Apa yang bisa kau tulis bila melihat anak-anak dikarantina teknologi
Sedang kuota tak terbeli
Apa yang bisa kau baca
Kala dunia pendidikan tersandera corona
Anak-anak rindu bertemu
Menunggu musim berlalu
Mimpi-mimpi mereka tak kunjung usai menuai badai
Dalam penantian esok hari
Apa yang bisa kau tulis
Sebelum aku menangis dalam gerimis?
Sekarputih, 2472021
AKU ANAK INDONESIA
aku tulis puisi untuk membangun kebersamaan
aku mengisi kemerdekaan dari mulut, hati dan pikiran
aku tak mau mengeluh karena tidak merubah keadaan
aku terus menulis sambil menyiangi hati dalam puisi
karena aku bukan mahasiswa atau tukang nyinyir, aku isi kemerdekaan dengan melaksanakan kata-kata
sebelum lupa jalan kembali
kutilang gundah gulana
kutanam bendera dalam dada
kubuang topeng minoritas dan mayoritas ke dalam saku baju agama
Sekarputih, 2772021
MENGUAK MISTERI
Suatu masa nanti
Sepi dan pengasingan menghampiri
Mayat-mayat sunyi sendiri
Keluarga rindu melepaskan diri
Manusia menyerahkan diri kepada Ilahi
Di antara pandemi dan mimpi
Tekhnologi menguasai
Polusi menjelma puisi
Bali, 3042020
SAAT DIAM
air mataku adalah ombak di lautan samsara
di setiap tetesannya tergambar alam semesta tenggelam ke dasar samudera kemulyaan-NYA
Bali, 2842020
CINTA
Cinta adalah hakekat cahaya
Ketika cintaku mati jangan dicari di pusara
carilah di dalam hatimu
Bali, 2742020
PUASA
pada bulan puasa
sambutlah bau mulutmu
di sana ada taman bunga
duduklah di putiknya
akan kau lihat kefanaan dunia
Bali, 2542020
MENGARUNGI MATA HATI
wortel, col, kubis, kentang bersatu dalam sup sapi
mengarungi rasa bersama keluarga daun seledri
bawang merah bawang putih meramu diri
melewati bara api di hati
keluknya mencuci pandemi di wajahku
ketika waktu berbuka puasa
Bali, 2442020
IDUL FITRI YANG BERBEDA
hari raya Idul Fitri yang berbeda harusnya tempat kemenangan melawan corona
jalan-jalan lengang tak berdaya
gedung-gedung pencakar langit merana
alam semesta merangkum semua luka menjadi bunga
di depan mata, corona membaca peti-peti mati yang menggema
dunia berlayar ke dalam jiwa mengetuk bisu dari maut tak bermata
kala mulutku menyamar seperti banjir air mata
dunia bungkam dan ambruk tiada bermakna
Bali, 2652020
IDUL FITRI YANG BERBEDA
hari raya Idul Fitri yang berbeda harusnya tempat kemenangan melawan corona
jalan-jalan lengang tak berdaya
gedung-gedung pencakar langit merana
alam semesta merangkum semua luka menjadi bunga
di depan mata, corona membaca peti-peti mati yang menggema
dunia berlayar ke dalam jiwa mengetuk bisu dari maut tak bermata
kala mulutku menyamar seperti banjir air mata
dunia bungkam dan ambruk tiada bermakna
Bali, 2652020
MABUK
sungguh namaku hilang ke dalam malammu
aku mabuk menimang sunyi dan arti
tak ada yang kusadari
kecuali mati
terlunasi
Bali, 2552020
MONOLOG
jangan menilai orang lain lebih baik dari dirimu sendiri
sebab ada gelap dan terang
#edisitakabadi
Batu, 25122017
HIDUP
di sini, di pusat api, kubakar hidupku
sebelum resah istirah di sungai sunyi jiwamu
BATU, 25122017
KUTA DILANDA PANDEMI
sepi pantai Kuta ini
sesepi rindu dikala pandemi
sepoi angin laut menemui kepahitan rasa di hati
gelombang samudera berbisik di sepasang telinga
pasir penuh jejak kenangan dan cinta
kini menjadi ungkapan sunyi
papan-papan selancar yang dulu berselancar mengitari detak jantungnya
sekarang tak lagi berdendang dan berwarna
cafe-cafe yang dulu bergicu menjelma puisi pengantar kematian birahi
hingga aku benar-benar sendiri menanti pertemuan sejati
Bali, 2052020
POTRET ESOK HARI
pandang layar kaca itu
jangan melihat dari belakangnya
karena masa depan lebih berarti
tulis puisi di ruang sendiri
mesti isolasi mandiri di sana-sini
sejarah tetap di hati anak cucu nanti
karena pandemi
kehidupan baru dimulai
melompati zamannya sendiri
Bali, 1952020
PADA MALAM BULAN SABIT
malam yang sejuk sekali
bulan sabit seperti clurit menerangi langit hati
awan dan bintang gemintang bersembunyi
di balik kelambu pandemi
sepi menemui malam ganjil dini hari
saat aku menidurkan alam semesta seperti mendekap bayi
Bali, 1652020
SAJAK MALAM
setetes air pancuran itu memberi kelegaan jiwaku
kesiur angin mengisi napasku-napasmu
tanpa henti untuk kembali
jejak alam semesta tak berkaki tak berbaju mengetuk hati
kala musim hujan berseru kepada mata yang sepi
secangkir kopi melewati malam menyaru lampu
menerangi jalan berkelok-kelok, mencari suara kalbu
dingin malam membaca cakrawala
bagai puisi menjahit baju batik dunia
Bali, 1652020
WAJAH DUNIA
pascacorona
dunia digital
tempat berlabuh
Bali, 1652020
AGAMA
aku mendengar suara mengaji merdu sekali
tanpa toak, tidak menunjuk-nunjukan agama
sebab hidup dan menanam kebaikan sudah agama
kadang agama terbuat dari buku
dibaca dan dilaksanakan jika ada waktu
agama ada di antara air mata
kala duka melanda
kalau dunia ambruk oleh corona
agama digemakan dalam jiwa
orang beragama tidak harus sibuk dengan agamanya
sebab agama bukan benda atau harta
Bali, 1552020
APA YANG BISA KUTULIS PAGI INI
apa yang bisa kutulis pagi ini?
memperkaya hati atau merubah tujuan yang tak kupahami?
aku kira Tuhan maha tahu apa yang mesti kujalani
lihat daun kemangi itu menyanyi musim gugur di hati
apa yang bisa kutulis pagi ini?
ah... buah pepaya dan kelapa menulis puisi
memasuki hakikat bahasa jiwa yang murni
lalu, apa yang bisa kutulis pagi ini?
Entahlah! aku tak mengerti apa yang akan terjadi pagi ini
yang jelas aku harus menyiapkan jiwa mudaku kembali
agar tak mudah berprasangka lagi
hingga pagiku dipeluk cinta sejati
apa yang bisa kutulis pagi ini?
MR, 1352020
KARENA KAU
baru kemarin kau mengajari cinta
menyanyikan lagu pancasila
hingga rindu mengajari cara menggali makna
mengingat namamu melapangkan dada
aku tenggelam dalam lupa
untuk menghindar dari kutukan harta
sebab rupiah telah lelap dalam senyapku
aku tak berani mempersingkat jarakmu
ke dalam jarakku
karena kau telah mengajari cinta
aku rela tenggelam dalam bahagia
sebelum semuanya tertunda
Bali, 1252020
PIGURA TUA
wajah dalam pigura tua itu
seperti menghampiriku menawarkan debu
sambil mengisahkan waktu
menerbitkan rasa ingin tahu
begitu taksa dan mengharu biru
kenangan itu
menyesap
Batu. 23112016
Suatu masa nanti
Sepi dan pengasingan menghampiri
Mayat-mayat sunyi sendiri
Keluarga rindu melepaskan diri
Manusia menyerahkan diri kepada Ilahi
Di antara pandemi dan mimpi
Tekhnologi menguasai
Polusi menjelma puisi
Bali, 3042020
SAAT DIAM
air mataku adalah ombak di lautan samsara
di setiap tetesannya tergambar alam semesta tenggelam ke dasar samudera kemulyaan-NYA
Bali, 2842020
CINTA
Cinta adalah hakekat cahaya
Ketika cintaku mati jangan dicari di pusara
carilah di dalam hatimu
Bali, 2742020
PUASA
pada bulan puasa
sambutlah bau mulutmu
di sana ada taman bunga
duduklah di putiknya
akan kau lihat kefanaan dunia
Bali, 2542020
MENGARUNGI MATA HATI
wortel, col, kubis, kentang bersatu dalam sup sapi
mengarungi rasa bersama keluarga daun seledri
bawang merah bawang putih meramu diri
melewati bara api di hati
keluknya mencuci pandemi di wajahku
ketika waktu berbuka puasa
Bali, 2442020
IDUL FITRI YANG BERBEDA
hari raya Idul Fitri yang berbeda harusnya tempat kemenangan melawan corona
jalan-jalan lengang tak berdaya
gedung-gedung pencakar langit merana
alam semesta merangkum semua luka menjadi bunga
di depan mata, corona membaca peti-peti mati yang menggema
dunia berlayar ke dalam jiwa mengetuk bisu dari maut tak bermata
kala mulutku menyamar seperti banjir air mata
dunia bungkam dan ambruk tiada bermakna
Bali, 2652020
IDUL FITRI YANG BERBEDA
hari raya Idul Fitri yang berbeda harusnya tempat kemenangan melawan corona
jalan-jalan lengang tak berdaya
gedung-gedung pencakar langit merana
alam semesta merangkum semua luka menjadi bunga
di depan mata, corona membaca peti-peti mati yang menggema
dunia berlayar ke dalam jiwa mengetuk bisu dari maut tak bermata
kala mulutku menyamar seperti banjir air mata
dunia bungkam dan ambruk tiada bermakna
Bali, 2652020
MABUK
sungguh namaku hilang ke dalam malammu
aku mabuk menimang sunyi dan arti
tak ada yang kusadari
kecuali mati
terlunasi
Bali, 2552020
MONOLOG
jangan menilai orang lain lebih baik dari dirimu sendiri
sebab ada gelap dan terang
#edisitakabadi
Batu, 25122017
HIDUP
di sini, di pusat api, kubakar hidupku
sebelum resah istirah di sungai sunyi jiwamu
BATU, 25122017
KUTA DILANDA PANDEMI
sepi pantai Kuta ini
sesepi rindu dikala pandemi
sepoi angin laut menemui kepahitan rasa di hati
gelombang samudera berbisik di sepasang telinga
pasir penuh jejak kenangan dan cinta
kini menjadi ungkapan sunyi
papan-papan selancar yang dulu berselancar mengitari detak jantungnya
sekarang tak lagi berdendang dan berwarna
cafe-cafe yang dulu bergicu menjelma puisi pengantar kematian birahi
hingga aku benar-benar sendiri menanti pertemuan sejati
Bali, 2052020
POTRET ESOK HARI
pandang layar kaca itu
jangan melihat dari belakangnya
karena masa depan lebih berarti
tulis puisi di ruang sendiri
mesti isolasi mandiri di sana-sini
sejarah tetap di hati anak cucu nanti
karena pandemi
kehidupan baru dimulai
melompati zamannya sendiri
Bali, 1952020
PADA MALAM BULAN SABIT
malam yang sejuk sekali
bulan sabit seperti clurit menerangi langit hati
awan dan bintang gemintang bersembunyi
di balik kelambu pandemi
sepi menemui malam ganjil dini hari
saat aku menidurkan alam semesta seperti mendekap bayi
Bali, 1652020
SAJAK MALAM
setetes air pancuran itu memberi kelegaan jiwaku
kesiur angin mengisi napasku-napasmu
tanpa henti untuk kembali
jejak alam semesta tak berkaki tak berbaju mengetuk hati
kala musim hujan berseru kepada mata yang sepi
secangkir kopi melewati malam menyaru lampu
menerangi jalan berkelok-kelok, mencari suara kalbu
dingin malam membaca cakrawala
bagai puisi menjahit baju batik dunia
Bali, 1652020
WAJAH DUNIA
pascacorona
dunia digital
tempat berlabuh
Bali, 1652020
AGAMA
aku mendengar suara mengaji merdu sekali
tanpa toak, tidak menunjuk-nunjukan agama
sebab hidup dan menanam kebaikan sudah agama
kadang agama terbuat dari buku
dibaca dan dilaksanakan jika ada waktu
agama ada di antara air mata
kala duka melanda
kalau dunia ambruk oleh corona
agama digemakan dalam jiwa
orang beragama tidak harus sibuk dengan agamanya
sebab agama bukan benda atau harta
Bali, 1552020
APA YANG BISA KUTULIS PAGI INI
apa yang bisa kutulis pagi ini?
memperkaya hati atau merubah tujuan yang tak kupahami?
aku kira Tuhan maha tahu apa yang mesti kujalani
lihat daun kemangi itu menyanyi musim gugur di hati
apa yang bisa kutulis pagi ini?
ah... buah pepaya dan kelapa menulis puisi
memasuki hakikat bahasa jiwa yang murni
lalu, apa yang bisa kutulis pagi ini?
Entahlah! aku tak mengerti apa yang akan terjadi pagi ini
yang jelas aku harus menyiapkan jiwa mudaku kembali
agar tak mudah berprasangka lagi
hingga pagiku dipeluk cinta sejati
apa yang bisa kutulis pagi ini?
MR, 1352020
KARENA KAU
baru kemarin kau mengajari cinta
menyanyikan lagu pancasila
hingga rindu mengajari cara menggali makna
mengingat namamu melapangkan dada
aku tenggelam dalam lupa
untuk menghindar dari kutukan harta
sebab rupiah telah lelap dalam senyapku
aku tak berani mempersingkat jarakmu
ke dalam jarakku
karena kau telah mengajari cinta
aku rela tenggelam dalam bahagia
sebelum semuanya tertunda
Bali, 1252020
PIGURA TUA
wajah dalam pigura tua itu
seperti menghampiriku menawarkan debu
sambil mengisahkan waktu
menerbitkan rasa ingin tahu
begitu taksa dan mengharu biru
kenangan itu
menyesap
Batu. 23112016
IQRO
baca, bacalah aksaramu sebelum membaca air mata
bacalah hatimu sebelum memasuki diksi
dan mengenalku lebih dalam lagi
baca, bacalah alam pikiranmu
masuklah di dalam puisi yang melipat ruang dan waktu
baca, bacalah tanda
Sekarputih, 2412020
DI SEBUAH TAMAN
pada bunga rosela kutemukan cinta
mengalir apa adanya tanpa jeda
menuju muara hati yang bercahaya
pada daun-daun kelor calsium dan vitamin berbicara
meski manusia lupa membaca
di ruas-ruas daun bidara, kulihat ia tasbih mengisi jiwa
mengitari sepi dan luka
di musim semi, jalan-jalan dihijaukan oleh rerumputan dan pepohonan
aku cemas perpisahan
di taman itu, musim semi bergegas sirna
aku berduka atas kepergiannya
tak ada yang tertinggal selain jubah noda air mata
Sekarputih, 2412020
RASA NASIONALISME
di mana pun aku berdiri
bendera Sukarno selalu hadir di mata hati
di antara prahara korupsi
yang dibela juga dikutuk teman sendiri
jiwa nasionalisme telah pergi
sambil melambai-lambai mencopoti budi pekerti
di degup jantung pertiwi
kekasih merah putih sejati
rasa nasionalisme kau benturkan dengan janji-janji
sapamu hanya semusim padi
menyemai dan menuai jejak-jejak orasi
sambil mengecam tetangga kanan kiri
Ah... ternyata rasa nasionalisme telah pergi
memancing hari perhitungan di ruang jeruji
upacara kebersamaan telah pergi bersama bendera jiwa
membawa cela menggema ke udara
menjulur membenturkan agama dan budaya
para begawan hanya berpangku tangan dalam tawa
sementara muda mudi sedang melata mencari arti sastra kehidupannya
Sekarputih, 812019
DI TEPI KALI
Eko Windarto
Di sini, di tepi kali yang deras dan jernih sekali
Kau tinggal berkawan sepi
Saat bulan merangkak lembut melintasi pohon randu
Sebagai karib, mengapa kau berjalan sendiri
Lalu kau istirah di bawah awan putihmu
Membuat hatimu berembun menetesi ranjang lumutku
Biarkan aku mengikat antara perbatasan sunyi dan rindu
Hingga waktu tak terpisah dariku
Sekarputih, 2312020
NYANYIAN BETA
rindu itu bicara
tempat selama kita bersua
pada beta api menyala
siapa sangka merindu pada Sang Sutra
oh dewa Asmara
di puncak angkasa kubaca aksara
sungguh sepi itu dua perkara
sulang-menyulang melagukan cinta
Sekarputih, 2212020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar