ini diksi kupungut tentang catatan perjalanan tuan. kukutip derai-derai rindu, sesampainya hujan di bulan itu; aku kedinginan
ini puisi kupintal pada surat-surat kubaca
di palung rindu yang terdalam, kubuka lembaran silam. sekiranya catatan itu tak padam; kau bukan pengkhayal ulung
ini rinduku padamu kutautkan di muka buku
semestinya kita berpadu, kau adalah wujud rasa yang dipikirkan di mata sendu
ini kisah
sebagai kenangan kau dan rindu
cinta tak luput waktu
Romy Sastra
Jakarta, 22 Juli 2020
DARI SERAMBI MEKAH KE GUNUNG SAHILAN
Romy Sastra
Titah tuan guru di Serambi Mekah:
Mari Datuk empat sekawan!
Bawa agama Islam ke Nusantara
Salah satumu pergilah ke gunung Sahilan
Di sana ada putra Pagaruyung bertakhta
Titipkan selendang sunah di dadanya
Sebagaimana syekh Burhanuddin berdakwah di Ulakan
Jangan kembali dari jihad dakwahmu
Sebelum gunung Sahilan dan Rimbang Baling bersyahadat
Semoga akidah dan adat terjalin erat
Sembah sujudku tuan guru
Titah tuan kami laksanakan!
Dari Serambi Mekah membaca bismillah
Satu langkah, dua langkah, melaju jauh
Ya Hu, Ya Hu, Ya Allah, hamba berjalan
Dari rantau oborkan tongkat menuju Sahilan
Dalam hening mencari Tuhan
Sampai gunung Sahilan dan Rimbang Baling
Seluruh Kampar Kiri berdian sepanjang zaman
Tak lekang dengan panas tak lapuk oleh hujan
Ngawi, 17 Juni 2018
Puisi ini dapat apresiasi di HPI Riau lolos untuk buku antologi puisi KUNANTI DI KAMPAR KIRI
KAPAL KEHILANGAN DERMAGA
Romy Sastra
dunia memegang satu bara di tangan kiri, tangan kanan menadah amanat ilahi. bertanya pada satu titik di kedalaman jiwa, kapal nuh yang dulu terdampar di mana? aku berpikir panjang ke helai-helai rambutku nan luruh, dan istana di kepala menjadi tanah lapang tempat berpetualang. akankah mahkota itu benar-benar punah? nakhoda kehilangan arah.
kita pulang melihat tetesan embun mengalir di ujung doa mengingatkan sejarah, bencana surut dari sudut mata. sabda bergema di suasana genting nuh tabah meminta. "ya tuhanku, jangan engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir tinggal di atas bumi ini!"
tuhan skenario terbaik, satu-satu pasangan pelanjut tirani menyemai dunia kembali, di ekor keledai berjuntai iblis tak ingin sansai, biang penghancur dunia bertengger. dialog terjadi, nuh melihat sosok yang ringkih berkata: “hai musuh allah, siapa mengizinkanmu masuk? keluarlah dari sini! kau telah dilaknat, iblis memohon: "tolong biarkan aku ikut serta menyelamatkan diri, sesungguhnya aku telah ditangguhkan.” maka, nuh menyuruhnya duduk di sebuah ruangan. iblis berkata: “lima perkara yang akan merusak manusia, tiga di antaranya akan aku ceritakan kepadamu nabiullah, dan dua di antaranya tidak akan aku ceritakan.”
allah memberi wahyu kepada nuh, bahwa tiga perkara tidaklah dibutuhkan nuh, yang dibutuhkannya dua perkara dan disimpan. nuh memaksa iblis menceritakan dua perkara tersebut. "apa dua perkara tadi, hai iblis?” tanya nuh. “dua perkara yang tidak akan kamu dustakan. manusia akan rusak sebab sifat hirs dan hasud, dengan hasud aku dilaknat dan dijadikan setan rajim diusir! dan sebab hirs aku bisa menarik hati adam, sehingga adam memakan buah yang dilarang. padahal adam diperbolehkan makan apa pun kecuali buah kuldi."
kapal nuh yang terdampar kembali berlayar, di setiap debur ombak di dada umat. gonjang-ganjing di mata batinku semadi diri, ada isyarat lentera kuning. angin dari berbagai penjuru menguar tak menentu. panji dibakar teknologi, di mana kawan, siapa lawan, menjadi pertarungan ke titik tak terselesaikan. bertanya bulu roma pada risau di depan mata, akankah bumi kembali tenggelam? air mata bercampur darah dunia punah, layaran kehilangan dermaga pelita padam, di mana rupa?
Jakarta, 9 Maret 2020
NYANYIAN HATI
Romy Sastra
segara kuselami dan kuutarakan sabda diam di kedalaman diri, mataku terpejam menyimak cakrawala hati. suara sunyi di sami' membuka pintu langit. suasana pencarian gemuruh ombak mendesir di semilir angin; rinduku terkuak di batin.
Jakarta, 4 Maret 2020
DEBUNGA RINDU
permata tersembunyi, para pencari tergila-gila. semenjak cinta berlabuh kekasih dipuja-puja, engkau di mana rupa?
kupinjam merdu daud lafazkan tasbih, kulipat langit kutatap nebula. sesak menghentak sejenak memandu perjalanan jauh seperti langkah rumi, dimabuk tarian sufi mengelilingi altar diri menghalau ilusi, bangunlah cinta! jangan merajuk pada pucuk kemayu; engkau kutuju.
oh, debunga rindu segeralah berputik!
aku mengunyah alif hingga ya, tak jua kutemukan syahadat. aku melipat malam di keheningan yang purna, bertongkat syariat memasuki hakikat. semesta batin bak cermin tembusi ruang dan waktu, aku fana pada makrifat hati: cinta tak berjarak
Romy Sastra
Jakarta, 11 Agustus 2020
TAKZIM
Romy Sastra
di pertemuan dua laut tak menciderai riak pada ciptaan maha lembut membaca asbab, kekuasaan berperan; apakah debar-debar iman melekat seperti asin dan tawar bergandeng? keyakinan umat diuji.
kesaksian mata gharib membaca dalil al-quranul karim
aku bergumam di garis batas tak berujung, betapa tuhan maha pencipta kejadian tak bersengketa sedikit pun;
ya allah, aku semakin bertakwa padamu melihat kearifan laut dan angin saling menyapa.
jwaku takzim membaca satu kalam di malam-malam panjang berdoa;
rinduku berpalung di zikir tak berpaling darimu.
duhai khidir yang bertapa di lautan lepas; izinkan satu puisiku bertasbih bersamamu hingga tuntas.
ya ilahi, aku tunduk bersekutu padamu,
di gemuruh rindu sepanjang hidupku.
Jakarta, 7 Maret 2020
BAYU KAU NAFAS SYURGA ITU
Semilir ilir mengukir syair
tatapan syahdu
dendangkan kidung bisu
siulan bernada cinta dari liang rongga
melelapkan kenari yang lagi bernyanyi
Bayu, kau nafas syurga itu
tercipta dari rasa taman mutmainah
bila padang gersang
akan subur dari nada nada siul senja
bertakbir menatap langit
berkumpul sujud di rumah qulhu
Nafas syurga itu
dari langit langit rongga menyeru
melipat dunia dari nafsu tercela
berkoloni ke mata hati
lalu melaju ke gunung thursina
diantara dua rongga goa
di ka'abahtullah
Bayu, kau nafas itu
bila mamiri menyejukkan hati
jikalau berkoloni kabut kau merusak alam ini
bayu nafas kehidupan yang melaju pergi
bertamu silih berganti
datang dan kembali
nafas kehidupan di kawal israil dan israfil
sang pencabut yang mengigil
ketika sang bayu sudah sampai
di penghujung jalan itu
berakhir sudah opera cinta dunia.
HR RoS
Jakarta, 11-9-2015, 14,23
LENTERA SENJA
Lentera senja perlahan mulai menyala
pada kerlip fajar menyulam awan
angkasa raya berotasi pada lembaran waktu
angin malam berembus perlahan.
oh...
kidung takbir yang membubung tinggi ke peraduan insani
pada pucuk pucuk yang bermekaran di taman impian
tertumpang embun kasih sekejap
akan bersemayamnya
manik manik lentera jalanan
bersama kunang kunang malam.
Takbir kumandang adzan
telah memandu ke mihrab tuhan
terik telah padam ke ufuk maghribi
gelora cinta illahiah berkemas ke
sajaddah jamaah ka'bah..
Satu tarikan nafas itu
memuja kehadirat tuhan
lafaz ayat ayat suci
terbukanya tirai kekasih
bercinta dalam halbumminallah.
HR RoS
KANDAS
Lunglai tertatih berjalan lirih
dari setitik harap terperap kasih
menyentuh bayangan tak tergenggam
tersesali tak terfikirkan.
Hujan tak bertepi
kandas diawal jalan
ku telah melukis tinta kasih
tak mampu menuai seribu janji
satu ikrarpun lenyap di kegelapan.
Kini,
aku tertanya di dalam hati
akankah sisi hatimu telah terbagi
karena tak lagi wartamu di titipkan oleh merpati siang ini
yang selalu singgah membawa kembang cinta ketaman rindu.
Di persimpangan jalan ini
akankah kasih ini kandas di rerumputan jalanan yang tak bertuan.
Deru debu telah melulur peluh
basahi sekujur tubuh
padahal.... kau yang selalu ku tunggu di shelter ini
kini kau tak pernah hadir menyapaku
apakah jalan itu telah berliku berbelok arah ke jalan buntu....
atau keruang sesuatu....?
Bila kembang kantil tak lagi beraroma wangi
aku senyapkan diri kedalam mimpi
relakan aku berkawan sepi
mengisi sisa sisa hidupku kini.
Mmm
kasih tertatih perih
maruah tertuduh hipokrit cinta
padahal,
operaku tidak mencipta pesona
melainkan tuntunan budi
kedalam relief relief religi
dan itu sebuah potret jati diri
sebagai nilai ibadah.
Aku tak semudah yang kau kira
dan tak sehina yang kau duga
Pada goresan lara tertanya dalam hiba
aku titip puisi di lembaran ini
dan aku ucapkan sekali lagi
aku masih disini
mencintaimu kasih.
HR RoS
Jakarta, 1-3-2016.. 09,55
CATATAN HATI YANG KIAN MIRIS
Rasa seakan menjerit
susah menjahit kembang yang terkoyak duri
benang kusut tak terurai
tak ku temukan hujungnya
benang sulaman di dalam hati
Rasa bak meniti titian lapuk
gamang bercermin diri
tak kelihatan bentuk rupa
di telaga tenang dan dangkal yang menenggelamkan
Bayu terasa menerpa kalbu
tak kulihat hadirnya bayangan itu
halus lembut seperti salju
menyentuh dinding bulu romaku
Tertatih mengenal diri
meluah potensi yang tersisih
berharap
pentingnya sebuah pengertian
dari cabaran harga diri
Mencoba meyakinkan purnama yang terangnya dari lubuk hati
untuk mau di mengerti
demi menerangi lautan mimpi
karena ku takut dengan sebuah ketergantungan hayalan
takut terlelap tak bangun lagi
Lelah,
tak adanya sebuah kearifan diri
untuk mengawal motivasi
dari perjalanan hidup ini
yang sangat melelahkan
Hingga kini,
menu menu kehidupan itu
tak lagi di maknakan
membuat aku takut tercampak
ke jurang kegagalan
sehingga pelita itu kan padam.
HR RoS
jakarta, 12-10-2015, 20, 50
PUCUK PUCUK BIAS
Pada pucuk pucuk muda bertenggernya
siembun pagi akan bias oleh terik
di balik jendela
butir butir nan cantik mengikat pesona
pada jentik hama menumpang kasih
berenang berkoloni embrio menitip cinta tiranikan sidrakula
Semusim siklus telah terlewati
pohon pohon kerontang telah subur dari musim hujan yang tak kunjung reda.
siburung murai
telah berkicau pada pagi hari
sangkakala terompet mencicit asyik di hujung parung
terpaku dungu menatap mekarnya sikembang cantik di taman mimpi
wahai siburung malang tertatih kasih dalam dinginnya suasana pagi
berlalulah kau dari tatapan itu
terbang tinggilah jauh pada angkasaraya
bersemilah disana.
Kembang cantik bermahkota duri
tak tersentuh oleh merpati yang termenung
tatapannya bias tertikam ilusi kosong tak terjangkau
Esensi kasih layu tak tertunai
sang merpati lara menjadi bangkai
merpati terbanglah tinggi jauh ke balik awan.
lenyapkanlah lara kelorong kosmik
janganlah gugur diatas pucuk pucuk bias
tenggelamlah ke dalam samudera hayalan tak berbekas.
HR RoS
Jakarta. 3-3-2016, 10,18
PELANGI IMANKU MENGGODA DI MEDAN TAUHID
Aku tanjaki lumbung pusaraku
menapaki jejak jejak tasawuf sufi
dalam perjalanan makam makam
kasta kasta imanku
aku bersimpuh tertunduk malu
oleh hadirnya pelangi pelangi nafsu
pelangi itu mengikuti langkah imanku ke medan tauhid.
Aku mengembara.....
pengembaraanku......
Zikir af'al hadirkan akhlakku
Zikir asma' hadirkan makna hikmah
Zikir hatiku, hadirnya cahaya bathin
Zikir rasaku, hadirnya awas rabbku.
Lelah dalam asyik
seketika pelangi imanku nyeletuk
sudahlah, janganlah berpayah...!!
kalau kau mau mahkota cinta
aku hantarkan kau ke surga dunia
uuuhhhh....
kasihan kau bersusah payah
cupu manik astagina itu
tak kau dapatkan di sana kawan
kalau kau mau itu,
campakkan dulu sang pelangiku
maka imanmu akan menembus
tirai kacahaya itu
disanalah tirtamaya kau di suguhkan
kan kau dapatkan.
Kacahaya tirtamaya itu
bermakrifatkan rasi-Nya
mauttu qoblal antal mauttu
matikan dirimu sebelum engkau mati.
HR RoS
Jakarta, 2-3-2016, 16:02
KEMATIANKU FARDU AIN
Ketika jejak Alif ku sibak
berkelana di mi'kraj rasa
bila silaku terpaku
aku menyapa ke sesuatu yang ku rindu
ada di dalam diriku.
Fardu ain diantara kifayah
aku bermandi berwudu' bathin
ku lafaz mantera nawaitu sendiri
aku terbungkus dalam tajalli sholat jati asholatu daimullah
aku mati didalam diri
terbungkus kafan kalimahtullah.
aku rela tak berdoa
ku bawah hanya cinta
Sesak membubung jauh ke kalbu
Sesungguhnya dia dekat sekali denganku
dijalan kematian dalam hayat
tergurat cahaya yang mengkilat
Hening,
sami' bak lonceng berbunyi
ku rapatkan jejak ke gunung tursina
Aku terperi,
Aku tersembunyi,
Aku terdiri,
Aku mati mencari yang sebenarnya diri.
Di dalam kasyaf mata hati
berharap wajah illahi dalam syahadat diri.
Kifayah itu
mati sebenarnya mati
di mandi
di bungkus kafani
di sholati
di kuburi.
Selesai sudah dalam rangka kefanaan dunia
yang penuh dengan kepalsuan cinta.
HR RoS
RINTIHAN ZAMAN RODA KEHIDUPAN
Coretan tinta maya
guratkan kanvas rasa
melukis pigura jiwa
Siklus gersang ke musim hujan
roda kehidupan tetap berjalan
namun tetap saja menyedihkan.
Tuhan,
hamba sujudkan jiwa raga ini
kembali kepada-Mu
bukanku meminta materi
melainkan semata mata hanya mengabdi.
Disana dan disini.....
lolongan kepedihan anak bangsa
tak lagi bersuara
seakan telah terbiasa dengan derita
pada gerimis hari tiba tiba menyapa
apakah, pertanda sendi sendi kehidupan anak bangsa ini telah lara
mengetuk dada hiba menitiskan derai airmata pada wajah langit.
Kosmik langit berputar menurut edaran yang tak bertubrukan
pada gerhana matahari di galaxi poros angkasa menitipkan sebuah kearifan tuhan
untuk menyapa mayapada
berkacalah....!
Kenapa di sini di bumi ini
kearifan alam tak terjaga
padahal kau khalifah untuk menjaganya
justru alam ini tergerus oleh bencana dimana mana.
Rintihan zaman pada roda kehidupan
jurang jurang terjal yang di hantui
oleh kemiskinan yang tak berkesudahan
miskin dari moral dan iman.
yang disana
berkuasa dalam tahta
tak lagi bisa dipercaya
sandiwara sandiwara dunia semakin menggila
politik ego bak bom waktu berkibar di panji panji janji.
Benarkah itu sebuah pertanda
petuah ramalan jangka jayabaya
menyapa bumi nusantara setelahnya.
entahalah....??
bertanya kepada diri
tegarlah kau wahai hati
kehidupan ini kan berlanjut
ada masanya terhenti
ibarat jam dinding berputar
mengiringi waktu.
Telah aku jalani empat dekade masa berlalu
aku dan takdirku tetap saja menjadi sebuah misteri
yang akan menitipkan pesimisku ke arena fatalis... uuuhhhhh.. nasib.
HR RoS
Jakarta, 7-3-2016, 08:33
TINTA GEMBALA SENJA
Tarian lentik belalang cantik
di tengah padang rumput
tertumpang di pucuk daun
tunas tunas berganti
sutera kepompong melepas kupu kupu
guratan madah diksiku memandu rasa rindu, sedu sedan mengubur pilu
aku menanti malam berpelita rembulan jauh di balik awan.
Senja ini,
kaki langit menghias pelangi
membulir lembayung merona banyu
gembala gembala senja memelas domba
serulingkan terompet menuai perindu
nun yang jauh disana
termangu di hujung senja kala.
Menatap dalam tatapan kosong
membuncah gulana
lara yang tak ketulungan
kapankah angan ini megah bak padang ilalang kokoh dalam kegersangan,
pasrahku dalam do'a
mengetuk suratan berbuah manis
subur di balik tinta ini.
Wahai sang gembala senja
memadah diksi di halaman maya
bangkitlah dari lamunan itu
fajar telah merona jingga di ufuk sana
jangkrik senja bersahutan menyapa kelam
pertanda rotasi alam akan berganti.
Gembala tinta
kembalilah ke pondok santri
di penjara suci
songsong pelita obor yang menerangi diri ditangan tuanku kaji
berlari kecillah ke surau
mengejar pelita illahi
biar resah itu
perlahan menjauh pergi.
HR RoS
Jakarta, 6-3-2016, 17:53
OBSESI IMPIAN SITI DI KALA SENJA HARI
Siti, itu namamu
ku kenal dirimu di sebuah jalan di sore itu
kau seperti orang kebingungan mencari sesuatu,
sesuatu itu seperti susah sangat kau jumpai
berkeliling dengan mobil kesayanganmu mengelilingi perkampungan disana bersama
keponakanmu sebut saja namanya Apen.
Ketika itu aku menyapamu, tak kau hiraukan. pantaslah sekiranya karena waktu
itu kita belum saling mengenal.
sore itu akan berlalu menyapa senja, yang kau temukan akhirnya kau jumpai juga,
hahaha
padahal aku selalu mengikutimu tapi tak kau sadari, kau bermusik ria didalam
kereta sambil berselfie. sesekali kau berselancar ke dinding maya menyapa rakan
rakanmu yang jauh di semenanjung sana.
Senja itu kian menepi, yang kau cari itu hanya seekor domba, hahahahaaaa...
aku tertawa terbawah arus ceriamu kala itu
Ya seekor domba sebagai persembahan kenduri arwah almarhum ayah yang hendak kau
potong esok hari.
bukti kau merindukan ayah walau ia sudah tiada pertanda kau balas budi ayah
dengan doa sebagai anak yang berbakti.
Siti,
Lama sudah ku mengenalmu cabaran demi cabaran telah ku lalui, hingga pada suatu
masa ketika itu aku menawarkan sebuah pelita hati terangi kisi kisi hidupmu
serta setangkai bunga indah ku tawarkan lewat maya dijalan itu.
mmm,
Ketika itu tak lantas kau menerimanya
kau teliti siapa aku, kau pelajari latar belakangku, hingga akhirnya kau
menemukan aku.
Kau sambut pelita itu dan kau genggam dengan mesra.
bersama setangkai bunga cinta yang ku persembahkan itu kini telah subur
ditamanmu
pelita itu menerangi seantero rasamu..
setangkai bunga itu kini mekar dihatimu dan telah berputik.
Sayangnya pelita itu goyang kini, di terpa bayu
mengusik beranda hatimu
pelita itu kian temaran dalam gelapnya malam
dan sayangnya lagi, setangkai bunga yang berputik itu akan layu dengan bayu
jerebu bisu, jerebu dari bara emosi maruah rasa di cabaran maya.
Siti,
kini ku tadah embun di pagi hari tuk sirami jerebu emosi ego diri
nyatanya tak mampu juga ku padamkan.
dijalan itu aku menemuimu kembali
dan dijalan itu inginku kau nyatakan jugalah kesungguhan kesetian cinta yang
abadi dan kisah yang mungkinkah akan terealiti, akankah mmm
entahlah,
Dan apakah akan berakhir sudah sebuah kisah cinta tinggalkan memori memori
dijalan ini, entahlah juga.
Jikalau engkau bertanya tentang hatiku,
dimana posisi hatiku berada saat ini
aku menjawab dengan senyuman...
kau ada di hatiku dan aku ada dihatimu dan itu bersemi dalam benaku.
apakah akan aku akhiri memori di jalan ini jawabanku tidak,,,,!!!!
Siti,
Kau akhir dari sebuah petualangan itu.
meski hidup kita jauh berbeda
kau dihujung samudera biru di wilayah gunung kinabalu
sedangkan aku tercecer diantara lorong lorong waktu di tengah kota ini
kota yang menjadi setumpuk harapan
dan kota ini juga sebuah kegagalan hidupku yang akan menyapa obsesiku dikala
nanti.
Duh,
Sanggupkah cerita mimpi ini terealiti dalam nokhtah walau itu tak
beralamat..????
Meski kakiku terikat rantai besi
dan rantai itu hanya sekali kali bisa kubuka.
siti, ku ingin cindera nokhtah kan berbuah berputik menjadi pelanjut tirani
history mimpi yang terealiti.
Ah, malam malam yang panjang aku selalu larut dalam bayangan kasih sayang
akankah kisah ini sebuah misteri saja dalam kisah cinta yang akan terhempas
lara..???
entahlah.
Aku menyapamu dalam madah obsesi mimpi dikala senja umur yang sudah
menghampiri.
ku tunggu kau dijalan ini tuk kembali
torehkan sahaja cinta berjubah bijaksana
untuk menghiasi hidupmu sampai tua
semoga kearifan rasamu kian ter arah
menuju cinta yang tak pernah sudah
setiaku memandu kehujung waktu
sampai akhir hayatku. Wasallam.
HR RoS
Jakarta, 7-9-2015, 02,00
AURORA CINTA YANG MEMUDAR
Aurora cinta yang dulu pernah megah
berkilau di kelopak atmosfir senja
kini tergerus pada iklim
perlahan,
cahayanya akan memudar di rotasi pelangi
dalam peredaraan galaxi langit
menghujani bulir bias dibalik selimut awan.
Sedangkan,
pada lilin lilin kecilku itu
pelitanya yang biasa menerangi malamku
dikala rindu menepi ke bibir tinta
tak lagi madah guratan cinta menerangi
di lingkup ruang hatiku.
Pada suatu hati
yang tak lagi bercerita tentang cinta
kini aura iklim telah mendung
seperti gerhana rasa
dalam madah madah tinta
bergejolak menghias sebak
lelah di nokhta kasih setiap hari.
Pada jalinan simpul sumpah benang emas
mengikat atas nama tuhan
tak lagi bisa di pertahankan
akankah jiwa ini terkutuk
terpasung oleh nyanyian
kicauan merpati putih lirih
yang selalu bertengger di ranting mati
bersiul di balik dinding sunyi
yang selalu terbang sepi menyendiri
terbang melayang
melingkari sayap sayap pelangi cinta
uuuhhhh...
entahlah kini,
termisteri dalam takdir.
Pandanglah air laut yang pasang surut
adalah irama samudera mendebur pantai
ketika pelayaran dewa ruci
mengikrar sebuah janji
tuk arungi samudera
rela hidup dan mati diayun sagara
aku telah bersikoci fatamorgana
bersauh laju di riak yang telah pasrah
terdampar di benua tak bernama.
Kasih...
terkadang bertanya diri kedalam doa
hiduplah seperti batu karang
kokoh silih berganti di hempas gelombang.
Nyatanya ia juga bisa rapuh
di guyur hujan airmata langit
kepingan batu karang terkoyak
tersusun ke bibir pantai
dan tenggelam ke samudera yang terdalam
dan tak mungkin bangkit lagi.
uuuhhhhh...
biarlah semua itu terjadi
aku rela
aurora cinta itu lenyap ke hujung mimpi.
HR RoS
DARI HATI MENGINTIP NURANI
Duduk tafakur
menghitung jalan rotasi jari
ketika riyaddoh menggenggam tasbih
hening berkawan lafaz
tenggelam kedalam sunyi
dari hati mengintip nurani.
Duduk bersila
langit langit pat ku lipat
merapat mengekang syahwat
cahaya cahaya pengoda menyapa cinta
religi cinta illahi
cabarin kemilau semu
semu dari nafsu nafsu itu.
Nafas nafas bergulir santun
keluar masuk mencipta hikmah
hikmah penawar resah
Asyik
laju kalam memandu ke dinding mihrab hati
hentakan dalam diam,
bak kuda sembrani
terbang membumbung tinggi.
dalam perjalanan hati mencapai makam
makam
alam diri.
dari hati mengintip nurani
nurani diri berjubah budi
dari rahman rahim kekasih
bak kemilau lembayung teduh
bening indah memukau silau
sejuk tak tersentuh menyatu.
Dalam diri
asyik khusyuk membulir rindu
rindu kepada sang kekasih itu.
HR RoS
Jakarta, 04,11,2015, 18,43
DIRI MENCARI HAKIKAT DIRI
Martabat alam di tingkat makam
makam diri dalam pendakian
martabat alam tujuh dan sembilan
sang kekasih dalam kesunyian
Ketika malam mengadu rindu
di dalam pertapaan bermantera rasa
bertamu di dinding dinding cahaya
cahaya cahaya sang pengoda
Berlalu meninggalkan pertapaan
kaki ku langkahkan jauh ke dalam diri
berada di titik mata hati
aku terpesona melihat kekasih
Dalam diam ku tatap apakah ini tuhan
dia hadir berwarna warni,
aku tinggalkan kehadiran itu berlalu pergi.
Kekasih itu
tak berwujud
Tak berwarna
bukan huruf
bukan cahaya
Dia dzat laisa kamiselihi
Menyelimuti.
menembus lorong kosmik jiwa
berlayar di angkasaraya rasa
mencari sesuatu yang di puji
diri mencari hakikat diri
ia bersemayam di mihrab cinta
cinta sang kekasih itu.
HR RoS
Jakarta 17-9-205, 08, 20
HATI YANG TELAH DINGIN
Bayu yang biasa menghembus rindu
selimut malamku telah berjelaga kelam
hawa dingin kian membeku
dingin semakin dingin menusuk tulangku
malam ini tak berpurnama
terik menyapa pagi
lenyap dirundung gerhana
taman galaxi sunyi tak berbintang
aku raba embun di dada cinta
bias tak terasa.
Rintik gerimis malam
menitis crystal bening
rinaikan hujan membasuh luka
yang tergores dari sembilu maya
sang lelap masih bermain mimpi
padahal diawal malam sudah tenggelam
aku baru saja memulai kisah
menanam teratai indah
dipelataran telaga hati
teratai yang tumbuh hidup tak berpegang rapuh di sapu banyu.
Teratai putih berurat tak berakar
kembang cantik penghias telaga
tumbuh subur berorganik alami
tapi sayangnya di petik
harus bermandi luka.
Pagiku berselimut kabut
bertongkat tinta menulis sastra memadah diksi syair syair cinta
untuk pengobat luka yang tak berdarah
uuuhhhh.. sembuhlah kau luka
terluka yang tak bermakna.
Impian hati yang telah dingin
lelah menatap canda
akankah kisah ini berakhir
di lintasan maya.
entahlahhh...
biarlah sebak ini menghias lara
aku akan tetap disini menantimu
untuk SETIA
sampai pertemuan mimpi
menyambut kasih ke dunia nyata.
bermimpi bermimpi dan bermimpi
menokhta misteri menjadi nyata.
HR RoS
Jakarta, 8-3-2016, 13:25
TESTIMONI RELIGI MATA HATIKU
Aku awali langkah sadarku dengan ibadah
berharap istighfarku diterima
aku berjalan dilorong lorong goa rasa
karena panggilan cinta berdasarkan ilmunya
aku rapatkan semua barisan kedalam iman.
Meski kamilku telah ternoda
oleh warna dunia
ajsamku berdebu nafsu
aku tercipta dari unsur kehinaan
tapi ajsamku itu melahirkan hikmah
dari duta sang arwah.
D
U
T
A
Duta arwah itu melahirkan hidupnya alam diri
sebuah pergesekan anazir empat bayanganku.
bayangan itu berupa nafsu
yang menjelma sebagai sahabat misteri.
Sahabat misteri itu,
lawwamah, sufiah, amarah dan mutmainahku.
ia tercipta dari nama yang indah
konsep illahiah yang sempurna.
yaitu wahadiyatku berkembang sebagai pelaksana arwah / ruh,
wahadiyat rohku naik berkelana kepada wahdat.
Disana aku temukan rasulku
bersemayam dalam mata hati
karena saksiku, saksi itu syahadat
tersaksi karena terangnya wahdat itu
wahdat itu sebagai sumber lil 'alamin.
aku fana.... mata hatiku haru, religiku menggigil.
Cintaku fana,
lorong hatiku tak kutemukan lagi,
yang ada maha.
insan kamilku
tersaksi didalam megah arasy-Nya
alam jatidiri
yaitu di alam ahadiyat.
Dia yang tak menyerupai, bukan warna, bukan huruf, tak berbentuk.
mengawasi, menyelimuti sangat indah nikmat sekali.
Dia tersaksi oleh religi mata hati,
duh diri,,
kembalilah jiwa jiwa yang tenang itu dengan cinta kepadaNya.!!!!
tanpa berharap surgaNya.
biarlah cintaNya itu memahabbah surgaNya
alhamdulillah,
aku terhempas kedalam maha.
aku esok ingin kembali lagi ya Rabb...
izinkanlah nafasku bertasbih selalu,
pada masa aku memandu mikrajku
bertemu di keheningan itu.
HR RoS
RENUNGAN MALAMKU
Pada rona senja
aku menengadahkan wajah ini
dalam mihrab cinta,
berbungkus kesibukan asa dalam langkah siang tak kutemukan kedamaian tujuan
diri.
wajah wajah pengoda merayu hasratku
melupakan tugas rohani kewajiban itu.
Malam ini,
dalam lembaran malam sejuk tipis
dingin menusuk tulangku.
di beranda seorang diri,
bersandar pada kelam
aku bernyanyi pada gemercik semilir angin
menyentuh dedaunan di bibir dahan yang melambai perlahan.
Tetesan air pancuran
di aliran kolam depan rumahku
menitis tak jemu,
seakan membisikkan lirik malam yang syahdu.
dalam renungan malamku
aku menatap pada langit langit rumah ini
terima kasih tuhan,
engkau telah mendamaikan hatiku di peraduan sepiku asyik menunaikan religi.
Malam,
dalam mihrab alam diri
aku tafakur mengukur perjalanan yang telah jauh laju itu di tempuh,
adakah perjalanan itu lelah lebih lelah dari yang pasrah....
adakah kosong yang lebih kosong dari tiada,
adakah sunyi yang lebih sunyi dari kematian itu..?
aku sendiri memadah takut
pesimis dan ngeri.
Diri,
kemanakah kan di bawah penyesalan itu nanti...??
entahlah.
Ku ingin berbenah
dalam renungan malam
aku menatap illahi
memohon kedamaian dalam perjalanan hidup ini
dalam renungan sesaat
asyik memandu kalbu ke maha kekasih.
HR RoS
Jakarta, 18-3-2016, 20:46
MENYAMBUT WAKTU
Ditepian senja
aku berdiri di jalan ini
menatap warna sang surya
yang kian berlalu pergi.
Pada lentera malam,
perlahan cahayanya melirik temaram menghias kelam.
Aku yang menunggu rindu
pada lafaz suci berkumandang
di siantero negeri,
sejenak aku tenggelam dalam alunan adzan
betapa syahdunya takbir tuhan.
Dalam perputaran waktu
ketika terik hilang,
masa telah di sambut malam yang berkabut
berkabut embun yang sejuk,
sesejuk rinduku pada-Mu.
HR RoS
SIMPATI PARIS CEMOOH TRAGIS
Kepada satu keyakinan
setiap yang punya jiwa
bertuhan
dalam tubuh satu adam
memandu nafsu nafsu syetan
hawa suci di kebiri
dari otak otak hewan duniawi
Paris di guncang petasan
satu dunia berempati
ketika timur tengah terjajah
bom setiap hari menguncang
ratusan ribu telah begelimpangan
seakan satu dunia tuli dan bisu.
uuuuhhhhh..
di mana keadilan itu..???
Adakah ini pertanda
risalah makna management illahiah berbicara...?
ketika yang lemah dihancurkan
yang megah di gulingkan
sang tokoh dunia kafir
berpesta seremonial
ia orasi tertawa kemenangan.
Duh,
kausalis alam berbicara dalam zaman
dalam setiap peradaban.
lambang akidah bertumpu ke dada ibrahim
para utusan risalah tuhan
menyelaraskan akidah illahi untuk alam
dari zaman ke zaman
sampai akhir zaman
semua al mukminin bil ikhwan..
Apalah yang kau inginkan
wahai kesombongan...???
dunia dan hidup bak sebatang rokok
seketika akan padam.
Panji panji aliran mengkultus doktrin
padahal doktrin kebenarannya itu
adalah kenistaan
seakan bertopeng paradigma kesucian.
Wahai penghuni bumi
kembalilah ke fitrah nurani
sucikan hati raihlah tuntunan illahi..!
dalil dalil sang utusan
janganlah di perdebatkan
berpeganglah ke dalam setiap bimbingan
para utusan utusan itu
mengamanahkan
tentang ajaran kearifan alam
untuk sendi sendi kehidupan.
lawan dajjal dajjal diri
yang berkoloni dalam doktrin sesat
sesat menyesatkan.
PARIS,
kau simpati itu
tragismu sehujung kuku
kau di cemooh
dari bumi bumi yang telah di hanguskan
di hanguskan oleh sekutu sekutu kemunafikan
mereka mati tumbuh seribu
turki berdarah, syiria genosida..
palestina tertindas,
seakan dunia masa bodo saja.
HR RoS
Jakarta, 18-11-2015, 11,20
HARAPANKU ITU KECEWAKU...OH,
Kau yang disana berdiri di hujung hari
menatap dalam tatapan jingga,
aku yang selalu menantimu tersisih dalam rindu
menanti khabar mayamu
yang selalu menari disetiap hati.
jinggamu sulit aku baca,
karena kau bermain dalam temaram
kau yang selalu bernyanyi bersama dengan camar camar pantai itu.
Aku datang, baru terkisah diujung waktu
berdiri di pantai yang akan terkikis
menjelang sore ini aku bernyanyi
menyibak bayang bayangmu berharap menghampiriku.
Aku selalu menatap sosok potretmu
Wibawa wajahmu melukis indah dalam bola matamu.
jingga yang akan menghias di temaram itu
berharap membawah kedamaian cinta.
kini kenapa...?????
Dan kenapa di awal malam ini kau rubah irama cinta menjadi gulita..??
apakah karena kau gamang dipertengahan malamku, bahwa hidupku memang kelam.
aku yang berharap dari temarammu
mampu menyinari harapan hidupku,
nyatanya kau memang gamang berhadapan dipenghujung malam itu.
kau takut tersesat karena gulita hidupku pekat,
memang butiran sayap kunang kunangku tak bisa juga menerangimu.
Aku yang terkisah kini dalam harap
dan terdampar dalam kecewaku,
berharap secercah asa menyapa hidupku kelak.
semoga kelam malam ini berlalulah.!!
izinkan aku tuhan menyongsong pagi ini
menatap mentari
terangi hidupku
disini..
dirumah ini.
HR RoS
BERTAHAN DI SUATU COBAAN
Mencoba bertahan di suatu cabaran
ketika tabir terkatup
bungkam melawan arah
Satu sikap kebodohan
yang tak semesti di semaikan
belajar dari sejarah
membuat hidup semakin bermakna dewasa.
Resa dan gelisah telah berputik rela
buah buah ranum telah berguguran
jatuh kebumi tak lagi bisa dimakan.
Aku datang sekali lagi
menghampiri sunyi,
bertanya..?
apakah janji janji yang ternohkta dalam rasa
akankah masih setia dan tabah dalam cinta..??
dan aku bertanya juga kepada garis tangan
lekuk garis melingkar lurus
ada tergurat retak melukis misteri
terkesima dalam tanya
bingung tak ada jawaban
yang bisa di pahami.
Aku genggam telapak tangan kembali
ku tutup rapat rapat
minda yang mencabar selalu berulam tikam
ku telusuri jalan berduri
ranting ranting berserak
aku ikat dengan temali
ku jadikan untuk menyapu pilu.
Bertanya kepada takdir
jawabannya telah terealiti
bertanya kepada azali
semua misteri.
Bertahan kepada sebuah cobaan
yang tersisa keyakinan.
akankah kisah ini berakhir indah pada waktunya..?
mmm, terserah... dan entahlah..
HR RoS
Jakarta, 03-11-2015, 08,40
AKU KAU DAN PUISI ITU
Aku,
seperti kepingan retak
kepingan pecahan kaca yang berserak
di lirik rupa diri sebatas seni
figura yang tak menarik
tetap di bingkai
meski gambarnya tak cantik.
Langkahku telah tertatih
bersama tinta yang sulit dimengerti
aku belajar diksi bersolek syair
dengan kertas lusuh
memadah rasa,.
bukanlah sebagai penulis ulung
torehan tintaku seakan gombalis
pribadiku bercerita dalam luah
bukanlah memadah rayu
melainkan,
irama sukmaku yang mendayu.
Kau...
objek itu,
bukanlah bayangan semu
realita suratku,
bertaut dalam bingkai kaca maya
berdirilah...!
sebagai penonton yang syahdu.
kau dan aku
berkoloni...
dalam kearifan cinta seni puisi
ku ingin,
fahamilah aku..!
semestinya
berbahagialah kita hendaknya.
Puisiku itu...
adalah aksara diksi tinta
memadah rasa
bak alunan gending mendayu
melenakan kepekaan kalbu
syahdu,
di beranda muka buku.
Ku larung sastra pada senja ini
melukis pelangi dengan berdinding hari.
senja ini,
mataku melirik di keindahan setangkai bunga cantik
ku petik,
ku jadikan mahkota hati
bunga itu kini layu sebelum berkembang.
Memanglah,
aku memilih jalan yang berbeda
dalam filsafat cinta
tetap, setiaku mengukir noktah
kedalam istana jiwa
Ku puisikan berbagai memoriku
ke dalam story story yang telah terjadi
sebagai saksi history cinta yang tak terjamah,
meskipun jalan hidupku
telah remang untuk ku tempuh
meraih gita cinta yang indah
bersama kekasih.
HR RoS
Jakarta, 4-12-2015. 17,57
DESTINASI PERJALANAN DIRI
Ketika perjalanan diri telah berada di bibir pantai kehidupan ini
destinasi hidup adalah pengabdian
menuju pada kematian.
Samudera biru membentang tak berhujung
nun yang jauh disana
berkoloni antara arasy dan kosmik
tak bertempat mengitari cakrawala misteri
menyatu dalam satu kesatuan tujuan yaitu tuhan.
Destinasi diri,
adalah mencari jatidiri itu sendiri
meskipun perjalanan itu terhapit oleh gunung daratan lautan dan gelombang
kehidupan ini tetap akan berlayar menuju kepada sebuah pemberhentian.
menoleh kepada sebuah irama hidup
adalah warna warni pigura kaca
menyeliputi bayangan semu
semua konsekwensi warna
akan terealiti pada pos terminal
di kehidupan nanti.
Diri ini akan tetap mengharungi samudera lahul mahfudz
tersadar ataupun tidak tetap di raih,
untuk menepati janji azali
tatkala tanya jawab di alam rahim ibuku
aku dulu berikrar setia pada-Nya
akan tetap mencari destinasi yang sejati itu ialah pengabdian kekasih,
yaitu illahiku.
HR RoS
FATAMORGANAKU
Terasing oleh sebuah kenangan
aku masih disini,, menyendiri,
menunggumu kau hadir lagi.
aku hanya diam merenung, memikirkan yang telah pergi.
Aku gagal mengisi hari hari indahnya,
dengan puisi cinta hati yang setia
kau pamit tinggalkan sepi disini..
Aku yang mengagumi sosokmu,
aku berhias kanvaskan syair hati,
kenapa tak kau pahami cerita sukaku..?
kau biarkan ceritaku berbuah fana belaka.
Cinta yang kuhidangkan tak dilayani
kau biarkan terlantar di jalan sepi.
hari berganti waktu terus berjalan,
gontai langkah hatiku selalu ku jelang,
semua keadaanmu telah ku maklumi
kasih, dimana kau kini.........??????
Kau biarkan senandung puisiku selalu mencarimu,
ditembok maya ini aku selalu menanti
kau yang telah pergi tak pernah kembali lagi.
disemua bekas puisiku aku linangi,
karena yang aku cinta
hanya manis dalam hati sendiri saja.
sedangkan hadirmu aja tak di mengerti,
bagaimana bayanganmu
menyapu linangan ini.
Aku menyukaimu tanpa ku sadar,
terkisah denganmu sesaat
membuat aku penat.
Ya Rabb...
hapuskanlah rasa ini, rasa yang berlabuh di dermaga ilusi.
telah ku ratapi kebodohanku
aku mencinta sosok dia, hanya bayangan fatamorgana saja.
Memang aku ratapi pertemuan itu
terkisah seperti dalam mimpi saja.
dan kini ku basuh tangis ini
dalam sisa sisa embun pagi,
untuk redupkan senja memerah
Malaysia itu,
di kinabalu sana
kota belud sabah
jiwaku terkisah dengannya
akankah impianku menjadi nyata
ataukah akan menjadi fatamorgana
entahlah.....
HR RoS
PARANOIDKU
Dulu..
saat bersamamu,
aku tersanjung dengan hidangan rayuan.
tersenyum dalam belaian,, terlena dalam dekapan manisnya gombalmu.
fikirku kala itu, aku akan bahagia bersamamu,
setelah kujalani semuanya semu dan ternyata hidanganmu palsu.
Kini....
kau campakkan aku,
paranoid menghias hidupku.
Ceria aku kini terasa sepi dalam keramaian
dan ketika aku berkawan sepi terasa ramai dalam ilusi kesunyian.
aku telah gagal disegala aspek asa karena kebodohanku.
Aku kini...
selalu mencoba untuk tersenyum meskipun senyuman itu palsu.
ku berjalan,
kabut kabut masa silam mengikutiku.
dan ku coba berlari
mengejar mimpi mimpi yang tertunda
selalu terjatuh di jurang yang sama.
Kecewaku...
terdiam bak membatu
aku tangisi takdirku rasanya malu.
jiwaku semakin tercabik dalam lara
peganganku patah dalam keputusasaan.
dalam malam aku selalu berdoa,
duh matahari hatiku, sinarilah kelam menyelimuti ruangku.
duh kisah silam, belailah pedihnya luka ini
biar secercah lembayung jingga
menghiasi arena hidupku.
Seberkas kenangan yg suram yang selalu membaju iringi setiap langkahku.
aku rapuh berdiri di dinding harapan
wewangian warna bahagia sulit
ku dapatkan lagi.
aku semakin sedih, pedihnya luka ini.
tak sadar maniak maniak airmata ini menetes
aku tak mampu membendung gumamman pilu
biarlah aku bawah menangis sejadi jadinya
ketika tangisku reda
semua akan berakhir sudah luka itu.
Duduk tersandar menatap angan
gemulai dibangku yang rapuh
menatap kedalam doa,
Tuhan....
energikanlah semangatku kembali,
kepada-Mu hamba berserah diri
dari rentetan kegagalan yg selalu aku alami.
semoga aku bisa bangkit meniti jembatan
perjalanan hidupku dalam sebuah tanggung jawab masa depan,
semoga ya Rabku,,
luka ini sembuh.....
HR RoS
SURAT CINTA UNTUK TUHAN
Kalung tasbih mengelilingi altar pertapaan
melingkar berputar diatas sajadah
aku berkomat kamit beristighfar
datang ke mihrabmu ya allah.
Surat cinta ku tulis lewat rasa
mewakili rasa setiaku sepanjang hayat
aku berjalan dalam laskar iman
mendaki ke dinding tauhid
Surat cinta
dan dia adalah doa
ya allah,
kerinduanku menyapa di malam buta
yang tanpa penerang, gelap gulita
Aku mencari bayangan diri
di sela sela titik titik cahaya
cahaya nafsu semu berlalu
Jiwaku mesra, singgasana sudah dihadapannya
Surat cinta yang fana
syairnya tak bersuara
Ya allah,
ismudz dzat-Mu ku lafadz tanpaku kaku
dalam fana itu
aku rindu
kekasih itu bertamu.
Surat cinta diterima
ya anta ana, .. ana anta
kalung tasbih di altarku terkapar
lapaz terhenti ku mati
ternyata kekasih itu telah menyelimuti
Ya Illahi...
aku sadar kini
cintamu maha
ya tuhan,
aku yang selalu lalai lupa dari perintah
aku sang pendosa bercita cita mengharap surgamu
ku tahu itu tak pantas bagiku,
selain hanya karena wilayah rahmatmu mengizinkanku kesana.
padahal engkau sang cinta
bercinta dengan-Mu itu wah..
indah.
HR RoS
Jakarta 24-8-2015, 10,05 wib
OBSESI YANG TERHENTI
Cerahnya mentari secerah hatiku
ku pandangi lingga warna di ufuk pulau
nelayan berjemur menatap riak laut
sedih di tunggul sauh
perahu terpasung dibibir pantai takut badai.
Ku lukis syair ini
dengan jemari yang gemulai
Ilusi majas hati kian buram
langkah ini lelah tinta telah memudar
Pelayaran itu terpaksa ku arungi
di tengah samudera tinta
badai berkoloni jerebu
aku tersasar kehilangan arah
Kalut tak menentu
pelayaran ke pulau harapan terbengkalai
pendayungku hilang
di telan gelombang
Mimpi itu usai
obsesi ku terhenti
di sebuah pulau yang bertujuan
aku karam bersama sekoci
hilang di tengah lautan
yang takkan bisa di ketemukan lagi.
Jakarta 10-9,2015, 08,13
SEBUTIR PASIR
Sebutir pasir terpijak merintih
kemana kan kau bawah langkah kaki itu,
jejak jejak di bibir pantai tergerus ombak
berlalunya kenangan sesaat
dalam pertemuan selintas angan.
Berlalulah sejauh mungkin
kakimu kau langkahkan ke sebuah haluan
hingga lenyapkan
history kita kedalam mimpi.
O la laa....
nyanyian siulan gumamamku
menghalau sepi
selamat tinggal kekasih
di pantai ini kisah berawal
di pantai ini juga kasih berakhir.
HR RoS
SENYAPMU GELISAHKU
Awal perkenalan itu
adalah kecerobohanku
canda itu membuatku layu
karena operanya kasih
tak berpentas mewah
aku tak akan pernah berjumpa dalam dekapanmu
selain kisah ini berawal dari maya, bercerita indah dalam bingkai kisah
mungkinkah akan berakhir sebagai sejarah saja.. entahlah....
Kau sebatas angan tak berkenyataan
hayalku cuma penghias lelap tak terwujudkan
gelisahku selalu mengiringi dalam bayangan
senyapmu kini menciptakan gelisahku
biarlah kasihku tak kau balas
bila kasih ini hanya sebatas mimpi.
Kau yang jauh diseberang sana
tak memiliki cinta yang sesungguhnya,
kau yang berada di negeri sabah
teronggok lara disana dalam lamunan sepi
tak berkemudi cinta,
aku disini terpasung rindu
memimpikan asa tak akan pernah bertemu.
Aku gelisah itu kini,
merintih merindukanmu
cintaku akan kaku nanti,
tak lagi kanvaskan syairku.
bibirku kelu tak lagi memanggilmu
hatiku mulai malu menjerit sapa bayanganmu.
bila kisah itu tak terealiti
biarlah ku abadaikan cinta hakiki ini,
berakhir kedalam sujud rabbku
dan mengabdi ke cinta suci itu. hukhukhuk......
HR RoS
TAFAKUR, MENUTUP JENDELA RUMAHKU
Tatkala mata ini tertutup rapat
kegelapan diri membuncah resah
dengan meresapi dalam kelam yang pekat
kan terbukanya tirai tirai cahaya kasih-Nya.
Ketika layar terkembang membentang
sagara biru hadir bersamaan memandu
hadir dengan sendirinya di ruang sukmaku
riak cahaya-Nya seperti air mengalir mendidih
mengalir ke muara diri dan sagara jiwa ini,
oohh..
disanalah kan di dapatkan Ia bertahta.
Seyogyanya memang kasih-Nya
seperti air mengalir yang tiada henti
ketika kasihnya terhenti,
maka maha kelam
akan membungkus badan
bersemayam badan di pembaringan.
Sering seringlah menutup jendela rumah diri
biar di dapatkan secercah cahaya illahi di dalam jiwa ini
semoga jalan keabadian terbentang di kemudian nanti.
Ketika rumah ini tertutup rapat
hingga menyesak tak terkuak,
matilah mencari cinta-Nya
hingga mihrab jannah di kasihi-Nya.
Antara ruhhul dan nurrun ala nurrin berkoloni bersemi ya di jiwa ini,
Saksikanlah...
disanalah firdaus itu bersemayam.
kan tersiramnya nar diri dengan nurrin illahi.
HR RoS
Jakarta, 25-3-2016. 14:44
BERCUMBU DENGAN MAHA CINTA
Pada segelas anggur aku teguk mabuk
bercumbu dengan rindu,
pada segelas kopi
aku tunduk tawwadu'
dalam wejangan guru ilmu diri.
Dalam tafakurku,
gersang kutatap padang ilalang
daun melambai bak tirai tersingkap.
ilalang kutebang,
padang menyeruak terang bak dibibir pantai,
Seonggok tunggul diatas tandus
haus berharap titisan rahmat illahi.
Aku bodoh di tepi qolam rahasia hati
sehingga tiada yang bisa aku terka
pada manisnya cinta di pertemuan itu.
ketika kasih mencucur tabir
aku terbelalak waw, terpukau.
panorama inderaku lenyap
hening sadar di dalam awas
tubuhku gemetar,
tatkala cahaya menatap kacahaya cinta
berseminya kebenaran tuhan.
Aku berlari tak terkejarnya pelangi
padahal IA telah berjingga dalam rahmat hati.
aku menatap berdiri,
Dia sudah ada di sampingku ini
aku bernyanyi, Dia ada dalam syairku..
La mutakalliman ilallah.
aku tertunduk diam
sedari awal Dia sudah menggengamku.
Aku malu, Dia tersenyum
berlalu meninggalkanku
perginya dekat sekali tak jauh dari sisiku.
HR RoS
Jakarta, 23-3-2016, 16:03
DI KOTA ITU PENJARA SUCIKU
( bukit tinggi )
Sahabatku...
Pernah aku lewat kota itu
kota yang tertanam indah bunga bunga asri dijalan santri
kota yang menciptakan pengetahuan generasi religi.
kita dulu pernah satu meja
menempa diri disini di asrama penjara suci.
Dalam lamunan senjaku,
kini satu hati tersentak rindu, rindu yang teramat sangat,
rindu akan arti sebuah sahabat.
ohhh....
dimana kau kini ya sahabat sahabatku..?
sahabat yang sehati segumam
segurauan dalam suka dan duka,
di penjara itu
kita menempa asa ke inginan orang tua
jadi anak yang berguna.
Sahabatku,
asa kita dulu yang pernah kita cita citakan
di kala impian bersama sama menjelang tidur
kini telah di raih sayangnya kita terkotak terpisah jauh.
takdir telah menentukan jati diri kita,
meraih cita cita dan cinta untuk rumah tangga di masing masing kita,
kini sudah dalam genggaman lamunan itu.
Ohh, sahabatku....
aku selalu ingat kamu karena kurindu...
bila ada waktu,
yuk kita merangkai reuni melepaskan kerinduan yg tertumpuk disudut jiwa ini.
aku ingin menangis bersamamu dalam pelukan cinta nostalgia.
Sahabat,
aku ingin berbagi cerita tentang pendidikan kenangan di asrama penjara putih
itu lagi.
reuni, bila itu terjadi aku ingin memeluk erat kawan kawanku semua satu
persatu,
sehingga rasa rindu yang selalu terkurung didalam rumahku selama ini terlepas.
seperti lepasnya dahaga di khafilah sahara.
penjara itu adalah penjara suci bertembok putih beratap religi.
aku kini,
mengetuk dinding mayamu kawan,
adakah kalian semua sama seperti aku..?
yang merindui kembali dipenjara suci itu..?
oh, aku yang merinduimu...
indahnya sebuah study di penjara suci itu.
HR RoS
MALAMKU DI SUDUT KOTA
Telah pergi purnama itu
meninggalkan malamku
maniac maniac kejora pun tertutup awan
Aku kelam,
Mencoba menghitung hari di dalam sunyi
telah berapa banyak tinta ku goreskan
mengoreskan diksi hati yang kian tersisih
sedih melukis lembaran lembaran semu
yang tak lagi menentu.
alamku yang tak lagi bercahaya,
Gelap.
setengah lilin tersisa ku nyalakan
aku menyelesaikan sebait diksi
rasa yang masih terperap
menatap kedalam hayal
bersandar ke punggung malam
fajarkanlah secercah cahaya itu oh awan
hingga sisa sisa malamku tak larut
dalam kedukaan.
HR RoS.
IMPIAN YANG KIAN PASRAH
Aku,
tersadar pada kelemahanku
rasanya tak mampu menatap cakrawala
karena jingganya warna cinta itu.
Engkau,
yang berada di hujung harap
telah gersangnya pucuk pucuk
rindu yang semakin layu.
Kini,
kenapa roda kereta hatiku
seakan tak berputar lagi
sepertinya jiwaku telah luruh,
oh biduk senja yang lagi melaju
kenapa terhenti dengan riak
apakah karena pendayungku yang kian rapuh.?
Biarlah,
langit itu mendung bergemuruh
yang akan basahi gersangnya bumi cinta
perlahan gersang itu mengembun
suburkan taman rindu yang gundah
di sini.
HR RoS.
DERITA BORNEO, DAN SWARNADWIPA ITU KINI
Swarnadwipa lara
Borneo pun tersiksa
duh,
rupa bumi itu kini
gersang,
bak hiroshima dan nagasaki.
Negeri swarnadwipa tanah emas
borneo kayu wangi hutannya nafas dunia
nasibmu kini telah tandus,
terjajah oleh kolonialis
pengusaha monster duniawi yang serakah.
Nusantara ini
seperti negeri diatas angin
diapit belahan benua dan samudera
tanah syurgawi yang menjelma
Polusi negeri ini telah miris
co2nya menyesakan dada
duh tanah pertiwi itu,
daratan sabah
semenanjung malaysia
brunei dan singapura
berkenduri atmosfir kumuh.
Atmosfir berkabut buruk
kenduri asap teruk bak azab menghantui,
jauh tatapan itu kelangit biru
mata seakan tertutup debu
jerebu itu telah menjadi nasib nafasku.
Ini negeri diatas angin
telah termisteri seperti penunggu makhluk jadi jadian.
ketika halilintar menggelegar
kilatan menyambar tak berhujan
bak rahwana turun dari khayangan
menerkam mayapada.
Atmosfir bersiklus sadis
tanah syailendra dan kutai kartanegara
terjajah..
Oleh keserakahan sikaya.
HR RoS
jakarta, 01-11-2015
IMPIAN YANG KIAN PASRAH
Aku,
tersadar pada kelemahanku
rasanya tak mampu menatap cakrawala
karena jingganya warna cinta itu.
Engkau,
yang berada di hujung harap
telah gersangnya pucuk pucuk
rindu yang semakin layu.
Kini,
kenapa roda kereta hatiku
seakan tak berputar lagi
sepertinya jiwaku telah luruh,
oh biduk senja yang lagi melaju
kenapa terhenti dengan riak
apakah karena pendayungku yang kian rapuh.?
Biarlah,
langit itu mendung bergemuruh
yang akan basahi gersangnya bumi cinta
perlahan gersang itu mengembun
suburkan taman rindu yang gundah
di sini.
HR RoS.
AKU TERSISIH DARI KASTAMU
Kawan..
Sadarku menulis ini,
aku luahkan segala perasaan bersama tinta airmata luka
aku yg tersisih terjepit getirnya hidup
bersamamu, tawaku lirih.
karena terpaksa iringi irama canda itu.
Kawan....
Lentera mewah yg menghias hidupmu ditaman kasih
telah terbingkai hiasan bahagia dalam bahtera nokhta cinta yang kian bersemi
aku tersisih dari kasta warna hidupmu
pergaulan hidupmu yang berpelita terang
bak selebritis berwajah borjou.
tak sama dengan hidupku yang selalu payah,
aku bak sebatang lilin seketika akan padam
penghibur di meja canda itupun terpaksa.
Kawan,
Aku lepaskan kecerianku bersamamu hanya sekedar menutup rona pilunya luka.
Sahabatku yang mewah..
hidupmu bertahta ria yang serba ada
aku bak sipungguk terhimpit pilu
deritaku dibuang nasib ketanah tandus
telaga warnaku tak kunjung bermata air
karena dari dulu aku tak punya sumbernya.
aku terbiasa menyepi dari dulu
karena lara tak punya apa apa
diri ini tertirani dari derita bayang bayang orang tua, meski bahagiaku
terpaksa...
penutup hiba dari sang permata bunda.
Kawanku,
aku selalu tersisih darimu
kasta hidup kita memang beda kawan.
kau orang yang serba ada,
aku orang yg tak punya apa apa yg bisa dibanggakan.
Dalam susah ini, aku berdoa...
semoga tuhan selalu memimbing hidupku
Ketanah harapan cinta berumahtangga
cinta itulah yg membuatku tegar kembali
mengiringi candamu
untuk bisa tersenyum indah bersamamu
wahai kawan kawanku yang telah sempurna
berbahagialah dikau
di kasta terindahmu itu.
HR RoS
BERMALAM DI KLENTENG TUA
Demi kesuburan dan kedamaian
sang dewi menitiskan air kasih
dari klenteng budhis tertinggi
aroma mewangi
di lorong lorong angin
dari peribadatan sang reinkarnasi.
Pelangi jingga melingkari
di langit jakarta senja ini
petak sembilan
di payungi dewi kwan im
Para pengemis lara
menunggu murahnya senyuman
sang budhis
mendung berlapis
alam berjubah putih keabuan
pertanda rintik rintik kan menitis
pada kejayaan tao
para dewa dewi melukis senyuman
dari balik klenteng tua itu
sang pengemis
meminta belas kasih
dari sang pemuja
kesejahteraan dunia reinkarnasi.
Oohh..
Budhis budhis
penebar keharmonisan insani
dari nirwana kau tanam cinta
untuk sesama..
berbagilah kepada mereka di sana
yang mengulurkan tangan
bagi yang membutuhkan...
semoga siklus reinkarnasimu
berjaya nanti...
HR RoS
Jakarta 7-2-2016, 18,377
Gong xi fa cai
KASIH SAYANG BUNDA
Tangisan darah daging bunda
telah lahir ke dunia
memulai sebagai khalifah yang masih fitrah.
Titik titik peluh mencucur di tubuh
anakku,
lenamu syahdu di pangkuan ibu
kasih sayangku dekap
dalam melodi nina bobo tidurmu
Anakku,
cepatlah besar nak..
dikau pelipur lara ayah bunda
buah hati,
kaulah harapan yang dinanti
cepatlah besar nak..
berlari dan teruslah berlari
mengejar obsesi.
Kala malam,
berselimut dalam dekapan bunda
bila malam terjaga dalam lelapmu
dahaga menyapa
kau meraba air fitrah bunda
dengan tangisan manja
dikau menghiba
ku peluk dikau dengan cinta
masa siang berkawan hari
kau teman ceria hati.
cepatlah besar nak...
bunda doakan hidupmu bahagia
Dikala ayah bundamu sudah tiada
dikaulah pelanjut tirani keluarga nanti,
berbaktilah.
HR RoS
Jakarta, 8-12-2015, 22,22
MUKYASAFAH DI HUJUNG PERJALANAN ITU
Yaaaa... Huuuu.....
satu tarikan itu
nafasku bergulung dalam tanjakkan iman.
seketika,
aku telah berada di puncak pendakian thursina
tongkat alif itu,
memandang teguh tauhidnya.
Jiwaku bergulung dalam misykat misykat bashir
irama sami' mengalun nyaring bak lonceng berbunyi
langit pat ku lipat
hening ke ruang angkasa jiwa
Aku penjarakan nafsu nafsuku
tetap saja ia memberontak
menggoda perjalanan malam itu
seakan berjubah wibawa arjuna dan srikandi diri.
ku bakar jubah wibawa nafsuku
dengan bara tauhid
sirnalah ia.
Imanku memandu ke sagara hijau tenggelam ke dalam kacahaya rasa.
Tarikh nafasku leburkan diri
ke kasta kasta mikraj nurun
berpijak di suatu makam, tak terpijak
berlalu ke makam berikutnya
semakin terfana
fanaku asyik, syauk menyapa cinta
tatkala kyasaf tirai itu
membentang terang.
kelambunya berkilauan manik manik nan megah berpayet indah tak berwarna.
Menyapa kekasih dalam tirai cinta
salamun kaulam mirrabbirrahim
bersatunya sang pencinta
kepada maha cinta
memadu dalam perjalanan
satu malam
mabuk dalam kenduri sufi
beristana mihrab mihrab cinta
di alam ahadiyatNya.
HR RoS
Jakarta, 09-12-2015, 09,20
TERTANYA DALAM HIBA
Ku dapati satu cahaya harapan didalam perjalanan hidupku..
cahaya harapan itu
tak menerangi jalanku.
gelisahku kini,
seakan berpegang tongkat rapuh
Aku sudah tertatih berjalan menyulam kasih dalam sepi.
Debu debu jalanan berkabut
ku lintasi ke arah muara tinta memadah talenta sastra.
aku kini melukis tanya.....
dikala sedih menimpa tubuhku
ramuan rindu itu kenapa bisu..??
tak menyapa
semestinya......
Uuuuhhh...
Ketika camar bermuram durja dipantai muara kasih..
seruling rinduku di pelayaran samudera maya selalu membangunkan lelah di
keheningan lara sukmamu.
Duhaiii.....
awan yang berarak senja
bawalah daku ke samudera jauh
biarku hidup dalam masa senja ini yang tak lagi menoktah rindu.
Aku kini....
mencoba membiasakan hidup tak lagi bernyanyi di pantai rindu dengan camar camar
itu..
Aku biasakan sepi menyulam hari tanpa kicauan camar itu lagi.
biarlah kini...
bermadah dalam sunyi
melukis senja dengan tinta yang telah pudar warnanya.
biarlah.
HR RoS.
Jakarta-11-12-2015. 17,35
KEMBANG IDAMAN MENGINTIMIDASI TAMAN YANG TAK SEMESTI
Kebun kasih semusim berbunga
tangkai layu bunga berputik
seketika daun gugur runtuh di sakwasangka bayu yang tak menentu.
padahal tiada hujan apalagi panas terik
kenapa teruk membuncah gundah
membakar hati sendiri.
kenapa pemandangan di jelapang padi tanah yang luas kasih nan subur, seketika
padi berhias jerami..??
kenapa kompromi seni memacu obsesi diri
hanya membingkai beranda pujangga dalam jalinan karya, taÄ· dipahami.
jalan terjal kau buat sendiri
berbuah analisa curiga..?
padahal, luah obsesi tintaku
tidak menoktah story hati
tak terkisah dengan nyanyian sesama seni pujangga.
Figura figura tak berkaca
kertas madah lusuh pudar warnanya.
ketika noktah mengikrar setia
berharap cinta selalu bersemi
tak jua dimengerti.
bila setia berguguran di tikam intimidasi.. apalah daya diri ini.
karena karya dan diriku bukanlah penebar pesona
malah selalu terhina semakin di fitnah.
Pada suatu ikrar tak lagi di yakini
ayat ayat illahi tak jua di percayai...?
apalah daya sang kidung malam
tak lenakan lelap malamku.
lolongan bunian malam
menikam rasa takut
kala malam tak lagi ada kedamaian purnama dibalik awan layu
yang ada hanya selimut dingin
kejora pun malu mengintip lirih.
Jiwa jiwa yang rela
menyulam malam,
mendekam dilabirin iman
bersenandung dalam bilik doa
ya allah, pelitakan jugalah ya allah cahaya iman dalam cinta.
doa itu,
hapuskanlah memori luka
janganlah luka itu berdarah lagi.
palingkan wajah wajah intimidasi
dari sakwasangka yang tak semesti.
Aku selalu mencoba menyibak awan
biar padang bulan melukis kedamaian
aku akan tetap mencabar janji suci
menoktah pelangi kasih
berharap mentari menyapa pagi
damailah jiwa ini
bila gubahan tintaku
tak jua di mengerti...
jubah kasihku telah pasrah teriris kecewa.
Bila apresiasi tintaku tak dipahami juga dengan seksama,
kau masih saja mencoreng madah disebalik tanya..
tetap di curiga seakan hipokrit rasa.
biarlah,
dan sekali lagi aku pasrah...
berlalulah sejauh mungkin yang kau mau...
ku hargai satu kuncup kan mengatup
AKU RELA KEMBANG ITU TAK KAN MEKAR LAGI.
HR RoS
Jakarta, 12-12- 2015, 22,32.
HITAM PUTIH DENDAM ABADI
Azali,
Sebuah perencanaan illahi
tatkala sabda di tutur
dua kekasih takjub sujud dalam keharuan dan pertanyaan.
sang malaikat di tanya manut
Idjajil protes tak nunut.
Dosa pertama kali terjadi
dalam fakta illahi ialah pembangkang.
takala allah menciptakan insan kamil sebagai khalifahNya
Idjajil tak terima,
terkutuklah.
sang khalifah di hinakan
di bisikan nafsu
terjadilah dosa kedua.
Malangnya nasib adam dan hawa
tercampak ke dunia
dalam kurun waktu yang panjang
bertemunya adam dan hawa dikala fajar
berpelukan dalam tangis kerinduan yang mengharukan.
Disana di mulailah tirani kehidupan
rumah pertama dibangun yaitu baitullah.
terlahir bibit habil dan qabil pembunuhan diantara mereka berdua dari iri
dengki dosa ketiga dan dosa pertama di dunia terjadi.
Idjajil si dendam abadi skenariokan kebencian itu.
Berlalunya waktu hingga di kehidupan syits
tirani peradaban terkotak antara anwas dan anwar.
oleh kelicikan idjajil kembali
meminjam benih syits
berjayanya kisah khayangan dan mayapada.
Kehidupan terus berlari
di setiap sendi sendi mengintip kemungkaran yang berkompetisi
hingga pada suatu zaman ke zaman berikutnya.
Kini,
diambang penantian sebuah pertarungan abadi dendam hitam putih.
antara imam mahdi dan dajjal adalah idjajil itu sendiri kan kembali.
waspadalah...
ia ada di sekeliling kita
bahkan melaju didalam peredaraan darah kita.
Berpeganglah kepada satu tongkat, La illaha ilallah....
tawakallah kepada allah..!
siapapun anda.
hingga kemenangan disana kan kau raih.
kembalilah ke predikat fitrah insan kamil
hingga jannah menanti memanggil
dengan kesenangan abadi.
Amin..
HR RoS
Jakarta 21-12-2015, 09,40
DAWAI LUKA SANG SENIMAN
Ku telusuri jalan ini
nyanyikan irama kehidupan
dalam lamunan kekasih
kasih yang tak sampai
ku petik guitar
kudendangkan lagu
lagu memori
antara engkau dan aku.
Aku bukanlah borjou perkotaan
di lorong lorong kemewahan
aku sang seniman jalanan
bernyanyi mengejar mimpi
mimpi mimpi yang tersembunyi
Kala kaki melangkah
terhenti tuk kembali
jawaban apa kan ku beri.
denting dawai ku petik
menitip tembang luka
dalam goresan purnama meredup terbingkai dalam cinta tuna wisma.
Kasih yang tak sampai
maafkanlah aku.
Biarkan jalan ini jadi saksi
luka yang tak terobati
dalam nasib lukaku dan hidupku.
HR RoS
jakarta, 19-12-2015, 09, 58
WIJAYA KUSUMA
Kembang kuncup nan indah
misteri di pelataran hari
kembang kuncup wijaya kusuma
bersembunyi di balik terik
mekar dalam kesunyian malam.
Wangi seindah tangkai melati
termisteri mistik oleh darah priyayi
mekar ranum pembawah berkah.
kembang cangkok wijaya kusuma
perpaduan dua nama
lambang aksara bermakna
berbilang nur dan cahaya
diantara dua tokoh perisai bangsa, sukarno dan hatta.
Wijaya kusuma,
teratai bangsa
di sanjung di pelataran mewah
berbunga berputik bagi sipemuja mistik.
HR RoS
Jakarta, 19-12-2015, 07, 37
PURNAMA REDUP DI LANGIT SABAH
Di siang hari
kisi kisi mentari
melaju redup
tertutup awan
mendung berkoloni badai
badai menyibak iklim
iklim yang tak mau berdamai
diseantero bumi
riak mendebur
memecah gelombang
di kesunyian pantai.
Kisah kasih ini
mengusik gita hariku
pantai tak berhujung di buai resah
resah berselimut malam di pantai sabah.
Malam ini,
purnama redup dilangit sabah
ku tarik tintaku
meluah sastera
membuka cakrawala malam
dengan pelita sastera asmara
semoga malam ini damai
lena berselimut cinta
Esok lusa
bersinarlah sang surya
tampakkan cahayamu
ketika malammu bertamu
kejora, pelitakan kelam itu
semoga purnama indah
menghias di malam lusa
bersinar di langit sabah
semogalah...
HR RoS
Jakarta, 18-12-2015, 20,15
HARI HARI YANG TELAH DINGIN
Ku tarik nafas
ku lepas perlahan
bergulung gelombang asap
menguap
Pagi yang dingin
dikaki bukit menoreh
dalam hembusan salju
memeluk rindu...
rindu rindu yang telah membeku.
Dingin,
dimana selimut hari
kau titipkan
ku berlari mengejar bayangan mimpi semalam
dalam lelap berunggun
tak terasa nyala itu telah padam.
Kini,
tak ku temui
sesosok bayangan kelam itu dalam lamunanku di bukit menoreh ini.
Madah ilusi
berselimut hawa dingin
dalam pelukan kekasih.
HR RoS.
Jakarta, 17-12-2015, 08,37
PERJALANAN SIKLUS MUSIM
Pada suatu siklus
yang telah menyapa iklim
siklus dari perjalanan semusim
musim dari keniscayaan rotasi takdir.
Ketika musim semi menghias
berbunga berputik berbuah ranum
siklus berganti
daun terlepas berguguran
dari selimut salju.
Dingin,
telah dingin lamunan di balik bukit cemara
kicauan burungpun bernyanyi enggan
enggan bersiul di ranting dahan
sayap kuyup berlumuran hujan
dingin tak tertahankan.
Semusim telah berlalu memandu rindu
dalam aksara tinta bermadah cinta memamah sukma
dari takdir illahi,
mengukur kearifan jiwa
memaknai rasa sepenuh hati.
Jadilah ia moment bermakna
untuk sebuah kedewasaan diri menyulam masa usia senja.
dalam bahtera masa masa bercinta
ku bingkai cerita indah ini menjadi sejarah
tersusun dalam figura kaca maya
ku genggam jemari indahmu
salam sejahteraku mengikat jemari,
berpeluk cium mesra
di keindahan madah madah sastra dari jakarta menitipkan rasa cinta.
HR RoS
Jakarta, 17-12-2015, 07,20
TELAH JAUH DARIMU IBU
Satu tangkai kembang rindu
ku persembahkan di akhir tahun ini.
dalam keheningan malam,
aku sujudkan tubuhku ke hadirat bisu
aku memanggil dalam iringi doa
ya allah... sampaikan rindu ini kepada ibuku.
Ibuuuuu.....
Telah jauh kaki ini ku langkahkan
perih sedih bumi ku pijak
namun nasibku tak jua berubah
diri ini telah bermandi peluh
mengais asa berkelana dilorong masa dan waktu
yang tertinggal kini lamunan pilu.
kini aku tersadar ibu,,
Jauh lebih perih deritamu
yang pernah kau cabari dulu membesarkan anak anakmu.
Oh, Ibu...
Kala malam mata ini berurai sebak
mengingatkan masa pahitnya deritamu mencari sesuap nasi untuk kami.
dalam kelam menengadah doa
aku bersujud,
ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku ya allah.
Ibu,
Di hari kenangan ini
aku menangis rindu dalam setumpuk pilu tercucur kedalam nafasku.
berbahagialah engkau selalu
di usia senjamu yang telah ranum itu.
ku tahu,
andaikan gunung kinabalu itu jadi intan berlian
tak kan bisa membalas jasamu ibu.
Satu kesempatan
ku titip puisi di malam ini
semoga airmataku berhenti menitis.
ku titip salam rinduku padamu ibu
maafkan atas semua silap anakmu.
Oh ibuku.
HR RoS
Jakarta 21-12-2015, 21,52
Mengenang 22 desember hari ibu
SELAMAT TINGGAL MEMORI
360 hari telah terlewati
cerita tahun ini kan berakhir
kan ku bingkai tahun depan
dengan suasana yang berbeda
meski ia masih misteri.
Dasawarsa cinta dan hidup ini telah di jalani
pahit manis sudah dirasakan
cabaran demi cabaran
telah di hadapi.
dan telah mendewasakan kita
dari arti sebuah makna kehidupan.
kini,
mimpi mimpi indah itu telah usai
telah jauh berlalu pergi.
kan ku terima
walau ia tak kan kembali lagi
meski sisa sisa cinta ini
masih ada
dan kupelihara
sepanjang hidupku
biarlah ku bingkai bayangan semu itu
menari bersama hayal
meski kisah itu tak lagi biasa
Doaku,
berbahagialah bersama realitimu
semoga kau ceria selalu
pada suatu ketika purnama kan bersinar kembali..
kutunggu kehadiran nyanyian itu membangunkan tidur nyenyakku memetik bintang di
balik layar purnama yang telah terkembang menemani malamku.
HR RoS.
RINDU KAMI YA RASUL
Purnama bersama bintang
mengitari galaxi biru
malam ini kututup mataku rapat rapat, syahwatku bungkam.
getarkan alunan shalawat nabi
peluhku mencucur di tubuh
kemilaukan cryistal manik manik di langit tinggi
bertempat di arsy jiwa ini.
Hatiku mengejar purnama
Purnama itu menatap sukma
sukmaku terpukau
menyaksikan sang kekasih
hadir di sagara cahaya berjubah hijau.
Jiwa jiwa yang tenang
telah rindu,
mengenang lahirnya figur sang bintang
bintang yang menyinari malam.
bibit jagad mayapada telah lahir ke dunia
di utus sebagai penyempurna akhlak manusia
rahmatan lil alamin.
Rindu kami ya rasul,
dimalam maulid ini
ku buka rahasia cinta
bershalawat dengan sunahmu
di majelis rasulullah.
Rasul itu,
hadir bersemayam dalam rasaku
di utus oleh rasa yang sejati.
Musthafa,
Kau pembaharu akidah
dari zaman jahiliyah
hingga dunia berpurnama agama.
bermula dari azali sifatnya illahi
berkiprah sampai kehujung dunia
hingga akhirat nanti.
Ya rasul, rinduku akan syafaatmu.
HR RoS
Jakarta, 23-12-2015, 20,51
menyambut maulid nabi 2015
BULAN SABIT ITU TELAH PURNAMA
Seraut wajah yang dulu ceria
ikon maya yang mempesona
Dulu ia selalu bercerita
dalam secarik larik bermadah
pandai menyusun syair bertalent tinta membingkai story cerpen nan indah.
Kini,
seraut wajah nan indah itu telah layu.. tersiksa sakit.
derita di badan tak kunjung sembuh
dalam cerianya hanya sesaat saja
mengisi hidupnya
berkawan hari meraih impi.
selalu seketika pilu
terdampar bersandar di bilik pesakitan (hospital)
seakan derita abadi dibadan
yang tak mau beranjak pergi.
ya allah.
ku tak tega rasanya.
purnama itu kini telah redup
melukis bulan sabit di layar malam mengumpal langit di balik awan
kini, cabaran imanmu di pertaruhkan.
Lihatlah, padahal malam ini berpurnama indah
meliriklah di balik jeruji bilik peraduanmu.
tataplah pelitanya sesaat saja..!!!
kan kau temukan aku disana bersandar dibawah pohon cinta.
wahai alunan bunian malam janganlah memanggil misteri
oh jangkrik malam,
jangan kau undang kepiluan rindu dalam dekapan pilu.
Ku susun luahanku malam ini
sebagai bukti
aku selalu ada untukmu.
halaulah sebak duka didadamu itu
yang selalu membuncah lara
aku masih setia dalam nokhtah
meski realiti cinta ini
ada dalam misteri illahi.
tawakal dan bersabarlah...
menghadapi kisi kisi kehidupan ini.
Ingat,
tirani hidupmu berlanjut ke mereka yang masih remaja.
Jangan kau undang kepiluan dimasa bahagianya.
mama...
semangatlah dalam cabaran sakitmu itulah rintihan bisu mereka semuanya
berharap, mama sehatlah segera.
HR RoS
Jakarta, 25-12-2015, 23,00
HARMONI LEMBARAN MIMPI
Tatkala kidung malam membungkam bisu
lembaran malam ku putar
dentingkan jam dinding, tiingg.
Ku buka lipatan sajadah malam
dalam malam ku bersujud tahajjud
ku dekap ke mihrab iman
roda nafasku berjalan
sampai di penghujung jalan.
telah pasrah lelah
dalam lelapku bertasbih
semoga harmoni mimpiku
menghalau lembah sunyi.
Lelapku bermakna dalam genggaman illahi rabbi
puja pujiku selimut tidurku
bersemayam dalam awasnya Dia.
ku izinkan tubuhku linglung lunglai
menggapai maha daya cinta
pujiku asyik,
tercipta di keheningan religi malamku
malamku nikmat
asyik
bercinta bersamaNya.
HR RoS
DASAWARSA USIAKU
Empat dasawarsa usia
telah kujejaki dunia
2016 diambang selamat datang
selamat tinggal kenangan 2015.
lembaran demi lembaran diri
telah membentang semenjak lahir
hingga di kepagian hari.
Saat ini,
masih ku petik akan kasih dari maha pengasih.
Perjalanan diri mengintai hari
cabaran demi cabaran ku bingkai kedalam mimpi
kan ku jadikan sebuah history.
mimpi demi mimpi itu telah usai
ku terbangun dari lelapku
yang ku tatap hanya hayalan malam
asa obsesi diri tetap kan jadikan memori.
Kini,
gita usia telah berada dihujung tanduk
masa senja telah merona jingga
bekal itu untuk selimut kubur
tak jua diraih.
Story memori telah jauh berlalu pergi
dan tak akan mungkin kembali lagi.
Ya
satu yang diharap dengan sebuah kesetian hidup yaitu amal ibadah
untuk pelipur lara di akhirat nanti.
realita asaku
setialah menempuh senja
sampai menutup mata.
HR RoS
Jakarta, 27-12-2015. 23,03
PADA SUATU SENJA DI DERMAGA TELUK BAYUR
Di dermaga rindu
tangisku pecah
tinggalkan ranah bunda
aku sedih di tikam senja
kala itu.
ketika lambaian nahkoda melaju pergi
aku telah ketinggalan kapal itu.
dari jauh ku tatap,
sayup sayup bendera menari iringi kepergian kapal melaju
ke samudera biru.
aku terpana,
gejolak jiwa kelana ingin meretas samudera,
seketika pilu.
aku terpaku,
ranah bunda memanggilku.
Jiwaku tertahan diantara simalakama
terus berlalu ataukah akan pulang kembali,
sedih menikam kalbu.
Nyiur melambai di pesisir pantai
seakan iringi kepergian nahkoda itu.
camar bersiul mencicit perit
merayu memanggil kelana, kembalilah ketanah bunda.
biarkanlah takdir itu berlalu pergi, bisik lirih di senja jingga
sapa si burung camar.. oi gadih minang nan denai cinto...
Pada suatu senja di teluk bayur permai
saksi sejarah perjalanan yang tertunda
ketika asa cinta yang dulu pernah di ungkai
terbangkalai sudah, tak tahu rimbanya sampai saat ini.
Teluk bayur di pesisir pantai barat sumatera
saksi sejarah dermaga tua dari zaman penjajah
dalam era peradaban cinta siti nurbaya.
Dermaga itu kini,
jadi saksi memori rindu.
sebuah rindu itu,
yang kini tak lagi ku jumpai.
memori yang sudah berlalu itu telah membisu
dengan tinta ini
bermadah di kertas putih
ku puisikan sebuah memori.
Dalam lamunan di kesendirian
sisa sisa cerita yang tak sudah itu melukis kembali.
ketika masa remaja mengikat kasih
pergi tinggalkan pantai barat sumatera melaju ketanah jawa.
Kini,
memori itu telah membisu
tinggalkan sejarah yang tak bermakna.
selamat tinggal teluk bayur permai.
HR RoS
Jakarta, 29-12-2015, 11,40
BINGKAI BINGKAI SAHABAT YANG INDAH.
Ku renungi...
pelangi senja
kala ini,
ia melingkari mayapada.
ku amati...
dengan seksama
warna jingga senja itu
damainya sebuah rasa
bersemayam dalam sukmaku.
ku bertanya...
pada warna pelangi......?
dari mana rona rona itu,
tampil bisa berkoloni indah..??
meski kehadirannya semu
tapi ia menitip pesan cinta
kepada embun.
Pertemuannya mengurai lembayung
dalam tetesan daun keladi.
pelangi berlalu,
embun tetap berkawan diatas keladi dengan syahdu.
walau ia seketika akan terjatuh.
tapi embun itu
akan menyirami bumi dengan tetesan cinta.
Duuhh,
ketika dunia maya menyatukan kita
entah dari belahan mana kita berada
satu tatapan membawah berkah
bersatu, bersahabat
membingkai sukma
dalam kearifan jiwa
ia adalah ibadah.
Desah senja melukis rasa
ku puisikan kedalam tinta
ketika resah membungkam luah
dimanakah ruhani puisi di pusarakan
tak lagi di manakan.
Satu pesan cinta
lewat jendela puisi senja ini
genggamlah rasa toleransi,
satu cinta...
satu kasih...
bersemi ke lubuk hati
dalam figura kasih sayang
sesama insan hamba tuhan.
sekali lagi,
ia adalah ibadah untuk kita nanti.
Yuukk kita berbimbing tangan.
HR RoS
30-12-2015. 16,32
Jakarta dalam damai senja untuk semua.
MENGGAPAI BINTANG DI BALIK AWAN
Hidup bak berjalan diatas lumpur
mengejar kembang teratai
yang tumbuh diatas air.
Semakin melangkah
kakiku semakin terkulai lelah.
teratai itu tumbuh indah....
sayangnya,
akarnya itu tak berpegangan ke dasar tanah.
ketika banjir melanda,
teratai itu,
ikut pula berenang kemuara.
Aku bak musafir di sahara tandus
haus,
obsesiku telah terkikis tergerus nasib.
satu yang tersisa kini,
ialah keyakinan iman
menggapai bintang bintang malam.
meski malam ini tak berembulan purnamanya redup dibalik awan.
kini,
aku terhempas di lingkaran kebimbangan masa depan.
jalan mana yang akan ku tempuh semuanya arah itu buntu.
Jakarta dalam malam yang mendung,
HR RoS
30-12-2015.
KABUT RINDU, DARI BUAH HATI DI KAKI GUNUNG LAWU ITU
Bias bias embun kering di dedaunan
kala senja menyapa
alam tertutup kabut mencekam
berselimut bayangan kelam.
Nun yang jauh disana
di kaki gunung lawu, gubuk itu
yang selalu ku tinggalkan
pada nokhtah mengitari jejak hari
di lorong lorong kota termamah asa
Aku bersenandung senja lewat maya.
Ohh awan yang berarak
di cakrawala tinggi
ku titip sibuah hati
dalam wilayah brawijaya
dengan madah pujangga
ku tembangi kearifan rasa
dalam aturan budaya sang prabu
di gunung leluhur itu.
Di kaki bukit yang asri
sibuah hati ku tinggalkan
dalam jalinan cinta
menjelang dua dekade
kau kini sudah remaja.
Putra itu,
kala siang bermain berlari
mengisi hari menutup sepi
pada senja menyapa
dikau bermuram durja,
bertanya sendiri jauh kedalam jiwa
di manakah ayahku kini berada
yang tak kunjung kembali...?
Ketika fikirmu tak terlerai
bulir membuncah di pipi
mengalir ke sudut bibir
uuuhhh...
matamu terkatup lirih
kemana kan kucari ayah bunda yang jarang ada di rumah ini...?
Ayah....
dikau penuntun menerangi pelita jiwa kembalilah..
terangi rumah ini dengan cahaya cintamu.
Seringkali padi itu berbuah
di tepian jalan mendaki
di tangga tangga sawah itu
tersusun indah
Gontai langkahku
kala pulang sekolah
aku selalu terhenti menatap pelangi
kala senja menghias
di kaki gunung lawu itu
padi itu selalu menguning
silih berganti di tuai petani
kau tak jua kembali
tinggalkan seribu kota itu
yang telah kau lewati
kembalilah ke desa dodokan ini.
Kembalilah pelita jiwa
oh ayahku..
temani aku sekali lagi
biar ku dekap kau erat erat di rumah ini..
Dari rintihan si putra
di balik nada telp
kala senja menyapa ayah bunda.
HR RoS
Jakarta, 6-2-2016. 12,45
DARAH DUKA BOCAH, DUNIA TAK BERTELINGA TAK BERMATA
Duka lara nestapa miris
hancur berantakan bermandi darah
SADIS.
Ada apakah gerangan tragedi ini
berjuta jiwa telah terbantai
dari manusia manusia bengis.
Ya Allah...
Aku menengadah jauh ke labirin jiwa
ku rangkai syair puisi hiba
beribu tanya,,,??
dimanakah kedamaian dunia itu kini dicampakkan..
Jeritan itu tak lagi di dengar
pasir pasir di pinggir jalan berbisik
wahai ilalang tegarlah berdiri
meski bom waktu membakar padangmu.
Geruduk si bengis peluru mortil
berkenderaan berlapis baja
hanya membantai anak anak kecoa.
Kau meniup abu di tungku api
yang tak membara
apa makna pembantaian itu..??
hidup ini hanya sebuah kepentingan usia seumur jagung saja
bukalah matamu
dengarkan jeritan tangis mereka.
Genosida kau budayakan di tanah tanah berdarah
tanah yang rela di lumuri noda.
Ya Tuhan,
Sudahilah pertempuran itu
damaikan bumi ini
biarkan kami berlari
mengejar impian cintaMu.
ataukah Engkau lenyapkan sajalah
bumi ini seketika
hingga darah bocah tak berdosa itu
tak tercecer kemana mana
Ya Allah...
HR RoS
Jakarta, 11-1-2016. 21,16
PERTENGAHAN JANUARI YANG KELABU
Seribu satu cerita telah ku torehkan
bersamamu menyulam rindu
Kini,
siklus tahun telah berganti
semusim rindu telah berlalu
kembang yang dulu indah mekar mewangi
kini telah layu.
kenangan itu telah membeku
melukis sejarah yang berbeda
di penghujung cerita
pertengahan januari ini
kisahku telah kelabu
kau pergi meninggalkan gita gita cinta yang membara.
Semusim saja kembang itu mekar
belumlah berputik
kelopak berguguran
jatuh ke bumi
Di pertengahan januari ini
kau pahat bibirmu menyapa rindu biarlah,
aku terima meskiku tak rela.
Ikrarku menyulam kasih takkan
kulanggar seumur hidupku.
kau larung kisah kedalam sunyi
ku bawah rindu menganyam bisu.
Kutadah bulir yang menitis
ke telapak tangan rela
biarlah pelangi
menari
menghias rasa
jikalau
kisah ini
kan berakhir.
HR RoS
Jakarta 12-1-2016. 20,6
ROMANSA CINTA YANG TELAH SIRNA
Ku petik sekuntum kembang
yang biasa mengembang
subur di beranda senja hari
Rona senja dari kejauhan yang selalu kau titipkan di jelapang padi
berselfie lewat jendela maya ini
kini tak lagi menampakkan diri.
Wajah cantik nan ayu itu
kini menghilang
seakan sinar ayunya telah padam membungkam.
Romansa cinta yang dulu
selalu kau dendangkan
kini berwujud sepi.
Kenapa mesti sunyi
dan kenapa juga mesti terluka..??
padahal belati ego tak kupakai membunuh naluri
kau diam seribu bahasa
membiarkan romansa rindu
berlabuh di dermaga bisu.
Kembang senja mekarlah...!
meski kemarau hari mengamit hati
sehingga kau biarkan taman itu gersang tak lagi burung burung kecil itu
bernyanyi.
Belailah dadaku dalam canda maya
biarkan kehangatan berkoloni dalam dekapan cinta.
Janganlah masa bisu tersia sia
tak lagi membuncah kasih.
Seakan kau menanam tebu di tepi bibir
manisnya belum di telan
pohonnya kau biarkan mati
Kini,
Romansa rinduku telah dimamah senja
Layu sudah..
HR RoS
Jakarta, 13-1-2016. 16,00
DEBU DEBU YANG BERTERBANGAN
Pada mimpi mimpi yang telah usai
dalam makna tidur yang tak terurai
angan lelapku
kembali ke bualan
tak termaknakan.
Debu debu yang berterbangan
melekat hinggap kesana kemari
hadirmu tak di hiraukan
pergimu lenyap dibawah angin lalu
kau bias tak lagi bisa di ketemukan.
Debu debu yang berterbangan
kau dari siklus yang berarti
jadi sisa sisa pembakar sampah
dalam koloni masa yang tak tersentuh
menjadi benalu tak berarti
bias di marjinalkan.
Tapi kau debu yang berterbangan
kenyataanmu fitrah bagi sang hamba tatkala banyu tak mencucur ke pancuran
kau debu sang noda pembasuh noda
bagi yang bertayamum
ketika banyu yang berguna
untuk berwudu' itu telah sirna
kau debu kan jadi berarti
sebagai saksi
sebuah kesucian kami
menghadap
Illahi Rabbi..
HR RoS
Jakarta 14-1-2016. 08,31
GORESAN MALAM JUMAT
Tinta madahku hayalan
melukis malam dalam kelam
aku di hantui bayangan bunian
Pada malam ku majenun menghitung tasbih
ketika tahlil menjelma
lamunan religiku membuncah
Ternyata malam ini
pertarungan religi
dan cabaran nafsu
menguncang pilihanku.
Ku tinggalkan pantasi kekirian
meraih kenduri asyik keillahian.
Malam ini,
bangkitnya para jiwa jiwa yang bertasbih menatap tuhannya
terbangunnya sukma yang telah tertidur di selimut hari kala siang mengejar
mimpi duniawi.
Malam ini,
desah bibir berkomat kamit
mengamit minda
menatap ke cahaya rasa cinta
para hamba hamba
sang pencinta tuhannya.
HR RoS
Goresan malam jumat
Jakarta, 15-1-2016. 00.00 wib
LAMUNAN SENJA MENANTI PURNAMA
Membalut luka yang tak berdarah
di keremangan hati
merengkuh senja menggapai purnama
di balik jendela rumah ini.
Ku tutup jendela amarah
biar noda yang ber abu tak berterbangan memasuki aksara puisi ini
Puisi indah bermadah resah
aku melukis bait bait cinta
bersimphoni lagu tembangan lama
meski syairku tak beraturan
mengalun nada merenda sukma.
Syair syair yang setengah jadi
tinggi rendah nyanyikan aksara jiwa
aku hanyut dalam gelombang yang menghadang
telah tenggelam di tikam bayangan
Oh, riak yang berarak
sedari lukisan pantaimu menyibak
karang
terkaparnya bunga bunga yang malang di tikam gelombang.
wahai koloni awan malam
singkapkan tirai malammu biar purnama hadir bersahaja menyapa samudera.
Deru debu yang menggilas
rona langit
biaslah bersama pelangi senja itu
semoga madah ini
melukis cinta
meski
malam
Ini
berkabut
rindu
yang
gelisah.........
HR RoS
Jakarta, 17-1-2016. 16,06
TUNAS TUNAS MENTARI
Seribu satu cerita telah ku renda
mengalun nada kisah dalam perjalanan diri
Tunas tunas mentari pagi
semarakkan fantasi warna alam
pelangi pagi menghias di balik jendela
lembayungkan embun suci
kisi kisi terik
pelitakan kehidupan
kala siang tunasmu berpadu
membakar gersang di seantero
membulir peluh.
Ketika tunas mentari perlahan pergi
meninggalkan bayangan diri
bayangan itu melaju memanjang jauh
Wahai alam yang berselimut awan
kapankah mimpi bualan bisa menjadi kenyataan
ingin ku genggam pelita cinta itu
walau ia hanya dalam mimpi sesaat saja
Ku sulam rindu
merengkuh noktah kasih
meskipun di dalam kebisuan
berharap kisah di akhir cerita
menjadi pelita
bersemilah kau
tunas tunas kasih itu selamanya.
HR RoS
Jakarta, 18-1-2016, 11,45
AKU BERSELINGKUH, DENGAN SASTRA
Telah lama ku bungkam cinta
pada aksara rongga dada
menyulam rasa
mengitari rasa dunia seni kata.
Pada ego diri membingkai seni
meluah rasio imaginasikan jiwa
ku lebur lamunan
ku larung hayal ke atmosfir jingga
jingga pelangi cinta bermadah
Aku telah lama terpikat sastra
semenjak darah tertumpah kedunia
pada kala itu
lukisan tintaku mengantung di labirin misteri diri
Berkaca rasa diri ini pada dunia
aku tertegun tertunduk dalam lamunan
seketika ku berselingkuh bersama hayalan
pada malam malam yang sunyi
kala siang menyapa hati
aku seketika asyik bercinta
melirik larik
tintakan syair syair gila
Seringkali ku abaikan pesona malam yang realita
aku lari berselingkuh melalui puisi
ku bingkai realitas sastra itu
meski tak semua ku paham makna aksara sastra
aku bercumbu dengan madah
terlintas begitu saja
Berselingkuh dengan sastra
memanglah berbeda.
HR RoS
Jakarta, 19-1-2016. 08,31
GERIMIS DI BULAN JANUARI
Rintik rintik hujan
di bulan januari
sebuah awal memori
ku lukis awan kelam
dalam kertas putih
ku tulis namamu
di crayon tinta
bersama pelangi
meski lembarannya hari
kian berganti.
Curah siklus menitis
basahi taman lestari
di bulan januari
sebuah awal gerimis
Pancaroba makna rasa
semakin tak terduga
terkadang aksaranya
sulit di pahami.
Oh, malam yang sunyi
selimutkan aku bersama dinginmu
seiring rintik bulan januari ini
Aku bercerita kala malam
dengan angan
adakah story itu bisa di wujudkan
Karena cuaca semakin esktrim
semoga aku sanggup berpayung daun pisang dalam cabaran perjalanan kasih sayang.
januari 2016
HR RoS..
di malam yang gerimis.
MAKNA SEBUAH KISAH
Kearifan cinta mewaspadai rasa adalah makna yang tak terhingga,
kecemburuan yang menyesak
di balik lirik adalah maruah langit yang sempurna.
Ketika semburat larik
membuncah kata
tak dimakanai aksara dengan seksama
hingga hadiah kebahagian adalah fatamorgana.
Bila analisis arti telah klimaks
tak sempurna memahami lirik
tinta kan memudar menjadi bayangan pelangi yang akan menjauh pergi ke sudut
senja.
oohh,
Pucuk pucuk cemara kan berguguran jatuh ke bumi
seperti angan melayang tak karuan jadi paranoid diri
jauh mata memandang kosong
bayangan seketika hilang dari tatapan jiwa kan melompong.
Berdiri di jejak yang pasti
biarkanlah azali menjadi misteri
satu kekuatan yang tersisa
adalah potret potret sejarah
jadi cindera mata terpigura
kedalam bingkai kisah selaksa.
HR RoS
Jakarta, 20-1-2016. 08,26
DI TERMINAL SEPI KU TERLUKA
Pada penantian yang lelah
kereta itu telah berlalu
lewati terminal pagi
aku termangu pada sebuah kenyataan
yang telah di tinggalkan oleh penantian
yang membosankan.
semburat debu melukis di wajahku
pada pagi nan ayu
siklus cuaca cerah berubah mendung
di cakrawala hati yang gundah.
telah lelah menunggu sesuatu yang tak tertunggu
aku bergumam,
ku pegang erat jemariku
ku terhempas
pada lamunan pagi yang mendung
pegangan jemariku itu
akhirnya terlepas
genggamanku bias.
Kini,
dalam lelah ku duduk sendiri di kepagian ini
biarlah kereta itu berlalu
tinggalkanku di sudut duka
duh,
berurai airmata kecewa
di pinggir jalan yang sepi
ku usap bulir itu perlahan
menghapus kisah pagi seakan tak pernah ada yang terjadi.
Kereta itu telah berlalu sejauh mungkin
tak akan mungkin kembali lagi
keterminal ini.
HR RoS
Jakarta 21-1-2016. 09,50
I B U
Ku dapat kabarmu
dari adinda
kau kini tergeletak payah
dipembaringan tidurmu
ada apa gerangan ini ya tuhan
bak petir menyambar di siang hari
airmata langit seketika menitis
seiring tangisku membuncah
mengiris bathin di lorong hati.
Ya Rabb..
pertemukan aku dengan ibuku selagi nyawanya masih bersahabat di badan.
Pada tinta petang ini
aku menyusun berita syair lara
yang ke sekian kalinya mengudara
ku kabarkan pada seorang ibu
yang melahirkanku.
Ibuuuuuuuu..........
Tataplah dunia ini dengan nafas cinta yang masih tersisa itu
berdoalah selalu...
terpisah jarak di lingkar samudera
antara tanah jawa dan sumatera
kan ku arungi sagara itu
melintasi cakrawala berkabut
dalam tatapan yang sendu
senja yang akan meredup
baru tadi aku mendengar suaramu ibu
di hujung telphon bernada lirih
di larung sunyi menyapa bilik ini
suara terbata bata memanggil
Romy.. pulanglah nak..??!!
ibu sudah payah kini.
Seketika suara itu perlahan redup
sekejapku bak anak yang dungu
tak menentu
apa yang harus ku perbuat..
aku berlari kepada suatu tempat
berlari dan terus berlari
mengejar bayangan itu
yang melintasi sekejap
terpaku lelah
pada pelarian yang tak terarah
pada peluh dan airmata mencucur kusujud sektika di sebuah mushala.. ya allah....
ya allah.... ya allah......
...........
...........
HR RoS
Jakarta 21-1-2016, 16,00
Berduka
FATAMORGANA RINDU
Lembayung kasih
telah tertutup mendung
rintik rintik hati menitis berkepanjangan
semakin mencekam sunyi
dalam alunan memori.
Ku labuhkan tatapanku ke kertas lusuh
Memadah bayangan fatamorgana rindu
ku tulis dengan tinta rasa memamah sukma lara.
Oh rindu,
dikau tak lagi nyanyikan nada merdu
kala dulu menyapa dengan mesra
nada nada kasih yang dulu
telah terbungkus pilu
kemana kan kucari bayangan semu untuk menjadi realitaku.
Semburat luka semakin menganga
tak ku kenali lagi darah yang mengalir
luka di sayat sembilu
tak lagi kurasa bulir yang biasa menitis kala sedih menyapa hatiku.
Rasa itu telah hambar
di tikam fatamorgana rindu
yang kian beku
mimpi semalam telah usai
pergi bersama kepalsuan kasih
kini
ku tatap masa yang tersisa ini
mengadu dalam doa
berbahagialah rindu rindu yang dulu
yang pernah ku semai
kedalam noktah cinta bersamanya
meski kini noktah itu telah gersang berkabut bayang yang tak lagi bermentari.
HR RoS.
KU TITIP PESAN CINTA TERAKHIR
Menatap wajahmu yang ayu
di balik langit langit kamar ini
aku menitip pesan cinta
ku labuhkan bersama bayangan mimpi
Aku kini masih bernafas
menghela warna dunia,
malahayati cinta
di sisa sisa hidupku ini
bertamulah walaupun hanya sesaat saja.
Kasih..
kaki ini telah lelah melangkah
tanganku telah kaku melingkari tubuhku
aku yang dulu pernah menggenggam erat tanganmu.
Bibir ini telah kelu,
aku menitip sebuah pesan cinta
lewat aksara jendela angin
di bilik pembaringan ini
semoga kidung relaku
terhantar ke berandamu itu,
berputiklah kau bunga cantik janganlah layu.
Kasih,
biarlah ku pergi bersama maha sepi
tinggalkan cerita, mahadaya dunia cinta
tubuhku ini semakin melemah.
isyarat nafas ku melafazkan cinta
berbahagialah engkau hendaknya
sepeninggalku
pergi untuk selamanya..
pergi ke alam keheningan tak berbatas tak berhujung
padam tenggelam,
sunyi berbalut kekal selamanya.
Selamat tinggal dunia cinta
izinkan aku mencari cinta abadi
bersemayam dalam haribaan illahi.
HR RoS
Jakarta' 11-1-2016, 12,50.
GEJOLAK RINDU DI MUSIM SALJU
Semusim rindu
hadir menyapamu
ku tunggu dikau dibalik jendela rumahku.
Disini,
ku rawat putik putik bunga cinta
yang telah merekah.
aku menanti dikau kekasih
ditaman asmara ini.
Kasih,
lihatlah di ranting cemara itu
bertengger merpati putih dalam ayunan bayu
menyulam rindu.
dia bersiul mengikrar kata
tak akan mengingkari janji.
Bunga cemara itu
menghias salju dalam ayunan rindu
adakah gelora rindumu untukku..?
bergejolak di kejauhan.
Telah ku labuhkan cinta
di dermaga peraduan kasih malam ini.
Kasih,
datanglah sesaat saja dalam lamunanku
dekaplah tubuhku
biar ku rasakan kehangatan geloramu malam ini.
Kecuplah bibirku
meski beradu dalam mimpi
mimpi mimpi indah bersamamu.
ku titip setia kasih dalam nokhtah cinta untukmu selamanya.
I miss you.....
HR RoS
Jakarta, 9-1-2016, 20,22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar