Senin, 27 Juni 2022
Kumpulan Puisi Zoel Bucos Siregar - KERTAS LUSUH
EGOIS ITU SUSAH
Ketika kala di ufuk senja menyambut gelap,
Aku bingung dalam kata pikirku,
Terasa sakit, namun menjanjikan akan datangnya mentari pagi...!
Kau adalah hari yang kupilih,..!
di antara minggu, bulan, atau bahkan tahunnan.
Apalagi yang mesti kucari didalam semesta ini,
Sementara Mimpiku selalu terlewatkan oleh kenyataannya, sampai membuat aku tak lagi mengenal sebuah angan. Bahkan garampun, tak asin didalam lidah,
Aku takbutuh gula untuk di sajikan ketelinga,
Kau terus memaksa agar aku memiliki rasa,
Namun pada akhirnya aku sadar, bahwa tubuh ini lah tuan nya.
Kembali kutatap tangan yang miris, ketika aku tau pandangannya yang sinis, tundukku menangis, kian terus merintis, hingga membuat hidupku menjadi bengis.
Bara api kian menyala, cacian maki disikat semua, sampai aku lupa seorang primadona, yang semestinya ia mau memberikan caramel mozarella, agar untuk dinikmati bersama.
Dan pada akhirnya nyata...!
Tanjungbalai, 25.06.2022
Tanpa suara.
KERTAS LUSUH
Jalanku terhenti di persimpangan jalan
Menatap insan bernapas menopang kepala
Meremuk sehelai kertas hingga patah tulang belulangnya, Dan dicampakan begitu saja
Kuambil dan kukeringkan, hingga meninggalkan bercakan noda
Lalu kusimpan dilemari tua lapuk tak berdaya
Menatap angsa menari dipanggung sastra
Hingga tercabut sehelai bulunya, kutangkap
Dan kusiram dengan tinta penuh makna
Hingga kucoret aksara di kertas lusuh tak berdaya
Tiba masa ku bacakan dia hingga mengiris hati yg luka, kini kertas lusuh terpampang megah dengan bingkai nya dan menitip salam PD paktua sang pencipta nya .
Kertas lusuh lapuk tak berdaya
Karya : Zoel Bucos Siregar
Tanpa Suara kota kerang 060222
PERAHU CINTA
Aku terbiasa bermain di atas perahu
Aku terbiasa di gelut ombak itu,
Serta aku terbiasa melihat biru nya pilu
Dan aku terbiasa di hembus benalu
Ingin ku berlayar ke dermaga biru
pintu antara suka dan lara yang pilu
Bermuara diantara kasih dan rindu
Mengalir dengan ombak yg syahdu
Kini perahu ku pecah di tengah lara
Layar ku koyak terdiam diambang duka
Seolah angin berbisik pada senja
Dengan jingga menyambut malam sirna
Slamat tinggal perahu cinta
Tenggelam lah di tengah lautan
Luka dan lara....
Kota kerang 22 09 2020
Tanpa Suara
UFUK MERONA JINGGA
Jingga, selalu di pandang bagi mereka yang lagi berduka
jingga, selalu menjadi teman yang pas, bagi mereka yang luka
dan jingga, tempat curhat mereka bagi yang tersiksa
kutatap langit jingga yang di sapu oleh mega
kini ku berharap pada embun yang menyisakan luka
ku coba untuk mendinginkan dari bara api yang tersisa
ku harap noda ini tak melekat selamanya
inginku memberikan artikulasi, atas nama cinta
tapi apalah daya, sifatmu yang membuat sirna
bermimpi akan kembali untuk selamanya
bak ibarat pohon pada rantingnya
sudahla, aku tau luka ini akan mangkin tersiksa
tak mengapa jika kau tertawa
tak mengapa jika kau menghina
dan juga tak mengapa jika kau mendua
inilah cinta, yang mungkin kau anggap hanyalah semata
bagiku kau utuh selamanya.
Kota Kerang 20 09 2020
Tanpa Suara
COVID - 19
Sebuah alkisah covid-19
saat aku tidak ada, kau bebas berbuat apa di dunia ini
saat aku beum hadir, kau upa siapa dirimu
dan saat aku belum menentang kau terus sombongkan diri mu
kau terus berbuat semaumu kau terus melupakan sang penciptamu
kau membunuh, kau menipu, kau memperkosa
segala halcara kau halallkan demi nafsu keinginan mu
kekuasaan terus yang kau inginkan, serta kau jalankan
permainan yang sudah kau susun dengan rapi
Tapi kini aku datang menyerang, kedatangan ku tatkala hanya
kerna ulahmu, kehadiranku kini membuatmu gelisah, kau tak sanggup untuk berbuat apa-apa , kau hanya bisa berdiam diri,
kekayaan mu bahkan tak sanggup melawanku, kebingisan mu apa lagi tak ada artinya bagiku, serta kekuasaan mu juga tak dapat untuk memerintahku, Kini apa kau sudah sadar siapa dirimu?
Kini kau sudah tau seberapa besar kehebatan mu?
Kembalilah kepada sang penciptamu, memintalah agar aku
secepatnya pergi, hanya dia lah yang mampu menolong mu
salam Misteri dari ku Covid-19
Kota Kerang 17 09 2020
Tanpa Suara
PAHLAWAN ORASI
Lantangnya Suara Mu bak ibarat Pelengkap Hujan
Tajamnya Suara Toa Mu bak ibarat Samurai yang mencincang
kauhadir bak ibarat pejuang yang membongkar topeng si lukang
Nyali awalmu tak ingin mundur di medan perang
setelah melihat rakyat yang lintang pukang
kau menangis di hadapan para pencari keadilan
kau langkahkan kakimu demi kemenangan
Tapi apalah daya sisetan menerjang
menusuk hatimu dengan materi yang gemelang
langkahmu di awal kini mundur perlahan
kau tinggalkan mereka di tengah jalan
Rakyat para Pencari keadilan
Lagi dan lagi sipencari keadilan tertindas lagi
mereka menangis dan permata bercucuran kembali
lekuk garis tertata di wajah yang miris
adakah si pejuang pagi yang tak kenal materi
salam dari kami Rakyat Hampir Mati
Kota Kerang 15 09 2020
TANPA SUARA
DERITA PETANI
Ufuk Trimun Merona Jingga
Disaat Lembayu Mengecup Mentari pagi
satu persatu munajad Do'a Terlantun
Ya.....Robbi Beri kami rejeki
Perlahan sang lembayu di sapu mega
kecamuk dandang bahagia dan derita
berpadu mengisi waktu
dengan gontai lenganku mengayuh pacul
tempat semoi padi sumber harapan rejeki ku
Waaahhhh..........
Garang dan lantangnya trikmentari memeras keringat
disekujur tubuh ini, rapuh rasanya tulang belulang ku
tapi..... Aku harus berjuang demi asa di masa depan
sembilan puluh hari aku berembun dengan harapan
sembilan puluh hari tubuh ini di bakar lelah panas mentari, Sembilan puluh hari Niat dan doa kulapaskan.
Semoga hasil panenku berlimpah
Kini bertemulah aku masa yang di nanti
panenku berlimpah syartkan pedati
padiku subur berwujud sukur
namun apa yang harus ku ucap
timbangan berat tak membawa berkat
padi ku di telan wereng berdasi
hama ladangku berwujud / ijon
Hampalah assa ini berjalan ke tanah suci
Enggan niat untuk berbakti
inilah derita kaum petani
Bekerja dengan Hati Untuk di buat Mati
Kota kerang, 17 Juli 2020
Tanpa Suara
TANGISAN ANAK PETANI
Senyum Raut wajahmu Mengambang di keabadian Senja,
Hujan yang kau tunggu ternyata tangisan pedih layaknya
gas air mata, yang menggumpal di keabadian jingga
kini tetes demi tetes air mata membentuk Peta Duka
Subur Ladang Bapak ku di racuni timbangan palsu
lahan tanah bapak ku di garap tikus tanah berdasi,
Pacul bapak ku kini berkarat tersimpan tak beroperasi,
padahal besi, bisa hancur dimakan nyengat,
Bapak ku hanya memandang lahan yang di barap oknum berdasi,
Mungkin kah ini yang katanya Indonesia Tanah Air Ku,
Bapak ku mati Tak makan hanya tak tau mencari rejeki Selain bertani, Ibu mati tak dapat panen hasil buah tanah negeri,
Aku menangis, berteriak pada luas nya langit
aku menyapa pada terangnya rembulan
aku bertanya pada indah nya bintang
Aku mati karna Kelaparan....
Kota Kerang 23 09 2020
Tanpa Suara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar