi ..."
Lalu iapun bergeser ke sebelah, mungkin risih dengan keberadaanku.
Tapi aku masih memaksa mengikutinya. Karena memang tiada siapa lagi yang bisa kujadikan teman di malam ini.
Jangkrik itupun diam dan menatap tajam padaku.
Mungkin ia geram karena selalu kuikuti.
Seakan ia berkata : " mengapa kau masih saja mengikuti ...
Sudahlah pergi saja ...
Urus saja kehidupanmu ... Jangan ganggu aku ..." Sambil berlalu pergi.
Aku tak bisa diam.
Aku cegat jalannya, dan duduk tepat di depannya.
Membuat ia berhenti melangkah, lalu menatap lagi padaku.
Namun kali ini, tatapannya beda ...
Seolah ia ingin mengajakku berpikir dengan 'caranya' ...
Aku terdiam seribu bahasa.
Hingga jangkrik itupun berlalu, menghilang, di antara rimbunan rumput taman depan rumah.
Kini ..., Tinggallah aku sendiri.
Diam ...
Hanya bisa menatap langit malam dengan ribuan bintang dan rembulan yang masih bersinar
...
Kediri, 10/04/20
Puisi Pamatak
Judul : LOCKDOWN
Menutup akses keluar-masuk wilayah
Demi menjaga agar tak tertular oleh wabah dan mempermudah penanganan
Hingga masyarakat bisa aman dari virus
Tanpa harus ada lagi rasa was-was
Mungkin sudah tepat untuk dilakukan
Selama ada jaminan untuk Kehidupan
Agar tenang dan tak menimbulkan kebingungan
Sebab dalam kehidupan biasa pada umumnya
Orang akan lebih takut lapar daripada tertular
Kediri, 14 April 2020
Puisi Soneta
TENTANG ALAM
Di tenangnya air telaga
Kupu-kupu menari kian kemari
Bercanda ria mengisi hari
Menanti saat senja tiba
Burung-burung di atas sana
Bersenandung menghibur diri
Kepakkan sayap sambil menari
Berharap hujan datang menyapa
Aku sendiri termenung
Berpikir tentang alam
Mengapa kini begitu gersang
Apakah alam
Sudah tidak lagi seimbang
Seperti di masa silam
Kediri, 19 April 2020
DI BAWAH SINAR PURNAMA
Kucoba pejamkan mata
Tanpa ada rasa cemas
Walau mungkin tiada Lena
Di malam purnama emas
Menyebar sinarnya
Di sela-sela ranting Cemara
Betapa bermandikan cahaya
Bagaikan berada di alam surga
Biarkanlah kulelap dalam lena
Menjemput mimpi yang sempurna
Takkan kubiarkan hati was-was
Walau serigala melolong dengan buas
Kediri, 17 April 2020
ILUSI WAJAH KEKASIH
Sedari pagi, aku sudah berniat tidak ingin kemana-mana. Saat ini sedang libur, jadi dimanfaatkan untuk bersantai di bawah pohon mangga.
Tak kuharap sesiapa kan datang mengganggu, termasuk juga bayangannya. Karena sekarang aku ingin beristirahat dari segala aktivitas.
Ku layangkan pandangan di kejauhan sana, ke arah rimbunan bambu yang sepi, tiada sesiapa. Hanyalah Sepoi angin yang berhembus membelai manja diriku.
Sekilas lalu, kulihat wajahnya tersenyum manja dan mempesona. Seakan memanggil diri ini untuk menemui dan ber mesra ria di bawah pohon bambu itu.
Betapa kau dikelilingi oleh jutaan bunga nan harum semerbak, memacu semangat dan gairah rasa di jiwa.
Tapi hanya sepintas lalu...
Perlahan bayangannya memudar pergi, tanpa meninggalkan pesan.
Akhirnya kusadari, semua hanyalah ilusi, sepotong lamunan di siang hari yang takkan pernah terjadi.
sinar mentari
rimbun pohonan bambu
wajah kekasih
hadir mengusik jiwa
bangkitkan rasa rindu
Cibubur, 03/03/20
bljr
Pamatak
BAHAGIA
Sehat jiwa dan raga
Tinggal di dalam rumah yang megah
Memiliki pengaruh dan aset di mana-mana
Serta wanita yang cantik mempesona
Tidaklah menjadikan orang bahagia
Jika diri tidak berada dalam hukum agama
Hanya akan membawa malapetaka
Sebab kekayaan akan sirna
Jiwa dan raga, akan kembali kepada Sang Pencipta
Cibubur, 27/02/20
PERANTAUAN
Hidup di perantauan
Bagai seekor ikan
Di dalam aquarium kebanggaan
Terlihat bahagia kesana-kemari
Padahal tiada yang tahu hal yang sejati
Yang setiap hari di hadapi
Harus bisa menyesuaikan dengan keadaan
Juga pandai-pandai membawa diri dalam pergaulan
Apalagi jika sedang tanggung bulan
Harus siap-siap cari pinjaman
Agar bisa tetap bertahan
Cibubur, 26/02/20
PERMOHONAN SUCI
Sendiri di keheningan malam sepi
Membiarkan angan melayang tinggi
Bermunajat sepenuh hati
Mengharap keridhoan Ilahi
Kau yang kusayangi
Kutahu amat berat jalani semua ini
Walau kita telah saling mengerti
Namun restu, belum ada pasti
Biarlah kan kumohonkan pada Tuhan
Tentang semua keadaan
Melalui do'a sepenuh hati
Yang berputar, seirama tasbih suci ini
Semoga kan hadir keajaiban
Pada rasa yang kita perjuangkan
Karena kita hanyalah insan
DIA lah Sang Penentu kehidupan
Cibubur, 24/02/20
KOIN 100
Aku tersenyum sendiri jika mengingat kelakuan saat kecil yang rela melakukan apapun untuk mendapatkan uang koin bulat besar bertuliskan "100".
Bukan untuk ditabung, tapi untuk di bawa ke sebuah tempat mesin bermain yang bernama Ding-Dong.
Walaupun untuk itu, aku harus rela berjalan kaki cukup jauh. Kare memang adanya hanya di depan pasar kecamatan, yang berjarak sekitar 3 km dari rumah.
Tapi karena bersama teman-teman sesama pemegang koin, jauh pun, jadi tidak begitu terasa.
Walau waktu bermainnya tidak lama, tergantung kelihaian, sebab hanya memiliki kesempatan 3X sebelum Game Over.
Tapi entah mengapa aku begitu menyukainya.
Mungkin juga karena tidak ada permainan modern lagi waktu itu.
Dan juga, koin itu bisa untuk jajan aneka makanan. Bisa dapat banyak, karena harga makanan sangat terjangkau sekali.
Pokoknya asal punya koin, sudah serasa punya dunia...😀😀😀
Cibubur, 21/02/20
DI SEPERTIGA MALAM
Aku luruh bersimpuh
Di dalam surau tua
Kala sepi malam menyapaku
Dengan kenangan lalu
Kusisir di sekitar dengan mata nanar
Menahan emosi diri dengan sabar
Kubiarkan kelam
Merobek nadi malam
Lalu hancur tenggelam
Bersama angan yang tiada ter sulam
Kuikhlaskan semua kisah
Menjadi sebuah rahasia
Tanpa harus ada
Yang coba untuk bertanya
Biarlah semuanya
Hanya antara aku,dia dan Tuhan saja..
Probolinggo, 21/03/20
REVOLUSI KISAH JIWA
Bila kata-kata sudah tiada lagi bisa di percaya
Maka berlalu dari mimpimu, adalah keniscayaan
Biarlah aku pergi jauh
Tinggalkan semua tentangmu
Tanpa harus kau coba
Untuk menghalanginya
Tak perlu sesali
Segala apa yang pernah terjadi
Anggaplah saja semua
Hadiah terindah dari cerita ini
Usah pula kau ungkit lagi
Hanya akan membuat luka berdarah kembali
Aku akan memaafkan semua kesalahan yang pernah terjadi
Begitu pula kuminta sebaliknya
Anggaplah saja pelajaran berharga, dari kisah perjalanan jiwa
Kini, ijinkan kulangkahkan kaki
Tinggalkan semua mimpi semu
Untuk merevolusi jiwa, dari rong-rongan janji palsu
Dan memulai, kisah yang baru
Probolinggo, 20/03/20
TENTANG RASA
Detik-detik waktu yang hadir di kehidupan kita
Seakan ingin melukis semua tentang rasa yang ada
Juga kenangan yang pernah tercipta
Bayanganmu yang selalu mengusik ketenangan jiwa
Bagaikan Sang waktu yang tak mampu kuhindari
Akan kucoba mengabadikannya
Dalam sebuah catatan kisah
Yang akan selalu terbaca
Hingga akhir masa
Sebagai tanda, jika kita pernah bersama
Walau mungkin hadirnya
Hanya berupa bayangan saja
Probolinggo, 18/03/20
KELOR OBAT CORONA
Wabah virus yang menyebabkan penyakit Corona, telah menjadi topik di hampir semua media massa di seluruh dunia, bahkan jadi trending di sosial media.
Warga dunia pun heboh, termasuk juga pemerintah di negara-negara maju, bahkan ada beberapa negara yang mengisolasi warganya.
Semua hal dilakukan untuk menanggulangi penyelenggaraan, bahkan akses yang bisa mendatangkan virus, di tutup rapat dan di jaga dengan ketat.
Namun berita baik muncul seiring harapan yang besar dari dunia.
Beberapa anak bangsa Mencoba Membuat obat untuk virus tersebut dengan memanfaatkan tumbuhan yang akan menjadi obat herbal untuk penyakit itu.
Dan siapa sangka, jika tumbuhan di sekitar kita, justru memiliki kandungan zat yang bisa menanggulangi dan menyembuhkan penyakit yang berasal dari virus ini.
Dan tumbuhan itu, adalah daun kelor yang oleh kita di desa, dijadikan sebagai sayur pelengkap lauk makan.
di warta pagi
heboh wabah penyakit
oh daun kelor
hadiah dari alam
coba jadi solusi
Probolinggo, 18/03/20
HIKMAH
" Setiap kejadian atau masalah, pasti selalu ada hikmah di sebaliknya...
Dan bila kita masih belum menemukannya, maka akan ada sesuatu yang besar sebagai nasihat bagi kehidupan..." Itulah kata-kata mutiara dari guruku yang selalu dijadikan nasihat.
Dan beberapa hari ini, negeriku menghadapi kejadian luar biasa, yang membuat pemerintah melakukan hal yang tidak biasa demi kebaikan dan keselamatan bangsa.
Dengan beberapa langkah yang membuat semua, termasuk aku, berpikir atas langkah-langkah yang dilakukan oleh negara.
Hingga sekarang, aku masih bertanya-tanya atas hikmah apa yang ada dari semua kejadian ini.
Apakah agar masyarakat bisa terkendali dan terselamatkan dari virus yang mewabah. Atau agar bisa menumbuhkan kembali rasa kekeluargaan di tengah-tengah masyarakat warganya, hingga bisa saling menjaga dan melawan wabah bersama.
Namun kemarin, aku dibuat sadar oleh sebuah penemuan dari penelitian anak bangsa, ilmuwan negeri yang mengutamakan kekayaan alam sendiri sebagai sumber penelitiannya.
Dan siapa sangka jika daun yang selama ini kita gunakan sebagai sayuran pelengkap menu makanan kita, adalah sumber khasiat yang baik untuk menanggulangi dampak dari virus yang mewabah di negeri ini.
Ya, daun kelor.
Daun yang bisa tumbuh subur di halaman depan dan belakang rumah kita ini, siapa sangka jika memiliki khasiat yang jitu selain sebagai sayuran pelengkap makanan.
Dunia memang tidak selebar daun kelor..
tapi nama daun kelor, akan bisa mendunia.
Dan mungkin inilah hikmah yang ada dari semua kejadian yang sedang kita hadapi saat ini.
Probolinggo, 17/03/20
DI PULAU TERPENCIL
Menginjakkan kaki di sini, tepian pantai pulau terpencil, tempat petualangan baru mengisi liburan.
Entah mengapa, aku begitu senang duduk-duduk di pinggir pantai ini.
Ada damai yang kurasakan di sini, ditemani hembusan angin laut dan ribuan kilau bintang di langit sana.
Juga sorot lampu menara suar yang begitu menyilaukan mata.
Mata tertuju ke pinggir pantai. Nampak warna merah memukau dari pohon mawar yang sedang mekar bunganya
.
Aku ingin melihat warna indahnya saat tersorot mentari esok pagi.
Karena itu, aku akan bertahan di sini hingga mentari esok pagi, dan menyiapkan kamera untuk mengabadikan momen itu.
Probolinggo, 13/03/20
ANTARA CINTA DAN PERJUANGAN
Berjalan sendiri di gelapnya malam. Sambil memandangi langit yang bertabur bintang berkilauan, laksana permata di atas hamparan permadani hitam.
Ingin ku bertanya pada bintang tentang rasa yang melanda hati ini, namun hanya hembusan angin yang datang, tanpa memberikan jawaban.
Masih kuingat kata-kata terakhirmu saat hendak pergi meninggalkan semua kenangan yang pernah ada.
" Cinta memang sempurna...
Tapi kita tidak.., ada konsekuensi yang harus dipegang Sebagai identitas...
Tidak mungkin menjumpai titik temu, antara seorang ksatria dan Puteri penguasa baru.." katamu.
" Tidakkah kau berpikir betapa beratnya kisah, karena akan lebih banyak yang menantang dari pada yang setuju.." Katamu lagi sambil berlalu pergi dengan keangkuhan sikap yang menjadi ciri khas.
Acuhkan semua perasaan, menipu hati dan bersembunyi di balik kesombongan.
Aku tak kan memaksakan apapun demi rasa hati.
Jiwa ksatriaku berontak atas semua perlakuanmu.
Aku akan tetap berjalan tegak di atas semua romantika ini, hingga nanti kau akan pahami...
Bahwa penghianat di satu sisi, adalah pahlawan di sisi lain...
Begitu pun sebaliknya.
" Tinggallah kini kita memutuskan...
Apakah akan jadi penghianat cinta, atau pejuang bangsa...? "
Probolinggo, 12/03/20
HARAPAN DI MALAM DINGIN
Ku langkahkan kaki di setapak jalan di dingin malam ini, sambil memandang langit gelap dengan separuh rembulan yang mengambang.
Dirinya yang entah di mana kini, ku tak mengerti mengapa Ia menghilang pergi. Meninggalkan rasa, yang semakin lama semakin menjadi.
Andai bisa 'tuk berjumpa lagi, ku berjanji tak akan kubiarkan 'tuk pergi lagi meninggalkan diri dalam sepi.
Namun andai tiada berjumpa lagi, ku harap Ia 'kan temui kebahagiaan sejati yang selalu diimpikan.
Masih kuingat selalu kenangan bersamanya. Masih terngiang kata-kata yang selalu diucapkan padaku.
Tapi mengapa Ia berlalu pergi, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk membuktikan semua yang pernah ku janjikan.
Wahai rembulan, katakanlah jika Ia bertanya padamu tentang cinta, bahwa aku masih selalu mengharapkan kehadirannya. Selimuti lah dengan hangat cahayamu agar tak kedinginan oleh angin yang menyapa malam-malam nya.
Biarlah aku sendiri di sini...
Hingga Ia tahu, bahwa kata-kata Cintaku, bukan hanya rayuan belaka.
Cibubur, 03/03/20
DI GERIMIS PAGI
Diam sendiri di awal pagi, menyaksikan sejuknya alam yang terguyur gerimis.
Di sebatang pohon, kulihat seekor anak burung terdiam sendirian, bersembunyi di bawah sehelai daun dari derasnya gerimis.
Iba terasa pada keadaan anak burung itu. Ingin rasanya aku menangkap dan mengurungnya di sangkar, tapi pasti akan berontak dan terbang.
Jadi kubiarkan hanya melihatnya saja.
Semoga gerimis ini 'kan segera usai agar mentari bisa menampakkan sinarnya. Hingga hangat bisa terasa di pagi ini.
sebatang kara
di bawah daun berlindung
seekor burung
mencari kehangatan
dari derasnya hujan
Proling, 10/03/20
MEMORI TENTANGMU
Masih kuingat selalu
Ucapan ketus darimu di senja itu
Lekat terasa di kalbuku
Seakan enggan untuk berlalu
Dirimu yang begitu kuharapkan
Begitu mudahnya berbalik haluan
Bahkan suci cinta pun tak kau hiraukan
Kalah oleh ke-egoisan
Aku tak mungkin lupa
Walau kini engkau telah kemana
Pergi jauh arungi dunia
Berharap temukan cinta sempurna
Semoga bisa engkau temukan
Apa yang selalu engkau inginkan
Karena ku tak kan pernah lagi 'tuk berharap
Cintamu yang tidak pernah menetap
Cibubur, 24/03/20
Catatan :
--------------------
nampak bergantung
embun di pucuk rumput
bagai permata
kemilau cahayanya
menembus relung jiwa
# tanka, H.A
15/04/20
------------------
barisan kata
hadir pesan tertulis
lantunan do'a
rasa begitu tulus
menyentuh relung hati
#tanka, H.A
Kediri, 23 April 2020
--------------------
nampak bergantung
embun di pucuk rumput
bagai permata
kemilau cahayanya
menembus relung jiwa
# tanka, H.A
15/04/20
------------------
barisan kata
hadir pesan tertulis
lantunan do'a
rasa begitu tulus
menyentuh relung hati
#tanka, H.A
Kediri, 23 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar