UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Sabtu, 24 Juli 2021

Kumpulan Puisi Eko Windarto - APA YANG BISA KAU TULIS



APA YANG BISA KAU TULIS

Apa yang bisa kau tulis bila melihat anak-anak dikarantina teknologi
Sedang kuota tak terbeli

Apa yang bisa kau baca
Kala dunia pendidikan tersandera corona

Anak-anak rindu bertemu
Menunggu musim berlalu

Mimpi-mimpi mereka tak kunjung usai menuai badai
Dalam penantian esok hari

Apa yang bisa kau tulis
Sebelum aku menangis dalam gerimis?

Sekarputih, 2472021



AKU ANAK INDONESIA

aku tulis puisi untuk membangun kebersamaan
aku mengisi kemerdekaan dari mulut, hati dan pikiran
aku tak mau mengeluh karena tidak merubah keadaan
aku terus menulis sambil menyiangi hati dalam puisi
karena aku bukan mahasiswa atau tukang nyinyir, aku isi kemerdekaan dengan melaksanakan kata-kata
sebelum lupa jalan kembali
kutilang gundah gulana
kutanam bendera dalam dada
kubuang topeng minoritas dan mayoritas ke dalam saku baju agama

Sekarputih, 2772021



MENGUAK MISTERI

Suatu masa nanti
Sepi dan pengasingan menghampiri
Mayat-mayat sunyi sendiri
Keluarga rindu melepaskan diri
Manusia menyerahkan diri kepada Ilahi

Di antara pandemi dan mimpi
Tekhnologi menguasai
Polusi menjelma puisi

Bali, 3042020



SAAT DIAM

air mataku adalah ombak di lautan samsara
di setiap tetesannya tergambar alam semesta tenggelam ke dasar samudera kemulyaan-NYA

Bali, 2842020



CINTA

Cinta adalah hakekat cahaya
Ketika cintaku mati jangan dicari di pusara
carilah di dalam hatimu

Bali, 2742020



PUASA

pada bulan puasa
sambutlah bau mulutmu
di sana ada taman bunga
duduklah di putiknya
akan kau lihat kefanaan dunia

Bali, 2542020



MENGARUNGI MATA HATI

wortel, col, kubis, kentang bersatu dalam sup sapi
mengarungi rasa bersama keluarga daun seledri

bawang merah bawang putih meramu diri
melewati bara api di hati

keluknya mencuci pandemi di wajahku
ketika waktu berbuka puasa

Bali, 2442020



IDUL FITRI YANG BERBEDA

hari raya Idul Fitri yang berbeda harusnya tempat kemenangan melawan corona
jalan-jalan lengang tak berdaya
gedung-gedung pencakar langit merana
alam semesta merangkum semua luka menjadi bunga
di depan mata, corona membaca peti-peti mati yang menggema
dunia berlayar ke dalam jiwa mengetuk bisu dari maut tak bermata
kala mulutku menyamar seperti banjir air mata
dunia bungkam dan ambruk tiada bermakna

Bali, 2652020



IDUL FITRI YANG BERBEDA

hari raya Idul Fitri yang berbeda harusnya tempat kemenangan melawan corona
jalan-jalan lengang tak berdaya
gedung-gedung pencakar langit merana
alam semesta merangkum semua luka menjadi bunga
di depan mata, corona membaca peti-peti mati yang menggema
dunia berlayar ke dalam jiwa mengetuk bisu dari maut tak bermata
kala mulutku menyamar seperti banjir air mata
dunia bungkam dan ambruk tiada bermakna

Bali, 2652020



MABUK

sungguh namaku hilang ke dalam malammu
aku mabuk menimang sunyi dan arti
tak ada yang kusadari
kecuali mati
terlunasi

Bali, 2552020



MONOLOG


jangan menilai orang lain lebih baik dari dirimu sendiri
sebab ada gelap dan terang

#edisitakabadi
Batu, 25122017



HIDUP

di sini, di pusat api, kubakar hidupku
sebelum resah istirah di sungai sunyi jiwamu

BATU, 25122017



KUTA DILANDA PANDEMI

sepi pantai Kuta ini
sesepi rindu dikala pandemi
sepoi angin laut menemui kepahitan rasa di hati
gelombang samudera berbisik di sepasang telinga
pasir penuh jejak kenangan dan cinta
kini menjadi ungkapan sunyi
papan-papan selancar yang dulu berselancar mengitari detak jantungnya
sekarang tak lagi berdendang dan berwarna
cafe-cafe yang dulu bergicu menjelma puisi pengantar kematian birahi
hingga aku benar-benar sendiri menanti pertemuan sejati

Bali, 2052020



POTRET ESOK HARI

pandang layar kaca itu
jangan melihat dari belakangnya
karena masa depan lebih berarti

tulis puisi di ruang sendiri
mesti isolasi mandiri di sana-sini
sejarah tetap di hati anak cucu nanti

karena pandemi
kehidupan baru dimulai
melompati zamannya sendiri

Bali, 1952020



PADA MALAM BULAN SABIT

malam yang sejuk sekali
bulan sabit seperti clurit menerangi langit hati
awan dan bintang gemintang bersembunyi
di balik kelambu pandemi
sepi menemui malam ganjil dini hari
saat aku menidurkan alam semesta seperti mendekap bayi

Bali, 1652020



SAJAK MALAM

setetes air pancuran itu memberi kelegaan jiwaku
kesiur angin mengisi napasku-napasmu
tanpa henti untuk kembali

jejak alam semesta tak berkaki tak berbaju mengetuk hati
kala musim hujan berseru kepada mata yang sepi

secangkir kopi melewati malam menyaru lampu
menerangi jalan berkelok-kelok, mencari suara kalbu

dingin malam membaca cakrawala
bagai puisi menjahit baju batik dunia

Bali, 1652020



WAJAH DUNIA

pascacorona
dunia digital
tempat berlabuh

Bali, 1652020



AGAMA

aku mendengar suara mengaji merdu sekali
tanpa toak, tidak menunjuk-nunjukan agama
sebab hidup dan menanam kebaikan sudah agama

kadang agama terbuat dari buku
dibaca dan dilaksanakan jika ada waktu

agama ada di antara air mata
kala duka melanda

kalau dunia ambruk oleh corona
agama digemakan dalam jiwa

orang beragama tidak harus sibuk dengan agamanya
sebab agama bukan benda atau harta

Bali, 1552020



APA YANG BISA KUTULIS PAGI INI

apa yang bisa kutulis pagi ini?
memperkaya hati atau merubah tujuan yang tak kupahami?
aku kira Tuhan maha tahu apa yang mesti kujalani

lihat daun kemangi itu menyanyi musim gugur di hati
apa yang bisa kutulis pagi ini?

ah... buah pepaya dan kelapa menulis puisi
memasuki hakikat bahasa jiwa yang murni
lalu, apa yang bisa kutulis pagi ini?

Entahlah! aku tak mengerti apa yang akan terjadi pagi ini
yang jelas aku harus menyiapkan jiwa mudaku kembali
agar tak mudah berprasangka lagi
hingga pagiku dipeluk cinta sejati

apa yang bisa kutulis pagi ini?

MR, 1352020



KARENA KAU

baru kemarin kau mengajari cinta
menyanyikan lagu pancasila
hingga rindu mengajari cara menggali makna

mengingat namamu melapangkan dada
aku tenggelam dalam lupa
untuk menghindar dari kutukan harta

sebab rupiah telah lelap dalam senyapku
aku tak berani mempersingkat jarakmu
ke dalam jarakku

karena kau telah mengajari cinta
aku rela tenggelam dalam bahagia
sebelum semuanya tertunda

Bali, 1252020



PIGURA TUA

wajah dalam pigura tua itu
seperti menghampiriku menawarkan debu
sambil mengisahkan waktu
menerbitkan rasa ingin tahu

begitu taksa dan mengharu biru
kenangan itu
menyesap

Batu. 23112016



IQRO

baca, bacalah aksaramu sebelum membaca air mata

bacalah hatimu sebelum memasuki diksi
dan mengenalku lebih dalam lagi

baca, bacalah alam pikiranmu
masuklah di dalam puisi yang melipat ruang dan waktu

baca, bacalah tanda

Sekarputih, 2412020



DI SEBUAH TAMAN

pada bunga rosela kutemukan cinta
mengalir apa adanya tanpa jeda
menuju muara hati yang bercahaya

pada daun-daun kelor calsium dan vitamin berbicara
meski manusia lupa membaca

di ruas-ruas daun bidara, kulihat ia tasbih mengisi jiwa
mengitari sepi dan luka

di musim semi, jalan-jalan dihijaukan oleh rerumputan dan pepohonan
aku cemas perpisahan

di taman itu, musim semi bergegas sirna
aku berduka atas kepergiannya
tak ada yang tertinggal selain jubah noda air mata

Sekarputih, 2412020



RASA NASIONALISME

di mana pun aku berdiri
bendera Sukarno selalu hadir di mata hati
di antara prahara korupsi
yang dibela juga dikutuk teman sendiri

jiwa nasionalisme telah pergi
sambil melambai-lambai mencopoti budi pekerti
di degup jantung pertiwi
kekasih merah putih sejati

rasa nasionalisme kau benturkan dengan janji-janji
sapamu hanya semusim padi
menyemai dan menuai jejak-jejak orasi
sambil mengecam tetangga kanan kiri

Ah... ternyata rasa nasionalisme telah pergi
memancing hari perhitungan di ruang jeruji

upacara kebersamaan telah pergi bersama bendera jiwa
membawa cela menggema ke udara
menjulur membenturkan agama dan budaya

para begawan hanya berpangku tangan dalam tawa
sementara muda mudi sedang melata mencari arti sastra kehidupannya

Sekarputih, 812019



DI TEPI KALI
Eko Windarto


Di sini, di tepi kali yang deras dan jernih sekali
Kau tinggal berkawan sepi
Saat bulan merangkak lembut melintasi pohon randu
Sebagai karib, mengapa kau berjalan sendiri
Lalu kau istirah di bawah awan putihmu
Membuat hatimu berembun menetesi ranjang lumutku
Biarkan aku mengikat antara perbatasan sunyi dan rindu
Hingga waktu tak terpisah dariku

Sekarputih, 2312020



NYANYIAN BETA

rindu itu bicara
tempat selama kita bersua

pada beta api menyala
siapa sangka merindu pada Sang Sutra

oh dewa Asmara
di puncak angkasa kubaca aksara

sungguh sepi itu dua perkara
sulang-menyulang melagukan cinta

Sekarputih, 2212020

EKO WINDARTO



Tidak ada komentar:

Posting Komentar