UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 04 Desember 2019

Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - GUGUR DEDAUNAN



GUGUR DEDAUNAN
: Suyatri Yatri


Raga menggeletuk dalam rapuh
Menjulur rasa menyapa sunyi

Mengimla pintu arsy
Membisik ayat-ayat syahdu
Nyanyian Yasin meremukkan belulang
Getarkan jantung dalam waktu kembali pulang

Aku tangkap semakna hijau
Tentang gigilan embun meregang makna
Sedetik mengais misteri

Di batang, dahan, reranting mengering
Ketika dedaunan menguning
Gugur lemah menyentuh tanah

Rohul, 01122019



LUPA DIRI TERSEBAB KURSI


Saat nyata terpelintir kata
samar berselubung di ketiak harta
dan kau teguh
mengangkangi kursi
bersepuh emas
mengikisnya tersebab kuasa

Saat birokrasi berliku jalan
Suara sombong pecah seribu warna
ada kebahagiaan hati
menyaksikan jiwa
bersimbah kecewa
berpeluk air mata

Saat derai tawa terbahak
cucuran makna
tergenggam
hatimu mengabur
buta mata
buta hati
buta jiwa
tuli telinga
tuli rasa
tuli membilur suara

"Kau lupa berkemas menuju tanah gersang"

Rokanhulu, 04122019
Hak Cipta Suyatri Yatri ©2019
Semua Hak Terpelihara



SEKELUMIT MAKNA


Antara aku dan kamu dihadang hujan rindu
Diksi pun sering berbenturan di meja puisi
Terkadang anak-anak sajak mencari jati diri untuk dimaknai jiwanya. Ketiak awan sering mengharap cahaya matahari untuk bisa mengusir jenuh. Membasah kuyup bait-bait kata yang telah menggenang di tubuh tanah.
Berserakan entah ke mana kebernasan rasa sebab terlalu ambigu segenggam aksara di larik frasa. Aku hanya mampu menyaksikan estetika lewat celah waktu tanpa prigmitis bahasa.

Rohul, 2122019
Suyatri Yatri



ARSIRAN KABUT

Seriap makna
di antara derai rinai
sansai
menyilau payau
di ambang pukau

Berdiri ternganga
dibasahi gerimis
senyum manis
merilis waktu
porak disambut sinis
yang tak bengis
di antara tumbuhan pakis
khusyuk duduk melukis

Merapal arsiran
bebatuan berlumut
jiwa memintal benang kusut
bahagia terenggut
tersebab ego bergelayut
api tersulut
menyikut
tak patut
hati berkabut
melukut
sangkut

"Selimut kabut di cambuk rasa"

Rohul, 5122019
Suyatri Yatri



TADDABBUR ALAM PUNCAK RANAH

Rindu menyusuri tebing Puncak Ranah
Siapakah ingin tadabbur alam
di antara jurang dalam kelam
Menghitung jejak langkah
Berapa mampu diri berkelana di bumi Allah?

Bersama angin meneruka waktu
Perjalanan sesaat lalu
Kita hanya debu
Di hamparan ciptaan-Nya alam nan syahdu

Tak terdustakan nikmatnya
Di ceruk perbukitan
Lukisan alam Mahasempuna
Jiwa papa dalam kealfaan
Rahmat-Nya sering terlupakan

Di atas ketinggian
Merapal kalam
Bisikan syukur
Dibentang tafakur
Melantunkan zikir
Ikhlas bersama jiwa
dalam penyatuan makna
Dalam detak jantung Puncak Ranah
Jiwa pun berdenyut menyebut Asma-Nya

Rohul, 5122019
Suyatri Yatri



ASA YANG TERSISA

Luluh lantak
kekata bijak
jatuh terinjak-injak

Ketika hasrat
bermunajat
pada doa tersemat

Sekeliling saling menuding
akan arti diri tak penting
dan jiwa hanya mampu mengerling
Meski sesungguhnya terbanting

Masih sanggup bertahan rasa
Meski luka semakin menganga
Atma pun sibuk merenda
Satu asa yang tersisa

Penyanjung Sunyi
05122019
#SpecialtoSahabatku Gali Sugali



SUARA KALBU


Tersadar diri
debu melekati
memasung nurani

Ingin tersucikan
pada keheningan
dalam zikir perenungan

Jauh sudah berseteru
suara-suara kalbu
tentang kasih ambigu
melampaui sejati rindu

Kulangitkan rasa
setulus jiwa
mohon ampuni dosa
wahai Pemilik Semesta

Penyanjung Sunyi
05122019



DOA MAK


Tatapan sayu penuh kasih
Menerawang jauh dalam rintih
Ada segurat luka yang tertindih
Namun rasa tersembunyi agar tak berselisih

Tangan kukuh itu masih gemetar
Saat menggenggam sekuntum mawar
Tubuh ringkihmu kian rapuh
Menggigil tapi tak pernah hadirkan keluh

Kediamanmu merahasiakan gundah hati
Bahwa kecemasanmu saat engkau berangkat pergi
Memikirkan anak cucu sepeninggalmu nanti
Sebab raga semakin tak berdaya digerogoti penyakit menyelmuti

Mak, maafkanlah anakmu yang tak bisa mengobati lukamu
Tak mampu menghapus dukamu
Belumlah berbakti padamu
Sebab jalan yang kutempuh masih berselaput duri

Mak, maafkanlah anakmu yang membatu saat wajah menghadap ke terjalnya jalan
Masih saja memanggilmu sambil mengulurkan tangan
Tanda belumlah dewasa menguliti kehidupan
Saat terbentur ujian

Mak, benar katamu bahwa tak semua pepohonan kukuh tegak di tanah
Terkadang tumbang sebab akar rapuh dimamah waktu
Air pun terlalu deras untuk bertahan hingga hanyut terjerembab dalam kesusahan

Mak, aku masih saja mengharap doa-doamu
Membelai rambutku dan pelukan hangatmu
Walau gabak bercerita saat senja menyapa waktu
Aku masih saja menyebut namamu di antara zikirku

Rohul, 9122019
Suyatri Yatri



AQIDAH

Penjuru mata angin hadirkan badai
Namun iman takkan tergadai
Bila akhlak kukuh
Hati tetap teguh

Rohul,19122019
Suyatri Yatri
SUYATRI YATRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar