KULIT BAWANG
Yuni Tri Wahyu
Sedekat nadi kasih terjalin
Indah rona serupa rekah
Mawar merah bertabur embun
Sejuk sentuh palung jantung
Seakan jarak melipat waktu
Meramu rindu syahdu
Saat tuli bersekutu bisu, cinta tabu mengharu biru
Nalar hilang melagu dungu
Kasih sedekat nadi tak lebih kulit bawang
Terbang melayang lepas, jejak kenang terbuang
Tangerang, 02 0ktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
SENJA TANPA KATA
Yuni Tri Wahyu
Senja hilang rona
Pucat pasi wajah langit
Musim kemarau menyapa
Namun gigil terasa
Daun pun enggan bergesek
Angin malas berembus
Kaku, bumi dangkal tanpa humus
Hanya lumut-lumut berkerak
Menutupi wajah tanah
Nampak retak hilang keseimbangan
Tunas marah, hijaunya terluka
Tersungkur sebelum tumbuh
Akar-akar melepas genggam
Hingga kabut membawa sembunyi
Di balik senja tanpa kata
Membisu memeluk kecewa
Tangerang, 30 September 2021
SAAT PALING TEPAT
Yuni Tri Wahyu
Redam dekam pecah berserak
Puing-puing terbang entah
Bilamana kasih-Nya abai
Beruntung rindu datang menggamit
Lunglai kesadaran ditikam luka
Bertubi-tubi silat lidah pembenaran
Gadai kebenaran suka-suka
Saat paling tepat hadir topang selaksa beban
Pada pundak dahaga tuang embun penyejuk
Itu kamu
Tangerang, 07 Oktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
HATI
Yuni Tri Wahyu
Berkurang satu, menggenapi bilangan
Menghitung angka perjalanan
Senja pun dalam pemberhentian
Bertemu di sebuah peron sebelum kembali berjalan
Secangkir kopi pahit, mari kita reguk dengan senyum
Senandungkan lagu rindu, bersyukur atas waktu
Embus napas denyut nadi, nikmat sejati
Membenahi hati, hingga layak menghadap-Nya
Selamat menggenapi bilangan, kekasih
Kasihmu sahaja tanpa jeda
Aku ingin selalu mendekap hening
Bersamamu hingga akhir masa
Tangerang, 07 Oktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
PEREMPUAN TIMPANG
Terseok-seok ia menyeret kakinya yang timpang. Berjalan mengetuk pintu ke pintu. Banyak tuan rumah mempersilakan singgah, dengan ramah bawakan secangkir kopi manis, malu-malu perempuan itu mereguk perlahan, terasa nikmat.
Beberapa waktu menyimak senyum para tuan rumah, oohh, hatinya menangis ternyata mereka seekor garangan. Kopi manis terhidang adalah racun mematikan.
Kembali perempuan timpang menyeret langkah, hati berbunga bertemu bidadari nan jelita. Senyum lembut menyejukkan.
Sang bidadari memeluk dengan dada senja nan salju. Perempuan timpang seakan temukan kakaknya yang hilang, disambut uluran kasih segenap perasaan.
Perempuan timpang digandeng menuju istana bidadari. Banyak perempuan cantik berbudi luhur di sana.
Betapa bahagia hatinya bisa berada di tempat yang tepat. Hari-hari penuh canda tawa.
Tahun berganti, kepahitan mulai menghampiri ketika seorang panglima, gila sanjung dan puji meski lakunya bagai seorang banci. Jiwa musafir perempuan timpang tak lagi bisa berdiam diri, melihat ketidakadilan. Ia berontak mencoba mengingatkan perbuatan menang sendiri.
Namun dengan angkuh di tutupnya pintu agar perempuan timpang tak mengganggu. Sang bidadari dengan wajah sendu meminta perempuan timpang memaafkan panglima. Hati perempuan timpang luluh melihat raut bidadari kesayangan. Kekerasan bajanya lenyap seketika.
Waktu terus berlalu kembali panglima banci menunjukkan taji yang sebenarnya sudah patah. Perempuan timpang mencoha keluar istana untuk tenangkan diri, menyapih emosi demi kakak bidadari kesayangan.
Tetapi sungguh malang nasibnya. Pintu telah dikunci rapat oleh panglima yang ternyata kekasih bidadari.
Perempuan timpang dibuang. Sungguh memprihatinkan bidadari jelita tak berdaya dihadapan panglima buruk laku. Apakah cinta benar-benar membuat orang kehilangan logika, entah?
Tangerang, 15 Oktober 2021
#coretansukasuka
Yuni Tri Wahyu
KOPI KITA
Yuni Tri Wahyu
Secangkir pahit terhidang sambut pagi
Reguklah bersama harapan esok hari
Tentang luka purba biar berdebu tersapu waktu
Kopi kita secangkir pahit madu
Nikmati tanpa kesah berkisah
Perjalanan dengan segala lika-liku
Episode langkah tidak terbantah
Mari tersenyum nikmati kopi kita
Aroma dan rasa berbeda dari mereka
Tangerang, 04 0ktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
BUAH HATIKU
Yuni Tri Wahyu
Sepanjang waktu terlewat tangis tawa silih berganti
Debar cemas menyuluh doa paling ikhlas
Iringi penantian detik-detik perubahan
Usia mengantar hasil jerih lampau
Tersenyum getarkan rindu luhur pekerti
Seperti masa merangkak mendaki bukit demi bukit pelajaran hidup
Aluri kehidupan sesuai peran tertulis pada naskah-Nya
Pahit manis kental darah bekal peradaban
Nak, ibu telah ajarkan menunduk disaat ketinggian memuncaki
Mendongak ketika tanah terpijak, tengadah tangan
Lantukan puja-puji syukur paling hati, buah hatiku
Tangerang, 18 0ktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
NYANYIAN GERIMIS
Yuni Tri Wahyu
Matahari sepenggal langkah embun pun masih terasa sejuk, namun nyanyian gerimis terdengar sendu. Ada rinai tertahan pada riwayat perjalanan. Tak mampu terberai, menggumpal lebam. Dusta telah telikung, memasung dalam senyuman bertirai.
Kabut tipis, putih hitam bergantian memapar kisah. Hari terlewati, seakan mawar merekah. Duri-duri siap tusuk, mengucurlah darah gumpal penyesalan.
Tentang nyanyian gerimis, hanya terdengar lewat sunyi. Karena rintiknya memukau, ninabobokan gerah.
"Teruslah bernyanyi, duhai gerimis hati!" Akan aku simak lewat pendengaran nurani. Agar basahmu adalah alasan, untuk sujud paling runduk.
Tangerang, 27 Oktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
MENULIS MIMPI
Yuni Tri Wahyu
Pada selembar malam ia menulis mimpi
Tentang "nama penyair" tersandang di dada luka
Bukan pengakuan pun keakuan kejar mengejar ambisi
Hanya sekerat nyali berpuisi dari titik paling inspirasi
Seusai menulis mimpi ia mengeja perlahan
Sambil tersenyum menatap rangkaian diksi
Dari celah bibirnya terucap lantang
"Dasar tidak tahu diri!"
Bagaimana menyandang nama penyair
Mimpi-mimpinya tak lebih dari karangan basi
Nyali setebal lidi, patah terinjak
Keangkuhan pujangga kelas teri
Tangerang, 19 Oktober 2021
DETAK JANTUNG
Yuni Tri Wahyu feat Uwa Kijoen
Bagaimana bisa melupakan, sedang engkau detak jantung. Namamu adalah gumamku saat rindu datang.
Ah, rindu kita adalah saling melafalkan nama dan menuliskannya pada lembar jendela kaca, saat embun dini hari menghampiri.
Rindu kita adalah untaian biji tasbih yang menari iringi lantunan zikir di bening hening sepertiga malam.
Bukankah kita mengikat rindu pada tiang keyakinan, sayang?.
Keyakinan bertautnya hati, dan tidak ada satupun bisa memisahkan, selama jantung masih berdetak.
Tangerang-Kadipaten, 23 Oktober 2021
#sunyisepidalamhening
#diamkusepi
#perjalanansenja
PERDEBATAN ANGIN
Yuni Tri Wahyu
Terkadang sepoi membelai, tidak jarang kejam tikam dendam
Sebisa ingin membuang kenang
Tetap terasa pedih perih kata
Pernah anggap indah langkah harap
Keras kepala adu pendapat
Hilang pesona sepaham pengertian
Mengira beda adalah warna pelangi esok hari
Semakin terlukis nyata abu-abu jiwa
Bukan biru, pemulas kalimat
Sendiri tulis hitam dalam hening
Jujur, meski tak bisa berkawan dengan pelangi
Anggap semua hanya perdebatan angin
Tangerang, 21 Oktober 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar