UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Senin, 04 Oktober 2021

Kumpulan Puisi Eko Windarto - EMBUN


 
EMBUN

titik-titik embun di daun-daun monstera
bercahaya bagai bulan purnama
tetesannya menawarkan kesejukan sepanjang musim pancaroba
terbukalah pintu jiwaku

titik-titik embun itu menjadikanku tamu
hingga aku tertawan rimbun kondensasimu
lalu kau dekap aku
terkuaklah misteri rindu

Batu, 2792021



PUISI

di taman bunga _puisi membebaskan diri, melepas kerinduan, melucuti baju maya, lalu
mengambil tempat duduk pada seribu kelopak_

Batu, 4102021



SURAT SEPASANG BURUNG KUTILANG


Di jalan setapak perdikan itu
Sepasang burung kutilang menyelipkan surat rindu di celah rumah bambu

" Kemiskinan selalu bercerita tentang bagaimana rasanya ditinggalkan cinta," kata burung kutilang

Sekaputih, 14102021



TRANSFORMASI EKOSISTEM DAN PUISI

Teknologi
Degradasi
Eksploitasi
Mencemari ekologi puisi cepat saji

Bahan-bahan utama farmasi
Sumber energi
Ekonomi biru
Ada di lautmu
Dan puisi menanam mangrove di samudera qolbu

Sekarputih, 24102021



SUARA HUJAN


Suara hujan membangunkanku dari mimpi
Suaranya seperti simponi gelisah di hati
Lalu kubuka jendela
Gunung terlihat tertutup kabut senja
Hujan dan angin dingin
Melembabkan semua kekeringan

Saat hujan reda
Secangkir kopi dan ubi goreng melegakan rasa
Meski begitu mata dan jiwaku masih haus keindahan alam semesta di desa
Karena di kota tak pernah ada
Rasa kebersamaan yang menjumpai

Sekarputih, 23102021



PUISI

puisiku dilahirkan melampaui
batas kekuatan baterai

aku lebih nikel
dari pada Morowali

kecerdasan robotik
tak mampu melawanku

dunia sains dan teknologi
nafsunya kian panjang napasku

aku akan bertahan
mengukir perubahan

sebagai puisi
aku takkan mati ditelan peradaban

Sekarputih, 21102021



SAAT DI PEMATANG SAWAH

burung-burung berkicau membuka pagi
cahaya embun menari di atas daun-daun berseri
mendekap mimpiku di antara batang padi

huma-huma di hatiku berirama memancarkan rupa dan warna
gemericik air bicara padaku
ketika cahaya membantuku menemui jejak ruang kehidupanmu

pagi masih menyala bersama mimpi anak-anak gembala
seorang petani melepas angannya
saat sajak-sajakku membayangkan gigil kita
mengelana melepas zikir keudara

ilalang mendengung suling angin memburu bisuku
di sela tembang sumbang rumput-rumput hijau tua itu

pada getar pagi hari
dalam kedalaman sunyi menuju pematang bersemi
keberadaan oksigen dan nitrogen adalah makna estetismu yang suci

Batu, 1622018



PANCURAN BELIK TANJUNG

gemericik air pancuran seperti detak nadi menjelang senja
di balik lubuk hati kata-kata semakin tua
menuju sepi yang disimpan semesta

kata-kata mengendap dalam detakku
melahirkan bahasa baru merayapi tebing-tebing puisimu
dalam menara senyapku

sejenak aku melihat waktu bukan lagi filsafat puisi
waktu telah berubah menjadi sungai kalimat tak bertepi
saat aku luput membaca bahasamu dalam hati

Batu, 2572018
Sekarputih, 1932018



DI PINGGIR KALI

di pinggir kali, suara dedaunan bergetar dalam kedalam sunyi menuju muaramu
riung angin menjadi saksi raung kata-kata menuangkan keindahan alam semestamu

ketika bulan di atas kepala,
gemericik air kali mengiringi aku keluar dari pintu semadi
hingga bintang mengulumku di tepi sunyi

Sekarputih, 1612020



NYANYIAN DINASTI

nyanyian dinasti
menawarkan sepi
merampas kewarasan berkali-kali
siasat siasat kecil menciptakan ruang ruang judi
demi pertahanan untuk menunda kematian dan frustasi



SPANDUK DI WAJAH

ratusan spanduk terpampang di wajahmu penuh nafsi nafsi
gelombang kepentingan menelan suara parau kami
kekuasaan berdiri angkuh tak tersentuh budi pekerti
para pecundang saling menjilati penista hati
agama kau jadikan penarik simpati
walau sebentar lagi surat datang dari malaikat penjaga jeruji besi

Sekarputih, ekowindartoarema, 1412019




KULIHAT PELANGI DI MATAMU
Eko Windarto


Pada ulang tahunmu, kulihat pelangi di matamu
Cahayanya memantulkan kemilau ke udara itu

Begitu memukau warna belantara senjamu
Memainkan biola suasana jiwaku

Sebagai perasaan penuh cinta
Aku ingin bertemu napasmu di dalam cahaya lilin-lilin rasa

Betapa menakjubkan sepotong roti itu Mampu mengendalikan haru dan nafsuku

Padahal rembang petang telah mengganti rindu dengan nyanyian syahdu
Ketika napasmu meniup peluit kebahagiaan di meja hatiku

Batu Sekarputih, 1412020



DI SURAU

di puncak rasa seorang pendoa
anjing menyalak tak henti-hentinya
mengayun ke kanan dan kiri
ingin membuka pintu semadi
yang telah beberapa jam mengepungnya

Sekarputih, 1912020



MONOLOG

untuk apa mengumpulkan puisi ini
bila hanya mencangkul seperti petani
menyemai benih dan memotret kehidupan sehari-hari
apakah ingin menjadi manusia sejati
atau ingin jadi manusia penyair yang dihargai?
kami kira bukan itu yang dicari
karena itu bukan urusan kami
keinginan kami hanya kejujuran untuk melayani hati dan kehalusan budi pekerti
sebab segala kata-kata kembali ke hati sanubari sendiri

Sekarputih, 2012019



WAKTU 

1
dalam titisan embun pagi
waktu menghidupkan musim semi

2
fajar menemui gairah mentari
waktu mengenali sepi

3
misteri menggendong hari-hari
laksana jiwa memikul belenggu hati

4
sebelum menyadari bisa mengatasi
pagi memuja sunyi diri sendiri

5
ketika sepiku mati
carilah aku di hatimu sendiri

Sekarputih, 1912020



KELAPARAN

kelaparan adalah kegentingan budi pekerti
yang hilang dimakan propaganda keji
bagai para muda mudi suka bercinta di dalam egonya sendiri
kelaparan adalah kesepian sejati

o.....nyanyian malam selalu menakutan bagi jiwa-jiwa kelaparan
di antara para koruptor yang tersembunyi dalam kemewahan
sedang anak-anak mereka dibiarkan berfoya-foya di depan kemiskinan

janji-janji wakil rakyat hanyalah tipuan belaka
pengkhianatan dan kehormatan adalah budaya
kelaparan dan kehinaan hanya terasa di dalam penjara

kelaparan moralitas adalah benih yang disebar di negeri subur ini

Batu, 1122018



BETAPA INDAH MALAM INI

aku bayangkan malam ini
seperti ketukan-ketukan di pintu hati
daun-daun ikut menari bersama kesiur angin sepoi
ikan-ikan dan jengkerik bernyanyi
awan putih tipis berarak mengikuti tradisi
semua itu sebagai komposisi membentuk simfoni

betapa indah malam ini
dihuni bunga-bunga berkaca pada genangan air murni
seperti jambangan cinta menggali ungkapan hati

betapa indah malam ini
lihatlah langit penuh bintang-bintang menyala
seperti taman-taman bunga
dimana sumber wanginya berasal dari sana
duduklah dalam kepenuhan diri-Nya
jika kita taman segala bunga

Batu Sekarputih,28112019



CAHAYA

Pada puisi kami mencari mimpi cerlang
Kami buang anjing dan binatang jalang
Jika belenggu dihilangkan bersama rantai duka
Cahaya di hati menghangatkan ruang

Batu, 5122019



AKU

aku tak mau ikut campur pilihanmu
aku takut keliru menilai sesuatu yang belum tentu
karena tanda-tandanya banyak siksa laku

dihadapanmu aku tak mau berpaling dari rahmat itu
hanya bahtera cinta kutulis dalam kalbu
hingga kebahagiaan mengisi suara merdu pada jiwa-jiwa biru

aku juga melihat hujan di matamu
saat dadaku bergemuruh seperti guruh siang itu
jaga ladang jangan sampai banjir menggenangi hati dan laku
sebelum tertipu

Batu, 5122019



KEKASIH

kekasih, sudah lama kau pergi
dan menjadi gema sebuah puisi

rindu ini merumbai
mengukir kalimat yang tak luput membaca isyarat tanpa henti

masih kulihat kakimu menyusuri sepi
menulis hikayat dan menandai keluasan hati

dari matamu cahaya menetesi jiwaku
mengurai benang kusut masa lalu

pada titik cerminmu
kulihat arti hidup di ujung suara murni dan merdu

dari kekasih sejati
kata-kata adalah perjuangan dipahami waktu sejak dini

Batu, 16122019



TUHAN

Tuhan adalah mataku
memandang dengan kebijaksanaan selalu

Tuhan adalah hatiku
sekamar dengan kasih sayangmu

Tuhan adalah kekasihku
selalu mencintaimu di manapun meja perjudian berdebu

Tuhan adalah manis wajahku
akrab pada siapapun, juga para peminta-minta itu

Tuhan adalah teman terbaikku
suka suara lapar yang merdu

Tuhan adalah langkahku
menapaki jalan-jalan cinta melulu

Tuhan adalah buku di qolbu

Batu, 11122018



MEMPERBAIKI PUISI


Kuperbaiki puisi ini
Kala orang-orang miskin menulis di tembok besi
" Dimana puisi Sufistik yang selalu membolak-balik hati?"
" Ini, aku di sini sendiri."
" Di mana kau berdiri?" Tanya gerombolan orang-orang ini.
" Aku ada dalam hatimu sendiri."

Bukan main kagetnya orang-orang itu
Mereka celingukan mencari jawabannya
Mereka seperti terbangun dari mimpi
Keringat dingin mulai membalut luka dalam pikirannya
Aku sendiri terus saja memperbaiki puisi rasa tanpa jeda
Saat sorga dan neraka digemakan para tokoh agama

Batu, 15122019



DI NEGERIKU


di negeriku yang sunyi ini
firman-Mu yang tak terhitung telah tertanam di hati api jutaan caci maki

anak-anak zaman dimakan peradaban
budi pekerti mati di bumi subur ini bukan pilihan
wajah muda mudi hidupnya penuh penyesalan

nadi ibu pertiwi terlihat muram seperti hitam kopi
sementara darahmu mendekap bumi yang dikhianati
oh Allah datanglah pada kerinduanku untuk mengerti

Batu, 15122018



DI PAGI INI

apakah aku menulis namamu di tiang-tiang subuh di segala cuaca
menjadi ayat-ayat cinta yang tak pernah tua

atau di pagi buta mengajakmu membangun rumah warna warni
hingga langit menari sampai sunyi dikekal puisi

jika kau masih menulis namamu dengan kalbu
kirimi aku lagu merdu seperti yang kau nyanyikan di ranjang sunyi itu

Batu,15122017



JIKA


Jika hidup adalah puisi
Rindu kembali kupangku

Apa bila puisi adalah hidupmu
Jangan ke sana kemari bermimpi

Kalau dirimu taman puisi
Duduklah di putik melati

Batu, 13112019



BAGAIMANA INI?


Bagaimana ini
Dolar melonjak tajam
Pemerintah diam
Beras tak terbeli
Rakyat menangis darah

Bagaimana ini
Janji pada pidatomu tak bertaji
Tutup saja pembicaraan ini
Karena suaramu bukan dari hati
Hanya pengulangan teori-teori
Diskusi bagai dagelan penyakit iri
Suaramu bagai palu besi
Tak berkesan di hati

Batu, 952018



BAGAIMANA INI 2


Bagaimana ini, harga-harga makin meninggi
Rakyat terbelit hutang sana sini
Sedang para penyair sejati hanya sibuk dengan diri sendiri
Melihat panggung sandiwara para politisi
Menenun janji-janji dan berdiskusi menambah kolusi kantong sendiri

Apakah kita cuma sebagai pembuat sejarah teori-teori
Ataukah kita jadi penyair penyihir hati
Atau memang kita pemakan diktat-diktat yang tak pernah mengajarkan harga diri
Ahhhhh gila sekali!

Batu, 952018



DI HUTAN PINUS

hutan pinus di bukit tua
terlihat hijau muda seperti permata
burung-burung berkicau menemani hutan mutiara
di bawahnya suara cinta memprediksi pikir manusia

di hutan hangat burung-burung di jaringi
di tukar dengan perhiasan murni
aku tak bisa membantu burung-burung terbang bebas lagi
hanya puisi yang bisa mencari arti simbol dan simpati

pisau angin melontarkan cahaya
dan bercerita dalam bahasanya
menyebut manusia yang pertama membunuh hutan permata
menangkapi satwa-satwa dalam himpitan tangan miskin menjura

Batu, 12122018



CERMIN WAJAH KITA


kenapa kita saling caci maki antar saudara
apa manfaatnya jika hanya untuk sebuah nama
segalanya hanya fatamorgana keinginan sesaat saja
dimana hati nurani yang katanya dijaga
apa karena beda pilihan kita lupa akar budaya?

ah! jiwa kita ternyata sama dengan dunia maya
yang suka pasang berita hoax semata
apakah memang kau sudah lupa Sumpah Palapa?
oh Allah kita bangsa besar kok berjiwa lupa, berwajah buruk rupa

aneh tapi nyata
di negara ini suara tercipta dari kabut selalu
kesengsaraan menghadirkan jurang sepanjang lereng bukit itu
nasionalisme dan sistem menjadi pertentangan seperti runcing bambu
hantu-hantu korupsi menjelma episode rindu
bagi penuntasan luka laku
di mana taman bunga dan hutan belantara nafsu
selalu dijaga raja dan ratu
menyerupai tuhan tuhan baru
di tengah dentuman mortir kemiskinan itu

Sekarputih, 2472019



PUISI


puisi adalah gerakan
selalu berani menembus rintangan
menyapu segala duka yang direbahkan
perjuangan cinta, luka dan lara adalah kenangan berkilauan
para penyair telah menemukan pelabuhan dalam pelukan
hati yang membungkuk selalu menemukan rahmat pengantin
hingga tanpa dusta alam telanjang membuka rahasia kesuburan

Batu, 9122018



KETIKA ANAK ASAH OTAK

ketika anakku asah otak melihat film kartunnya
aku tertegun melihatnya bercerita
bahasa dan kata-katanya menusuk jiwa
habis itu ia membuka buku iqro'nya
bercerita tentang Tuhannya yang lucu penuh cinta
ingusnya masih terlihat berwarna lemonte dan nyata
tawanya renyah seperti suara ngaji kakaknya
tangisnya adalah rasa ibunya
ototnya bagai darah ayahnya
cintanya serasa senyum ibu paling mesra

Batu, 9122018



MENCARI BULAN

selalu kau tulis mencari bulan di tepi kali
padahal rindu tak bertepi bagi mimpi maupun sufi

selalu kau tulis mencari bulan di tepi kali
sementara bintang-bintang menyala-nyala di dalam puisi

lantaran kesunyian mabuk di panggung sandiwara hati
kau selalu mencari bulan di tepi kali

duhai...alif lam mim pujaan hati
kau selalu menjadi bulan di tepi kali

Batu, 8122019



DALAM PENANTIAN


Kutanggalkan siang di penanggalan cafe ini
Penantian dan panas menghadirkan keresahan hati
Sementara secangkir kopi menjadi ilustrasi pelarian diri

Mendadak hujan datang memenuhi janji
Betapa situasi seperti ini mampu melayani hari
Dan mengisi ruang dimana waktu sunyi tak mampu bersembunyi

Tanpa disadari secangkir kopi telah lunas diteguk risau
Keheningan menyandarkan topengku di kursi itu
Ketika Desember selalu menanyai harapan dan buku menu

Batu, 7122019



HUJAN DESEMBER
Eko Windarto


hujan desember kali ini seperti makanan tersaji
ia menawarkan solusi bagi perut yang kurang gizi
seperti secangkir kopi melucuti kehausan mimpi
gericiknya membasuh kalbu di malam hari
mengirimkan ketenangan untuk berkaca diri
lalu kutanggalkan situasi sunyi demi membelah hari
kemudian kuletakan hujan di keheningan piring ini

Batu, 5112019



SECANGKIR KOPI

Setelah minum secangkir kopi
Kuteruskan mencari bulan malam ini
Lantaran buah khuldi menjanjikan performa bidadari

Duhai... secangkir kopi
Peluk aku dalam menyusuri kehangatan ini
Sebelum bulan merah menutup diri di atas kabut Songgoriti

Sekarputih, 18122019



JIKA

Jika besok pagi bangun dengan bahagia
Tak ada lagi tanda untuk sandiwara

Jika kata-kata menemukan ingatannya
Dramatikal diam membuatku bercermin dan tertawa

Jika kewarasan dan kepedulian harga mati
Hidup mengalirkan waktu dengan mesra sekali

Jika teritorial rindu membentuk kaligrafi
Ladang-ladang sunyi merasuki hati

Jika dengan puisi mengerti arti tuju
Nafsu telah membakar asmara laku

Jika kasih sayang tak kuasa berpaling darimu
Laku adalah ibu

Batu, 18122019



HARTA BISA DIBAWA MATI

Saking sayangnya mencintai harta
Sampai-sampai ia tak rela meninggalkan hartanya di dunia
Karena ingin mati dikubur bersama hartanya

Karena ia tidak mau berpisah dengan harta dan asetnya
Maka ia titipkan pada para tetangga yang membutuhkannya, pada masjid, anak-anak yatim, sekolah-sekolah madrasah, pesantren-pesantren, para fakir miskin, dan pada guru-guru agama.

Ia senang sekali ada yang berkenan dititipi
Ia bahagia sekali ada yang sudi diamanati
Karena ia menyadari akan dapat menikmati hartanya kembali berlipat-lipat di alam kubur dan di akhirat nanti

Batu, 20122019



MEMBAYANGKAN BULAN DI ATAS KEPALA

aku bayangkan bulan persis di atas kepala
saat suara tokek keras sekali dan embun jatuh begitu saja

daun-daun malam menyebarkan misteri
di dalam dirimu yang penuh materi

sedang suara perkutut begitu merdu
menggemakan cinta tanpa syarat dalam sangkar hatimu

dengar, suara jengkerik itu
tanpa risau membongkar kesunyian dan renungan batinku

Batu, 6112019



PANCURAN BELIK TANJUNG


gemericik air pancuran seperti detak nadi menjelang senja
di balik lubuk hati kata-kata semakin tua
menuju sepi yang disimpan semesta

kata-kata mengendap dalam detakku
melahirkan bahasa baru merayapi tebing-tebing puisimu
dalam menara senyapku

sejenak aku melihat waktu bukan lagi filsafat puisi
waktu telah berubah menjadi sungai kalimat tak bertepi
saat aku luput membaca bahasamu dalam hati

Batu, 2572018



SAAT PURNAMA


aku baca cahaya purnama di pundaknya
aku lukis warna wajahnya bersama bintang kejora

seperti bulan di atas kepala
sinarnya benderang mengetuk pintu jiwa

dan kutulis kisah tentang orang-orang mewujudkan mimpi
sebelum malam malas membangun bukti

Batu, 6112019



PONSEL

di dalam ponsel selalu ada kabar duka dan doa
melebihi batas waktu yang ada
padahal selendang cinta yang kupungut dari serpihan waktu yang tua
memburu hidup dan memerlukan pelukan bunda

apa yang kau pikirkan tentang ponselmu?
membaca guratan waktu di keningmu?
ataukah hanya untuk bercermin wajahmu
sebelum embun membeku di pucuk nisanmu?

oallah ponsel... ponsel.....

Sekaputih, 3112019



DI LADANG SUNYI


kupanen puisi di ladang-ladang sunyi
saat orang-orang sibuk mencari matahari

Batu,1612018



SEGELAS KOPI

kutuang segelas kopi
sebelum pagimu menyimpan matahari

Batu,1612018


DI SEPANJANG JALAN SUNGAI ITU

di sepanjang sungai itu
aku selami keruhnya barsama langit biru

matahari yang begitu garangnya
berubah menjadi keramahan-keramahan cinta

kenangan demi kenangan terlipat waktu
meskipun kenikmatan tetap menyala di sungai itu

hingga pada jalan yang mengitari sungai menjadi tumpuan segala
para pecinta gembira bisa memahami rahasia cinta sebenarnya

Bali, 3112020



SEGELAS KOPI

Kutuang segelas kopi di atas mejamu yang wangi
Hirup wangi asapnya
Ada rasa berdenyar dari balik jendela
Sementara matahari menyapa
Burung-burung bercumbu dengan mesra
Daun-daun memuja Tuhannya
Aku tak menduga

Bali, 3012020



TANPA CINTA WAKTU BERLALU

Memandang pancaran aura wajahku
Detak jantung berdetak kencang sekali dan berderu
Bulan dan bintang tak mampu menandingiku

Hanya jiwa-jiwa mawar yang tampak penuh cahaya berdampingan dengannya
Hingga syaitan berkepala batu menjadi lembut seperti mentega

Karena cahayaku keindahan cinta tersimpan dalam dada
Jika cinta hanya kutulis dalam kata-kata
Bakarlah aku bagai ikan dalam api yang menyala

Saat gelisahku bagai gelombang lautan itu
Jangan tinggalkan aku
Sebab hidup adalah aku

Tanpa cinta, waktu berlalu

Bali, 3012020



RINDU

tiap pagi kupetik kecapi
sebelum tekstur daun-daun padi menyimpan ruang hati
burung-burung berkicau menaiki hangat matahari
seperti rindu yang disembunyikan cinta hakiki

Ah.... kematian seakan menyembunyikan embun-embun pagiku di perkebunan waktu
ketika kesegaran bumiku berguru pada keihklasan rindu

Batu, 3012018



KANG
Buat: prof. Dr. Dimas Arika Miharja
Almarhum


Kang, hari ini kutuang doa untukmu
segelas aksaramu baru kemarin menyapaku di ruang tamu
berbagi cerita yang menyembunyikan laku

Kang, mulai malam ini kita merasakan sunyi sekali
tak ada lagi nyanyian sufi

Kang, detik ini juga
aku tak bisa menjadi juru bicara yang baik bagimu

Kang, maafkan aku
dalam resah dan gelisah, aku lengah membaca hatimu

Kang, di antara nyanyian sunyi malam ini
aku hanya bisa membuka perasaan doa lewat puisi

Batu, 542018

EKO WINDARTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar